Anda di halaman 1dari 49

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nani (2016) dengan judul “Penerapan

SAK ETAP Pada Laporan Keuangan Simpan Pinjam Koperasi Wanita Sekarsari

di Kelurahan Tamansari” memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana

implementasi atau penerapan SAK ETAP pada laporan keuangan Koperasi

Wanita Sekarsari. Oleh karena itu peneliti mulai menganalisis penyajian laporan

keuangan yang telah disusun oleh Koperasi Wanita Sekarsari dan menyesuaikan

dengan SAK ETAP. Namun dalam prakteknya didapatkan bahwa Koperasi

Wanita Sekarsari secara umum belum menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku umum yaitu SAK ETAP.

Efva & Nilam (2017) melakukan penelitian dengan judul “Implementasi

Penyajian Laporan Keuangan Berbasis SAK ETAP Pada Koperasi di Kota

Palembang”. Penelitian ini memiliki dua tujuan utama, yaitu: pertama, untuk

menganalisa apakah implementasi SAK ETAP telah berdasarkan laporan

keuangan koperasi dan yang kedua untuk mengamati masalah yang dihadapi oleh

koperasi dalam menerapkan SAK ETAP dalam penyusunan laporan keuangan.

Namun dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa SAK ETAP belum diterapkan

secara penuh dalam penyusunan laporan keuangan. Dari 33 koperasi yang menjadi

objek penelitian, ternyata hanya 3 koperasi yang membuat laporan keuangan

secara utuh yaitu tediri dari neraca, laporan sisa hasil usaha, perubahan ekuitas,

8
9

arus kas dan catatan atas laporan keuanngan. Sementara sisanya tidak membuat

laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Ayu & Nurul (2018) melakukan suatu penelitian dengan judul “Analisis

Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK

ETAP) Pada Laporan Keuangan Koperasi Karyawan Industri Kemasan Semen

Gresik (IKSG)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis

apakah Koperasi Karyawan IKSG yang mendapatkan predikat koperasi terbaik

pertama dalam kategori non KPRI tingkat Kabupaten Tuban pada tahun 2016

telah menerapkan SAK ETAP pada penyusunan laporan keuangannya. Namun

hasilnya, Koperasi Karyawan IKSG ternyata belum sepenuhnya menerapkan

ketentuan yang ada dalam SAK ETAP. Hal ini dibuktikan dengan adanya elemen

laporan keuangan yang tidak disajikan oleh Koperasi Karyawan IKSG. Adapun

perlakuan pada sebagian pos yang sudah sesuai dengan ketentuan SAK ETAP dan

ada sebagian pos yang belum sesuai.

Eva & Arlina (2018) melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Penerapan SAK ETAP Dalam Penyajian Laporan Keuangan Pada Koperasi

Pegawai Negeri SMPN 7 Pematang Siantar”. Tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk menganalisa apakah para guru dalam Koperasi Pegawai Negeri SMPN 7

Pematang Siantar telah menerapkan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK

ETAP. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif yaitu yang mana penelitian ini berusaha untuk memberikan uraian,

penjelasan dan gambaran mengenai bagaimana penyajian laporan keuangan pada

Koperasi Pegawai Negeri (KPN) SMPN 7 Pematang Siantar kemudian menarik

kesimpulan serta membandingkan Penyajian Laporan Keuangan menurut SAK


10

ETAP dan Peraturan Menteri KUKM No 12 Tahun 2016. Hasil yang didapat dari

analisis dan penelusuran terhadap KPN SMPN 7 Pematang Siantar mengenai

penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP diperoleh suatu kesimpulan

bahwa, Laporan keuangan yang disajikan oleh Koperasi Pegawai Negeri (KPN)

SMPN 7 Pematang Siantar belum sesuai dengan SAK ETAP. Jenis atau format

laporan keuangan yang disajikan oleh Koperasi Pegawai Negeri (KPN) SMPN 7

Pematang Siantar hanya terdiri dari Neraca dan Perhitungan Sisa Hasil Usaha

(Laporan Laba Rugi).

Galuh (2016) melakukan penelitian dengan judul “Society Assistance

Financial Report Based On Financial Accounting Standard Of Entities Without

Public Accountability Standard In Encouraging Small And Middle Enterprises

Development”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan

mengetahui efektivitas bantuan masyarakat yang membangun dan

mengembangkan masyarakat yang mandiri secara ekonomi. Bantuan masyarakat

meningkatkan keterampilan mereka dalam menyiapkan laporan keuangan sesuai

dengan standar yang berlaku di Indonesia dan untuk menerapkan laporan

keuangan untuk yang terbaik dari pengembangan bisnis. Hasil dari penelitian ini,

suatu bantuan penyusunan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi

Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik adalah hal yang efektif.

Heri et all (2017) melakukan suatu penelitian dengan judul “Improving The

Compliance With Accounting Standards Without Public Accountability (SAK

ETAP) By Developing Organizational Culture: A Case Of Indonesian SMEs”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi unsur implementasi SAK ETAP

serta merumuskan strategi untuk meningkatkan penerapannya dalam UKM. Lima


11

unsur penting dari implementasi SAK ETAP adalah budaya organisasi,

pendidikan, paparan, umur, dan skala. Hasil dari penelitian SAK ETAP sebagai

standar akuntansi untuk UKM belum diimplementasikan secara optimal.

Implementasi rata-rata dari standar-standar ini masih perlu ditingkatkan.

Implementasi SAK ETAP di UKM dipengaruhi oleh budaya organisasi, paparan,

skala bisnis, dan pendidikan pemilik. Usia perusahaan tidak mempengaruhi

implementasi SAK ETAP dalam UKM.

Mukoffi et all (2019) melakukan penelitian dengan judul “The Role of

Financial Accounting Standards for Small And Medium Micro Economic Sectors:

Case Studies In Lowokwaru District, Malang”. Penelitian ini memiliki tujuan

untuk mengetahui sistem penyusunan Laporan Keuangan UMKM, sehubungan

dengan diterbitkannya Standar Laporan Keuangan untuk UMKM, para peneliti

melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui persepsi pengusaha UMKM

terkait dengan penerapan SAK EMKM atau SAK ETAP dalam presentasi laporan

keuangan mereka. Namun hasilnya implementasi akuntansi sulit untuk UMKM

karena pengetahuan yang terbatas tentang akuntansi, kompleksitas proses

akuntansi, dan asumsi bahwa laporan keuangan tidak terlalu penting bagi UMKM.

Hasanah et all (2019) melakukan penelitian dengan judul “Single Entry

Method As The Way To Improve Small And Medium Enterprise Governace”.

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peran 'metode entri tunggal' dalam

meningkatkan tata kelola keuangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sehingga

dapat membantu pemilik UKM dalam memberikan informasi yang dapat

diandalkan dan bertanggung jawab tentang posisi keuangan, meningkatkan

kualitas pekerjaan, membuat keputusan, mengidentifikasi pengembangan bisnis,


12

mengelola keuangan, dan memfasilitasi akses ke keuangan. Hasil dari penelitian

ini adalah peran dari metode entri tunggal memang banyak digunakan dalam

pelaporan keuangan dalam UMKM tetapi akhirnya hasil laporan keuangannya

kurang lengkap dan tidak sesuai dengan SAK ETAP.

Dari kajian penelitian terdahulu yang telah diuraikan dapat dirangkum atau

disimpulkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 : Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu


No Peneliti Tahun Judul Penelitian Hasil
1 Nani Ryan 2016 Penerapan SAK Dari hasil penelitian ini menunjukkan
Avrianty ETAP Pada bahwa penyajian laporan keuangan yang
Laporan Keuangan telah dibuat pada koperasi wanita
Simpan Pinjam sekarsari terdiri dari laporan sisa hasil
Koperasi Wanita usaha dan laporan neraca, perhitungan
Sekarsari Di laporan sisa hasil usaha dan laporan
Kelurahan neraca yang disusun oleh koperasi wanita
Tamansari sekarsari belum disusun berdasarkan
SAK ETAP sehingga menyebabkan
adanya perbedaan, maka dari itu
didapatkan kesimpulan bahwa Koperasi
wanita sekarsari secara umum belum
menerapkan standart akuntansi keuangan
yang berlaku yaitu SAK ETAP.

2 Efva 2017 Implementasi Hasil dari penelitian ini menunjukkan


Octavina Penyajian Laporan bahwa SAK ETAP belum sepenuhnya
Donata Keuangan Berbasis diterapkan dalam penyusunan laporan
Gozali, SAK ETAP Pada keuangan. Dari 33 koperasi yang menjadi
Nilam Koperasi Di Kota objek penelitian hanya 3 koperasi yang
Kesuma Palembang membuat laporan keuangan secara utuh
yaitu tediri dari neraca, laporan sisa hasil
usaha, perubahan ekuitas, arus kas dan
catatan atas laporan keuanngan.
Sementara sisanya tidak membuat
laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan.
13

No Peneliti Tahun Judul Penelitian Hasil


3 Ayu Muji Sri 2018 Analisis Penerapan Hasil penelitian ini adalah Koperasi
Sekarwati, Standar Akuntansi Karyawan IKSG ternyata belum
Nurul Keuangan Entitas sepenuhnya menerapkan ketentuan yang
Mazidah Tanpa Akuntabilitas ada dalam SAK ETAP. Hal ini
Publik (SAK dibuktikan dengan adanya beberapa
ETAP) Pada elemen laporan keuangan yang tidak
Laporan Keuangan disajikan oleh koperasi dan perlakuan
Koperasi Karyawan pada sebagian pos ada yang sudah sesuai
Industri Kemasan dengan ketentuan SAK ETAP ada pula
Semen Gresik yang belum sesuai dengan SAK ETAP.
(IKSG)

4 Eva Malina 2018 Analisis Penerapan Hasil dari penelitian ini adalah laporan
Simatupang, SAK ETAP Dalam keuangan yang disajikan oleh Koperasi
Arlina Penyajian Laporan Pegawai Negeri (KPN) SMPN 7
Pratiwi Purba Keuangan Pada Pematang Siantar ternyata belum sesuai
Koperasi Pegawai dengan SAK ETAP. Jenis atau format
Negeri SMPN 7 laporan keuangan yang disajikan oleh
Pematang Siantar Koperasi Pegawai Negeri (KPN) SMPN
7 Pematang Siantar hanya terdiri dari
Neraca dan Perhitungan Sisa Hasil Usaha
(Laporan Laba Rugi).

5 Galuh Tresna 2016 Society Assistance Hasil penelitian ini menunjukkan suatu
Murti Financial Report bantuan penyusunan laporan keuangan
Based On Financial berdasarkan Standar Akuntansi
Accounting Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Standard Of Publik adalah hal yang paling efektif.
Entities Without
Public
Accountability
Standard In
Encouraging Small
And Middle
Enterprises
Development
14

No Peneliti Tahun Judul Penelitian Hasil


6 Heri Yanto, 2017 Improving The Hasil penelitian, SAK ETAP merupakan
Arief Compliance With sebagaian standar akuntansi untuk UKM
Yulianto, Accounting yang belum diimplementasikan secara
Lesta Standards Without optimal. Implementasi rata-rata dari
Karolina Public standar ini masih perlu ditingkatkan.
Boru Accountability Implementasi SAK ETAP di UKM
Sebayang, (SAK ETAP) By dipengaruhi oleh budaya organisasi,
Fian Developing paparan, skala bisnis, dan pendidikan
Mulyaga Organizational pemilik. Tetapi untuk usia perusahaan
Culture: A Case Of tidak mempengaruhi implementasi SAK
Indonesian SMEs ETAP dalam UKM.

7 Ahmad 2019 The Role of Hasil penelitian ini adalah implementasi


Mukoffi, Financial akuntansi atau penerapan SAK ETAP
Yayuk Accounting sulit untuk UMKM karena pengetahuan
Sulistiyowati Standards for Small yang terbatas tentang akuntansi,
And Medium Micro kompleksitas dari proses akuntansi, dan
Economic Sectors: ada asumsi bahwa laporan keuangan
Case Studies In tidak penting bagi UMKM.
Lowokwaru
District, Malang

8 Nuramalia 2019 Single Entry Hasil penelitian ini adalah peran dari
Hasanah, Method As The Way metode entri tunggal memang banyak
Ratna To Improve Small digunakan dalam pelaporan keuangan
Anggraeni, And Medium dalam UMKM tetapi hasil akhirnya
Unggul Enterprise laporan keuangan kurang lengkap dan
Purwohedi Governace tidak sesuai dengan SAK ETAP.
15

2.2 Kajian Teori


2.2.1 Koperasi
2.2.1.1 Pengertian Koperasi

Menurut UU No 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, pengertian

koperasi yaitu: “Badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”.

Menurut R.M. Margono Djojohadikoesoemo, koperasi adalah suatu

perkumpulan dari manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak

bekerjasama untuk memajukan ekonominya. (dalam buku Firdaus,Muhammad,

2002:39)

Koperasi merupakan suatu bentuk badan usaha yang mempunyai sifat

gotong royong. Agar dalam pengelolaannya dapat berjalan dengan baik, koperasi

perlu memperhatikan bagaimana mengembangkan sumber daya manusia yang

ada. Karena pengembangan sumber daya manusia inilah yang akan menentukan

perkembangan organisasi pada koperasi. (Suryani, 2008:115)

Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah badan

usaha yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi

terbatas. Kegiatannya berlandaskan prinsip koperasi yang artinya dalam aktivitas

koperasi memiliki tujuan untuk meningkatkan dan mengutamakan kesejahteraan

anggotanya.

2.2.1.2 Landasan dan Asas-Asas Koperasi

Dalam suatu pelaksanaan kegiatan operasional, UU No 25 Tahun 1992

menyebutkan bahwa koperasi berlandaskan atas Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945 serta berdasarkan azas kekeluargaan serta azas gotong royong. Azas
16

kekeluargaan mengandung makna penting bahwa diperlukan kesadaran dari setiap

anggota koperasi untuk melaksanakan segala sesuatu di dalam koperasi dari dan

untuk semua anggota koperasi. Sesuai dengan azas tersebut, maka semua anggota

akan mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Sedangkan dalam azas gotong

royong mengandung makna bahwa, setiap anggota koperasi tidak boleh memiliki

sifat egois atau individualis serta mau dan mampu bekerja bersama-sama dengan

anggota lainnya.

2.2.1.3 Tujuan Koperasi

Pada UU No 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa tujuan dari pendirian

koperasi adalah; untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya. Serta ikut membangun tatanan perekonomian

Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur

dengan berlandaskan atas Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dari

penjelasan tersebut mengandung makna bahwa tujuan koperasi tidak hanya

berfokus pada pencarian laba atau keuntungan saja, tetapi tolak ukur utama yang

menjadi pertimbangan adalah kesejahteraan dari para anggotanya.

2.2.1.4 Prinsip Koperasi

Prinsip merupakan hal yang menjadi panutan atau ideologi suatu badan

usaha. Oleh karenanya prinsip-prinsip dalam koperasi merupakan landasan pokok

koperasi dalam menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi

rakyat. Prinsip koperasi dalam melaksanakan dan mengembangkan menurut

Undang-undang no 25 tahun 1992 tentang perkoperasian adalah:

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka (tidak ada paksaan dan

diperuntukkan bagi seluruh wargan Negara Indonesia);


17

b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;

c. Pembagian sisa hasil usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan

besarnya jasa usaha masing-masing anggota;

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal yang tersedia;

e. Kemandirian:

f. Pendidikan perkoperasian;

g. Kerjasama antar koperasi.

2.2.1.5 Jenis-jenis Koperasi

Dalam Undang-undang perkoperasian, koperasi menurut bentuknya

terdiri dari koperasi primer dan koperasi sekunder. Koperasi primer adalah semua

koperasi yang didirikan dan beranggotakan orang seorang. Koperasi primer

didirikan oleh paling sedikit 20 (dua puluh) orang perseorangan dengan

memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau anggota sebagai modal awal dari

koperasi. Sedangkan koperasi sekunder adalah semua koperasi yang didirikan

oleh dan beranggotakan badan hukum koperasi, baik badan hukum koperasi

primer. Dari pengertian tersebut yang akhirnya dalam pendirian koperasi terdapat

berbagai jenis. Penentuan jenis koperasi diatur dalam Undang-undang

Perkoperasian yang mana menyebutkan bahwa jenis koperasi didasarkan pada

kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Jenis-jenis koperasi

menurut Permenkop dan UKM No. 9 Tahun 2018 adalah:

a. Koperasi pembelian / pengadaan / konsumsen merupakan jenis koperasi

yang menyelenggarakan suatu fungsi pembelian atau pengadaan barang dan

jasa untuk memenuhi kebutuhan anggota sebagai konsumen akhir. Disini


18

anggotanya berperan sebagai pemilik sekaligus pembeli atau konsumen bagi

koperasinya.

b. Koperasi penjualan atau pemasaran adalah jenis koperasi yang

menyelenggarakan fungsi distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh

anggotanya agar sampai di tangan konsumen. Peran anggota disini adalah

sebagai pemilik dan pemasok barang atau jasa kepada koperasinya.

c. Koperasi produksi merupakan koperasi yang menghasilkan barang dan jasa,

dimana anggotanya bekerja sebagai pegawai atau karyawan koperasi. Di sini

anggota berperan sebagai pemilik dan pekerja koperasi.

d. Koperasi jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan pelayanan jasa yang

dibutuhkan oleh anggota, misalnya: koperasi simpan pinjam, koperasi

asuransi, dan lain sebagainya. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan

pengguna layanan jasa koperasi.

e. Koperasi simpan pinjam (KSP) adalah koperasi yang melaksanakan

kegiatan usahanya hanya usaha simpan pinjam.

2.2.2 Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang

pemupukan simpanan dana dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan

kembali kepada para anggota yang memerlukan bantuan dana. Kegiatan utama

dari koperasi simpan pinjam adalah menyediakan jasa penyimpanan dan

peminjaman dana kepada anggota koperasi. Dalam usaha simpan pinjam koperasi

memiliki beberapa tujuan, yaitu; mencapai dan memelihara akuntabilitas, dapat

memberikan kepastian kepada dunia usaha, meningkatkan kepercayaan publik

domestik dan asing terhadap perekonomian nasional, mencegah penurunan


19

kemampuan daya beli masyarakat, serta membantu menciptakan kondisi dan

lingkungan sosial yang lebih baik. Keberhasilan usaha simpan pinjam koperasi

dapat tercermin dari berkurangnya pinjaman kepada rentenir, meningkatnya usaha

anggota koperasi, berkurangnya pengangguran, adanya pengentasan kemiskinan

dan menurunnya tingkat kesenjangan antar wilayah.

Oleh karena itu, usaha simpan pinjam oleh koperasi perlu adanya

penyusunan laporan keuangan. Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas

penyusunan laporan keuangan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah membuat pedoman akuntansi keuangan usaha simpan pinjam pada

Permenkop dan UKM No. 13/Per/M.KUKM/IX/2015 sebagai panduan dalam

menyusun dan menyajikan laporan keuangan usaha simpan pinjam.

Pedoman akuntansi keuangan simpan pinjam oleh koperasi terdiri dari

Prinsip Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (PDP2LK), dan

Pernyataan Kebijakan Akuntansi Keuangan (PKAK) usaha simpan pinjam

koperasi termasuk interpretasinya. Prinsip Dasar Penyusunan dan Penyajian

Laporan Keuangan usaha simpan pinjam terdiri atas tujuan laporan keuangan

usaha simpan pinjam, asumsi dasar laporan keuangan usaha simpan pinjam,

karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan

keuangan usaha simpan pinjam serta definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-

unsur laporan keuangan usaha simpan pinjam (Hamzah, 2017:75).


20

2.2.3 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik

(SAK ETAP)

2.2.3.1 Pengertian SAK ETAP

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK

IAI) telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). SAK ETAP ini berlaku secara efektif untuk

penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011.

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK

ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas

tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:

a) Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan,

b) Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose

financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal

adalah pengusaha yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha,

kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

Sedangkan entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:

a) Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses

pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator

lain untuk tujuan penerbitan efek dipasar modal, atau

b) Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok

besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang

efek, dana pensiun, reksa dana, dan bank investasi.


21

Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK

ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK

ETAP.

2.2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP

Menurut IAI (SAK ETAP,2019:3), tujuan dari laporan keuangan adalah

menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan dan laporan

arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam

pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat

meminta laporan keuangan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan informasi

tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukan apa

yang telah dilakukan manjemen (stewardship) atau pertanggungjawaban

manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

2.2.3.3 Manfaat Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP

SAK ETAP pada dasarnya merupakan turunan dari PSAK. Bahkan

sebenarnya SAK ETAP merupakan bentuk penyederhanaan dari PSAK. SAK

ETAP memberikan banyak kemudahan bagi perusahaan dibandingkan dengan

PSAK yang memiliki ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Selain itu, ada

beberapa keuntungan yang didapatkan oleh anggota UKM ketika menerapkan

SAK ini, antara lain:

1. Dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil dan menengah mampu untuk

menyusun laporan keuangannya sendiri serta dapat diaudit dan mendapatkan

opini audit. Sehingga dapat menggunakan laporan keuangan untuk

mendapatkan dana untuk pengembangan usaha.


22

2. Lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK-IFRS (SAK Umum) sehingga

lebih mudah dalam implementasinya.

3. Memberi informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan.

2.2.3.4 Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP

Dalam penyajian laporan keuangan harus memenuhi persyaratan dari

SAK ETAP, yaitu (SAK ETAP, 2019:11):

1. Penyajian Wajar

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan,

dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian yang jujur

atas pengaruh transaksi, peristiswa dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi

dan kriteria pengakuan dari aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan dan beban.

2. Kepatuhan Terhadap SAK ETAP

Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu

eksplisit dan secara penuh atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan

keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP

kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP.

3. Frekuensi Pelaporan

Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi

komparatif) minimum satu tahun sekali. Ketika akhir periode pelaporan entitas

berubah dan laporan keuangan tahunan telah disajikan untuk periode yang lebih

panjang atau lebih pendek dari satu tahun, maka entitas mengungkapkan:

 Fakta tersebut;

 Alasan penggunaan untuk periode lebih panjang atau lebih pendek; dan
23

 Fakta bahwa jumlah komparatif untuk laporan laba rugi, laporan perubahan

ekuitas, laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas, dan catatan atas

laporan keuangan yang terkait adalah tidak dapat seluruhnya

diperbandingkan.

4. Penyajian Yang Konsisten

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus

konsisten, kecuali jika terjadi perubahan yang signifikan atas perubahan penyajian

atau pengklasifikasian yang bertujuan meghasilkan penyajian lebih baik sesuai

kriteria pemilihan juga penerapan kebijakan akuntansi dan jika SAK ETAP

mensyaratkan suatu perubahan penyajian.

2.2.3.5 Komponen Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP

Pada saat menyusun laporan keuangan dengan berdasarkan SAK ETAP

mengharuskan entitas untuk menggunakan dasar akrual, kecuali pada laporan arus

kas. Dalam dasar akrual, komponen atau pos-pos diakui sebagai aset, kewajiban,

ekuitas, penghasilan/pendapatan dan beban ketika memenuhi definisi serta kriteria

pengakuan yang diatur dalam penjelasan sebagai berikut:

1. Aset

Aset merupakan sumberdaya yang dikuasai oleh koperasi simpan pinjam sebagai

suatu akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa

depan yang akan diperoleh koperasi simpan pinjam. Komponen aset terdiri dari

aset lancer dan aset tidak lancar. Adapun penjelasan tentang aset lancar dan aset

tidak lancar adalah sebagai berikut:


24

a. Aset Lancar

Aset lancar yaitu aset yang memiliki masa manfaat kurang dari satu tahun.

Pengklasifikasian aset lancar dengan cara diperkirakan akan dapat direalisasi

atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi

normal entitas, dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan, dan

diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah

akhir masa periode pelaporan. Aset lancar meliputi komponen perkiraan

sebagai berikut:

 Kas

Kas merupakan aset yang siap digunakan untuk pembayaran dan bebas

digunakan untuk membiayai kegiatan umum organisasi.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi kas diakui sebagai aset lancar dan dicatat sebesar nilai

nominalnya. Pencatatan kas masuk pada akun kas dilakukan pada saat

terjadi penerimaan. Pencatatan kas keluar dilakukan pada saat terjadi

pengeluaran. Sedangkan pencatatan saldo kas disesuaikan dengan fisik kas

per tanggal laporan. Satu rekening bank meskipun dikhususkan untuk dana

tertentu tidak menutup kemungkinan menerima dari dana lainnya. Oleh

karena itu, pencatatan satu rekening bank bias dilakukan pada beberapa

dana sekaligus. Kas dinilai sebesar nilai yang diterima dan dikeluarkan.

Untuk saldo kas dinilai sesuai dengan jumlah fisik kas per tanggal laporan.

 Penyajian

Kas disajikan dalam pos aset lancar.


25

 Pengungkapan

Hal-hal yang harus dijelaskan seperti rincian jumlah uang kas. Kas disajikan

di neraca sebesar nilai fisik kas dan setara kas per tanggal laporan. Adapun

hal-hal lain yang dianggap perlu, seperti rincian rekening bank disajikan

dalam catatan atas laporan keuangan.

 Pendapatan Yang Masih Harus Diterima

Pendapatan yang masih harus diterima adalah berbagai jenis pendapatan

koperasi simpan pinjam yang sudah dapat diakui sebagai pendapatan tetapi

belum dapat diterima oleh koperasi simpan pinjam.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai asset lancar dan dicatat sebesar nilai nominalnya.

 Penyajian

Disajikan dalam pos aset lancar.

 Pengungkapan

Hal-hal penting yang berkaitan dengan perjanjian.

 Penempatan Dana pada Bank / Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi

Sekunder

Penempatan dana pada bank / usaha simpan pinjam oleh koperasi sekunder

adalah simpanan koperasi pada bank atau usaha simpan pinjam oleh

koperasi sekunder tertentu yang likuid, seperti tabungan, giro dan deposito

serta simpanan lainnya.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi bank atau usaha simpan pinjam oleh koperasi sekunder diakui

sebagai asset lancar dan dicatat sebesar nilai nominalnya.


26

 Penyajian

Bank atau usaha simpan pinjam oleh koperasi sekunder disajikan dalam pos

aset lancar.

 Pengungkapan

Hal-hal yang harus dijelaskan misalnya rincian simpanan / tabungan / giro /

deposito pada bank-bank yang berbeda.

 Surat Berharga

Surat berharga adalah investasi dalam berbagai bentuk surat berharga yang

dapat dicairkan dalam bentuk tunai setiap saat.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai asset lancar dan dicatat sebesar nilai nominalnya.

 Penyajian

Disajikan dalam pos aset lancar.

 Pengungkapan

Rincian surat berharga yang dimiliki koperasi simpan pinjam.

 Pinjaman yang Diberikan (Piutang)

Pinjaman yang diberikan (piutang usaha) adalah setiap klaim terhadap pihak

lain, baik eksternal maupun internal yang akan diterima dalam bentuk kas

dan atau aktiva lainnya pada masa yang akan datang.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai asset lancar dan dicatat sebesar nilai nominalnya.

 Penyajian

Disajikan pada pos asset lancar.

 Pengungkapan
27

Pinjaman yang diberikan (piutang) disajikan di neraca sebesar saldo

pinjaman yang diberikan (piutang) yang masih belum dibayar yang bersifat

bersih (net) setelah dikurangi cadangan piutang yang tidak tertagih atau

dihapuskan. Perincian piutang pinjaman yang diberikan dan penjelasan

piutang tak tertagih disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

 Penyisihan Pinjaman Tak Tertagih (Cadangan Piutang)

Penyisihan pinjaman tak tertagih (cadangan piutang) adalah penyisihan nilai

tertentu, sebagai pengurang nilai nominal piutang pinjaman atas terjadinya

kemungkinan resiko pinjaman tak tertagih yang dibentuk untuk menutup

kemungkinan kerugian akibat pemberian pinjaman sesuai karakteristik

masing-masing usaha yang dibiayai.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Koperasi simpan pinjam dapat membentuk pos penyisihan kerugian akibat

pemberian pinjaman, yang nilainya disesuaikan dengan perkiraan pinjaman

tak tertagih setiap periode sesuai karakteristik masing-masing usaha yang

dibiayai.

 Penyajian

Saldo penyisihan pinjaman tak tertagih (cadangan piutang) disajikan sebagai

pos pengurang dari pinjaman.

 Pengungkapan

Kebijakan akuntansi, metode penyisihan pinjaman tak tertagih (cadangan

piutang) pengelolaan piutang bermasalah.


28

 Persediaan (Perlengkapan)

Persediaan (perlengkapan) adalah material penunjang yang digunakan untuk

operasional koperasi simpan pinjam dengan masa manfaat kurang dari satu

tahun. Yang termasuk dalam kategori persediaan (perlengkapan) adalah

persediaan (perlengkapan) kantor yang jumlahnya material, seperti: buku,

alat tulis dan stasioneri.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi yang diakui sebagai aset dan dicatat sebesar nilai nominalnya.

 Penyajian

Disajikan pas pos aset lancar.

 Pengungkapan

Rincian per jenis perlengkapan pada koperasi simpan pinjam. Persediaan

(perlengkapan) disajikan pada neraca berdasarkan nilai fisik dari persediaan

per tanggal laporan. Bila terdapat perbedaan nilai buku dengan nilai fisik

secara jumlah, maka dilakukan penyesuaian di akhir periode.

 Pajak Dibayar Dimuka

Pajak dibayar dimuka adalah sejumlah dana yang telah dibayarkan sebagai

cicilan beban pajak badan.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai asset lancar dan dicatat sebesar nilai nominalnya.

 Penyajian

Disajikan dalam pos aset lancar.


29

 Biaya Dibayar Dimuka

Biaya dibayar dimuka adalah sejumlah dana yang telah dibayarkan kepada

pihak lain untuk memperoleh manfaat barang / jasa tertentu. Termasuk

dalam kategori biaya-biaya dibayar dimuka, antara lain adalah: sewa dibayar

dimuka, asuransi dibayar dimuka, dan biaya dibayar dimuka lainnya.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai aset lancar dan dicatat sebesar nilai nominalnya.

 Penyajian

Disajikan dalam pos aset lancar.

 Pengungkapan

Hal-hal penting yang berkaitan dengan perjanjian.

 Aset Lancar Lain

Aset lancar lain adalah aset yang tidak termasuk sebagaimana pada butir

diatas.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai aset lancar dan dicatat sebesar nilai nominalnya.

 Penyajian

Disajikan dalam pos aset lancar.

 Pengungkapan

Hal-hal penting yang berkaitan dengan perjanjian.

b. Aset Tidak Lancar

Aset tidak lancar adalah aset yang terdiri dari beberapa macam aset yang

memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dimiliki serta

digunakan dalam kegiatan operasional dengan kompensasi penggunaan berupa


30

biaya depresiasi (penyusutan). Aset tidak lancar meliputi komponen perkiraan

sebagai berikut:

 Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang adalah aset atau kekayaan yang diinvestasikan

pada koperasi sekunder, koperasi lain atau perusahaan untuk jangka waktu

lebih dari satu tahun tidak dapat dicairkan, berupa simpanan atau penyertaan

modal.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai aset tidak lancar dan dicatat sebesar nilai

nominalnya.

 Penyajian

Disajikan pada pos aset tidak lancar.

 Pengungkapan

Hal-hal yang perlu diinformasikan seperti rincian dari macam investasinya,

perjanjian, dan evaluasi prospek.

 Properti Investasi

Properti investasi adalah property (tanah atau bangunan atau bagian dari

suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai oleh koperasi simpan

pinjam atau lessee melalui sewa pembiayaan dan dapat menghasilkan sewa

atau kenaikan nilai atau kedua-duanya. Properti investasi tidak digunakan

untuk kegiatan produksi atau penyediaan barang / jasa, tujuan administratif,

atau dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.


31

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai aset tidak lancar dan dicatat sebesar nilai

perolehannya. Pada waktu pengakuan awal, properti investasi diukur pada

biaya perolehannya. Biaya perolehan dari properti investasi yang dibeli

meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat didistribusikan

secara langsung, seperti biaya legal dan broker, biaya pajak penghasilan dan

biaya transaksi lainnya.

Setelah pengakuan awal, seluruh properti investasi harus diukur pada biaya

perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai.

 Penyajian

Disajikan dalam pos aset tidak lancar.

 Pengungkapan

Hal-hal yang perlu diinformasikan seperti sumber perolehan, rincian atas

aset tidak lancar tersebut.

 Akumulasi Penyusutan Properti Investasi

Akumulasi penyusutan properti investasi adalah pengurang nilai perolehan

suatu properti investasi sebagai akibat penggunaan dan berlalunya waktu.

Akumulasi penyusutan dilakukan secara sistematis selama awal penggunaan

sampai dengan umur manfaatnya.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban untuk periode yang

bersangkutan dan nilainya disesuaikan dengan metode penyusutan properti

investasi koperasi simpan pinjam bersangkutan.


32

 Penyajian

Saldo akumulasi penyusutan properti investasi disajikan sebagai pos

pengurang nilai perolehan dari aset tidak lancar.

 Pengungkapan

Hal-hal yang perlu diungkapkan meliputi metode penyusutan dan umur

manfaat yang digunakan.

 Aset Tetap

Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai

atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi

organisasi, yang dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal

organisasi dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Pada

koperasi simpan pinjam diharuskan untuk menerapkan kriteria pengakuan

dalam menentukan pengakuan aset tetap. Maka koperasi simpan pinjam

harus mengakui biaya perolehan aset tetap jika:

i. Kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos

tersebut akan mengalir dari atau ke dalam koperasi simpan pinjam, dan

ii. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan.

Biaya perolehan aset tetap adalah setara harga tunainya pada tanggal

pengakuan. Koperasi simpan pinjam harus mengukur seluruh aset tetap

setelah pengakuan awal pada biaya perolehan dikurangi akumulasi

penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Aset tetap mencakup

perkiraan:
33

1. Tanah

Tanah / hak atas tanah adalah kekayaan yang diinvestasikan dalam bentuk

hak atas tanah.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai aset tetap dan dicatat sebesar nilai perolehan.

 Penyajian

Disajikan pada pos aset tetap

 Pengungkapan

Hal-hal yang perlu diinformasikan seperti sumber perolehan, rincian atas

aset dan waktu hak penggunaan.

2. Bangunan

Bangunan adalah kekayaan yang diinvestasikan dalam bentuk berbagai

bangunan.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai aset tetap dan dicatat sebesar nilai perolehannya.

 Penyajian

Disajikan pada pos aset tetap.

 Pengungkapan

Hal-hal yang perlu diinformasikan seperti sumber perolehan, rincian atas

aset dan metode penyusutannya.

3. Mesin dan Kendaraan

Mesin dan kendaraan adalah kekayaan yang diinvestasikan dalam bentuk

berbagai jenis mesin, kendaraan atau peralatan produksi.


34

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai aset tetap dan dicatat sebesar nilai perolehannya.

 Penyajian

Disajikan pada pos aset tetap.

 Pengungkapan

Hal-hal yang perlu diinformasikan seperti sumber perolehan, rincian atas

mesin, kendaraan dan peralatan produksi serta metode penyusutannya.

4. Inventaris dan Peralatan Kantor

Inventaris dan peralatan kantor adalah kekayaan yang diinvestasikan dalam

berbagai bentuk inventaris dan peralatan kantor.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai aset tetap dan dicatat sebesar nilai perolehannya.

 Penyajian

Disajikan pada pos aset tetap.

 Pengungkapan

Hal-hal yang perlu diinformasikan seperti sumber perolehan, rincian atas

inventaris dan metode penyusutannya.

 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap

Akumulasi penyusutan aset tetap adalah pengurang nilai perolehan suatu

aset tetap yang dimiliki koperasi simpan pinjam, sebagai akibat dari

penggunaan dan berlalunya waktu. Akumulasi penyusutan dilakukan secara

sistematis selama awal penggunaan sampai dengan umur manfaatnya.

Penyusutan dimulai ketika suatu aset tersedia untuk digunakan, misalnya

aset berada di lokasi dan kondisi yang diperlukan sehingga mampu


35

beroperasi sebagaimana maksud manajemen. Penyusutan dihentikan ketika

aset dihentikan pengakuannya. Penyusutan tidak dihentikan ketika aset tidak

digunakan atau dihentikan penggunaan aktifnya, kecuali aset tersebut telah

disusutkan secara penuh. Namun dalam metode penyusutan berdasar

penggunaan, beban penyusutan menjadi nol ketika tidak ada produksi. Pada

koperasi simpan pinjam harus memilih metode penyusutan apa yang

mencerminkan ekspektasi dalam pola penggunaan manfaat ekonomi masa

depan aset. Beberapa metode penyusutan yang mungkin dipilih, antara lain

metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode jumlah unit

produksi.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban untuk periode yang

bersangkutan yang nilainya disesuaikan dengan metode penyusutan aset

tetap koperasi simpan pinjamyang bersangkutan.

 Penyajian

Saldo akumulasi penyusutan disajikan sebagai pos pengurang dari aset

tetap.

 Pengungkapan

Hal-hal yang perlu diungkapkan seperti metode penyusutan yang digunakan,

umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan dan sebagainya.

 Aset Tidak Berwujud

Aset tidak berwujud adalah aset non moneter yang dapat diidentifikasi

namun tidak mempunyai wujud fisik, dimiliki untuk digunakan dalam


36

kegiatan produksi atau disewakan kepada pihak lain atau untuk tujuan

administratif. Suatu aset tidak berwujud dapat diidentifikasi jika:

i. Dapat dipisahkan, yaitu kemampuan untuk menjadi terpisah atau terbagi

dari entitas dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan

melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau

secara bersama, atau

ii. Muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah

hak tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari koperasi simpan

pinjam atau dari hak dan kewajiban lainnya.

Koperasi simpan pinjam harus menerapkan kriteria pengakuan untuk

mengakui aset tidak berwujud jika:

i. Kemungkinan koperasi simpan pinjam akan memperoleh manfaat

ekonomis masa depan dari aset tersebut, dan

ii. Biaya perolehan aset atau nilai aset tersebut dapat diukur dengan andal.

Koperasi simpan pinjam mengukur aset tidak berwujud pada awalnya

sebesar biaya perolehan. Contoh dari aset tidak berwujud yaitu software.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Nilai aset tidak berwujud dicatat sesuai dengan nilai perolehan dan

mempunyai masa manfaat ekonomis serta dapat diukur secara andal.

 Penyajian

Disajikan dalam pos aset tidak lancar.

 Pengungkapan

Hal-hal yang perlu diinformasikan sebagai berikut:

a. Umur manfaat atau tarif amortisasi.


37

b. Metode amortisasi.

c. Akumulasi amortisasi pada awal dan akhir periode

d. Unsur pada Laporan Perhitungan Hasil Usaha yang didalamnya terdapat

amortisasi aset tidak berwujud.

e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang

menunjukkan penambahan, pelepasan, amortisasi dan perubahan lainnya

secara terpisah.

 Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud

Akumulasi amortisasi aset tidak berwujud adalah pengurang nilai perolehan

suatu aset tidak berwujud yang dimiliki koperasi simpan pinjam sebagai

akibat dari penggunaan dan berlalunya waktu. Akumulasi amortisasi aset

tidak berwujud dilakukan secara sistematis selama awal penggunaan sampai

dengan umur manfaatnya. Amortisasi dimulai ketika aset siap digunakan,

yaitu aset tersebut berada di lokasi dan kondisi yang dibutuhkan untuk

mampu beroperasi sesuai dengan keinginan manajemen. Amortisasi

dihentikan ketika aset tidak berwujud dihentikan pengakuannya. Koperasi

simpan pinjam harus memilih metode amortisasi yang mencerminkan pola

pemanfaatan aset di masa mendatang. Jika koperasi simpan pinjam tidak

dapat menerapkan pola yang andal, maka koperasi simpan pinjam harus

menggunakan metode garis lurus.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Amortisasi aset tidak berwujud untuk setiap periode diakui sebagai beban

untuk periode yang bersangkutan yang nilainya disesuaikan dengan metode

amortisasi aset tidak berwujud koperasi simpan pinjam yang bersangkutan.


38

 Penyajian

Saldo akumulasi amortisasi disajikan sebagai pos pengurang dari aset tidak

berwujud.

 Pengungkapan

Hal-hal yang perlu diungkapkan seperti metode amortisasi yang digunakan,

umur manfaat atau tarif amortisasi yang digunakan.

 Aset Tidak Lancar Lain

Aset tidak lancar lain adalah aset yang tidak termasuk sebagaimana yang

dijabarkan di atas misalnya, bangunan yang belum selesai dibangun.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai aset tidak tetap lain dan dicatat sebesar nilai

nominalnya.

 Penyajian

Disajikan pada pos aset tidak lancar lain.

 Pengungkapan

Hal-hal yang perlu diinformasikan seperti sumber perolehan, rincian atas

aset tidak lancar lain.

2. Kewajiban

Kewajiban merupakan pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan oleh koperasi

simpan pinjam dimasa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aset atau

pemberian jasa yang disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa

sebelumnya. Kewajiban juga merupakan tanggung jawab koperasi simpan pinjam


39

saat ini yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan

akan membutuhkan sumber daya ekonomi. Komponen kewajiban pada koperasi

simpan pinjam antara lain:

a. Kewajiban Jangka Pendek (Kewajiban Lancar)

Kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar) adalah utang koperasi yang

digunakan untuk kebutuhan modal kerja dan memelihara likuiditas koperasi,

dan harus dilunasi paling lama dalam satu periode akuntansi koperasi.

Kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar) meliputi perkiraan antara lain:

 Utang Usaha

Utang usaha adalah utang kepada anggota dan non anggota yang terjadi

sebagai akibat transaksi usaha pembelian barang/jasa secara non tunai oleh

koperasi.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai kewajiban dan dicatat sebesar nilai perolehannya.

 Penyajian

Disajikan pada pos kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar).

 Pengungkapan

Rincian dari utang usaha meliputi jenis, kelompok, jangka waktu, dan tata

cara pelunasan yang diperlukan.

 Simpanan Anggota

Simpanan anggota merupakan suatu penyetoran atau penyerahan uang tunai

kepada koperasi oleh anggota yang tidak menentukan kepemilikan (ekuitas)

yang pengambilannya dibatasi sesuai perjanjian.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)


40

Transaksi diakui sebagai kewajiban dan dicatat sebesar nilai perolehannya.

 Penyajian

Disajikan pada pos kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar)

 Pengungkapan

Rincian simpanan berdasarkan jenis, beban bunga, syarat penarikan dan

informasi lain yang diperlukan.

 Dana-dana Sisa Hasil Usaha (SHU)

Dana-dana SHU adalah suatu alokasi dari pembagian sisa hasil usaha

setelah dikurangi dana candangan yang merupakan bagian anggota,

pengurus pengawas, karyawan, dana pendidikan anggota, dana

pembangunan daerah kerja dan lain-lain sesuai alokasi yang diatur dalam

anggaran dasar, anggaran rumah tangga dan keputusan rapat anggota yang

belum dibayarkan kepada yang bersangkutan.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai kewajiban dan dicatat sebesar nilai perolehannya.

 Penyajian

Disajikan pada pos kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar).

 Pengungkapan

Rincian alokasi Sisa Hasil Usaha dan informasi lain yang diperlukan seperti

contohnya; peruntukan dana sosial, penyediaan dana pendidikan anggota

dan pengalokasian dana pembangunan daerah kerja.

 Utang Bank / Lembaga Keuangan Bukan Bank


41

Utang bank / lembaga keuangan bukan bank merupakan utang kepada

bank / lembaga keuangan lain untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dan

atau investasi.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai kewajiban dan dicatat sebesar nilai perolehannya.

 Penyajian

Disajikan pada kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar).

 Pengungkapan

Rincian dari utang koperasi kepada bank/lembaga keuangan lain dan

informasi lain yang diperlukan baik berupa utang pokok, bunga, jatuh

tempo, syarat pembayaran, agunan yang dijaminkan dan ketentuan lain

berdasarkan perjanjian kredit.

 Utang Jangka Pendek Lainnya

Merupakan utang koperasi jangka pendek lainnya (kewajiban lancar lain),

kepada pihak lain yang harus dilunasi paling lama dalam satu periode

akuntansi.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai kewajiban dan dicatat sebesar nilai perolehannya.

 Penyajian

Disajikan pada pos kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar).

 Pengungkapan

Rincian jenis utang koperasi jangka pendek lain kepada pihak lain dan

informasi lain yang diperlukan baik berupa utang pokok maupun bunga

yang jatuh tempo satu tahun/periode akuntansi.


42

 Beban Yang Masih Harus Dibayar

Merupakan beban yang telah terjadi dan diakui sebagai beban tahun yang

bersangkutan tetapi belum dibayar tunai.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai kewajiban dan dicatat sebesar nilai perolehannya.

 Penyajian

Disajikan pada pos kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar).

 Pengungkapan

Rincian dari jenis beban yang masih harus dibayar dan informasi terjadinya

beban.

 Pendapatan Diterima Dimuka

Pendapatan diterima dimuka yaitu pendapatan yang telah diterima secara

tunai tetapi belum dapat diakui sebagai pendapatan pada tahun buku yang

bersangkutan.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai kewajiban dan dicatat sebesar nilai perolehannya.

 Penyajian

Disajikan pada pos kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar).

 Pengungkapan

Rincian dari pendapatan diterima dimuka dan informasi terjadinya

pendapatan diterima dimuka serta kapan akan diakui sebagai pendapatan.

 Hutang Pajak

Merupakan pajak penghasilan termasuk seluruh pajak domestik dan luar

negeri sebagai dasar penghasilan kena pajak. Pajak penghasilan juga


43

termasuk pajak misalnya pemungutan dan pemotongan pajak yang terutang

oleh koperasi.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Koperasi harus mengakui kewajiban atas seluruh pajak penghasilan periode

berjalan dan periode sebelumnyayang belum dibayar. Jika jumlah yang telah

dibayar untuk periode berjalan dan periode sebelumnya melebihi jumlah

yang terhutang untuk periode tersebut, koperasi harus mengakui kelebihan

tersebut sebagai aset.

 Penyajian

Disajikan pada pos kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar).

 Pengungkapan

Koperasi harus mengungkapkan secara terpisah komponen-komponen

utama beban pajak penghasilan.

b. Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban jangka panjang adalah utang koperasi yang digunakan untuk

kebutuhan investasi dan/atau kebutuhan lainnya, dan dapat dilunasi lebih dari

satu tahun. Kewajiban jangka panjang meliputi perkiraan antara lain:

 Utang Bank/Lembaga Keuangan Lain

Merupakan utang kepada bank/lembaga kauangan lain untuk memenuhi

kebutuhan investasi dan/atau kebutuhan lain, yang dilakukan dengan proses

penarikan kredit/pembiayaan.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)


44

Transaksi diakui sebagai kewajiban jangka panjang dan dicatat sebesar nilai

nominalnya.

 Penyajian

Disajikan pada pos kewajiban jangka panjang.

 Pengungkapan

Rincian dari utang koperasi kepada bank/lembaga keuangan lain dan

informasi lain yang diperlukan baik berupa utang pokok, bunga, agunan,

jangka waktu dan tata cara pelunasan.

 Kewajiban Imbalan Pasca Kerja

Kewajiban imbalan pasca kerja adalah imbalan pasca kerja (selain pesangon

pemutusan kerja) yang terutang setelah pekerja menyelesaikan masa

kerjanya.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai kewajiban jangka panjang dan dicatat sebesar nilai

nominalnya.

 Penyajian

Disajikan pada pos kewajiban jangka panjang.

 Pengungkapan

Rincian dari kewajiban imbalan pasca kerja dan informasi lain yang

diperlukan.

 Kewajiban Jangka Panjang Lainnya

Merupakan kewajiban jangka panjang lainnya baik berupa modal

penyertaan dari mitra kerja atau lembaga keuangan lain atau dari pemerintah

untuk memenuhi kebutuhan investasi usaha tertentu.


45

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Transaksi diakui sebagai kewajiban jangka panjang dan dicatat sebesar nilai

nominalnya.

 Penyajian

Disajikan pada pos kewajiban jangka panjang lainnya dan untuk bagian dari

modal penyertaan yang akan dikembalikan dalam waktu kurang dari satu

tahun harus direklasifikasikan ke kelompok kewajiban jangka pendek.

 Pengungkapan

Rincian dari jenis utang jangka panjang lain dan informasi lain yang

diperlukan berupa nilai penyertaan modal, bagi hasil, jangka waktu dan tata

cara pelunasan.

3. Ekuitas (Modal)

Ekuitas (modal) adalah aset dikurangi dengan kewajiban. Dalam hal ini ekuitas

adalah modal yang mempunyai ciri sebagai berikut:

i. Berasal dari anggota, seperti simpanan pokok, simpanan wajib, hibah / donasi

atau berasal dari sumber dalam koperasi simpan pinjam seperti Cadangan, Sisa

Hasil Usaha (SHU) pada tahun berjalan.

ii. Menanggung resiko dan memiliki pendapatan tidak tetap. Bilamana koperasi

simpan pinjam memperoleh SHU, maka anggota akan menerima bagiannya.

Apabila koperasi simpan pinjam merugi, maka anggota tidak menerima

pembagian SHU atau menanggung kerugian.


46

iii. Tidak dapat dipindahtangankan, namun dapat diambil kembali pada saat

anggota keluar dari keanggotaannya atau jika koperasi simpan pinjam bubar

setelah kewajiban-kewajiban koperasi simpan pinjam diselesaikan.

Rincian sumber ekuitas (modal) koperasi adalah sebagai berikut:

a. Simpanan Pokok

Merupakan sejumlah uang yang sama banyaknya, yang wajib dibayarkan oleh

anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok

tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Simpanan pokok diakui sebagai ekuitas (modal) dan dicatat sebesar nilai

nominalnya sesuai yang ditentukan atau ditetapkan dalam suatu anggaran

dasar dan anggaran rumah tangga koperasi.

 Penyajian

Disajikan pada pos ekuitas (modal).

 Pengungkapan

Simpanan pokok diungkapkan sebesar jumlah total yang telah dibayarkan

penuh oleh anggota dan setoran yang dibayarkan oleh calon anggota,

sehingga mencerminkan jumlah anggota penuh. Rincian simpanan pokok

disajikan berdasarkan nama anggota dalam bentuk lampiran dalam catatan

atas laporan keuangan.

b. Simpanan Wajib
47

Simpanan wajib adalah sejumlah uang yang tidak harus sama besarannyaa,

yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi setiap periode selama yang

bersangkutan menjadi anggota. Simpanan wajib tidak dapat diambil selama

yang bersangkutan masih menjadi anggota.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Simpanan wajib diakui sebagai ekuitas (modal) dan dicatat sebesar nilai

nominalnya sesuai yang telah dibayarkan sesuai yang ditentukan atau

ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi.

 Penyajian

Disajikan pada pos kelompok ekuitas (modal).

 Pengungkapan

Simpanan wajib diungkapkan sebesar jumlah total simpanan wajib yang

telah dibayarkan penuh dan belum dibayarkan oleh anggota. Rincian

simpanan wajib dapat disajikan berdasarkan nama anggota dalam bentuk

lampiran catatan atas laporan keuangan.

c. Hibah (Donasi)

Merupakan sejumlah uang atau barang modal yang mempunyai nilai yang

dapat diukur dalam satuan mata uang, yang diterima dari pihak lain baik yang

mengikat dan yang tidak mengikat penggunaannya, berupa aset lancer atau aset

tetap lainnya. Hibah (donasi) tidak dapat dibagikan kepada anggota.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)


48

Hibah (donasi) diakui sebagai ekuitas dan dicatat sebesar nilai

perolehannya.

 Penyajian

Disajikan pada pos kelompok ekuitas (modal).

 Pengungkapan

Pengungkapan hibah (donasi) memuat informasi sumbernya, syarat

peruntukannya, bentuknya dan tanggal perolehannya.

d. Cadangan

Cadangan adalah bagian dari sisa hasil usaha yang disisihkan sesuai dengan

ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga atau ketetapan rapat

anggota dan merupakan ekuitas koperasi yang tidak dapat dibagikan kepada

anggota. Pembentukannya ditujukan untuk pengembangan usaha koperasi dan

untuk menutup kerugian apabila diperlukan. Penggunaan cadangan untuk

tujuan pemupukan modal dan tujuan resiko diatur dalam ketentuan anggaran

dasar koperasi dengan mempertimbangkan kepentingan pengembangan usaha

koperasi.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Cadangan koperasi diakui sebagai ekuitas dan dicatat sebesar nilai

nominalnya.

 Penyajian

Disajikan pada pos kelompok ekuitas (modal).

 Pengungkapan

Hal yang perlu diungkapkan adalah tujuan dan penggunaan cadangan.

e. Sisa Hasil Usaha (SHU) Tahun Berjalan


49

Sisa Hasil Usaha adalah penjualan barang / jasa sebagai pendapatan koperasi

yang diperoleh dalam satu periode akuntansi dikurangi dengan biaya

operasional, penyusutan dan biaya-biaya lain, termasuk pajak dalam satu

periode akuntansi bersangkutan. Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dengan

cadangan pengembangan usaha dibagikan kepada anggota, pengurus,

pengawas, karyawan, dan pembagian lainnya sebagaimana diatur dalam

anggaran dasar dan anggaran rumah tangga seperti dana pendidikan anggota

dan dana pembangunan daerah kerja. Dalam hal jumlah pembagian SHU telah

diatur dengan jelas, maka bagian Sisa Hasil Usaha yang bukan menjadi hak

koperasi, diakui sebagai kewajiban lancer setelah mendapat persetujuan rapat

anggota tahunan. Bagian SHU yang merupakan hak koperasi diakui sebagai

cadangan dan merupakan ekuitas koperasi. Apabila jumlah pembagiannya

belum diatur secara jelas, maka Sisa Hasil Usaha tersebut dicatat sebagai SHU

tahun berjalan serta harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.

 Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan)

Sisa Hasil Usaha yang menjadi hak koperasi diakui sebagai cadangan

merupakan ekuitas koperasi serta dicatat sebesar nilai perolehannya. Sisa

Hasil Usaha yang tidak menjadi hak koperasi diakui sebagai kewajiban

lancer dan dicatat sebesar nilai perolehannya setelah memperoleh keputusan

dalam arapat anggota. Sisa Hasil Usaha diakui sebesar nilai perolehannya

dan dicatat sebagai ekuitas minus apabila SHU minus. Sisa Hasil Usaha

dicatat sebagai pengurang cadangan koperasi dan disajikan dalam laporan

perubahan ekuitas setelah memperoleh keputusan dalam rapat anggota.

 Penyajian
50

Disajikan pada pos kelompok ekuitas (modal).

 Pengungkapan

Hal yang perlu diungkapkan adalah alokasi SHU koperasi tahun berjalan, dasar

perhitungan alokasi dan informasi SHU yang berasal dari transaksi non

anggota.

4. Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas

yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, imbalan,

bunga, royalty dan pendapatan sewa. Dalam pengakuan pendapatan merupakan

akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Pendapatan diakui dalam

laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan

dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur

secara andal.

5. Beban

Beban adalah suatu biaya yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas koperasi yang

secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan aktivitas usaha koperasi.

Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban.

Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa

depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah

terjadi dan dapat diukur secara andal.

2.2.3.6 Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP


51

Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang

memiliki beberapa komponen, antara lain:

1. Neraca

Pada SAK ETAP mengatur tentang apa yang disajikan dalam neraca dan

bagaimana penyajiannya. Neraca merupakan laporan keuangan yang menyajikan

aset, kewajiban dan ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal tertentu atau akhir

periode pelaporan. Dalam penyusunannya, SAK ETAP mengatur tentang

beberapa informasi yang harus dijabarkan pada neraca. Informasi tersebut

meliputi:

a. Kas dan setara kas,

b. Piutang usaha dan piutang lainnya,

c. Persediaan,

d. Properti investasi,

e. Aset tetap,

f. Aset tidak berwujud,

g. Utang usaha dan utang lainnya,

h. Aset dan kewajiban pajak,

i. Kewajiban diestimasi

j. Ekuitas.

Entitas menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya dalam neraca jika penyajian

seperti itu relevan dalam rangka pemahaman terhadap posisi keuangan entitas

(SAK ETAP, nomor 4 paragraf 3). SAK ETAP tidak menentukan format atau

urutan terhadap pos-pos yang disajikan.

2. Laporan Laba Rugi / Laporan Perhitungan Hasil Usaha


52

Laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang diakui

dalam suatu periode kecuali SAK ETAP mensyaratkan lain. SAK ETAP mengatur

perlakuan berbeda terhadap dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan

kebijakan akuntansi yang disajikan sebagai penyesuaian terhadap periode yang

lalu dan bukan sebagai bagian dari laba atau rugi dalam periode terjadinya

perubahan (SAK ETAP, nomor 5 paragraf 2).

Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos: pendapatan, beban keuangan,

bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas, beban

pajak, dan laba atau rugi neto. Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah

lainnya pada laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami

kinerja keuangan entitas. Selain itu entitas tidak boleh menyajikan atau

mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai “pos luar biasa”, baik dalam

laporan laba rugi maupun dalam catatan atas laporan keuangan.

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Pada SAK ETAP nomor 6 paragraf 2 menyatakan tujuan dari laporan perubahan

ekuitas adalah menyajikan laporan laba atau rugi entitas untuk suatu periode, pos

pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode

tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang

diakui dalam periode tersebut, dan (tergantung pada format laporan perubahan

ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi

lain ke, pemilik ekuitas selama periode tersebut. Entitas menyajikan laporan

perubahan ekuitas yang menunjukkan:

(a) laba atau rugi untuk periode;

(b) pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;


53

(c) untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi

dan koreksi kesalahan yang diakui sesuai (Bab 9 Kebijakan Akuntansi,

Estimasi, dan Kesalahan);

(d) untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah 15 tercatat

awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang

berasal dari:

(i) laba atau rugi;

(ii) pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;

(iii) jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas,

yang menunjukkan secara terpisah modal saham, transaksi saham

treasuri, dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan

perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan

kehilangan pengendalian (SAK ETAP, nomor 6 paragraf 3).

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas

entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu

periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

1) Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil

utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya

berasal dari transaksi dan peristiwa dan kondisi lain yang mempengaruhi

penetapan laba atau rugi. Entitas melaporkan arus kas dari aktivitas operasi

dengan menggunakan metode tidak langsung. Dalam metode ini laba atau

rugi neto disesuaikan dengan mengoreksi dampak dari transaksi non kas,
54

penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk

operasi dimasa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang

berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan (SAK ETAP, nomor 7

paragraf 7).

Dalam metode tidak langsung, arus kas neto dari aktivitas operasi

ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi dari dampak:

a. Perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha selama

periode berjalan;

b. Pos non kas seperti penyusutan, penyisihan, keuntungan dan kerugian

valuta asing yang belum direalisasi; dan

c. Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan

(SAK ETAP, nomor 7 paragraf 8).

2) Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan

Entitas melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto

dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktvitas investasi dan

pendanaan. Jumlah agregat arus kas yang berasal dari akuisisi dan pelepasan

entitas anak atau unit usaha lain disajikan secara terpisah dan

diklasifikasikan sebagai arus kas dari aktivitas operasi (SAK ETAP, nomor

7 paragraf 9).

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan berisi informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau

rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos
55

yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan (SAK ETAP,

nomor 8 paragraf 1).

Catatan atas laporan keuangan harus:

a) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan akuntansi tertentu.

b) Mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam SAK ETAP tetapi

tidak disajikan dalam laporan keuangan, dan

c) Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan

keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan (SAK ETAP,

nomor 8 paragraf 2).

2.2.3.7 Karakteristik Kualitatif Informasi Dalam Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif akuntansi untuk usaha simpan pinjam koperasi

antara lain (Hamzah, 2017:85):

1. Dapat Dipahami.

Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud

ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang

aktivitas ekonomi, bisnis dan akuntansi serta kemauan untuk mempelajari

informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar.

2. Relevan

Informasi keuangan harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses

pengambilan keputusan dan membantu dalam melakukan evaluasi peristiwa

masa lalu, masa kini, dan masa depan.

3. Keandalan
56

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan

bias serta penyajian secara jujur jika dimaksudkan untuk mempengaruhi

pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan mencapai suatu

hasil tertentu.

4. Dapat Dibandingkan

Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan koperasi simpan

pinjam antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan

kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan

keuangan antar koperasi simpan pinjam atau koperasi simpan pinjam

dengan badan usaha lain untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta

perubahan posisi keuangan secara relatif.

Anda mungkin juga menyukai