“SOIL SLIDE”
Disusun Oleh:
Lavenia 6103018017
Graciella 6103018023
Masyarakat di Kecamatan
Cisolok, Kabupaten Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat, tidak
mengantisipasi bencana tanah
longsor yang terjadi pada
malam tahun baru meski
mengetahui bahwa daerah
tersebut rawan bencana,
menurut perangkat daerah
setempat.
Camat Cisolok, Asep Mauludin, mengatakan bahwa "tidak diprediksi ada gejala-
gejala untuk longsor" di Kampung Cimapag, yang kini rata dengan tanah.
Bencana longsor pada Selasa (31/12) menjelang waktu salat Magrib itu dipicu oleh
hujan deras selama beberapa jam. Warga Kampung Cimapag, Bohana, mengatakan
peristiwa itu terjadi secara tiba-tiba.
"Mendengar suara itu ngahiung (mendengung), dari rumah langsung mau
keluar nengok itu longsor. Begitu nengok longsor ternyata sudah terlihat, sudah
sampai rumah," kata Bohana seperti dilaporkan wartawan di Sukabumi, Rizal, untuk
BBC News Indonesia.
Laki-laki berusia 35 itu mengaku menyadari bahwa dirinya tinggal di daerah rawan
longsor, tapi ia tidak pernah disuruh untuk pindah.
Kampung Cimapag terletak di bawah bukit terjal dalam kawasan Taman Nasional
Gunung Halimun Salak. Daerah tersebut memiliki tanah gembur yang mudah longsor
ketika curah hujan tinggi.
Namun Asep Mauludin mengatakan warga tak mengira longsor akan terjadi.
"Sebelumnya memang tidak diprediksi bahwa ini akan terjadi longsor karena
mungkin sudah berpuluh-puluh tahun warga, masyarakat sudah menghuni," ujarnya
kepada BBC News Indonesia lewat sambungan telepon.
Kini, puluhan rumah di Kampung Cimapag tertimbun oleh tanah. Sebanyak 15 warga
ditemukan meninggal dunia sementara 20 lainnya dinyatakan hilang, menurut Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi.
'Tidak layak untuk dihuni'
"Dan memang yang terbesar pada tahun ini, akhir 2018," ungkapnya dalam jumpa
pers di Posko Tanggap Darurat Bencana di Kampung Cimapag, Selasa (01/01).
"Kawasan ini merupakan suatu prioritas kita untuk melakukan mitigasi bencana dari
awal. Hanya memang penduduk sini punya adat yang berbeda dari yang di kota. Jadi
mereka itu menempati tempat-tempat yang memang mendekati ke area pertanian.
Mereka tidak pernah memikirkan kondisi bangunan yang ada," ia menjelaskan.
Komandan Korem 061/Suryakancana, Kolonel (Inf) M Hasan, yang juga hadir dalam
jumpa pers, menambahkan bahwa warga berladang dengan membuat terasering di
lereng bukit.
Pakar dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Adrin Tohari, menjelaskan penyebab
tanah longsor di Kampung Cimapag salah satunya adalah kondisi tanah yang gembur.
"Tanah gembur itu kan mempunyai kuat geser atau shear strength yang sangat rendah
jadi mudah sekali kekuatannya hilang ketika terkena penetrasi air hujan," tuturnya.
Namun ia menilai kondisi air di kawasan tersebutlah yang menjadi faktor dominan.
Terdapat aliran air di bawah permukaan tanah yang kemudian naik sehingga
menyebabkan lereng di situ menjadi lebih labil dibandingkan lereng di sekitarnya.
"Air hujan itu akan mudah menjenuhi lereng itu karena di situ ada zona-zona air
tanah yang terperangkap, yang mudah meningkatkan tekanan air pori dalam tanah," ia
menambahkan.
Tapi Kecamatan Cisolok bukanlah kasus unik. Menurut Pusat Volkanologi dan
Bencana Geologi, Kementerian ESDM, lebih dari 50% wilayah Kabupaten Sukabumi
rentan terhadap longsor.
Peta yang diterbitkan PVMBG pada Desember 2018 menunjukkan sebagian besar
wilayah Kabupaten Sukabumi memiliki potensi tinggi untuk terjadinya gerakan tanah.
Itu berarti di wilayah-wilayah tersebut dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di
atas normal — meski tidak semuanya merupakan wilayah permukiman.
Menurut Adrin Tohari, hal itu karena banyak daerah di Kabupaten Sukabumi yang
tersusun dari material gunung api muda. Batuan-batuannya belum mengalami
pemadatan sehingga kekuatannya sangat rendah.
"Nah daerah-daerah yang terbentuk oleh endapan-endapan gunung api muda itu, di
mana tanah hasil pelapukannya itu menjadi tanah yang gembur maka ia akan lebih
rentan terhadap longsoran gerakan tanah dibandingkan daerah-daerah yang tersusun
oleh batuan-batuan yang lebih padat."
"Kalau lerengnya di sana, rata-rata dari mulai agak terjal sampai terjal dan biasanya
longsoran terjadi pada lereng-lereng seperti itu," ia menjelaskan.
Maka dari itu, menurut Adrin, pihak berwenang perlu meningkatkan kapasitas
masyarakat yang sudah lama tinggal di daerah rawan bencana demi mengurangi
risikonya. Harapannya, masyarakat punya kesadaran untuk evakuasi mandiri ketika
terjadi hujan.
Adrin menilai upaya yang selama ini dilakukan BPBD belum menjangkau semua
masyarakat di daerah rawan karena sulitnya akses.
tinggal mereka rawan terkena bencana. Namun mereka masih tetap bersikeras
sebenarnya adalah adanya gaya gravitasi bumi yang mempengaruhi suatu lereng
yang curam. Sedangkan faktor – faktor yang mendukung terjadinya tanah longsor
secara umum adalah erosi, pengalihan lahan, penebangan hutan secara illegal,
Dari berita yang kami dapatkan, kami mengetahui bahwa faktor terjadinya
gembur yang mudah longsor ketika curah hujan tinggi sehingga rentan terjadi
gembur.
Bencana alam tanah longsor ini tidak serta merta terjadi begitu saja,
longsor ini. Salah satu diantaranya adalah adanya curah hujan tinggi yang
menyebabkan banjir sehingga tanah tidak mampu menahan tekanan air banjir.
Ditambah lagi, tanah di Cisolok merupakan tanah gembur sudah mengandung air
yang cukup banyak dan ketika ditekan oleh air banjir akan menyebabkan tanah
Sikap PeKA yang dapat kami terapkan dari fenomena ini adalah:
Komit : Lebih menjaga lingkungan agar tetap bersih dan asri dengan
semangat.
Solusi yang dapat kami berikan adalah masyarakat di sekitar wilayah yang
rawan terkena longsor diberi penyuluhan mengenai jenis – jenis tanah sehingga
mereka dapat mengetahui tanah apa yang cocok untuk membangun pemukiman.
yang lebih aman dari bencana sehingga kemungkinan terjadinya bencana dapat
tanam bukan untuk pemukiman. Akhir kata, masyarakat seharusnya dapat lebih
percaya pada pemerintah dan turut serta dalam program yang diadakan oleh
pemerintah.