Anda di halaman 1dari 3

1

2. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Hermeneutik


A. Pengertian
Hermeneutika Secara bahasa diambil dari istilah Yunani hermeneuein berasal dari
bahasa Greek. Hermeneutik secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau filsafat
tentang interpretasi makna. Secara harfiah, hermeneutika artinya tafsir. Secara etimologis,
kata hermeneutik berasal dari bahasa Yunani hermeneuin yang berarti menafsirkan. Maka
kata benda hermeneia secara harfiah dapat diartikan penafsiran atau interpretasi. Istilah
tersebut dalam berbagai bentuknya dapat dibaca dalam sejumlah literatur peninggalan yunani
kuno, seperti digunakan Aristoteles dalam sebuah risalah yang berjudul Peri Hermeneias
(tentang penafsiran). Kata itu kemudian diserap ke dalam bahasa Jerman yaitu hermeneutik
dan hermeneutics dalam bahasa Inggris.
Dalam terminologi modern, hermeneutic juga merupakan ilmu yang digunakan dalam
mencari pemahaman teks secara umum, yaitu dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan
yang beragam dan saling berkaitan seputar teks dari segi karakteristiknya dan hubungannya
dengan kondisi yang melingkupinya dari satu sisi serta hubungannya dengan pengarang teks
serta pembacanya dari sisi yang lain. Selain itu, penting dicatat bahwa hermeneutika fokus
membahas dengan serius seputar hubungan penafsir (atau kritikus teks sastrawi) dengan teks
khususnya yang berkaitan dengan Alkitab. Tujuan dari hermeneutika adalah untuk
menemukan kebenaran dan nilai-nilai dalam Bible.
Secara epistemologis, hermeneutika dalam pengertian sempit adalah dispilin yang
membahas metode-metode yang tepat untuk memahami dan menafsirkan hal-hal yang perlu
difsirkan. Sedangkan dalam pengertian luas, yang mencakup empat macam tingkatan
hermeneutika di atas, adalah cabang ilmu pengetahuan yang membahas hakekat, metode, dan
landasan filosofi dalam kegiatan penafsiran.
Sedangkan mengenai tingkatan definisi hermeneutika dapat dilihat dalam pemaparan
Ben Vedder dalam bukunya “Was ist Hermeneutik?” Dalam bukunya tersebut Vedder
membedakan empat terma yang saling terkait sebagai berikut:
Pertama, Hermeneuse (act of interpreting; aktifitas atau praktek menafsirkan dan
karya tafsir) adalah penjelasan atau interpretasi sebuah teks, karya seni atau perilaku
seseorang. Dari pengetian tersebut dapat diketahui bahwa istilah itu merujuk pada aktivitas
penafsiran terhadap obyek-obyek tertentu seperti teks, simbol-simbol seni dan perilaku
manusia. Jadi istilah tersebut tidak terkait dengan metode-metode, syarat-syarat dan hal-hal
yang melandasi penafsiran.
Kedua, Hermeneutik (Hermeneutika). Menurut Vedder hermeneutik adalah teknik
menguak kesatuan makna teks. Istilah ini memiliki definisi regulasi, aturan, metode, strategi
atau langkah penafsiran. Yang termasuk dalam kategori hermeneutika adalah misalnya,
pemikiran-pemikiran J. Dannhaueser dalam bukunya Hermeneutica sarca sive methodus
exponendarum sacrarum literarum, yang memuat teori-teori dan prinsip-prinsip penafsiran.
Selain itu ada juga Shleiermacher yang tertarik dengan permasalahan bahagaimana seseorang
11
Arsal, “Metode Hermeneutika dan Tafsir AlQuran (Analisis Kritis Penggunaan Metode Hermeneutika Terhadap Penafsiran AlQuran
Kontemporer)”. ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam. Vol. 02 No. 01, Januari-Juni 2017, hal. 4-6.
2
M. Ilham Muchtar, “Analisis Konsep Hermeunetika Dalam Tafsir Al-Qur'an”. HUNAFA : Jurnal Studi Islamika. Vol. 13 No.1, 2016, hal. 69-
70
menafsirkan teks secara benar dan obyektif. Selain mereka berdua ada lagi Grant R Osborne
dengan buku Hermeneutical Spiral juga bisa digolongkan dalam karya hermeneutik, karena di
dalamnya dibahas teori, metode dan strategi penafsiran dengan sangat detail.
Ketiga, Philocophisce Hermeneutik (Hermeneutika Filosofis). Hermeneutika filosofis
tidak lagi membicarakan metode penafsiran tertentu sebagai obyek pembahasan.
Hermeneutika filosofis, menurut Jung, lebih banyak berbicara mengenai jalan masuk ke
realitas dan kondisi-kondisi penafsiran. Istilah ini mengarah pada kondisi-kondisi
kemungkinan yang dengannya seseorang dapat memahami dan menafsirkan sebuah teks,
simbol atau perilaku.
Keempat, Hermeneutiche Philosophie (Filsafat Hermeneutis). Ia adalah bagian dari
pemikiran-pemikiran filsafat yang mencoba menjawab masalah dalam kehidupan manusia
dengan cara menafsirkan apa yang diterima oleh kehidupan manusia dari sejarah dan tradisi.

B. Metode
Hal penting yang perlu dipahami adalah bahwa sebuah metode tafsir, hermeneutik
bukanlah tunggal melainkan terdiri atas berbagai model dan varian. Terdapat tiga bentuk atau
model hermeneutika dan ketiga bentuk itu dapat dikemukakan sebagai berikut.
Pertama, hermeneutik objektif yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh klasik, seperti
Friedrick Schleiermacher (1768-1834), Wilhelm Dilthey (1833-1911) dan Emilio Betti
(1890-1968). Menurut model ini, penafsiran berarti memahami teks sebagaimana dipahami
pengarangnya, sebab apa yang disebut teks, menurut Friedrick adalah ungkapan jiwa
pengarangnya, sebagaimana juga dalam hukum Betti menyebutkan bahwa apa yang
dimaksud makna atau tafsiran atasnya tidak didasarkan atas kesimpulan kita melainkan
diturunkan dan bersifat intruktif. Untuk mencapai tingkat seperti yang diinginkan itu,
menurut Friedrick ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu melalui bahasanya yang
mengungkapkan hal-hal baru, atau melalui karakteristik bahasanya yang ditransfer kepada
kita. Ketentuan ini didasarkan atas konsepnya tentang teks. Menurutnya, setiap teks
mempunyai dua sisi: (1) Sisi linguistik yang menunjuk pada bahasa yang memungkinkan
proses memahami menjadi mungkin, (2) Sisi psikologis yang menunjuk pada isi pikiran si
pengarang yang termanifestasikan pada gaya bahasa yang digunakan.
Kedua, hermeneutik subjektif yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh modern
khususnya Hans-Georg Gadamer (1900-2002 M) dan Jacques Derida (1930 M). Hermeneutik
model ini bermakna bukan usaha menemukan makna objektif yang dimaksud si penulis
seperti diasumsikan oleh model hermeneutik objektif, melainkan memahami apa yang tertera
dalam teks itu sendiri. Model ini dapat dipahami dengan stressing merekalah isi teks itu
sendiri secara mandiri bukan ide awal si penulis. Dalam pandangan hermeneutik subjektif,
teks bersifat terbuka dan dapat diinterpretasikan oleh siapapun, sebab begitu sebuah teks
dipublikasikan, maka ia menjadi berdiri sendiri dan tidak lagi terkait dengan si penulisnya.
2

23
Ketiga, hermeneutik pembebasan yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh muslim
kontemporer khususnya Hasan Hanafi (1935 M) dan Farid Esack (1959 M). Ide umum dari
model ini dapat dipahami bahwa hermeneutika tidak hanya berarti ilmu interpretasi atau
metode pemahaman tetapi lebih dari itu adalah aksi. Menurut Hasan Hanafi, dalam kaitannya
dengan Al-qur’an, hermeneutika adalah ilmu tentang proses wahyu dari huruf sampai
kenyataan, dari logos sampai praksis, dan juga transformasi wahyu dari pikiran Tuhan kepada
kehidupan manusia. Hermeneutika merupakan sebuah proses pemahaman yang hanya
menduduki tahap kedua dari keseluruhan proses hermeneutika. Yang pertama adalah kritik
historis untuk menjamin keaslian teks dalam sejarah. Hal ini sangat penting, karena tidak
akan terjadi pemahaman yang benar jika tidak ada kepastian bahwa yang dipahami tersebut
secara historis adalah asli. Pemahaman atas teks yang tidak asli akan menjerumuskan orang
pada kesalahan.

C. Contoh Aplikasi Hermeneutik


Gejolak politik negara-negara dunia saat ini sedang menjadi isu internasional yang
aktual. Gejolak itu dikolaborasi dengan kebangkitan kembali gerakan ‘jihadis’ yang menjalar
di wilayah-wilayah negera mayoritas muslim, yang bahkan gerakan itu memiliki mimpi besar
mewujudkan kepemimpinan khilafah. Tidak dapat dipungkiri aroma jihad ini juga tercium di
Indonesia. Sementara Islam dengan pesan moral yang utama mengajarkan dan menekankan
pentingnya perdamaian. Dalam contoh aplikasi penafsiran hermeneutis ini akan diangkat
penafsiran tentang ayat-ayat perang, dimana ayat-ayat itu—tidak jarang disalah-artikan dan
disalah-pahami, dan bahkan—menjadi alat legitimasi gerakan jihad, hingga jihad yang
beraroma perebutan kekuasaan di kancah internasional.

Amin. (2018, Desember 10). Hermeneutika dan Penerapannya Dalam Penafsiran Al-Qur'an (Konteks
Keindonesiaan). Retrieved from slideshare.net:
https://www.slideshare.net/maghfuramien/hermeneutika-dan-penerapannya-dalam-
penafsiran-alquran-konteks-keindonesiaan

Arsal. (2017). Metode Hermeneutika dan Tafsir Alquran. ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam, 4-6.

Muchtar. (2016). Analisis Konsep Hermeunetika Dalam Tafsir Al-Qur'an. www.jurnalhunafa.org, 69-
70.

33

Anda mungkin juga menyukai