Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN Seminar

“Mengkritisi Kebijakan Publik Demi Bonum Commune:


Pendekatan Etika”
Graciella ( 6103018023 )

Kami berempat memutuskan untuk datang ke seminar pada hari Selasa tanggal 13 November
dengan tema “Agama dan Kebijakan Publik” dimana pembicaranya adalah Romo Ramon
sebagai pembicara Agama dan Kebijakan Publik perspektif Katolik dan Bapak Zaky sebagai
pembicara Agama dan Kebijakan Publik perspektif Islam. Setelah melakukan registrasi, kami
menikmati cemilan yang dihidangkan didepan ruang A202 dan sekitar pukul 19.00 kami
memasuki ruang A202 untuk mengikuti seminar. Dalam seminar ini disampaikan bahwa
dalam perspektif Katolik, Gereja tidak kehilangan perannya dalam masyarakat. Ia terus
menerus menjadi seperti yang seharusnya yaitu hati nurani manusia yang menggemakan
rencana – rencana penuh kasih dari Sang Pencipta Manusia. Kerajaan kristus bukan berasal
dari dunia ini tetapi bagaimanapun, Kerajaan kristus ada dalam diri kita. Kristus tidak
meminta agar sabda dan ajaran-Nya dimasukkan ke dalam Konstitusi Nasional ataupun
dinyatakan dalam hokum dan tentu saja tidak berarti bahwa para anggota gereja atau wakil
resmi Gereja dapat mengambil alih jalannya Bangsa, baik Bangsa Indonesia maupun Bangsa
manapun. Kristus lebih memilih Gereja menjadi hati nurani umat manusia, membantu Negara
– Negara menghindari apa yang jahat dan melakukan apa yang baik. Tidak perlu bagi Gereja
sebagai institusi untuk menyatukan dirinya dengan Negara. Gereja Katolik telah belajar dari
sejarahnya dan telah memilih jalan pemisahan Gereja dan Negara. Tetapi ini bukanlah bentuk
ketidak pedulian antara Gereja dan Negara, sebaliknya justru ini adalah cara kerja sama yang
sehat. Masing – masing menilai masalah dari sudut pandang yang diberikan kepada mereka.
Sedangkan dalam perspektif Islam, hampir sama seperti perspektif Katolik yang telah
disampaikan yaitu pada dasarnya dalam konteks relasi agama dan politik tentu saja ada
prinsip – prinsip yang bersifat universal dan non universal. Prinsip – prinsip universal itulah
sesungguhnya yang bisa menjadi bahan dialog dalam merumuskan kebijakan politik sehingga
kebijakan tersebut juga berlaku universal. Sedangkan prinsip – prinsip yang sifatnya non
universal pada dasarnya diberlakukan untuk kalangan internal umat beragama tanpa harus
mengikat umat agama lain. Sehingga harmoni antar umat beragama tidak terganggu dan terus
berjalan ke arah yang lebih baik. Sekitar pukul setengah 9 malam, seminar ini ditutup dengan
doa menurut agama Islam yang dipimpin oleh Bapak Zaky. Setelah berfoto dengan para
pembicara, kami pulang kerumah masing – masing.

1
LAPORAN Seminar

“Mengkritisi Kebijakan Publik Demi Bonum Commune:


Pendekatan Etika”
Elvina Vania ( 6103018052 )

Pada hari Selasa, 13 November 2018 saya bersama dengan anggota kelompok saya
mengikuti seminar yang dilaksanakan di Kampus Widya Mandala Dinoyo di ruang A201.
Seminar pada hari ini memiliki tema “Mengkritisi Kebijakan Publik demi Bonum Commune:
Pendekatan Etika” Seminar yang dilaksanakan pada hari ini disampaikan oleh dua pembicara
yaitu Dr. Ramon Antonio Eguia Nadres yang menyampaikan seminar dengan judul “Agama
dan Kebijakan Publik: Perspektif Katolik” dan Bapak Zaky Ismail, M.S.I yang
menyampaikan seminar dengan judul “Agama dan Kebijakan Publik: Perspektif Islam”.
Seminar pada hari Selasa ini dimulai dengan doa yang dipimpin oleh moderator. Seminar
dimulai pada pukul 19:00 WIB.

Pembicara pertama yang menyampaikan presentasi mengenai Agama dan Kebijakan


Publik adalah Dr. Ramon Antonio Eguia Nadres. Dr. Ramon berasal dari Filipina. Dr. Ramon
akan meninjau Agama dan Kebijakan Publik berdasarkan perspektif Katolik. Pada seminar
kali ini Dr. Ramon menyampaikan bahwa Kristus tidak meminta agar sabda dan ajaran-Nya
dimasukkan ke dalam konstitusi nasional dan secara eksplisit dinyatakan dalam hukum, dan
tentu saja tidak berarti bahwa para anggota Gereja atau wakil resmi Gereja mengambil alih
jalannya bangsa.

Gereja seharusnya adalah tuntunan dan menjadi hati nurani seluruh umat manusia,
mengundang semua orang untuk terus merenungkan kebenaran kekal tentang kehidupan
mereka sebagai manusia dan mendesak mereka untuk hidup sesuai dengan jalan kebenaran
yang ada. Gereja tidak pernah menganjurkan untuk mengambil alih atau mencoba untuk
memasukkan ajaran Katolik yang ada ke dalam hukum negara. Ajaran Katolik yang ada
hanya digunakan untuk mengatur tatanan kehidupan manusia sehingga dapat menjadi lebih
baik hari lepas hari.

Kristus sendiri lebih memilih Gereja menjadi hati nurani umat manusia, membantu
negara-negara menghindari apa yang jahat dan melakukan apa yang baik. Tidak perlu bagi
Gereja sebagai institusi untuk menyatukan dirinya dengan negara. Gereja Katolik telah
memilih jalan pemisahan antara Gereja dan agama. Tetapi hal ini bukanlah suatu bentuk
ketidakpedulian antara Gereja dengan negara. Sebaliknya, ini adalah kerja sama yang sehat,

2
masing-masing dapat menilai masalah dari sudut pandang yang diberikan kepada mereka
oleh kompetensi khusus yang mereka miliki.

Pembicara kedua yang menyampaikan presentasi mengenai Agama dan Kebijakan


Publik adalah Zaky Ismail, M.S.I. Bapak Zaky akan meninjau Agama dan Kebijakan Publik
dari perspektif Islam. Pada seminar kali ini, Bapak Zaky menyampaikan bahwa tafsir dari
nilai atau prinsip universal dalam Islam meruntut dalam konteks politik dijabarkan dalam 3
paradigma yaitu paradigma integralistik, paradigma sekularistik, dan paradigma simbiotik.
Dalam paradigms integralistik, agama dan negara menyatu. Wilayah agama meliputi politik
dan negara. Negara merupakan lembaga politik dan keagamaan sekaligus. Dalam paradigma
simbiotik, negara dan agama memiliki hubungan yang saling timbal balik atau dengan kata
lain terdapat hubungan yang saling memerlukan. Karena dengan adanya negara, agama dapat
berkembang. Sebaliknya, negara juga memerlukan agama, karena dengan agama negara dapat
berkembang dalam bingkai etika dan moral spiritual. Paradigma sekularistik menolak adanya
paradigma simbiotik. Sebagai gantinya, paradigma sekularistik mengajukan pemisahan negara
atas agama.

3
LAPORAN Seminar

“Mengkritisi Kebijakan Publik Demi Bonum Commune:


Pendekatan Etika”
Felicia Corinna Colin ( 6103018124 )

Pada hari Selasa tanggal 13 November 2018 pukul 18.30-21.30 WIB, kami mengikuti
seminar EXTENSION COURSE 2018 pada pertemuan yang ke-8 yang dipanitiai oleh
Fakultas Filsafat, dengan tema “Mengkritisi Kebijakan Publik Demi Bonum Commune:
Pendekatan Etika”. Pada seminar ini, dibawakan oleh 2 pembicara yaitu Dr. Ramon Antonio
Eguia Nadres yang merupakan seorang Romo dan Bapak Zaky Ismail, M.S.I yang merupakan
seorang pengajar Filsafat Islam di sebuah Universitas. Seminar ini dibawakan oleh 2
pembicara yang berbeda sehingga judul yang dimiliki dalam seminar ini ada 2, yaitu
“AGAMA DAN KEBIJAKAN PUBLIK: PERSPEKTIF KATOLIK” dan “AGAMA DAN
KEBIJAKAN PUBLIK: PERSPEKTIF ISLAM”.

Pertama-tama seminar diawali dengan doa pembuka yang dibawakan secara katolik.
Setelah doa pembuka, acara seminar dibuka oleh moderator pada hari itu, yaitu Bapak Untara
Simon, M. Hum. Pembicara pertama adalah Romo Ramon dengan judul presentasi regnum
meum non est de muno hoc. Judul ini menggunakan frasa Latin dengan arti “Kerajaan Saya
Bukan dari Dunia Ini”. Dalam presentasinya ini, terdapat 2 kesimpulan. Pertama, Kristus
tidak meminta agar sabda dan ajaran-Nya di masukkan dan dinyatakan ke dalam hukum, dan
tentu saja tidak berarti bahwa anggota dalam gereja mengambil alih jalannya bangsa untuk
memerintah sebagai otoritas sipil. Hal ini diperkuat oleh satu kutipan terkenal Yesus sendiri:
“Oleh karena itu berikan kepada Kaisar hal-hal yang menjadi hak Kaisar, dan kepada Allah
hal-hal yang menjadi hak Allah. Kesimpulan kedua, Kristus memilih Gereja menjadi hati
nurani umat manusia, membantu negara-negara menghindari apa yang jahat dan melakukan
apa yang baik. Gereja tidak meminta menjadi institusi untuk menyatukan dirinya dengan
Negara. Sehingga, dari dua kesimpulan tadi, kita dapat mengetahui Gereja memilih jalan
pemisahan Gereja dan Negara. Bukandalam maksud Gereja tidak peduli dengan Negara,
melainkan dengan maksud bahwa masing-masing memiliki pandangan yang berbeda
mengenai suatu masalah, sehingga Gereja tidak dapat memaksakan Negara untuk memandang
masalah tersebut dengan pandangan Gereja.

Agama dan kebijakan publik dalam perspektif Islam dibawakan oleh Bapak Zaky,
yang dalam presentasinya dapat disimpulkan kurang lebih tafsir-tafsir dari nilai-nilai atau

4
prinsip universal dalam islam mengerucut dalam konteks politik dalam 3 paradigma. Yang
pertama adalah paradigma Integralistik yaitu agama dan negara menyatu, dimana agama
sedemikian dominan terhadap politik. Dalam paradigma ini kepala negara pemegang
kekuasaan agama dan kekuasaan poitik, karena pendukung paradigma ini meyakini bahwa
kedaulatan berasal dan berada di tangan Tuhan. Kemudian yang kedua, paradigma simbiotik,
yaitu simbiosis antara agama dan politik. Dalam paradigma ini, agama membutuhkan negara
dan negara membutuhkan agama. Dan yang ketiga, paradigma sekularistik, dimana paradigma
ini menolak kedua paradigma tadi dan mengajukan pemisahan negara atas agama. Pemisahan
disini bermaksud agar negara tidak menjadikan agama sebagai instrument politik tertentu,
bukannya pemisahan dalam arti agama dan negara bertolak belakang.

Setelah pembicara kedua selesai, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, dan kemudian
acara seminar ditutup dengan doa penutup yang dipimpin oleh Bapak Zaky Ismail, M.S.I dan
dibawakan secara Islam.

Demikianlah laporan mengenai seminar yang dapat saya sampaikan, sekian dan
terimakasih.

5
LAPORAN Seminar

“Mengkritisi Kebijakan Publik Demi Bonum Commune:


Pendekatan Etika”
Gracia Orpa Wibowo ( 6103018160 )

Seminar pada Selasa lalu merupakan seminar ke-8 dari Extension Course 2018
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Seminar bercerita tentang pandangan agama
terhadap kebijakan publik. Seminar dimulai pukul 7 malam dengan pembicara Dr. Ramon
Antonio Eugia Nadres dari sudut pandang Katolik dan Bapak Zaky Ismail, M.S.I dari sudut
pandang Islam. Seminar ini berlangsung selama kurang lebih 2 jam dan peserta yang hadir
kurang lebih 50 orang.

Seminar dibuka oleh moderator dan dilanjutkan oleh Dr. Ramon Antonio Eugia
Nadres yang membahas tentang perjalananan agama Katolik. Menurut Dr. Ramon Antonio
Eugia Nadres, kerajaan Kristus bukan dari dunia ini tetapi bagaimanapun kerajaan Kristus ada
dalam diri kita. Secara singkat, yang dapat diambil dari seminar ini menurut pandangan
Katolik adalah Tuhan Yesus tidak bermaksud untuk memasukkan ajaran-Nya dalam konstitusi
nasional atau dalam hukum dan juga tidak bermaksud untuk mengambil alih bangsa melalui
wakil gereja. Malahan, Tuhan lebih memilih gereja untuk membantu seluruh negara
menghindari sesuatu yang jahat. Tidak perlu gereja menjadi institusi untuk bersatu dengan
negara, cukup sebagai hati nurani manusia. Gereja Katolik dan negara-negara adalah terpisah
namun tetap ada kepedulian antara gereja dan negara.

Seminar dilanjutkan oleh Bapak Zaky Ismail, M.S.I yang merupakan narasumber dari
sudut pandang agama Islam. Menurut beliau, agama dan pemikiran Islam dalam kaitannya
dengan praktek-praktek politik pada dasarnya bisa diidentifikasi dari 3 paradigma besar relasi
agama dan politik (Integralistik, Simbiotik, dan Sekularistik). Selain itu, ada 7 prinsip yang
dikemukakan, yaitu al-syuro, al-musawa, al-adalah, al-hurriyah, al-amanah, al-salam, dan
al-tasamuh. Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip yang bersifat universal dan sangat
memadai untuk menjadi dasar dalam hidup bernegara tanpa harus mewujudkannya dalam
sebuah wadah negara formal atau negara Islam. Sedangkan prinsip-prinsip yang sifatnya non-
universal diberlakukan untuk umat muslim tanpa mengikat umat agama lain sehingga
keharmonisan antar umat beragama dapat terjalin dan terjaga dengan baik. Setelah Bapak
Zaky menyampaikan pandangannya, dibuka sesi tanya jawab untuk 6 orang. Setelah itu
seminar ditutup dengan doa secara Islam dan berakhir pada pukul 9 malam.

6
LAPORAN Praktik Kerja Lapangan Pertama
Graciella ( 6103018023 )

Kami kelompok 6 yang beranggotakan saya (Graciella), Elvina Vania, Felicia Corinna
Colin serta Gracia Orpa melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pohon Kopi. Pohon
Kopi ini merupakan sebuah kafe kecil yang letaknya tidak terlalu strategis dan tidak di jalan
besar, yaitu di Jalan Manyar Jaya V no. A27/1. Pada awalnya kami tidak tahu bahwa kafe ini
memiliki konsep yang full smoking karena dari luar terlihat indoor dan tertutup. Namun
ternyata tempat ini merupakan sebuah kafe yang memiliki konsep meskipun indoor namun
tetap full smoking yang buka dari pukul 11 pagi hingga jam 2 dini hari. Kafe Pohon Kopi ini
mengangkat konsep ber AC namun tetap full smoking karena untuk memudahkan para
pegawai yang sama – sama merokok dan juga ada pemikiran yang mengatakan bahwa kopi
merupakan sesuatu yang dikonsumsi bersama merokok. Pada hari pertama kami berempat
datang di hari Senin tanggal 5 November pukul 5 sore dikarenakan jalanan yang macet, dan
ketika datang kami menjalani briefing bersama head bar dari Pohon Kopi serta para pegawai
yang bekerja disana. Pertama – tama kami diajarkan bagaimana cara menjadi kasir dan
diberitahu bagaimana cara mengantarkan pesanan pelanggan yang baik dan benar. Head Bar
dari Pohon Kopi ini hanya memperbolehkan 2 orang saja yang turut membantu mereka dalam
bekerja, sehingga pada hari pertama hanya Gracia dan Elvina saja yang bekerja. Sedangkan
saya dan Felicia melakukan wawancara dengan salah satu pegawai disana yang bernama
Akira Tunggal Amerta. Ia sudah bekerja disini selama 4 bulan dan ia memilih untuk bekerja
di Pohon Kopi ini untuk mencari pengalaman serta ilmu baru yang tidak pernah ia dapatkan
sebelumnya. Pekerja di Pohon Kopi ini terbagi menjadi 2 shift yaitu shift pagi dari pukul 10
pagi hingga 6 sore dan shift malam dari pukul 5 sore hingga 2 dini hari dan menerima last
order pada pukul 1 dini hari. Dalam 1 shift hanya ada 2 orang saja yang bekerja karena total
pegawai yang bekerja hanya ada 6 orang. Karena terbagi menjadi 2 shift, para pegawai di
Pohon Kopi ini ada yang bekerja di 2 tempat, namun kebanyakan juga masih kuliah termasuk
Kak Akira. Pohon Kopi ini tidak selalu ramai pengunjung, sehingga kalau tidak ada
pelanggan dan tidak ada pekerjaan maka para pegawai dapat beristirahat. Menu yang paling
laris di Pohon Kopi ini tentu kopinya, namun kak Akira tidak menjelaskan kopi jenis apa yang
paling laris. Sedangkan untuk menu snack, French Fries yang paling laris. Ketika jam sudah
menunjukkan pukul 8 malam, kami memutuskan untuk berpamitan dan pulang kerumah
masing – masing.

7
LAPORAN Praktik Kerja Lapangan Pertama
Elvina Vania ( 6103018052 )

Saya bersama dengan kelompok saya melakukan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di sebuah
kafe yang bernama Pohon Kopi yang terletak di Jalan Manyar Jaya V No. A27/1. Praktek
Kerja Lapangan hari pertama dilakukan pada hari Senin, 5 November 2018. Saya bersama
dengan kelompok saya tiba di lokasi PKL pada pukul 17:00 WIB. Pada saat saya dan
kelompok saya tiba di Pohon Kopi, saya menunggu pegawai lain yang sedang bersiap-siap
untuk briefing. Kemudian sekitar pukul 17:15 WIB briefing dilaksanakan. Briefing dilakukan
karena saya dan anggota kelompok saya yang lain belum mengenal masing-masing pegawai
dan juga kapten bar dari Pohon Kopi ini ingin memantau dan mengetahui perkembangan dari
kafe tersebut pada hari itu. Setelah briefing selesai, pembagian kerja mulai dilaksanakan. Pada
setiap kegiatan PKL hanya ada 2 orang dari kelompok saya yang akan bekerja dan 2 orang
lainnya akan melakukan wawancara pada karyawan kafe yang bekerja di tempat itu. Saya
bersama dengan Gracia membantu para karyawan di kasir dan mengantar pesanan yang
dipesan oleh pelanggan. Suasana kafe pada hari ini tidak terlalu ramai namun juga tidak
terlalu sepi. Pada hari ini kafe terasa penuh dengan asap rokok. Banyak pelanggan maupun
karyawan yang merokok ketika bersantai dan meminum kopi. Sebelum memulai kerja, saya
dan anggota kelompok saya yang lain diajarkan bagaimana cara mengoperasikan laptop yang
digunakan untuk menghitung biaya yang harus dihitung oleh para pelanggan. Selain itu,
laptop yang digunakan pada kasir digunakan juga untuk memasukkan pesanan dari para
pelanggan. Bapak Galuh dan para karyawan yang lain membantu saya dan anggota kelompok
saya yang lain agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan tanpa melakukan kesalahan.
Meskipun sudah di data di dalam laptop, pesanan pelanggan harus tetap dicatat disebuah
kertas yang memang di khususkan untuk mencatat makanan dan minuman yang telah dibeli
oleh pelanggan. List menu yang dipesan oleh pelanggan ini nantinya akan dilaporkan kepada
kapten bar sehingga dapat mengetahui menu favorit pelanggan dari kafe Pohon Kopi ini.
Selain menjaga kasir dan juga mengantarkan minuman saya dan teman-teman dari kelompok
saya juga memberikan sapaan pada pelanggan-pelanggan yang baru saja masuk ke kafe ini.
Saya dan anggota kelompok saya menyelesaikan PKL hari terakhir sekitar pukul 19:00 WIB.

Diakhir hari pertama PKL ini 2 orang dari anggota kelompok saya yaitu Graciella dan
Feli melakukan wawancara dengan salah satu karyawan kafe tersebut yang bernama Akira
Tunggal Amerta. Dia memilih untuk bekerja di Pohon Kopi karena ingin mencari pengalaman
dan ilmu baru yang tidak pernah di dapatkan sebelumnya. Bapak Akira sudah bekerja selama
4 bulan di kafe ini. Pada kafe Pohon Kopi ini terdapat 2 shift yaitu shift pagi yang dimulai dari
8
pukul 10:00 WIB hingga 18:00 WIB dan shift malam yang dimulai dari pukul 17:00 – 02:00
WIB. Kafe Pohon Kopi ini memiliki total pekerja sebanyak 6 orang. Kafe ini bersiap-siap
untuk buka pada pukul 11:00 WIB dan tutup pada pukul 02:00 dini hari. Pemesanan makanan
dan minuman dapat dilakukan paling lambat 01:00 WIB dini hari. Pada shift malam jumlah
pegawai yang bekerja lebih banyak dari shift pagi yaitu sebanyak 2-3 orang sedangkan pada
shift pagi sebanyak 2 orang. Bapak Akira mengatakan bahwa kafe Pohon Kopi ini sendiri
tidak selalu ramai pengunjung, keramaiannya tidak menentu. Menu yang paling favorit dari
kafe ini adalah french fries dan kopinya. Para pegawai yang bekerja di tempat ini ada juga
yang bekerja di tempat lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga kebanyakan dari
mereka berprofesi sebagai mahasiswa dan mahasiswi. Jika kafe Pohon Kopi ini sepi biasanya
Bapak Akira menggunakan waktu untuk beristirahat.

9
LAPORAN Praktik Kerja Lapangan Pertama
Felicia Corinna Colin ( 6103018124 )

Pada hari Senin tanggal 5 November 2018 pukul 17.30 WIB sampai kurang lebih
pukul 19.00 WIB. Dalam waktu kurang lebih 100 menit ini, kelompok kami melakukan PKL
pertama di sebuah kafe yang bernama “Pohon Kopi”. Kafe Pohon Kopi ini berada di Jalan
Manyar Jaya V No.A27/1, Menur Pumpungan, Sukolilo. Kafe ini merupakan gedung dengan
2 tingkat, yang memiliki fasilitas berupa free wifi dan ac dalam ruangan. Untuk memudahkan
karyawan yang bekerja di kafe ini, semua ruangan dalam kafe diijinkan merokok( full
smoking area ). Karena rata-rata karyawan yang bekerja di kafe ini adalah perokok. Selain itu,
pemikiran bahwa rokok adalah teman dari kopi merupakan alasan lain pemilik kafe
membangun kafe berkonsep full smoking tapi ber-Ac. Lantai pertama biasanya ditempati oleh
pelanggan yang merokok. Pada lantai pertama berisi: bar beserta tempat mengorder dan
membayar, dapur, dan 6 meja pelanggan. Lantai kedua berisi: toilet, 6 meja pelanggan( ada 1
meja yang menggunakan sofa, selebihnya kursi ), dan proyektor. Selain terdapat fasilitas in
door, ada juga fasilitas outdoor dengan meja pelanggan sebanyak 6 buah. .

Kafe ini buka pada pukul 11 siang sampai pukul 2 malam, dengan last order pukul 1
malam. Karena kafe ini beroperasi kurang lebih 15 jam sehari, kafe ini mempunyai 2 shift
kerja yaitu shift pagi dan shift malam. Shift pagi diawali dari pukul 10 pagi sampai 6 sore,
sedangkan shift malam dari pukul 5 sore sampai 2 pagi. Karyawan yang bekerja pada shift
pagi harus melakukan prepare kafe terlebih dahulu kurang lebih 1 jam sampai tiba saatnya
kafe dapat beroperasi( buka), yaitu pada pukul 11 siang. Kafe Pohon Kopi sendiri memiliki
total karyawan yaitu 6 orang, sehingga pembagian shift kerja pagi ada 2 orang sedangkan shift
malam ada 2-3 orang. Namun, jumlah karyawan dalam 1 shift tersebut sudah diperkirakan
untuk hasil yang maksimal, karena jam ramai kafe ini tidak menentu dan biasanya ramai pada
malam hari, oleh sebab itu pada shift kerja malam terdapat lebih banyak karyawan
dibandingkan pada shift pagi. Dengan waktu beroperasi yang lama, kafe ini tentunya memiliki
menu favorit yang banyak dipesan oleh pelanggannya, yakni French fries dan menu-menu
yang mengandung kopi.

Sebelum kami memulai PKL pertama kami, kami memperkenalkan diri kepada Pak
Galuh selaku Kapten Bar dan pada saat itu menggantikan kehadiran Pak Yuri sebagai pemilik
kafe. Setelah memperkenalkan diri, Pak Galuh menyampaikan arahan-arahan yang dibuka
dengan doa oleh karyawan lain yaitu Kak Korina. Arahan tersebut berisi informasi mengenai
bagaimana tata cara melayani yang baik dan sopan, bagaimana mengoperasikan laptop kasir

10
ketika pelanggan ingin mengorder atau membayar pesanan, lokasi dalam kafe seperti fasilitas-
fasilitas apa saja yang ada di lantai dua, penomoran meja di dalam dan luar kafe, dan
pembagian pekerjaan pada karyawan pada shift tersebut (shift pagi).

Pada PKL Pertama ini, kelompok kami membagi menjadi 2 regu. Regu saya dan
Graciella hari ini melakukan wawancara, sedangkan regu Gracia dan Elvina melakukan
partisipasi. Wawancara pertama yaitu dilakukan pada hari ini oleh saya dan Graciella dengan
Kak Akira Tunggal Amerta sebagai narasumber kami. Sedangkan regu kedua melakukan
wawancara dengan Pak Galuh dan Pak Yuri pada PKL kedua yaitu hari Rabu tanggal 7
November 2018.

Dalam wawancara tersebut, kami bertanya sedikit terkait kehidupan dari narasumber.
Narasumber pertama kami adalah Kak Akira Tunggal Amerta, yang merupakan seorang
mahasiswa. Kak Akira sudah bekerja selama 4 bulan sebagai karyawan di Kafe Pohon Kopi.
Ia bekerja di kafe ini dengan tujuan mencari pengalaman serta ilmu baru yang belum pernah
ia dapatkan sebelumnya. Ada juga karyawan lain selain Kak Akira yang masih berstatus
sebagai mahasiswa. Dengan peraturan yang fleksibel, kafe ini juga menerima karyawan yang
memiliki 2 pekerjaan. Jam istirahat bagi kak Akira sendiri saat sedang bekerja dalam kafe ini
adalah saat dimana sedang tidak ada kerjaan seperti tidak ada orderan/ pembayaran. Kafe ini
pun tidak mempermasalahkan hal tersebut, yang penting di saat ada pelanggan, karyawan
tetap melayani pelanggan dengan benar dan sopan.

Demikianlah laporan mengenai PKL pertama yang dapat saya sampaikan, sekian dan
terimakasih.

11
LAPORAN Praktik Kerja Lapangan Pertama
Gracia Orpa Wibowo ( 6103018160 )

Tempat yang kami pilih untuk melaksanakan PKL adalah sebuah kafe yang bernama
Pohon Kopi. Kafe ini berada di Jl. Manyar Jaya V No. A27/1 dan belum memiliki cabang di
tempat lain. Kafe ini dapat dibilang unik karena didalam kafe yang ber-AC pengunjung dan
pegawai dapat merokok. Sebelum itu, kami telah bertemu dengan Head Bar dari Pohon Kopi,
Mas Galuh, pada hari Sabtu, 3 November 2018 untuk mengatur jadwal PKL kami dengan
jadwal shift mereka. Kami berinisiatif untuk langsung ikut bekerja disana selama 3 jam dan
juga mewawancarai beberapa orang, yang kemudian disetujui oleh Mas Galuh. Namun, kami
diberi jadwal dalam 1 hari hanya bisa mempekerjakan 2 orang, karena kafenya kecil dan
kurang efisien jika terlalu banyak pekerja. Akhirnya kami setuju untuk membagi tugas selama
2 hari PKL.

Pada hari pertama, saya dan Elvina bekerja, sedangkan Graciella dan Felicia bertugas
untuk mendokumentasi dan wawancara. Kami tiba di Pohon Kopi pada pukul 5 sore karena
jalan yang saat itu macet. Saat itu juga kami langsung diberi arahan cara membawa nampan,
dan juga diajarkan cara memasukkan data pesanan di meja kasir. Selain itu kami juga
berkenalan dengan 6 orang pegawai yang bekerja disana, namun hanya 2 orang yang sedang
ada jadwal kerja, yaitu Mas Akira dan Mas Deva. Karena ada saya dan Elvina, tugas mereka
hanyalah membuatkan makanan atau minuman sesuai dengan pesanan pengunjung. Pada hari
itu saya mengantarkan beberapa minuman dan makanan ke meja-meja, begitu juga dengan
Elvina. Saya masih ingat cara membawa nampan dan menyajikan makanan atau minumannya
sampai sekarang karena arahan dari Mas Galuh. Selain itu, saya dan Elvina juga menjaga
kasir beberapa kali secara bergantian. Awalnya saya masih bingung menjalankan kasir,
namun akhirnya saya terbiasa juga.

Graciella dan Felicia mewawancarai salah satu pekerja yang sedang kebagian giliran
untuk bekerja, karena sistem kerjanya shift, bernama Akira Tunggal Ameta, yang kami
panggil Mas Akira. Dia baru bekerja selama 4 bulan disini dan menyeritakan banyak hal
mulai dari kafenya sampai dengan pribadinya, yang setelah iu kami dapat mengetahui bahwa
Pohon Kopi buka dari jam 11 siang sampai 2 subuh. Dan seperti orang pada umumnya, Mas
Akira bekerja disini untuk mendapatkan pengalaman juga uang jajan lebih karena masih
kuliah. Kami selesai pada pukul 8 malam hari itu dan kemudian pulang ke rumah masing-
masing.

12
LAPORAN Praktik Kerja Lapangan Kedua

Graciella ( 6103018023 )

Di hari kedua ini kami datang pada hari Rabu pada tanggal 7 November sekitar pukul
3 sore, giliran saya dan Felicia untuk membantu bekerja sebagai pelayan di Pohon Kopi
sedangkan Gracia dan Elvina mewawancarai seorang pegawai lainnya. Pada hari Rabu ini,
kebetulan sedang banyak pengunjung yang datang ke Pohon Kopi sehingga bisa dikatakan
saya dan Felicia lebih sibuk dibandingkan hari Senin kemarin. Masih sama seperti hari Senin
kemarin, saya dan Felicia membantu bekerja dengan menjadi kasir dan pelayan. Kami tidak
diijinkan untuk masuk dan membantu masak dapur mungkin dikarenakan takutnya kami
menjadi tahu bumbu – bumbu rahasia yang digunakan. Ketika saya dan Felicia melayani
seorang pelanggan, salah seorang pegawai menyuruh kami agar tidak lupa untuk tersenyum
ketika melayani pelanggan.

Pada hari Rabu ini kebetulan saya sedang tidak enak badan ( demam ) sehingga saya
tidak terlalu banyak mengantarkan pesanan pelanggan yang berada di lantai 2. Sekitar pukul 5
sore setelah kami berfoto bersama, saya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu sedangkan
Gracia dan Elvina mewawancarai pemilik dari Pohon Kopi yaitu Bapak Yuri Soesman
Margono yang kebetulan ada setelah saya pulang. Bapak Yuri memakai nama Pohon Kopi
karena pada tahun 2011 banyak orang yang menggunakan nama Barat sehingga Beliau
memutuskan untuk menggunakan nama Indonesia sebagai nama Kafenya selain itu dapat
mudah untuk diingat oleh orang lain karena simple.

Meskipun Pohon Kopi ini terkesan simple dan hanya rame di jam – jam tertentu saja,
namun omzet yang didapatkan Bapak Yuri mencapai 50 sampai 60 juta setiap bulannya.
Hambatan yang dihadapi Bapak Yuri tidak begitu banyak, hanya saja terkadang barista yang
bekerja di Pohon Kopi memutuskan untuk keluar padahal sudah detraining. Meskipun
demikian, dengan adanya kafe lain tidak menghambat berjalannya kafe Pohon Kopi milik Pak
Yuri ini. Bapak Yuri ini memutuskan untuk membuka usaha di bidang kafe karena mudah,
hampir semua orang suka dengan kopi, kopi tidak ada masa atau musimnya dan selalu ada.
Sedangkan kalau makanan pasti ada masanya, setiap orang butuh kopi karena menurut Bapak
Yuri ngopi sudah menjadi budaya Indonesia. Bapak Yuri tidak memiliki cabang lain karena
digunakan untuk showroom, Beliau lebih fokus untuk menjual biji kopi ke kafe – kafe lain
atau customernya. Bapak Yuri memiliki pemikiran untuk tidak membuka cabang karena
memiliki 1 kafe saja tapi mendalami soal kopi.

13
LAPORAN Praktik Kerja Lapangan Kedua
Elvina Vania ( 6103018052 )

Pada hari kedua Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan pada hari Rabu, 7
November 2018 saya bersama dengan kelompok saya membantu para karyawan yang
menjalankan shift malam. Pada hari ini yang membantu karyawan kafe adalah Graciella dan
Feli sedangkan saya dan Gracia akan mewawancarai pemilik kafe Pohon Kopi dan juga salah
satu karyawan yang merupakan kapten bar di Pohon Kopi ini. Kegiatan PKL hari ini dimulai
pada pukul 16:00 WIB. Graciella dan Feli membantu para karyawan dengan cara
mengantarkan makanan serta minuman yang telah dipesan dan juga menjaga kasir. Selagi
mereka membantu pekerjaan para karyawan, saya dan Gracia mewawancarai kapten bar dari
Pohon Kopi ini. Saya bersama dengan kelompok saya juga mewawancarai kapten bar yang
bekerja pada kafe Pohon Kopi ini. Kapten bar ini bernama Galuh Tryhabsakti Ryan Doko.
Bapak Galuh memilih untuk bekerja di kafe yang dikelola oleh Bapak Yuri ini karena lokasi
dari kafe ini dekat dari tempat tinggalnya. Bapak Galuh ini sudah bekerja di kafe ini selama 3
tahun. Kafe Pohon Kopi ini memiliki konsep full smoke dalam ruangan ber-AC karena
seluruh karyawan yang bekerja pada kafe ini merokok sehingga konsep ini bertujuan agar
memudahkan mereka. Selain itu, kebanyakan dari pengunjung yang datang juga merokok
sehingga mereka membuat konsep ini. Pemilik dari kafe ini beranggapan kopi dengan rokok
dapat menciptakan kenyamanan bagi customer. Konsep ini sudah dijalankan sejak tahun
2015. Bapak Galuh memperoleh pendapatan sebesar 1,3 – 2,5 juta perbulannya. Hal yang
dilakukan Bapak Galuh jika tidak ada pelanggan adalah memastikan orang yang menjaga kafe
melakukan tugasnya dengan benar. Ia juga memantau dari penggunaan bahan-bahan seperti
kopi, gula, dan lain-lain dan mengontrol serta mengawasi pendapatan dan pengeluaran dari
kafe ini. Bapak Galuh cenderung memiliki banyak waktu kosong. Dalam bulan November ini
ia hanya menjaga sebanyak 2 kali. Bapak Galuh awalnya adalah orang dapur di dalam kafe
tersebut, kemudian ia naik pangkat menjadi orang bar, dan kemudian hingga sekarang ia
menjadi kapten bar. Ia dapat naik menjadi orang bar karena kemampuan bar yang ia miliki
setelah menjadi orang dapur. Pada saat bekerja pertama kali di Pohon Kopi ini ia tidak
memiliki keahlian apapun oleh karena itu ia ditugaskan di dapur pada saat pertama kali ia
masuk.

Setelah melakukan wawancara dengan Bapak Galuh, saya bersama dengan Gracia
melakukan wawancara dengan pemilik dari kafe Pohon Kopi ini yang bernama Yuri Soesman
Margono. Bapak Yuri memberi nama kafe yang dijalankannya dengan nama Pohon Kopi
karena pada tahun 2011 banyak orang yang membuka usaha kafe seperti yang dijalankan oleh
14
Bapak Yuri ini namun menggunakan nama yang kebarat-baratan (menggunakan Bahasa
Inggris). Kemudian pada saat Bapak Yuri sudah mulai menjalankan bisnis kafe ini beliau
memilih untuk menggunakan nama yang menggunakan bahasa Indonesia yang bertujuan agar
masyarakat dapat mengingat nama kafe yang ia jalankan tersebut. Pendapatan perbulan yang
diperoleh Bapak Yuri melalui bisnis kafe ini adalah kurang lebih 50-60 juta. Bapak Yuri
mengungkapkan bahwa hambatan yang ia dapatkan pada saat ia menjalankan bisnis kafe ini
tidak begitu ada. Hambatan yang ia peroleh berupa barista yang memutuskan untuk keluar
setelah training dilakukan. Hal ini merepotkan Bapak Yuri karena ia harus mencari barista
baru yang cocok dengan kafe tersebut. Hambatan lainnya adalah pekerja yang memutuskan
untuk keluar karena tidak betah atau alasan lain. Bapak Yuri mengatakan bahwa keberadaan
kafe lain yang ada di Surabaya ini tidak membawa hambatan bagi bisnisnya ini. Bapak Yuri
tidak memiliki niatan untuk membuka cabang Pohon Kopi di tempat lain melainkan lebih
memfokuskan pada jual beli biji kopi ke kafe-kafe lain ataupun customer selain itu ia juga
memilih untuk tidak membuka cabang di tempat lain karena Bapak Yuri beranggapan bahwa
lebih baik hanya memiliki satu cabang namun dapat mendalami aspek kopi dengan baik.
Bapak Yuri memilih membuka bisnis di bidang kafe yang menjual kopi-kopi karena
menurutnya bisnis kopi lebih mudah dijalankan karena semua orang menyukai kopi. Selain
itu, kopi tidak memiliki masa atau dengan kata lain kopi selalu tersedia pada setiap musim.
Bapak Yuri memilih untuk tidak menjalankan bisnis di bidang makanan seperti restoran-
restoran karena makanan memiliki masa, ada masanya orang bosan dengan makanan tersebut
namun tidak dengan kopi. Kopi cenderung sudah menjadi budaya dari masyarakat Indonesia
bahkan dunia.

Setelah saya dan Gracia melakukan wawancara dengan Bapak Galuh dan juga Bapak Yuri
selaku pemilik dari kafe Pohon Kopi dan juga Graciella dan Feli sudah selesai membantu para
karyawan di kafe, saya bersama dengan anggota kelompok saya berfoto dengan Bapak Yuri
dan Bapak Galuh. Sebelum kembali ke rumah masing-masing saya dan kelompok saya
berpamitan pada Bapak Yuri dan Bapak Galuh serta karyawan yang lain. Saya dan anggota
kelompok saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yuri karena telah memberikan izin
kepada kami untuk melaksanakan kegiatan PKL di Pohon Kopi.

15
LAPORAN Praktik Kerja Lapangan Kedua
Felicia Corinna Colin ( 6103018124 )

Pada hari Rabu tanggal 7 November 2018 pukul 15.00 WIB sampai kurang lebih
pukul 17.00 WIB. Dalam waktu kurang lebih 100 menit ini, kelompok kami melakukan PKL
kedua di tempat yang sama seperti pada PKL pertama, yaitu di Kafe Pohon Kopi, tepatnya di
Jalan Manyar Jaya V No.A27/1, Menur Pumpungan, Sukolilo.

Pada PKL Kedua ini regu saya dan Graciella melakukan kegiatan dalam bentuk
partisipasi, yaitu bekerja di kafe tersebut sebagai pelayan dan kasir. Sedangkan regu Elvina
dan Gracia melakukan wawancara dengan Pak Galuh dan Pak Yuri. Sebelum kami melakukan
perkerjaan kami (sebagai pelayan dan kasir), kami mendapatkan arahan dari Pak Galuh selaku
kapten bar, agar kami tidak kebingungan saat bekerja. Arahan ini telah disampaikan
sebelumnya pada PKL pertama yaitu pada saat Gracia dan Elvina melakukan partisipasi.
Namun pada PKL kedua ini, saya mendapatkan arahan tambahan, yaitu bagaimana tata cara
melayani pelanggan antara lain: kita harus tersenyum saat mengantarkan orderan dan
baki/dulang yang digunakan untuk membawa makanan/ minuman orderan tidak boleh
mengenai meja pelanggan atau diletakkan di meja pelanggan karena dianggap tidak sopan.
Setelah mendapatkan arahan dari kapten bar, kami sudah dapat melaksanakan tugas kami.

Tujuan pelanggan datang ke kafe ini sangat beragam. Ada yang datang untuk
mengerjakan tugas, ada yang bermain game, ada yang latihan musik (menggunakan earphone,
agar tidak menggangu pelanggan lain), ada yang hanya nongkrong untuk menikmati
pesanannya, dan ada yang nongkrong sembari berbicara dengan temannya. Banyaknya
pelanggan yang datang pun beragam, ada yang hanya seorang diri, ada juga yang datang
bersama dengan teman-temannya. Di lantai 1, banyak ditempati oleh pelanggan yang
merokok, sedangkan di lantai 2 ditempati oleh pelanggan yang cenderung menyukai tempat
yang lebih tenang karena di lantai 2 ini lagu yang diputarkan dalam kafe tidak terdengar
sekeras seperti di lantai 1.

Saat pertama kali saya melakukan tugas sebagai peng-input orderan, saya masih
dipandu oleh beberapa karyawan lainnya, karena belum memiliki pengalaman dalam
mengoperasikan applikasi tersebut. Namun, setelah beberapa kali menggunakannya dan
melihat karyawan lain meng-input, saya mulai mengerti dan terbiasa menggunakannya.
Setelah orderan terinput, orderan harus ditulis ulang secara manual pada sebuah kertas yang
telah disediakan. Meng-input dan menuliskan orderan pun harus disesuaikan dengan meja
yang ditempati pelanggan. Setelah orderan pelanggan diinput dalam laptop dan dituliskan,

16
barulah orderan tersebut dapat disampaikan kepada bartender atau karyawan yang bekerja di
dapur sesuai dengan pesanan pelanggan. Bila pelanggan memesan menu berupa makanan atau
menu yang simple seperti teh, disampaikan kepada yang ada di dapur. Sedangkan hal-hal
berbau kopi dan yang selebihnya disampaikan kepada bartender.

Saat mengantarkan pesanan pelanggan, seperti arahan yang telah disampaikan


sebelumnya, harus dilakukan dengan tersenyum. Selain itu, saat meletakkan pesanan berupa
minuman ke meja pelanggan, harus meletakkan alas terlebih dahulu, kemudian pesanan
tersebut dapat diletakkan di atasnya. Dulang/baki tempat membawa pesanan pun tidak boleh
mengenai meja pelanggan, karena dianggap tidak sopan. Selain karena dianggap tidak sopan,
dulang/baki yang dalam posisi terlalu miring pun dapat membuat isi pesanan menjadi tumpah.
Pelanggan yang diantarkan menu pesanannya pun baik dan sopan. Mereka berterimakasih
setelah diantarkan pesanannya atau setelah diantarkan bill pembayaran.

Sama halnya dengan meng-input orderan pelanggan, pembayaran juga dilakukan di


tempat yang sama dan menggunakan applikasi yang sama seperti peng-inputan orderan.
Setelah pembayaran dapat diberikan bukti pembayaran seperti struk atau tanpa struk. Berbeda
dengan kafe atau tempat makan yang lain, kafe ini tidak memberikan peraturan seperti harus
memberikan bukti pembayaran berupa struk kepada pelanggan. Setelah pembayaran selesai,
pesanan pelanggan yang tadinya dituliskan pada sebuah kertas dapat dicoret, yang
menunjukkan bahwa pesanan tersebut telah dibayar.

Kemudian Elvina dan Gracia mewawancarai Pak Galuh Tryhabsakti Ryan Doko,
yang bekerja sebagai Kapten Bar dalam kafe ini. Awalnya, Pak Galuh memilih untuk bekerja
di kafe ini karena jarak kafe dengan rumahnya yang cukup dekat. Pak Galuh telah bekerja di
kafe ini kira-kira selama 3 tahun. Perjalanan Pak Galuh sendiri hingga dapat mencapai jabatan
sebagai kapten bar tidaklah mudah. Meskipun Pak Galuh dari awal bekerja sudah memiliki
basic dalam bar, ia tetap harus memulai pekerjaannya lagi dari 0, yaitu bekerja di
dapur( kitchen ) terlebih dahulu. Kemudian, setelah Pak Yuri( Pemilik kafe/ Boss ) merasa
bahwa Pak Galuh sanggup menangani bar, ia dinaikkan jabatannya sebagai pemengang bar.
Setelah bekerja dalam bar dengan waktu yang cukup lama, pak boss pun akhirnya menaikkan
lagi jabatannya menjadi kapten bar. Dengan jabatannya sebagai kapten bar, tidak sedikit tugas
yang ia lakukan. Meskipun dalam bulan November ini Pak Galuh memiliki banyak jam
kosong( hanya 2x menjaga ), ia tetap memiliki tugas lainnya, seperti: mengecek atau
memantau karyawa-karyawan lain yang sedang bertugas, mengecek stok untuk bahan
membuat pesanan pelanggan, mengecek pendapatan yang telah didapatkan, dan mengecek
pengeluaran yang dilakukan pada hari itu.

17
Narasaumber terakhir yang juga diwawancarai oleh Elvina dan Gracia, yaitu Pak
Yuri Soesman Margono selaku pemilik kafe. Alasan Pak Yuri membuka usaha berupa kafe
karena Pak Yuri beranggapan bahwa semua orang menyukai kopi dan kopi sendiri sudah
menjadi budaya dari orang Indonesia. Selain itu, karena kopi mudah untuk dicari. Berbeda
dengan makanan lainnya yang mempunyai musim-musim tertentu, kopi tidak memiliki masa/
musimnya, sehingga selalu ada dan mudah dicari. Nama dari kafe yang dibukanya ini ternyata
memiliki asal usul tersendiri. Pak Yuri menjelaskan, saat itu, tepatnya tahun 2011, orang-
orang banyak yang menamai usahanya dengan nama yang berbau barat. Namun, berbeda
dengan Pak Yuri, ia menamani kafenya sendiri dengan Bahasa Indonesia, dengan alasan
mudah diingat oleh pelanggan. Sehingga muncullah nama “Kafe Pohon Kopi”. Mengenai
membuka cabang, Pak Yuri tidak berkeinginan untuk membuka cabang lain. Karena beliau
memutuskan untuk hanya membuka 1 kafe tetapi mendalami mengenai kopi. Dengan ini juga,
Pak Yuri tidak merasa masalah dengan adanya kafe lain. Selain itu, Ia juga memiliki sebuah
showroom sehingga ia memilih untuk lebih fokus dengan menjual biji kopi ke kafe-kafe lain
atau customer/pelanggan. Hambatan-hambatan dalam kafe ini pun tidak begitu ada, karena
kafe ini merupakan kafe yang kasual. Hal-hal yang biasanya menjadi hambatan kafe ini
seperti adanya barista yang berhenti, meskipun sudah ditraining dengan baik, sehingga
merepotkan Pak Yuri. Omzet yang diterima oleh kafe ini per bulan pun terbilang cukup
banyak, yaitu sekitar 50-60 juta/bulan.

Partisipasi kami selesai pada kurang lebih puku 17.00 WIB. Kami pamit pulang dan
tidak lupa berterimakasih kepada kapten bar yaitu Pak Galuh dan pemilik kafe itu sendiri
yaitu Pak Yuri.

Demikianlah laporan mengenai PKL kedua yang dapat saya sampaikan, sekian dan
terimakasih.

18
LAPORAN Praktik Kerja Lapangan Kedua
Gracia Orpa Wibowo ( 6103018160 )

Pada hari kedua kami tiba pukul 3 di Pohon Kopi karena hari itu kelas terakhir kami
selesai pada pukul setengah 3. Hari itu, saya dan Elvina mewawancarai pemilik Pohon Kopi
dan juga Head Bar-nya. Graciella dan Felicia hari itu bekerja sebagai waitress dan juga
sebagai kasir, seperti saya dan Elvina lakukan pada hari Senin. Hari itu Pohon Kopi lebih
ramai pengunjung, jadi Graciella dan Felicia lebih sering mengantar dan menjaga kasir
daripada saya dan Elvina kemarin Senin.

Selain mendokumentasi, saya dan Elvina melakukan wawancara pada dua orang.
Pertama kami mewawancarai Head Bar dari Pohon Kopi, yaitu Galuh Tryhabsakti Ryan
Doko, yang biasa dipanggil Mas Galuh. Sebagai Head Bar, pekerjaannya bukan membuat
minuman, namun bisa dibilang seperti ‘tangan kanan’ bos. Dia menghitung pemasukan dan
pengeluaran dan mengatur pegawai. Selain itu dia juga bercerita bahwa dalam ruangan boleh
merokok karena memang menurut Mas Galuh, kopi pasti identik dengan rokok. Pegawainya
semua merokok dan ingin membuat nyaman para pengunjung. Yang paling berkesan bagi
saya adalah bagaimana dia bisa mendapat kepercayaan untuk menjadi Head Bar di Pohon
Kopi. Semua itu merupakan hasil kerja kerasnya selama 3 tahun dalam mencapai posisinya
yang sekarang. Awalnya dia hanya orang yang bekerja di dapur, sebagai tukang masak,
padahal tidak terlalu mahir dalam memasak karena basicnya adalah bar. Namun Mas Galuh
tetap menekuninya hingga naik pangkat untuk memegang bar dan akhirnya menjadi Head
Bar.

Kedua, kami mewawancarai pemilik Pohon Kopi, yaitu Yuri Soesman Margono, yang
akrab disapa Pak Yuri. Kami baru berkesempatan untuk bertemu beliau karena memang
jarang datang ke Pohon Kopi dan juga karena sudah ada Mas Galuh. Setelah wawancara
dengan Pak Yuri, saya paling terkesan dengan alasannya membuka Pohon Kopi. Menurutnya,
semua orang suka kopi dan kopi itu tidak termakan oleh waktu. Menurut saya, semangat dan
pemikirannyalah yang membuat Pohon Kopi dapat memiliki penghasilan yang cukup banyak,
yaitu 50 juta per bulan. Selain itu, yang membuat saya terkesan adalah tidak menganggap kafe
lain sebagai rival bisnis, hanya sebagai wadah untuk mengetahui keinginan pasar. Lalu, Pak
Yuri juga berkata bahwa tidak ada keinginan untuk membuka cabang karena ingin lebih fokus
untuk menjual biji kopi ke kafe-kafe atau pecinta kafe, bukan untuk membuka lebih banyak
tempat. Hari itu kami selesai pada pukul 6 sore. Pak Yuri sudah lebih dulu meninggalkan
tempat karena urusan lain. Oleh karena itu, kami tidak sempat untuk foto bersama.

19
REFLEKSI Seminar

“Mengkritisi Kebijakan Publik Demi Bonum Commune:


Pendekatan Etika”
Graciella ( 6103018023 )

Refleksi di bidang sosial politik yang dapat saya petik dari seminar kali ini adalah
ketika menjalankan Negara, maka antara kebijakan Negara dan aturan Agama tidak dapat
dijalankan secara bersama – sama. Kita baik sebagai pemimpin maupun masyarakat juga
harus mengingat bahwa kita adalah manusia ciptaan Tuhan yang semua memiliki martabat
yang sama dihadapan Tuhan sehingga setiap dari kita harus memiliki sikap rendah hati dan
sadar diri agar kita tidak menjadi sombong dan tamak.

Tidak hanya itu, setiap dari kita pasti mempunyai hati nurani, dalam bidang politik
peran hati nurani sesorang menjadi sangat penting sebab dengan adanya hati nurani seseorang
menjadi bebas bertanggung jawab tidak sekedar ikut dan memimpin secara semena – mena.
Sebagai contohnya, seorang pemimpin yang memiliki hati nurani dan mendengarkannya pasti
tidak akan tergoda untuk berkorupsi.

Selain itu, aturan – aturan dalam agama sebenarnya tidak dapat dijalankan bersamaan
dengan aturan – aturan yang ada dalam Negara, ketika keduanya berjalan secara bersamaan,
maka Negara tersebut tidak akan bergerak maju. Kristus sendiri tidak menghendaki agar
aturan yang ada dalam Katolik menjadi aturan dalam hukum karena aturan dalam agama
bersifat personal yang artinya kita tidak dapat memaksakan setiap orang baik yang beragama
Katolik, Islam, Buddha, maupun agama yang lainnya untuk mengikuti dan mematuhi aturan
atau ajaran Katolik.

20
REFLEKSI Seminar

“Mengkritisi Kebijakan Publik Demi Bonum Commune:


Pendekatan Etika”
Elvina Vania ( 6103018052 )

Setelah mengikuti seminar ini saya memperoleh beberapa hal yaitu yang pertama
agama yang ada di dunia ini memberikan bantuan dalam bentuk ajaran. Ajaran yang diberikan
oleh agama-agama yang ada di dunia dapat mengatur tatanan hidup umat manusia yang ada di
dunia untuk menjadi lebih baik lagi dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh Kristus.
Terbentuk sebuah prinsip dari hal tersebut yaitu orang yang religius diharapkan untuk menjadi
orang yang bermoral juga. Saya belajar untuk menjadi orang yang mau mendengarkan ajaran-
ajaran yang telah diberikan oleh Tuhan dan menerapkan dalam kehidupan saya sehingga
kehidupan yang terbentuk akan menjadi lebih baik.

Kedua, semua manusia yang ada di dunia ini memiliki hak yang berbeda-beda karena
kemampuan dan kewajiban yang dimiliki oleh setiap orang juga berbeda. Manusia adalah
makhluk sosial yang tidak hidup sendirian melainkan membutuhkan orang lain untuk dapat
bertahan hidup, setiap manusia juga harus memikirkan hak dari orang lain ataupun
kepentingan, tidak hanya memikirkan hak dan kepentingan diri sendiri. Jika kita hanya
mementingkan kepentingan dan hak yang kita miliki tanpa memikirkan hak dan kepentingan
orang lain maka akan terjadi perpecahan akibat tidak adanya dialog yang dilakukan oleh
masing-masing individu. Dr. Ramon mengatakan bahwa setiap manusia hendaknya dapat
berdiskusi tentang hak siapakah yang lebih menang dalam menjalankan suatu kebijakan
publik. Diskusi atau dialog sangat penting untuk dilakukan agar tidak terjadi perpecahan
antara individu satu dengan individu yang lain atau bahkan kelompok satu dengan kelompok
yang lain. Semua orang ingin hak yang dimilikinya terwujud dan terealisasikan dalam
kehidupan nyata namun semua ada waktu dan tempatnya.

Seminar yang saya hadiri hari ini membuat pikiran saya mengenai politik terbuka.
Iman dalam bidang politik sangatlah dibutuhkan. Jika sebuah kegiatan politik dijalankan
tanpa iman maka akan terbentuk masyarakat yang tidak memiliki moral. Selain itu,
masyarakat akan menjalankan kegiatan politik tanpa memikirkan adanya hak yang dimiliki
oleh orang lain. Mereka akan selalu berusaha mendapatkan hak mereka tanpa memikirkan
orang lain dan hukum yang ada. Hukum adalah hal yang sangat penting untuk mengatur
kehidupan masyarakat sehingga menjadi lebih baik. Masyarakat yang menjalankan politik

21
dengan iman maka akan menjalankan politik dengan memikirkan hak orang lain atau tidak
egois dan juga dengan moral yang tinggi.

22
REFLEKSI Seminar

“Mengkritisi Kebijakan Publik Demi Bonum Commune:


Pendekatan Etika”
Felicia Corinna Colin ( 6103018124 )

Dalam seminar yang saya ikuti ini sebenarnya saya tidak mengerti Bahasa-bahasa
yang mereka gunakan, karena mereka menggunakan Bahasa filsafat. Namun, ada beberapa
hal yang dapat saya ambil dari mengikuti seminar ini.

Pertama, agama merupakan hal privat dan tidak dapat diuniversalkan. Nilai-nilai
religius tidak dapat dipaksakan untuk dapat dipercayai atau diyakini kepada semua orang.
Seperti contohnya dalam ekaristi, roti dan anggur diyakini umat katolik merupakan tubuh dan
darah kristus. Namun, tidak semua warna negara dapat mempercayai hal tersebut. Tetapi
terdapat kebenaran-kebanaran yang diwahyukan yang berada di bawah nilai-nilai religius
tersebut, karena masih dapat dijelaskan oleh filosofi sehingga Aristoteles dan plato dapat
memberikan menjelaskan kebenarannya. Namun tidak dapat dibuktikan oleh science.

Kedua, agama memberi sumbangan yang sangat besar mengenai etika terkait prinsip-
prinsip hidup bersama. Sehingga Orang yang religius diharapkan untuk menjadi orang yang
bermoral juga.

Ketiga, hal yang paling melekat dalam pikiran saya, yaitu kata-kata dari Romo Ramon:
“Kebebasan kita bukalah absolut, memang kita punya hak, namun yang lain juga memiliki
hak. Kita harus berdiskusi hak siapa yang menang dalam suatu permasalahan. Oleh sebab itu
diperlukannya dialog dalam menjalankan kebijakan publik”. Kata-kata ini menyadarkan saya,
bahwa di dunia ini bukan hanya kita yang memiliki hak, namun seluruh warga juga memiliki
hak yang sama seperti kita. Dengan hak yang sama, dalam menjalankan kehidupan berpolitik,
kita tidak bisa hanya mementingkan hak kita sendiri.

Dari seminar yang saya hadiri ini, membuka pikiran saya bahwa iman dalam bidang
politik sangatlah penting. Karena tanpa iman ini, politik akan dijalankan dengan semena-mena
tanpa memikirkan hak-hak orang lain dan peraturan yang ada. Tanpa adanya iman tersebut
juga, warga akan menjadi tidak beretika maupun bermoral.

Demikianlah refleksi mengenai seminar yang dapat saya sampaikan, sekian dan
terimakasih.

23
REFLEKSI Seminar

“Mengkritisi Kebijakan Publik Demi Bonum Commune:


Pendekatan Etika”
Gracia Orpa Wibowo ( 6103018160 )

Menurut saya, seminar tentang agama dan politik ini sangat bermanfaat untuk
membuka pandangan kita agar tidak sempit dan hanya melihat dari satu sudut pandang.
Walaupun sebenarnya ada beberapa hal yang kurang saya pahami, namun saya yakin inti dari
seminar ini adalah semua agama memiliki pandangan yang sama dalam menjalankan
kebijakan politik.

Semua agama pada dasarnya sama, yaitu menyembah Tuhan, namun dengan cara dan
ajaran masing-masing. Semua agama pasti menginginkan yang terbaik untuk negara-negara di
dunia, terutama tempat dimana masyarakat itu tinggal, contohnya saya di Indonesia. Saya
sendiri sebenarnya beragama Kristen. Namun, saya tetap berusaha memahami dan mengikuti
aliran acara seminar ini.

Menurut saya, kehidupan orang beriman ada hubungannya dengan politik. Rakyat dan
pemerintah harusnya sadar bahwa dirinya adalah makhluk Tuhan sehingga dalam
menjalankan pemerintahan dilandasi dengan hidup beragama yang baik walaupun setiap
anggota masyarakat memiliki agama yang berbeda-beda. Selain itu, sebagai warga negara
yang beriman kita perlu terlibat dalam upaya menjaga kerukunan dan toleransi serta
kepentingan bersama tanpa memerdulikan perbedaan yang ada.

Selain itu, saya juga belajar bahwa kita sebagai makhluk beragama harusnya tidak
bersikap individualis dan tidak peduli pada sesama. Saya sering menemui hal seperti ini di
berbagai tempat. Harusnya kita sadar bahwa sikap peduli pada sesama merupakan hal yang
penting untuk dilakukan agar hidup lebih baik.

24
REFLEKSI Praktik Kerja Lapangan Pertama
Graciella ( 6103018023 )

Berdasarkan pengalaman saya melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) hari


pertama ini, ada beberapa hal yang dapat saya petik. Ketika seseorang bekerja di tempat
manapun, pasti ada aturan – aturan yang tentunya harus kita taati. Dalam bidang budaya,
ketika Gracia dan Elvina menjadi waitress ternyata ada beberapa hal yang harus diperhatikan
ketika mengantar pesanan pelanggan, seperti harus dengan tersenyum dan baki tidak boleh
diletakkan di meja pelanggan karena sikap tersebut dipandang tidak sopan.

Tidak hanya itu, refleksi yang dapat saya petik dari PKL di bidang sosial ekonomi hari
pertama ini adalah kita harus menjadi seperti kak Akira yang berani mencoba hal – hal baru
dalam hidupnya. Kita tidak boleh takut untuk memutuskan mengambil jalan yang baru dan
penuh tantangan. Justru dengan mengambil jalan yang penuh tantangan tersebut kita dapat
menjadi pribadi yang lebih baik.

