Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya setiap negara mempunyai masalahnya sendiri dalam sektor

ekonomi. Masalah ekonomi merupakan suatu hal yang sangat krusial bagi semua

negara. Pada setiap sektor memiliki pelaku khusus untuk sektor ekonomi yang

pelakunya yaitu pelaku individu dan kelompok. Semua pelaku ini sama memiliki

pengaruh. Pelaku kelompok dapat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu terdiri

dari; pelaku negara, pelaku swasta, dan pelaku koperasi. Apabila para pelaku ini

melaksanakan kegiatan ekonominya dengan baik, maka mereka dapat

mewujudkan suatu masyarakat yang adil, makmur, juga pembangunan di berbagai

sektor akan menjadi lebih maju dan cepat terlaksana.

Pembangunan negara pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari peran

masyarakat dalam sektor ekonomi, karena keikutsertaan masyarakat dalam

pembangunan yang merupakan bagian dari suatu pembangunan ekonomi nasional

yaitu dengan berusaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, baik dari

materiil maupun spiritual yang mencakup seluruh lapisan masyarakat. Negara

Indonesia menempatkan ekonomi nasional berdasarkan pada prinsip kekeluargaan

dengan dasarnya yaitu Pancasila dan UUD 1945. Sebagai perwujudannya adalah

dengan adanya suatu gerakan ekonomi koperasi di kalangan masyarakat Indonesia

sebagai pemacu pergerakan ekonomi nasional.

1
2

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1, koperasi

merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau suatu badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas

kekeluargaan. Sedangkan pada Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Pasal 3 yaitu,

koperasi mempunyai tujuan untuk mensejahterahkan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional

dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur dengan

berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Koperasi dijalankan

dengan harapan dapat menjadi lembaga ekonomi yang kuat dan menjadi wadah

untuk meningkatkan golongan ekonomi rendah.

Didalam koperasi diperlukan suatu pertanggungjawaban atas segala

tindakan yang dilakukan. Salah satu produk yang dihasilkan dari

pertanggungjawaban tersebut yaitu produk akuntansi pada koperasi. Bentuk

produk akuntansi adalah proses dari seluruh data aktivitas koperasi dalam suatu

siklus akuntansi atau periode usaha, dikelompokkan dan diklasifikasikan sampai

menjadi laporan keuangan yang memuat informasi menyeluruh mengenai

keadaan, sirkulasi laba/rugi, dan perubahan posisi keuangan, serta laporan sisa

hasil usaha (Hadiwidjaja & Wirasasmita, 2005:4).

Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi yang menyangkut

tentang posisi keuangan serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang

bermanfaat bagi sejumlah besar pemakainya dalam suatu pengambilan keputusan

ekonomi (Martani, 2011). Laporan keuangan koperasi mempunyai perbedaan

dengan laporan keuangan badan usaha lain yaitu diantaranya perkiraan modal atau
3

ekuitas yang terdiri dari Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Simpanan Sukarela,

Modal Penyertaan, Sumbangan, dan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang Belum Dibagi.

Tetapi pada badan usaha yang lainnya seperti; Perseroan Komanditer (CV)

permodalannya merupakan milik sekutu komanditer sedangkan modal berupa

saham untuk Perseroan Terbatas (PT). Pada koperasi, Laporan Laba Rugi disebut

dengan Laporan Perhitungan Sisa Hasil Usaha dan pada akun-akun tertentu

seperti contohnya piutang, pendapatan, dan kewajiban harus dibedakan antara

transaksi yang terjadi dengan anggota dan non anggota.

Dalam proses penyusunan laporan keuangan, profesi akuntansi dihadapkan

pada suatu kemungkinan bahaya penyimpangan dan ketidaktepatan, maka untuk

meminimalisir bahaya tersebut profesi akuntansi mengesahkan seperangkat

Standar dan Prosedur Umum yang disebut sebagai Prinsip-Prinsip Akuntansi yang

diterima umum. Di Indonesia prinsip ini disusun dalam suatu Standar Akuntansi

Keuangan (SAK). Standar Akuntasi Keuangan (SAK) merupakan aturan atau

pedoman pokok dalam menyajikan laporan keuangan yang harus diterapkan oleh

perusahaan dalam menyajikan laporan keuangannya. Begitupun halnya dengan

organisasi yang lain, salah satu bentuk penerapan prinsip transparansi yang harus

dilakukan oleh koperasi adalah dengan menyusun dan menyajikan laporan

keuangan organisasi dengan mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI). Setiap aktivitas pengoperasian koperasi harus

dirangkum dalam laporan pertanggungjawaban pengurus koperasi pada setiap

periode.

Laporan pertanggungjawaban pengurus koperasi yang di dalamnya terdapat

laporan keuangan yang memiliki peran yang penting dalam memberikan


4

informasikan tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas

suatu entitas yang berguna bagi sejumlah pengguna dalam proses pengambilan

keputusan. Dalam suatu penyajian laporan keuangan koperasi harus menganut

SAK-ETAP yang diputuskan berdasarkan Peraturan Menteri terbaru Nomor 12

s/d 14/Per/M.KUKM/IX/2015.

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK

ETAP) merupakan salah satu Standar Akuntansi Keuangan yang disusun sebagai

solusi bagi perusahaan kecil dan menengah, karena pada perusahaan tersebut

sering ditemukan kesulitan dalam menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) yang selama ini telah berlaku. Perusahaan kecil dan menengah

dapat memilih untuk menggunakan standar akuntansi yang berlaku untuk

diterapkan dalam penyajian laporan keuangan perusahaan selama memenuhi

syarat ketentuan yang berlaku atas Peraturan Pemerintah dan Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI). Salah satu entitas tersebut adalah koperasi. Secara rinci, entitas

yang diperbolehkan menggunakan SAK-ETAP dalam penyajian laporan

keuangannya yang dipresentasikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada

tanggal 23 Desember 2011 di Jakarta tentang implementasi SAK-ETAP, yaitu

seperti; Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM), Koperasi dan UKM.

Dalam Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pada

pasal 35, disebutkan bahwa setelah tahun buku koperasi ditutup paling lambat 1

(satu) bulan sebelum diselenggarakan rapat anggota tahunan, pengurus harus

menyusun laporan tahunan yang memuat sekurang-kurangnya :


5

1. Neraca;

2. Perhitungan Hasil Usaha;

3. Catatan atas Laporan Keuangan;

Kemudian laporan keuangan dilengkapi sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK- ETAP), terdiri dari:

1. Laporan Perubahan Ekuitas (Modal);

2. Laporan Arus Kas.

Pada dasarnya SAK ETAP memiliki tujuan untuk mempermudah entitas

seperti koperasi dalam menyajikan Laporan Keuangan. Karena Standar Akuntansi

Keuangan yang berbasis IFRS atau (SAK umum) ditujukan bagi entitas yang

memiliki tanggungjawab publik yang lebih signifikan dan entitas yang banyak

melakukan kegiatan lintas antar negara. Sehingga akan sulit memahami serta

menerapkan untuk sebagian besar entitas koperasi. Dalam beberapa hal, SAK

ETAP memberikan alternatif dan kemudahan untuk suatu entitas dibandingkan

dengan SAK umum yang memiliki ketentuan penyusunan laporan keuangan yang

sangat kompleks.

Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Yustisia Pengadilan Negeri

Malang yang beralamatkan di Jalan Ahmad Yani No.198 Kota Malang. Koperasi

ini telah berdiri sejak tanggal awal tahun 1992 dan secara resmi berdiri sebagai

badan hukum bernomor 7210/BH/II/92 pada tanggal 10 Februari 1992. Koperasi

Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Yustisia Pengadilan Negeri ini bergerak

dalam bidang usaha simpan pinjam, tetapi pada bulan Agustus 2019 koperasi ini

mulai menambah usaha dalam bidang perdagangan. Dalam penerapannya,

koperasi ini telah berpedoman pada Permenkop dan UKM Nomor


6

13/Per/M.KUKM/IX/2015 yang menggunakan SAK ETAP dalam menyusun

laporan keuangannya. Meskipun demikian dalam penerapannya ternyata banyak

hal yang masih kurang sesuai dengan klausul yang ada pada SAK ETAP,

contohnya seperti;

1. Pos akun yang tidak sesuai pada tempatnya.

2. Pencatatan transaksi yang masih manual dan masih belum sesuai dengan SAK

ETAP.

3. Catatan atas laporan keuangan (CaLK) yang tidak disajikan.

Jika koperasi dalam penyajian laporan keuangan kurang sesuai dengan SAK

ETAP, akan berakibat laporan keuangan menjadi tidak wajar dan dilanjutkan

dengan berkurangnya kepercayaan atas laporan keuangan tersebut.

Akhirnya berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis tertarik membahas

tentang masalah tersebut dan menyusunnya dalam bentuk Laporan Akhir dengan

judul “Analisis Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Atas Penyajian Laporan Keuangan Pada

Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Yustisia Pengadilan Negeri

Malang”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perumusan masalah penelitian

ini yaitu, “Apakah penyajian laporan keuangan Koperasi Pegawai Republik

Indonesia (KPRI) Yustisia Pengadilan Negeri Malang pada tahun 2018 sudah

sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik?”


7

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada penjabaran dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan

dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan SAK ETAP atas

penyajian laporan keuangan di Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)

Yustisia Pengadilan Negeri Malang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diinginkan oleh penulis dalam menyusun laporan akhir ini

adalah :

1. Bagi Koperasi

Dapat memberikan saran yang bermanfaat bagi Koperasi Pegawai

Republik Indonesia (KPRI) Yustisia Pengadilan Negeri Malang dalam

menyusun suatu laporan keuangan agar sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), sehingga

laporan keuangannya dapat digunakan dan diterima dengan lebih baik

bagi pihak eksternal .

2. Bagi Penulis

Menambah suatu wawasan kompetensi ilmu pengetahuan dan

pengalaman bagi penulis mengenai bagaimana keadaan laporan keuangan

di KPRI tersebut. Serta dapat berfungsi sebagai sarana dalam penerapan

dan pengembangan ilmu yang telah diterima.

3. Bagi Universitas Widyagama Malang

Dapat menjadi bahan bacaan yang berguna bagi para pembaca,

khususnya untuk mahasiswa Jurusan Akuntansi dan juga bermanfaat


8

sebagai referensi bagi penulisan selanjutnya agar dapat terus

dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai