Anda di halaman 1dari 6

TUGAS EKOLOGI

“SOIL SLIDE”

Disusun Oleh:

Lavenia 6103018017

Graciella 6103018023

Gracia Orpa 6103018160

Sherina Dewi 6103018164

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2019
Longsor Sukabumi: Rawan Bencana dan 'Tidak
Layak Huni' tapi Sulit Pindahkan Warga
Pijar Anugerah
BBC News Indonesia
2 Januari 2019

Masyarakat di Kecamatan
Cisolok, Kabupaten Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat, tidak
mengantisipasi bencana tanah
longsor yang terjadi pada
malam tahun baru meski
mengetahui bahwa daerah
tersebut rawan bencana,
menurut perangkat daerah
setempat.

Camat Cisolok, Asep Mauludin, mengatakan bahwa "tidak diprediksi ada gejala-
gejala untuk longsor" di Kampung Cimapag, yang kini rata dengan tanah.

Seorang pejabat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menjelaskan


bahwa kawasan tersebut merupakan daerah yang rawan dan "tidak layak untuk
dihuni", tapi sulit meyakinkan warga untuk pindah.

Bencana longsor pada Selasa (31/12) menjelang waktu salat Magrib itu dipicu oleh
hujan deras selama beberapa jam. Warga Kampung Cimapag, Bohana, mengatakan
peristiwa itu terjadi secara tiba-tiba.
"Mendengar suara itu ngahiung (mendengung), dari rumah langsung mau
keluar nengok itu longsor. Begitu nengok longsor ternyata sudah terlihat, sudah
sampai rumah," kata Bohana seperti dilaporkan wartawan di Sukabumi, Rizal, untuk
BBC News Indonesia.

Laki-laki berusia 35 itu mengaku menyadari bahwa dirinya tinggal di daerah rawan
longsor, tapi ia tidak pernah disuruh untuk pindah.

Kampung Cimapag terletak di bawah bukit terjal dalam kawasan Taman Nasional
Gunung Halimun Salak. Daerah tersebut memiliki tanah gembur yang mudah longsor
ketika curah hujan tinggi.

Namun Asep Mauludin mengatakan warga tak mengira longsor akan terjadi.
"Sebelumnya memang tidak diprediksi bahwa ini akan terjadi longsor karena
mungkin sudah berpuluh-puluh tahun warga, masyarakat sudah menghuni," ujarnya
kepada BBC News Indonesia lewat sambungan telepon.

Kini, puluhan rumah di Kampung Cimapag tertimbun oleh tanah. Sebanyak 15 warga
ditemukan meninggal dunia sementara 20 lainnya dinyatakan hilang, menurut Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi.
'Tidak layak untuk dihuni'

Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Sukabumi, Eka Widiaman, mengatakan


bahwa Kecamatan Cisolok memang rawan banjir dan longsor. Tanah longsor terjadi
di daerah tersebut setiap tahun sejak 2010.

"Dan memang yang terbesar pada tahun ini, akhir 2018," ungkapnya dalam jumpa
pers di Posko Tanggap Darurat Bencana di Kampung Cimapag, Selasa (01/01).

Menurut Eka, berdasarkan pengamatan sementara, daerah tersebut sangat rentan


terjadi pergerakan tanah dan tidak layak dihuni. Namun sulit meyakinkan warga
untuk pindah.

"Kawasan ini merupakan suatu prioritas kita untuk melakukan mitigasi bencana dari
awal. Hanya memang penduduk sini punya adat yang berbeda dari yang di kota. Jadi
mereka itu menempati tempat-tempat yang memang mendekati ke area pertanian.
Mereka tidak pernah memikirkan kondisi bangunan yang ada," ia menjelaskan.

Komandan Korem 061/Suryakancana, Kolonel (Inf) M Hasan, yang juga hadir dalam
jumpa pers, menambahkan bahwa warga berladang dengan membuat terasering di
lereng bukit.

"Dengan dijadikan sebagai ladang, dengan menanam tanaman-tanaman yang singkat


dan tidak mempunyai akar yang kuat, itulah yang menjadi penyebab [longsor],"
ujarnya.

Apa penyebab longsor?

Pakar dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Adrin Tohari, menjelaskan penyebab
tanah longsor di Kampung Cimapag salah satunya adalah kondisi tanah yang gembur.
"Tanah gembur itu kan mempunyai kuat geser atau shear strength yang sangat rendah
jadi mudah sekali kekuatannya hilang ketika terkena penetrasi air hujan," tuturnya.

Namun ia menilai kondisi air di kawasan tersebutlah yang menjadi faktor dominan.
Terdapat aliran air di bawah permukaan tanah yang kemudian naik sehingga
menyebabkan lereng di situ menjadi lebih labil dibandingkan lereng di sekitarnya.

"Air hujan itu akan mudah menjenuhi lereng itu karena di situ ada zona-zona air
tanah yang terperangkap, yang mudah meningkatkan tekanan air pori dalam tanah," ia
menambahkan.

Tapi Kecamatan Cisolok bukanlah kasus unik. Menurut Pusat Volkanologi dan
Bencana Geologi, Kementerian ESDM, lebih dari 50% wilayah Kabupaten Sukabumi
rentan terhadap longsor.
Peta yang diterbitkan PVMBG pada Desember 2018 menunjukkan sebagian besar
wilayah Kabupaten Sukabumi memiliki potensi tinggi untuk terjadinya gerakan tanah.
Itu berarti di wilayah-wilayah tersebut dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di
atas normal — meski tidak semuanya merupakan wilayah permukiman.

Menurut Adrin Tohari, hal itu karena banyak daerah di Kabupaten Sukabumi yang
tersusun dari material gunung api muda. Batuan-batuannya belum mengalami
pemadatan sehingga kekuatannya sangat rendah.

"Nah daerah-daerah yang terbentuk oleh endapan-endapan gunung api muda itu, di
mana tanah hasil pelapukannya itu menjadi tanah yang gembur maka ia akan lebih
rentan terhadap longsoran gerakan tanah dibandingkan daerah-daerah yang tersusun
oleh batuan-batuan yang lebih padat."

"Kalau lerengnya di sana, rata-rata dari mulai agak terjal sampai terjal dan biasanya
longsoran terjadi pada lereng-lereng seperti itu," ia menjelaskan.

Maka dari itu, menurut Adrin, pihak berwenang perlu meningkatkan kapasitas
masyarakat yang sudah lama tinggal di daerah rawan bencana demi mengurangi
risikonya. Harapannya, masyarakat punya kesadaran untuk evakuasi mandiri ketika
terjadi hujan.

Adrin menilai upaya yang selama ini dilakukan BPBD belum menjangkau semua
masyarakat di daerah rawan karena sulitnya akses.

"Biasanya hanya mencakup daerah-daerah kecamatan saja yang aksesnya sangat


mudah. Untuk bisa mencapai daerah-daerah yang terpencil seperti kampung, dusun
itu masih agak sulit yah," ujarnya.

Berita yang kami pilih adalah bencana longsor di daerah Sukabumi,

Kecamatan Cisolok. Masyarakat di daerah Cisolok sudah mengerti bahwa tempat

tinggal mereka rawan terkena bencana. Namun mereka masih tetap bersikeras

untuk menempati daerah tersebut. Faktor utama terjadinya tanah longsor

sebenarnya adalah adanya gaya gravitasi bumi yang mempengaruhi suatu lereng
yang curam. Sedangkan faktor – faktor yang mendukung terjadinya tanah longsor

secara umum adalah erosi, pengalihan lahan, penebangan hutan secara illegal,

gempa bumi, hujan lebat yang terjadi secara terus menerus.

Dari berita yang kami dapatkan, kami mengetahui bahwa faktor terjadinya

tanah longsor di Kecamatan Cisolok adalah daerah tersebut memiliki tanah

gembur yang mudah longsor ketika curah hujan tinggi sehingga rentan terjadi

pergerakan tanah ketika daerah tersebut dibangun pemukiman. Bahkan, warga

sering bercocok tanam di daerah tersebut sehingga tanahnya menjadi semakin

gembur.

Bencana alam tanah longsor ini tidak serta merta terjadi begitu saja,

namun ada beberapa fenomena lain yang melatarbelakangi terjadinya tanah

longsor ini. Salah satu diantaranya adalah adanya curah hujan tinggi yang

menyebabkan banjir sehingga tanah tidak mampu menahan tekanan air banjir.

Ditambah lagi, tanah di Cisolok merupakan tanah gembur sudah mengandung air

yang cukup banyak dan ketika ditekan oleh air banjir akan menyebabkan tanah

longsor. Faktor berikutnya adalah adanya pengalihan lahan pertanian menjadi

lahan pemukiman warga.

Sikap PeKA yang dapat kami terapkan dari fenomena ini adalah:

 Peduli : Memberikan sumbangan kepada para korban bencana melalui

wadah yang sudah disediakan oleh organisasi kemasyarakatan. Selain


itu, kami juga membantu mendoakan para korban bencana serta

keluarga yang ditinggalkan.

 Komit : Lebih menjaga lingkungan agar tetap bersih dan asri dengan

tidak membuang sampah sembarangan dan ikut gotong royong

membersihkan lingkungan perumahan. Serta turut melakukan

penghijauan dimulai dari menanam tanaman di rumah sendiri.

 Antusias : Terlibat aktif dalam kegiatan gotong royong dengan

semangat.

Solusi yang dapat kami berikan adalah masyarakat di sekitar wilayah yang

rawan terkena longsor diberi penyuluhan mengenai jenis – jenis tanah sehingga

mereka dapat mengetahui tanah apa yang cocok untuk membangun pemukiman.

Pemerintah juga dapat memberi himbauan kepada masyarakat mengenai bencana

alam, sehingga masyarakat dapat mengambil langkah yang tepat untuk

menyelamatkan diri. Selain itu pemerintah melakukan pembersihan area dengan

menertibkan rumah – rumah penduduk dan menyediakan rumah susun di wilayah

yang lebih aman dari bencana sehingga kemungkinan terjadinya bencana dapat

berkurang. Dengan adanya pemindahan lahan pemukiman, lahan pertanian dapat

berfungsi sebagaimana mestinya karena tanah gembur cocok untuk bercocok

tanam bukan untuk pemukiman. Akhir kata, masyarakat seharusnya dapat lebih

percaya pada pemerintah dan turut serta dalam program yang diadakan oleh

pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai