Anda di halaman 1dari 3

Nama : Siti maimunah

NIM : 1810313220058 (Genap)


Prodi : S1 Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengajar : M. Ihsanul Arief, S.TH.I, M. AG

REVIEW FILM
Guru Bangsa ; Tjokroaminoto
Film ini dibuka dengan potongan scene saat Tjokroaminoto di interogasi oleh pihak opsir
polisi pemerintahan Belanda dimana Tjokroaminoto dituduh menjadi dalang dari kerusuhan yang
terjadi di kota Garut, Jawa Barat. Kemudian setelah itu, berlanjutlah cerita dari saat beliau kecil
sampai beliau diasingkan dalam kurungan penjara oleh pihak hindia belanda. Beliau Lahir
bertepatan dengan meletusnya gunung merapi Krakatau dan kemudian Tjokroaminoto digelari
sebagai “Ksatria Piningit”. Sejak kecil Tjokroaminoto memang sudah memiliki pemahaman
mengenai Pemerintahan Hindia Belanda dan juga penyiksaan-penyiksaan yang dirasakan oleh
rakyat Hindia Belanda yang dijadikan buruh tanam paksa untuk memuaskan Belanda.
Tjokroaminoto merupakan orang yang taat terhadap agama islam, beliau selalu
mengusahakan sholat 5 waktu, dan mengusahakan untuk bisa mengikuti sunnah nabi Muhammad
SAW. Beliau berani melawan ketika disalahkan dan berani mempertahankan apa yang beliau
rasa benar dan berani maju mengemukakan pendapat, meskipun harus dipecat dari pekerjaannya.
Ketika guru beliau mengatakan mengenai kata-kata nabi “Hidjrah dari tempat buruk ketempat
yang lebih baik, jadilah seperti sumbu yang bisa membuat umat menjadi jalan terang”, kata-kata
itu terus terngiang dalam kepala beliau, sampai membuat beliau gelisah dan kemudian pergi ke
Semarang meinggalkan istrinya yang tengah hamil agar bisa mencari jawaban dari apa yang
beliau cari.
Di Semarang oleh temannya beliau disarankan berhidjrah ke Surabaya dimana disana
merupakan tempat perdagangan terbesar dibagian belahan Hindia Timur, maka setelah
memikirkan saran tersebut beliau pulang dan menjemput istri dan anak beliau untuk diajak ikut
berhidjrah ke Surabaya bersama-sama.
Dikarenakan kebanyakan organisasi pada masa itu hanya dapat mengayomi para priyayi-
priyayi, sehingga membuat Tjokroaminoto merasa cemas dan ingin segera ikut membangun satu
organisasi yang bisa mengayomi seluruh lapisan masyarakat yang ada, sehingga tidak ada lagi
ketidaksamarataan dan pengecualian dalam berorganisasi.
Kemudian pada suatu hari datang pesan dari H. Saman hudi bahwa beliau diajak
bergabung dalam Organisasi Sarekat Dagang Islam dan ditunjuk oleh H. Saman Hudi sebagai
ketua Sarekat Dagang Islam Abdeling Surabaya (dimana Surabaya adalah kota perdagangang
terbesar di belahan Hindia Timur) yang mana saat itu Sarekat Dagang Islam sedang dibekukan
oleh pihak pemerintahan Hindia Belanda karena mereka mengganggap Politik tidak boleh
dicampurkan dengan Agama. Saat berpidato di Taman Kota Surabaya, Sarekat Dagang Islam
yang tidak direstui pihak Pemerintahan Belanda diganti nama menjadi Sarekat Islam (SI),
Tjokroaminoto berusaha menyadarkan rakyat akan pentingnya organisasi, beliau menyampaikan
bahwa semua rakyat harus berusaha meningkatkan harkat dan martabat mereka secara bersamaan
agar tidak lagi dipandang sebelah mata oleh pihak Pemerintahan Belanda,serta beliau juga
mengatakan bahwa tidak ada lagi yang namanya kebaikan pribumi dikatakan seperempat
manusia karena dengan adanya Sarekat Islam maka semua sama rata dan semua semestinya
dianggap satu orang penuh.
Usaha dari Tjokroaminoto-pun berhasil membuat rakyat lebih berfikir kedepan dan
Tjokroaminoto mulai dikenal oleh lapisan masyarakat hingga beliau sering menghadiri kongres-
kongres di sekitaran Pulau Jawa. Selain itu, Tjokroaminoto juga menjadi guru dari beberapa
pemuda-pemuda yang menjadi cikal bakal tokoh-tokoh besar dalam perjuangan memerdekakan
Indonesia seperti Soekarno, Agus Salim, Kartosuwiryo dan juga para tokoh Partai Komunis
seperti Alimin dan musso.
Gaya kepemimpinan Tjokroaminoto dalam Sarekat Islam bisa dibilang agak cenderung
kearah Demokratis, dimana beliau sangat menerima pendapat dari rakyat-rakyatnya dan juga
cukup terbuka apabila ada rakyat yang ingin berkomunikasi atau berdiskusi dengan beliau.
Beliau berfikir maju jauh kedepan , dimana menurut beliau zaman akan terus berubah dan
berevolusi, dan beliau juga tidak memaksakan apabila rakyat ingin menjadi pengikutnya ataupun
tidak,karena beliau tidak ingin ada paksaan yang berakibat kekerasan.
Loyalitasnya kepada masyarakat memaksanya untuk sementara terpisah dari anak dan
juga istri beliau (yang sedang sakit keras). Beliau tetap fokus berorganisasi dan memimpin
Sarekat Islam meskipun dengan keadaan terpisah dari keluarga.
Karena perbedaan paham, pada akhirnya Sarekat Islam terpecah menjadi dua dan
beberapa anggota keluar dari organisasi untuk mendirikan organisasi baru yang dinamakan Partai
Komunis Indonesia (PKI) yang didirikan oleh Semaoen, Musso, dan Kartiwuwiryo. Sedangkan
sebagian yang lain tetap bertahan mengikuti Tjokroaminoto dan Agoes Salim.
Dan kemudian pada tahun 1921, Tjokroaminoto di tangkap dirumahnya dan penjarakan
oleh pihak Pemerintahan Belanda dan dibebaskan 6 bulan kemudian setelah dinyatakan tidak
bersalah, lalu nama Indonesia digunakan oleh kaum Bumiputera sebagai nama pengganti Hindia
Belanda. Setelah berjuang begitu keras dengan berbagai masalah yang menghalau dirinya,
akhirnya beliau wafat pada tahun 1934 di Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai