Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH KOMPOSISI BAKTERI METANOGENESIS TERHADAP

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH PERTAMINA RU III

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kurikulum

Pada Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Palembang

OLEH :

MUHAMMAD ASHRI RAMADHAN 122018041P

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................5

1.3. Tujuan Penelitian.....................................................................................................5

1.4. Manfaat Penelitian...................................................................................................6

BAB II...............................................................................................................................7

2.1. Limbah Cair..............................................................................................................7

2.2. Limbah Sour Water Pertamina RU III........................................................................7

2.3. Biogas.......................................................................................................................7

2.4. Bakteri Methanogenesis...........................................................................................7

2.5. Bioremediasi............................................................................................................7

2.6. Biosorpsi..................................................................................................................7

2.7. Kalsium Karbida (CaC2).............................................................................................7

BAB III..............................................................................................................................8

BAB IV............................................................................................................................12

BAB V.............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian limbah secara umum adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan
manusia baik berupa padat, cair ataupun gas yang dipandang sudah tidak layak dan
tidak memiliki nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang, menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, tentang pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air. Limbah cair atau air buangan (wastewater) adalah
cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industry
maupun tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau
zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta
mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
Menurut Purwadarminta , kamus besar bahasa Indonesia limbah memiliki
beberapa pengertian yakni :
 Limbah adalah sisa proses produksi baik dari industry, rumah tangga
(domestik) dan masyarakat pada umumnya.
 Limbah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai/tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembuatan/pemakaian,
 Limbah adalah barang cacat atau rusak dalam proses produksi.

Sedangkan Menurut UU No. 32/2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ,


limbah didefinisikan sebagai sisa suatu usaha dan kegiatan, definisi air limbah yaitu:
1. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan,
institusi, komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan,
dan air hujan.
2. Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/permukaan
serta buangan lainnya (kotoran umum).
3. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan,
perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan
kesehatan/kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan
hidup.
4. Semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya
mungkin baik.

Unit Pertamina dengan kegiatan bisnis utamanya adalah mengolah minyak


mentah (crude oil), produk antara (Alkylfeed, HSDC, slop oil, LOMC, Long residue,
Raw PP) menjadi produk jadi, diantaranya BBM (Premium, Kerosene, Solar &Fuel
Oil), NBBM (LPG, Musicool, HAP, LAWS, SBPX, LSWR), BBK (Avtur, Pertalite,
Pertamax, Pertamax Racing) dan produk lainnya seperti LSFO dan Polypropylene
(Polytam) (Pertamina, 2020)

Di lingkungan Pertamina RU III, terdapat satu unit SWS atau Sour Water
Stripper yang berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan gas sulfida dan
amoniak dari air limbah proses kilang RU III.

Sour water sendiri berasal dari air limbah proses CDU (Crude Distilling Unit),
HVU II (High Vacuum Unit II), dan FCCU (Fluidized Catalytic Cracking Unit)
(Pertamina RU III, 2017). Sour water termasuk limbah industri minyak dan gas yang
harus diolah terlebih dahulu dengan cara menghilangkan polutan yg terdapat pada
kandungan air tersebut sebelum dibuang kesungai agar tidak mencemari lingkungan
sekitar.
Energi fosil merupakan energi yang paling besar penggunaannya dalam setiap
aspek kehidupan manusia, seperti keperluan listrik, transportasi, dan konsumsi. Manusia
memerlukan energi fosil seperti batubara maupun bahan bakar generator untuk
menghasilkan listrik, minyak bumi sebagai bahan bakar bermacam-macam jenis
kendaraan, dan gas alam untuk keperluan rumah tangga seperti memasak. Menteri
Perindustrian menyatakan bahwa saat ini industri masih sangat tergantung pada bahan
bakar fosil, bahkan porsi industri dalam konsumsi energi nasional mencapai 49,4
persen[CITATION Kem19 \l 1057 ]. Dengan skenario akselerasi, kebutuhan gas industri
diprediksi mencapai 55 persen dan kebutuhan batubara yang juga merupakan tumpuan
industri mencapai 20,3 persen dari total kebutuhan energinya[CITATION Kem19 \l 1057 ].
Kebutuhan energi fosil semakin meningkat setiap tahunnya, namun cadangan
energi fosil semakin menipis. Energi fosil di dunia diproyeksikan akan habis menjelang
tahun 2050[CITATION Yog16 \l 1057 ]. Menurut Sukmana (2016), cadangan minyak di
perut bumi Indonesia diprediksi akan habis 12-15 tahun lagi karena ketidakseimbangan
antara produksi minyak bumi yang terus menurun dan konsumsi minyak bumi yang selalu
meningkat setiap tahunnya. Menurut Nugraha (2016), cadangan minyak bumi nasional per
1 Januari 2014 mengalami penurunan 2,3% dari tahun sebelumnya, baik berupa cadangan
terbukti maupun cadangan potensial. Indonesia diperkirakan kehabisan cadangan minyak
bumi pada tahun 2030 dikarenakan cadangan minyak bumi di Indonesia yang saat ini
hanya sekitar 3,3 milia barel, sementara konsumsi BBM terus meningkat mencapai 1,6 juta
per hari [CITATION Mar19 \l 1057 ]
Oleh karena itu, permasalahan krisis energi, khususnya penurunan cadangan bahan
bakar fosil dapat diselesaikan dengan cara memproduksi energi alternatif pengganti energi
fosil yang dapat diperbarui guna membangun ketahanan energi yang berkelanjutan. Energi
alternatif yang diproduksi hendaknya memiliki beberapa keunggulan, diantaranya dapat
diperbarui (renewable), rendah emisi, berbasis sumberdaya domestik agar hemat devisa,
dan tidak tergantung pada negara lain [CITATION Gap16 \l 1057 ].
Salah satu jenis energi alternatif adalah biogas yang merupakan jenis energi alternatif
pengganti bahan bakar fosil berupa gas alam. Biogas dihasilkan dari aktivitas anaerobik
yang mendegradasi bahan-bahan organik, diantaranya kotoran, limbah domestik, atau
setiap limbah organik yang dapat diurai oleh mahkluk hidup dalam kondisi anaerobik.
Penyusun utama biogas adalah gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2). Gas
metana merupakan salah satu komponen gas alam dari energi fosil yang dapat digunakan
untuk berbagai keperluan, seperti memasak dan menghidupkan listrik.
Biogas diproduksi di dalam biodigester yang berisi bahan organik. Pada kondisi
anaerob, berlangsung aktivitas bakteri metanogenesis di dalam bahan organik tersebut
sehingga membentuk gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2). Selain membentuk
gas yang dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif, aktivitas tersebut membentuk
bakteri metanogenesis di dalam kompos biogas yang dapat dimanfaatkan untuk proses
bioremediasi.
Bioremediasi merupakan proses degradasi kandungan polutan di dalam limbah cair
menggunakan enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme, sehingga struktur
polutan beracun terdegradasi menjadi tidak kompleks, tidak beracun, tidak berbahaya
[ CITATION Pri12 \l 1057 ]. Dengan adanya, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, bioremediasi menjadi metode pengolahan limbah yang lebih menguntungkan
daripada metode kimia untuk detoksifikasi dan menurunkan polutan dalam pencemaran air
[ CITATION Pri12 \l 1057 ]. Mikroorganisme yang dihasilkan dari proses anaerobik di
dalam biodigester dapat dimanfaatkan untuk proses degradasi polutan di dalam limbah cair
sour water dari Pertamina Refinery Unit III.
Selain menggunakan mikroorganisme dalam proses bioremediasi, pengolahan limbah
cair dapat dilakukan menggunakan proses adsorpsi. Adsorpsi adalah peristiwa dimana
fluida, baik cairan maupun gas, terikat kepada suatu zat penyerap padatan atau adsorben.
Proses adsorpsi banyak diaplikasikan dalam pengolahan limbah cair maupun proses
pengolahan air bersih.
Salah satu adsorben yang banyak digunakan pada penelitian sebelumnya adalah
kalsium karbida (CaC2). CaC2 berwarna putih seperti pasir dan memiliki permukaan yang
luas untuk proses adsopsi [CITATION Muh17 \l 1057 ]. Karim, et.al (2017), melakukan
penelitian adsorpsi logam Fe menggunakan limbah karbit. Selama 6 jam adsorpsi dengan
kondisi pH 4,1, konsentrasi ion logam Fe mengalami penurunan drastis dari 254 ppm
menjadi 11,2 ppm. Penelitian tersebut mengindikasikan bahwa proses adsorpsi
menggunakan kalsium karbida (CaC2) merupakan salah satu metode yang efektif dalam
pengolahan limbah.
Penelitian ini melakukan integrasi antara proses bioremediasi dan biosorpsi dalam
mendegradasi limbah Sour Water dari Pertamina RU III. Integrasi antara peralatan
biodigester dalam memproduksi bakteri dan CH4, dengan peralatan pengolahan limbah
yang terdiri dari bioremediasi menggunakan bakteri metanogenesis dan biosorpsi
menggunakan CaC2, mampu menyelesaikan dua masalah sekaligus, yaitu permasalahan
krisis energi dan pencemaran lingkungan.
Integrasi antara kedua proses tersebut dapat dimanfaatkan dalam industri, dimana gas
CH4 dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler dan bakteri metanogenesis dari kompos
biogas dapat digunakan di unit pengolahan limbah cair. Pemanfaatan tersebut mampu
mengurangi kebutuhan energi fosil, sekaligus membantu menanggulangi masalah
pencemaran lingkungan dengan harga yang ekonomis.

1.1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:


1) Bagaimana pengaruh waktu pengembangbiakan bakteri di dalam biodigester
terhadap degradasi limbah Pertamina RU III?
2) Bagaimana mekanisme proses bioremediasi antara bakteri metanogenesis terhadap
kandungan limbah Pertamina RU III?
3) Bagaimana pengaruh proses adsorpsi menggunakan kalsium karbida (CaC 2) terhadap
parameterr-parameter limbah Pertamina RU III?
1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, diantaranya:


1) Mendapatkan kondisi optimum waktu pengembangbiakan bakteri di dalam
biodigester terhadap degradasi limbah Pertamina RU III.
2) Mengetahui mekanisme proses bioremediasi antara bakteri metanogenesis terhadap
kandungan limbah Pertamina RU III.
3) Mengetahui pengaruh proses adsorpsi menggunakan kalsium karbida (CaC2)
terhadap parameter-parameter limbah Pertamina RU III.

1.3. Manfaat Penelitian


1) Menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi penulis dalam mengintegrasikan
proses produksi biogas dalam menghasilkan gas CH 4 dan mekanisme pengolahan
limbah cair menggunakan proses bioremedasi dan biosorpsi.
2) Memberikan ilmu pengetahuan bagi pembaca dan sebagai referensi bagi penelitian-
penelitian selanjutnya.
3) Berkontribusi melalui ide dan sterotype untuk industri-industri kimia di Indonesia
dalam memproduksi gas CH4 dan mendegradasi limbah cair.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah Cair

Gambar 2.1. Limbah Cair Industri

(Sumber: http://bbkk.kemenperin.go.id/)

Limbah cair/air limbah adalah sisa dari hasil usaha dan atau kegiatan yang
berwujud cair. Secara kimiawi, limbah terdiri dari bahan kimia organik dan
anorganik.Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, limbah dapat berdampak negative
terhadap lingkungan, terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah
tergantung pada jenis dan karakteristik limbah yaitu:
1) Berukuran mikro, artinya ukurannya terdiri atas partikel-partikel kecil
tidak dapat di lihat dengan mata.
2) Dinamis, artinya tidak diam di tempat, selalu bergerak dan berubah sesuai
dengan kondisi lingkungan.
3) Berdampak luas (penyebarannya), artinya lingkungan yang terkena limbah
tidak hanya pada wilayah tertentu saja melainkan pada berdampak pada
faktor yang lain.
4) Berdampak jangka panjang (antar generasi), artinya masalah limbah tidak
selesaikan dalam waktu singkat tetapi dampak masih ada
pada generasi yang akan datang.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi kualitas limbah yaitu :

1) volume limbah,
2) kandungan bahan pencemar, dan
3) frekuensi pembuangan limbah.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan
menjadi 4 bagian, yaitu:
1) Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang
merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari,
2) Limbah padat, adalah benda-benda yang keberadaannya melebihi jumlah
normal dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya (merugikan),
3) Limbah gas dan partikel, adalah gas dan partikel yang jumlah atau
keberadaannya bersifat merugikan; dan
4) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Menurut BAPEDAL , Limbah B3 adalah bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3)
karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi
atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak,
mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Contohnya
logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia
sepertipestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya.
Scundaria (2000) menyebutkan bahwa limbah merupakan sumber daya
alam yang telah kehilangan fungsinya, yang keberadaannya mengganggu
kenyamanan dan keindahan lingkungan. Limbah dihasilkan dari sisa proses
produksi baik industri maupun domestik/rumah tangga. Jumlah air limbah
yang dibuang akan selalu bertambah dengan meningkatnya jumlah penduduk
dengan segala kegiatannya. Pengolahan limbah adalah usaha untuk mengurangi
atau menstabilkan zat-zat pencemar sehingga saat dibuang tidak membahayakan
lingkungan dan kesehatan. Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk
mengurangi kandungan bahan pencemar terutama senyawa organik, padatan
tersuspensi, mikroba pathogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme alami. Tujuan lain pengolahan limbah cair adalah :
1. Mengurangi dan menghilangkan pengaruh buruk limbah cair bagi
kesehatan manusia dan lingkungannya.

2. Meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan, pembuangan


dan atau pemanfaatan limbah cair untuk kepentingan hidup manusia dan
lingkungannya
Dalam pasal 20, Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup no. 32
tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan
bahwa setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan
hidup dengan persyaratan:
a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup, diberikan pada Tabel 2.1
b. mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya

Tabel 2.1. Baku mutu air limbah yang disyaratkan oleh pemerintah:

Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan.


Syarat- syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat
menyebabkan terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan
kadar0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari
0,033% dapat rnemberikan efek merusak.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila:
1) Jumlahnya melebihi jumlah normal,

2) Berada pada waktu yang tidak tepat, dan


3) Berada pada tempat yang tidak tepat.
Sifat polutan antara lain:
1) Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan
tidak merusak lagi,
2) Merusak dalam jangka waktu lama seperti Pb tidak merusak bila
konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, dapat
terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.
Limbah cair dapat dilakukan dengan cara menghilangkan polutan atau
menguraikan polutan-polutan yang terdapat di dalam air sehingga hilang sifat-
sifatnya [CITATION Erv18 \l 1057 ].
Sebelum melakukan perencanaan dan pelaksanaan pengolahan limbah cair,
industri harus memahami manajemen pengelolaan limbah seperti menetapkan
kebijakan dan prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah, kebijakan untuk
minimasi limbah sebelum menghasilkan dan mengolah limbah, menetapkan personil
yang bertanggung jawab terhadap penerapan prosedur pengelolaan dan pengolahan
limbah serta melakukan evaluasi penerapan prosedur pengelolaan dan
pengolahan limbah [CITATION Erv18 \l 1057 ].
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengolahan limbah cair,
meliputi [CITATION Erv18 \l 1057 ]:
1) Proses produksi pada industri tersebut.
2) Kualitas dan kuantitas limbah cair yang dihasilkan serta perubahannya.
3) Kondisi lingkungan secara geografis.
4) Kondisi air di sekitar pembuangan limbah cair.

Ada beberapa cara pengolahan limbah cair yang dapat dilakukan di industri, yaitu:
1) Pengolahan Limbah secara Fisika
Dengan memisahkan material-material pengotor yang kasat mata serta berukuran
cukup besar dengan menggunakan penyaringan atau perlakuan fisik. Prosesnya
meliputi sedimentasi, floatasi, absorbs, dan penyaringan (screening).
2) Pengolahan Limbah secara Kimia
Adanya penambahan bahan kimia untuk mengendapkan/memisahkan/
menghilangkan zat-zat pengotor dalam limbah cair tersebut. Prosesnya meliputi
koagulasi, oksidasi, penukar ion, degradasi, ozonisasi, dan lain-lain.
3) Pengolahan Limbah secara Biologi
Menggunakan biota hidup atau mikroba untuk menguraikan zat-zat pencemar
didalam limbah cair. Prosesnya meliputi aerobik, anaerobik, fakultatif.
Baku mutu air limbah diatur oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia nomor 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah. Peraturan ini mengatur baku
mutu air limbah untuk industri pelapisan logam, industri galvanis, industri minyak goreng,
industri monosodium glutamate, industri inosin monofosfat, industri pengolahan
kopi, industri elektronika, industri pengolahan susu, industri pengolahan buah-buiahan
dan/atau sayuran, industri pengolahan hasil perikanan, industri hasil pengolahan rumput
laut, industri pengolahan kelapa, industri pengolahan daging, industri pengolahan kedelai,
industri pengolahan obat tradisional atau jamu, industri peternakan sapi dan babi, industri
petrokimia hulu, industri gula, industri gula rafinasi, industri cerutu, proses primer basah
dalam industri rokok dan/atau cerutu, proses primer kering dalam industri rokok dan/atau
cerutu, proses sekunder dalam industri rokok dan/atau cerutu , dan industri oleokimia
dasar.
Ada beberapa permasalahan dalam mengolah air limbah di industri yang harus
diperhatikan, diantaranya [CITATION Erv18 \l 1057 ]:
1) Pengetahuan tentang neraca bahan dari bahan baku dan air yang digunakan dalam
proses produksi.
2) Kualitas air buangan dan debit limbah cair yang fluktuatif.
3) Variasi jenis limbah cair yang dihasilkan, misalnya kadar polutan yang tinggi untuk
sedikit parameter.
4) Sifat-sifat air buangan yang tidak berubah setelah digunakan, misalnya air pendingin.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Palembang,
laboratorium Pertamina RU III Palembang, dan laboratorium dinas lingkungan Palembang
pada tanggal 01 April 2021-30 Juli 2021.

3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1. Alat yang Digunakan
1) Seperangkat Reaktor Biogas
2) Seperangkat Alat Biosorpsi

3.2.2. Bahan yang Digunakan


1) Rumen Sapi
2) Bakteri EM-4
3) Limbah Pertamina RU-III

3.3. Perlakuan dan Rancangan Percobaan


Pada penelitian ini, terdapat beberapa prosedur penelitian yang dilakukan,
diantaranya:
1) Tahap Persiapan Bahan Baku
Rumen sapi sebagai bahan baku pengembangbiakan bakteri methanogenesis
diperoleh dari Rumah Pemotongan Hewan di gandus, Palembang. Sedangkan limbah cair
pada penelitian ini diperoleh dari Pertamina RU III, Palembang.

2) Proses Pengembangbiakan Bakteri Methanogenesis


Sebanyak 500 ml rumen sapi dilarutkan dalam 500 ml air, sehingga perbandingan
bahan baku adalah 1:1. Bahan baku tersebut diumpankan ke dalam reaktor biogas yang
telah dirancang. Setelah itu, dilakukan penambahan Effective Microorganisme 4 (bakteri
EM-4) sebagai starter sebanyak 100 ml.
Setelah satu minggu bakteri beradaptasi, dilakukan penambahan 20 ml air limbah
cair dari Pertamina RU-III setiap minggu, kemudian diaduk merata. Proses ini dilakukan
selama kurang lebih lima minggu.
3) Proses Degradasi Limbah Cair
Kompos biogas yang mengandung sel bakteri terbanyak setelah beradaptasi dengan
air limbah, diumpankan ke dalam 300 ml air limbah pertamina RU III untuk dilakukan
proses bioremediasi dengan variasi 100 ml, 150 ml, 200 ml, 250 ml, 300 ml kompos
biogas. Kemudian, air limbah yang telah diumpankan bakteri dialirkan menuju proses
biosorpsi dengan media Kalsium Karbida (CaC2).

3.4. Analisa Hasil Penelitian


1) Analisa Jumlah Bakteri Metanogenesis
Setiap satu minggu sekali, sampel bakteri diambil, lalu dianalisa jumlah selnya di
Laboratorium Dinas Lingkungan Palembang menggunakan metode Angka Lempeng
Total (ALT). Analisa ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan limbah cair
Pertamina RU-III terhadap jumlah sel yang dihasilkan oleh bakteri metanogenesis.

2) Analisa Limbah Cair Sebelum dan Sesudah Perlakuan


Analisa ini meliputi analisa minyak/lemak, COD, BOD, dan pH dari limbah cair
sebelum diberi perlakuan, setelah diberi pelakuan bioremediasi, dan setelah di adsorpsi
menggunakan kalsium karbida.

3.4. Data Pengamatan


1) Analisa Jumlah Sel Bakteri Metanogenesis
Minggu Ke- Jumlah Sel Bakteri (x 104 sel/ml)

2) Analisa Limbah Cair Sebelum dan Sesudah Perlakuan


Analisa: COD BOD pH Minyak/Lemak
Sebelum Perlakuan
Setelah Proses Degradasi
Bakteri dengan Komposisi:
100 ml
150 ml
200 ml
250 ml
300 ml
Setelah Proses Biosorpsi:

3.5. Diagram Alir Penelitian

Pengambilan Bahan Baku

Pengembangbiakan
Perakitan Reaktor Biogas
Bakteri Metanogenesis

Perakitan Alat Biosorpsi

Pengolahan Limbah
Analisa Komposisi Analisa Komposisi
Cair dengan Bakteri

Anda mungkin juga menyukai