Dan juga, untuk memetik hasil kerja yang maksimal dan memuaskan, tentunya harus
diiringi dengan kerja yang maksimal pula. Namun dalam bekerja juga harus diiringi dengan
istirahat yang cukup, seperti yang dikatakan kak Akira, ketika tidak ada pelanggan maka para
pegawai dapat beristirahat dan ketika ada pelanggan yang datang mereka tentu harus kembali
bekerja. Kita tidak boleh terlalu memaksakan diri untuk bekerja sepanjang waktu sehingga
menjadi lupa juga dengan keberadaan Tuhan. Justru dengan adanya Tuhan, kita dapat bekerja
dan mencapai posisi yang kita jalankan saat ini.

25
REFLEKSI Praktik Kerja Lapangan Pertama
Elvina Vania ( 6103018052 )

Nilai yang dapat saya peroleh pada kegiatan PKL hari ini adalah saya belajar untuk
pantang menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan dan tidak mengeluh ketika mendapatkan
suatu pekerjaan yang tidak kita sukai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Contohnya
saya melakukan kegiatan PKL di Pohon Kopi sangat banyak orang yang merokok dan asap
rokok tersebut memenuhi kafe tersebut sedangkan saya adalah orang yang sangat tidak
menyukai asap rokok karena dapat membawa dampak yang buruk pula pada diri saya. Namun
pada saat kegiatan PKL saya berusaha untuk tidak mengeluh dan bertahan selama yang saya
bisa karena itu adalah kewajiban yang harus saya jalankan.

Saya juga belajar untuk bertoleransi dengan orang lain pada saat kegiatan PKL
berlangsung. Saya belajar untuk bertoleransi dengan para karyawan dan juga pelanggan yang
berada di kafe Pohon Kopi yang merokok. Saya juga mengerti bahwa Tuhan tidak akan
memberikan pencobaan yang lebih dari kekuatan yang kita miliki. Oleh karena itu, segala
pekerjaan yang kita kerjakan saat ini memang dikehendaki oleh Tuhan oleh sebab itu kita
harus selalu bersyukur dengan apa yang kita peroleh dalam kehidupan. Dalam kehidupan
meminta berkat dan tuntunan Tuhan dalam segala kegiatan yang kita lakukan patut dilakukan
agar sesuai dengan kehendak yang diberikan oleh Tuhan. Semua yang terjadi di dalam
kehidupan manusia sudah direncanakan oleh Tuhan dan semuanya itu adalah baik. Selain itu,
saya juga belajar untuk selalu mencoba hal baru dan tidak takut untuk mencoba hal yang baru
seperti yang dilakukan oleh Bapak Akira sehingga dapat memperoleh pengalaman yang lebih
di dalam hidup.

Melalui Praktek Kerja Lapangan hari ini saya belajar bahwa iman dalam bidang
ekonomi sangat dibutuhkan untuk menekuni sebuah pekerjaan. Saya belajar bahwa iman
dapat membantu seseorang dalam melakukan pekerjaan yang ditekuni. Dengan adanya iman,
pekerjaan yang dilakukan akan terasa lebih mudah karena ada bantuan dari Tuhan. Kita harus
pantang menyerah dalam menekuni sebuah pekerjaan.

26
REFLEKSI Praktik Kerja Lapangan Pertama
Felicia Corinna Colin ( 6103018124 )

Kurang lebih 100 menit penulis melakukan kegiatan PKL pertama di Kafe Pohon
Kopi. Dari PKL pertama ini, saya mendapatkan bahwa, membuat pembagian pekerjaan itu
sangatlah penting. Dengan kita mengetahui jam operasi yang padat dan pembagian shift yang
benar, kita akan mendapatkan hasil yang lebih optimal. Seperti pada kafe ini, diketahui
memiliki jam ramai pada malam hari sehingga pada shift malam ditempatkan lebih banyak
karyawan. Selain itu, pembagian pekerjaan karyawan juga sangatlah penting. Dengan adanya
pembagian tugas, masing-masing karyawan dapat fokus pada tugasnya saja dan dapat
mempertanggung jawabkannya, sehingga selain mempercepat kinerja dalam kafe dapat
meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan seperti tidak terinputnya pesanan
pelanggan ( dapat terjadi karena karyawan mengira pesanan telah diinput oleh karyawan yang
lainnya ), dan lain sebagainya.

Dari wawancara yang telah dilakukan, membuat pikiran saya terbuka juga mengenai
penetapan peraturan dalam sebuah usaha. Saya menjadi tahu, dalam membuat peraturan
dalam usaha, tidak perlu yang terlalu ketat. Seperti pada kafe ini, memiliki peraturan yang
fleksibel, contohnya mengijinkan karyawan lain bekerja di tempat yang lain juga, dan tidak
memforsir karyawan untuk selalu berjaga setiap waktu( saat tidak ada pelanggan baru
karyawan dapat beristirahat ).

Dengan PKL ini, saya diajarkan bahwa iman dalam bidang ekonomi sangatlah
diperlukan dalam membuka usaha. Kita harus tegas dan pintar-pintar dalam menentukan
peraturan dan membagikan tugas agar pekerjaan dapat dijalankan secara efektif dan efisien
sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

Demikianlah refleksi mengenai PKL pertama ini saya sampaikan, sekian dan
terimakasih.

27
REFLEKSI Praktik Kerja Lapangan Pertama
Gracia Orpa Wibowo ( 6103018160 )

Pada hari pertama saya merasa sangat lelah dan karena itu juga saya jadi mengerti jika
bekerja, walaupun menjadi waitrees, adalah hal yang cukup susah dan melelahkan. Apalagi
pekerjaan yang saya dan teman saya lakukan bersifat tugas, bukan untuk mendapatkan upah.
Pada hari itu saya mendapat pengalaman berbeda karena sebelumnya saya tidak pernah
bekerja. Namun, saya bersyukur karena dapat merasakan susahnya mencari uang untuk
keperluan sendiri. Ketika saya akan benar-benar bekerja nantinya saya pasti akan lebih merasa
lelah dan mungkin jenuh, tapi bekerja adalah suatu keharusan dari Tuhan.

Kita sebagai orang beriman juga perlu mengetahui bahwa pekerjaan adalah sesuatu
yang penting dalam menjalankan hidup beriman kita pada Tuhan. Bukan hanya berdoa dan
meminta, namun kita juga harus berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan atau
butuhkan. Saya juga tahu bahwa manusia bekerja untuk menjalankan talenta yang ia punya
dari Tuhan. Bagi orang beriman, kerja harus dimaknai dalam rangka membentuk dan
menampilkan citra diri yang baik.

Selain itu, saya juga belajar untuk lebih menghargai uang yang saya masih peroleh
dari orang tua, tidak menghambur-hamburkannya untuk hal yang kurang penting karena
banyak orang bekerja demi mendapatkan uang namun saya yang bahkan belum bekerja malah
membuang-buang uang dengan percuma.

28
REFLEKSI Praktik Kerja Lapangan Kedua
Graciella ( 6103018023 )

Dari Praktik Kerja Lapangan hari kedua ini, saya dapat memetik beberapa nilai
kehidupan yang nantinya saya jadikan sebagai pelajaran kehidupan. Karena pada hari kedua
ini saya turut berpartisipasi, maka refleksi yang dapat saya petik lebih banyak dibandingkan
PKL hari kedua kemarin. Refleksi yang saya dapatkan dari PKL dibidang sosial ekonomi hari
ini adalah beberapa masih sama seperti PKL hari pertama yaitu ketika kita bekerja menjadi
seorang pegawai terutama seorang pelayan, maka kita harus bertanggung jawab dengan
pekerjaan kita. Kita harus professional dalam bekerja tidak boleh asal – asalan dalam bekerja,
apalagi menjadi seorang pelayan tentu harus ramah terhadap customer dan tentunya dalam
bekerja tidak melanggar hak orang lain. Tentunya kita juga harus mengikuti peraturan –
peraturan yang ada pada tempat dimana kita bekerja.

Tidak hanya itu, kita juga harus bertanggung jawab terhadap hasil kerja kita. Jika
tidak, bisa jadi customer yang dilayani akan marah karena makanan atau minuman yang
disajikan tidak memuaskan. Tidak lupa juga, ketika berhubungan dengan orang lain kita harus
bersikap ramah dan selalu memasang senyum di wajah kita. Apabila kita bekerja dengan
sepenuh hati dan berusaha dengan giat serta sekuat tenaga, maka hasil yang akan kita
dapatkan tentunya akan maksimal dan memuaskan.

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yuri, pelajaran yang dapat
dipetik adalah ketika kita sudah memulai sesuatu, maka kita harus fokus untuk
menjalankannya dan jangan mudah putus asa ketika menghadapi suatu tantangan.

29
REFLEKSI Praktik Kerja Lapangan Kedua
Elvina Vania ( 6103018052 )

Nilai yang saya peroleh dari kegiatan PKL hari ini adalah kita harus bertoleransi
dengan orang lain. Di dalam hidup, manusia selalu bertemu dengan manusia yang lain dan
antara manusia yang satu dengan manusia yang lain tidak ada kesamaan. Semua manusia itu
unik dan memiliki ciri khas masing-masing. Namun, dibalik perbedaan yang ada dari seluruh
umat manusia dapat digunakan menyatukan dan menyempurnakan hidup. Sebagai bos
hendaknya seorang manusia dapat mengerti dan memahami karyawan-karyawannya. Tidak
hanya mengikuti keinginan atau opini diri sendiri namun juga mendengarkan keinginan
ataupun masukan dari karyawannya. Menjadi seorang bos atau atasan bukan berarti menjadi
orang yang selalu dilayani namun juga melayani bawahannya dengan cara mendengarkan
masukan yang mereka berikan. Menjadi seorang bos bukan berarti dapat menggunakan
kekuasaan yang ada seenaknya sendiri namun juga harus mengelola dan mengatur kekuasaan
yang dimiliki agar dapat menjadi wadah bagi orang lain untuk mengembangkan bakat atau
memperoleh pekerjaan. Selain itu, saya juga belajar dari Bapak Galuh untuk selalu bersyukur
dengan apa yang diperoleh. Bapak Galuh menerima gaji sebesar 1,3 - 2,5 juta perbulannya
dan ia harus mengatur gaji tersebut agar dapat mencukupi kehidupannya. Selain itu, saya juga
belajar untuk selalu mencoba hal baru dan tidak takut untuk mencoba hal yang baru seperti
yang dilakukan oleh Bapak Galuh sehingga dapat memperoleh pengalaman yang lebih di
dalam hidup.

Melalui Praktek Kerja Lapangan hari ini, saya menjadi mengerti bahwa iman dalam
bidang ekonomi sangat diperlukan dalam menjalankan sebuah bisnis. Jika sebuah bisnis
dilakukan tanpa adanya iman maka akan sangat banyak kecurangan yang dilakukan oleh
orang yang menjalankan bisnis. Iman dalam bidang budaya juga diperlukan dalam
menjalankan bisnis. Dengan adanya iman dalam bidang budaya diperlukan agar dapat
memperoleh ide dalam menjalankan usaha. Seperti yang dilakukan oleh Bapak Yuri. Dia
membuka usaha kafe ini karena kopi sudah menjadi budaya dari masyarakat luas, tidak hanya
Indonesia melainkan dunia.

30
REFLEKSI Praktik Kerja Lapangan Kedua
Felicia Corinna Colin ( 6103018124 )

Kurang lebih 100 menit penulis melakukan kegiatan PKL kedua di Kafe Pohon Kopi. Banyak
hal-hal baru yang saya alami dan rasakan baik yang menegangkan maupun yang
menyenangkan. Saat pertama kali berkegiatan dalam bentuk partisipasi dalam kafe tersebut,
yang berarti saya harus berada lebih lama di sana, saya merasa terganggu. Karena keadaan
ruangan tersebut penuh dengan bau rokok, dan jujur saya sendiri tidak suka dengan bau asap
maupun rokok. Namun, beberapa hal yang membuat saya menggeser pemikiran tersebut,
yaitu semangat kerja dari karyawan-karyawan yang ada di sana. Mereka melayani pelanggan
dengan ramah, meskipun karyawan pada shift tersebut hanya berkisar 2 orang. Dari sikap
mereka ini, saya mendapat pelajaran bahwa dalam menjalankan sebuah usaha, kita harus
bersabar dan tak lupa untuk tetap ramah dan selalu tersenyum, juga melakukannya dengan
tetap semangat. Dan dari sini juga, saya belajar untuk menahan apa yang sebenarnya tidak
saya sukai, karena dalam menjalani usaha juga membutuhkan toleransi terhadap orang lain.
Selain itu, dalam membuka usaha seperti contohnya kafe, kita tidak perlu mengikuti
peraturan-peraturan dari kebanyakan kafe yang ada seperti adanya smoking area. Kita dapat
membuat inovasi baru dengan usaha yang memiliki konsep yang jarang dimiliki oleh kafe
lainnya. Seperti Pak Yuri, membuka usaha kafe dengan konsep full smoking. Dengan konsep
seperti ini, karyawan yang bekerja di kafe tersebut akan merasa nyaman. Sehingga, dalam
menjadi pengusaha, kita tidak boleh hanya memikirkan kenyamanan dari pelanggan saja,
namun kenyamanan karyawan/ pegawai jugalah penting. Dalam melakukan sebuah usaha,
kita juga harus tau bahwa semua harus dicapai dari 0. Seperti pada pengalaman Pak Galuh,
yang harus memulai jabatannya dari 0( dari kitchen ), padahal Pak Galuh sendiri telah
memiliki basik sebagai seorang barista. Selain itu, dari wawancara dengan Pak Yuri saya
mempelajari, jika kita membuka usaha kita tidak perlu membuka banyak cabang. Cukup 1
namun mendalami mengenai hal tersebut sudahlah cukup. Karena dengan dibukanya banyak
cabang, tetapi tidak dapat mendalami hal tersebut, tentu saja akan menjadi kurang maksimal.
Dari PKL ini juga, saya dapat mengetahui bahwa dalam menjalankan usaha kita tidak
bisa hanya percaya dengan aplikasi yang kita gunakan seperti pada kafe ini menggunakan
aplikasi untuk menginput orderan dan pembayaran pelanggan. Kita harus menuliskannya juga
secara manual agar tetap memiliki catatan pemasukan atau pengeluaran kafe jika terjadi error
dalam aplikasi yang digunakan. Selain itu, saya juga dapat mengetahui tata cara dalam
melayani pelanggan dalam sebuah usaha. Melayani pelanggan tidak boleh dilakukan dengan
sembarangan, melainkan terdapat tata caranya.

31
Dengan PKL ini, saya juga mengetahui bahwa iman dalam bidang budaya dan bidang
ekonomi ternyata dapat saling berhubungan. Karena, seperti yang Pak Yuri lakukan, ia
mengetahui bahwa orang Indonesia dikenal dengan budaya “penikmat kopi”, sehingga beliau
memiliki ide untuk membuat kafe. Dari sini saya mendapatkan pelajaran bahwa ide dan
inovasi dalam membuka usaha tidak hanya dapat berasal dari apa yang sedang “booming”
atau terkenal saja, namun dapat juga dengan menyesuaikan dengan budaya tempat kita
membuka usaha tersebut.

Demikianlah refleksi mengenai PKL kedua ini saya sampaikan, sekian dan
terimakasih.

32
REFLEKSI Praktik Kerja Lapangan Kedua
Gracia Orpa Wibowo ( 6103018160 )

Pada PKL hari kedua saya belajar lebih banyak lagi dari dua cerita orang dengan
perbedaan posisi. Dari Mas Galuh saya belajar tentang kegigihan untuk mencapai suatu hal
yang kita inginkan kita harus berupaya semaksimal mungkin dan tidak mudah menyerah
walaupun banyak rintangan yang dihadapi. Selain itu saya juga belajar jika sudah mendapat
yang kita mau, jangan langsung puas atau tinggi hati. Kita harus tetap belajar untuk
mendapatkan hal yang lebih baik dalam hidup kita.

Dari Pak Yuri, saya juga belajar banyak hal. Pertama, dalam menjalani suatu hal, kita
harus dengan sepenuh hati melakukannya dan tidak melihat bagian buruk dari suatu hal. Jika
menjalani pekerjaan dengan semangat dan sepenuh hati, pasti banyak jalan yang diberikan
Tuhan untuk kita. Kedua, tidak membenci atau bahkan menjatuhkan mereka yang memiliki
bisnis serupa dengan kita karena Tuhan mengajarkan kita untuk bekerja sesuai talenta dan
kemampuan kita.

Selain itu manusia juga diminta untuk sadar bahwa kita dipanggil Tuhan untuk
bekerjasama dengan-Nya dan juga sesama agar tercapai kehidupan yang lebih harmonis antar
sesama. Tuhan menghendaki kita untuk mengelola diri dan alam dengan baik. Dengan
bekerja, orang beriman membangun keserupaannya dengan Tuhan juga menjalankan tugas-
Nya dengan baik.

33
DOKUMENTASI

Kiri ke kanan: Felicia; Elvina; Pak Kiri ke kanan: Elvina; Graciella; Pak
Zaky; Romo Ramon; Gracia ; Graciella Galuh; Gracia; Felicia
( SEMINAR ) ( PKL )

Kiri ke kanan: Kak Akira; Graciella; Felicia ( PKL 2 – Partisipasi )


Felicia
( PKL 1 - Wawancara )

Felicia ( PKL 2 – Partisipasi ) Kiri ke kanan: Pak Yuri; Gracia;


Elvina
(PKL 2- Wawancara)

34
Gracia (PKL 1 – Partisipasi) Kiri ke kanan: Gracia; Elvina
(PKL 1- Partisipasi)

Elvina (PKL 1 – Partisipasi) Graciella (PKL 2 – Partisipasi)

35
REFLEKSI Kelompok

Dari PKL yang telah kami lakukan di Pohon Kopi tepatnya pada tanggal 5 November dan
7 November 2018, banyak hal yang kami dapatkan. Tidak hanya mengenai iman pada bidang
ekonomi, budaya, maupun politik, namun juga dari interaksi kami antar sesama anggota
kelompok PKL ini. Hal-hal ini juga sesuai dengan misi Universitas Widya Mandala yaitu
PeKA. Dimana Pe adalah Peduli, K adalah Komitmen, dan A adalah Antusias.

 Peduli (Pe)

Kami dapat belajar memahami situasi yang sedang terjadi. Dengan memahami
situasi, kita dapat memutuskan dan mengambil tindakan yang tepat dalam suatu masalah.
Seperti saat kami melakukan PKL dalam bentuk partisipasi, kami melakukan banyak
kerjasama tim. Contohnya jika salah seorang anggota kelompok sedang melayani
pelanggan di kasir, kami dapat mengerjakan tugas lainnya yaitu mengantarkan pesanan
kepada pelanggan. Selain itu, dalam kerjasama ini kami juga belajar peduli dengan
sesama, contohnya saat ada anggota yang sakit, sebaiknya mengambil bagian tugas
mengantarkan pesanan pelanggan yang berada di atas, agar dapat membantu mengurangi
beban anggota tersebut.

 Komitmen ( K )

Kami belajar untuk menjadi orang yang bijak dalam mengelola keuangan. Kami
belajar untuk tidak menghambur-hamburkan uang yang ada karena uang yang kami
peroleh bukan berasal dari hasil kerja keras kami sendiri melainkan masih berasal dari
orang tua. Dan dari PKL ini kami belajar salah satu cara bagaimana cara mencari nafkah,
sehingga kami dapat merasakan bahwa mencari nafkah bukanlah hal yang mudah dan
dapat disepelekan.

 Antusias (A)

Kami dalam satu kelompok dapat menjalin hubungan yang lebih dekat dari sebelum
melakukan Praktek Kerja Lapangan. Meskipun situasi yang ada tidak sesuai dengan yang
kami harapkan. kami tetap menghadapinya bersama dengan melakukan yang terbaik dan
pantang menyerah, demi menghadapi kesulitan dan tantangan yang menghalang. Tidak
lupa kami juga selalu mengucap “syukur”, karena dengan bersyukur semua hal akan
terasa lebih menyenangkan. Sebagai contoh pada saat kami melakukan Praktek Kerja

36
Lapangan di Pohon Kopi, banyak orang yang merokok namun kami tetap berusaha
bertahan untuk dapat beradaptasi dengan keadaan yang ada.

37

Anda mungkin juga menyukai