Anda di halaman 1dari 18

BAB 12

UJI COBA
PENGOLAHAN AIR LIMBAH
DOMESTIK INDIVIDUAL
DENGAN PROSES BIOFILTER
ANAEROBIK

286
12.1 PENDAHULUAN
12.1.1 Permasalahan
Masalah pencemaran lingkungan di kota besar
misalnya di Jakarta, telah menunjukkan gejala yang cukup
serius, khususnya masalah pencemaran air. Penyebab dari
pencemaran tadi tidak hanya berasal dari limbah industri,
tetapi juga yang tidak kalah memegang andil baik secara
sengaja atau tidak sengaja adalah masyarakat kota itu sediri,
yakni akibat air buangan rumah tangga yang jumlahnya
makin hari makin besar yang sejalan dengan perkembangan
penduduk. Ditambah lagi dengan kurang baiknya sistem
sanitasi lingkungan yang ada, menyebabkan proses
pencemaran air sungai maupun pencemaran air tanah
dangkal bertambah cepat.
Hasil pemantauan yang dilakukan oleh BPLHD DKI
Jakarta terhadap kualitas air tanah dangkal di wilayah
Jakarta, diketahui bahwa sebagian besar contoh yang
diperiksa telah tercemar oleh zat -zat kimia antara lain zat
organik, amonia, dan sebagian telah tercemar oleh bakteri E.
Coli yang berasal dari buangan tinja. Dari hasil pemantauan
tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar air tanah
dangkal di Jakarta telah mengalami pencemaran. Adanya
amonia dan bakteri coli dalam air tanah dangkal dengan
konsentasi yang cukup tinggi, menunjukkan gejala adanya
pencemaran oleh buangan rumah tangga (tinja). Hal ini
adalah akibat langsung dari buruknya sistem sanitasi yang
ada. Sebagai contoh misalnya, sistem tangki septik yang
umum digunakan oleh masyarakat adalah tangki septik
dengan sistem resapan yang bahkan sering kurang memenuhi
syarat teknis. Dengan semakin sempitnya lahan maka sistem
resapan ini tidak layak lagi digunakan, sehingga air limbah
yang meresap ke dalam tanah masih mengandung

287
konsentrasi polutan yang tinggi. Pencemaran bakteriologis
terhadap terhadap air tanah dangkal secara potensial juga
dapat disebabkan oleh pebuangan tinja sistem kakus cubluk.
Hal ini dapat terjadi karena umumnya masyarakat
kurang memahami cara merancang tangki septik yang
memenuhi syarat teknis yang baik, sehingga masyarakat
membuat tangki septik seadanya dan dibuat asal tidak cepat
penuh tanpa memperhatikan syarat teknis yang baik. Lebih-
lebih lagi untuk daerah yang muka air tanahnya tinggi, sering
masalah tangki septik ini menjadi persoalan yang cukup
rumit.
Bab ini membahas hasil uji coba alat pengolah air
limbah domestik individual dengan proses biofilter
anaerobik yang cocok digunakan untuk daerah yang
berpenduduk padat atau untuk daerah yang muka air
tanahnya cukup tinggi misalnya daerah pantai atau rawa.

12.1.2 Sistem Biofilter Anaerobik "Up Flow"

Prinsip kerja tangki septik dengan filter "up flow" ini


pada dasarnya sama dengan tangki septik biasa, yakni terdiri
dari bak pengendap, ditambah dengan suatu filter yang diisi
dengan batu kerikil atau batu pecah. Penguraian zat zat
organik yang ada dalam air limbah atau tinja dilakukan oleh
bakteri anaerobik. Bak pengendap terdiri atas 2 ruangan,
yang pertama berfungsi sebagai bak pengendap pertama,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur
sedangkan ruang kedua berfungsi sebagai pengendap kedua
dan penampung lumpur yang tidak terendapkan di bak
pertama, dan air luapan dari bak pengendap dialirkan ke
media filter dengan arah aliran dari atas ke bawah.
Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media
filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-
organisme inilah yang akan menguraikan zat-zat organik

288
yang belum sempat terurai di tangki septik (bak pengendap).
Air luapan dari filter dapat dibuang langsung ke sungai atau
diresapkan kedalam tanah. Skema tangki septik dengan filter
up flow seperti terlihat pada Gambar 12.1.

Gambar 12.1 : Skema IPAL Individual Biofilter Anaerobik


“Up Flow”.

Biofilter Anaerobik "Up Flow" ini mempunyai 2 fungsi


yang menguntungkan dalam proses pengolahan air buangan
rumah tangga secara individual yakni :

Pertama :
Adanya air buangan yang melalui media kerikil yang
terdapat pada filter lama kelamaan mengakibatkan timbulnya
lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau yang disebut
juga biological film. Air buangan yang masih mengandung
zat organik yang belum teruraikan pada tangki setik bila
melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses penguraian
secara biologis. Efisiensi filter tergantung dari luas kontak
antara air limbah dengan mikro-organisme yang menempel
289
pada permukaan media filter tersebut. Makin luas bidang
kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat
organiknya (BOD) makin besar. Selain menghilangkan atau
mengurangi konsentrasi BOD cara ini dapat juga
mengurangi konsentarasi padatan tersuspensi atau suspended
solids (SS) dan konsentrasi total nitrogen dan posphor.

Kedua :
Bak filter juga berfungsi sebagai media penyaring bagi
buangan yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air
buangan yang mengandung suspended solid dan bakteri E.
coli setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya.
Efisiensi penyaringan akan sangat besar karena dengan
adanya filter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran
ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat
pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke
atas akan mengendapkan di dasar bak filter. Sistem tangki
septik dengan filter up flow ini juga cocok digunakan untuk
daerah-daerah yang muka air tanahnya tinggi, misalnya
untuk daerah pantai atau rawa.

12.2 KRITERIA PERENCANAAN

12.2.1 Kriteria Perencanaan Bak Pengendap

 Perencanaan pembangunan bak pengendap harus


memenuhi persyaratan tertentu antara lain :
 Bahan banguan harus kuat terhadap tekanan atau gaya
berat yang mungkin timbul dan harus tahan terhadap asam
serta harus kedap air.
 Jumlah ruangan disarankan minimal 2 (dua) buah.
 Waktu tinggal (residence time) 1 s/d 3 hari.

290
 Bentuk tangki empat persegi panjang dengan
perbandingan panjang dan lebar 2 s/d 3 :1. Lebar Bak
minimal 0,75 meter dan panjang bak minimal 1,5 meter.
 Kedalaman air efektif antara 1 - 2 meter, tinggi ruang
bebas air 0,2 - 0,4 meter dan tinggi ruang untuk
penyimpanan lumpur 1/3 dari kedalaman air efektif (laju
produksi lumpur sekitar 0,03 - 0,04 M3/orang/tahun).
 Dasar bak dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan
tertentu untuk memudahkan pengurasan lumpur.
 Pengurasan lumpur minimal dilakukan setiap 2 - 3 tahun.

12.2.2 Kriteria Perencanaan Biofilter Anaerobik


"Up Flow"

 Untuk merencanakan filter "Up Flow" harus memenuhi


beberapa persyaratan yakni :
 Bak filter terdiri 1 (satu) ruangan atau lebih.
 Media filter terdiri dari kerikil atau batu pecah dengan
ukuran diameter rata-rata 20 - 25 mm dan ratio volume
rongga 0,45.
 Tinggi filter (lapisan kerikil) 0,9 - 1,2 meter.
 Beban hidrolik filter maksimum 3,4 m3/m2/hari.
 Waktu tinggal dalam filter 6 - 9 jam (didasarkan pada
volume rongga filter).

12.3 PERCOBAAN

12.3.1 Tujuan Dan Metoda Penelitian


Tujuan studi yakni melakukan uji coba pengolahan air
limbah rumah tangga secara individual (on site treatment)
dengan menggunakan proses biofilter anaerobik.
Penelitian pengolahan air limbah rumah tangga secara

291
individual ini dilaksanakan dengan cara membuat proto-tipe
biofilter anaerobik, sedangkan air limbah rumah tangga yang
diolah yakni air limbah berasal dari : toilet (tinja, air kencing
dan air bilasan), buangan air dari dapur dan kamar mandi.
Percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh volume
biofilter terhadap efisiensi pengolahan dengan cara
menganalisa air limbah sebelum dan sesudah diolah.

12.3.2 Lokasi Percobaan

Lokasi percobaan terletak di desa Semplak, Bogor, di


halaman rumah salah seorang penduduk. Air limbah yang
diolah yakni air limbah rumah tangga yang berasal dari toilet
(kakus), kamar mandi dan air bekas cucian baju dan cucian
dapur. Debit air limbah yang diolah sekitar 1 - 1,5 M3 per
hari atau melayani 8 - 10 orang.
Alat pengolah air limbah yang digunakan yakni
biofilter anaerobik "Up Flow ", terdiri dari bak pengendap
atau bak pengurai dan biofilter yang diisi dengan kerikil
atau batu pecah.

12.3.3 Spesifikasi IPAL

12.3.3.1 Spesifikasi Bak Pengendap

Spesifikasi Alat adalah sebagai berikut :

 Jumlah Ruang Bak Pengendap = 2 buah.


 Volume Efektif Bak Pengendap = 3,2 M3.
 Volume Efektif Ruang I = 2 M3 (60 %)
 Volume Efektif Runag II = 1,2 M3 (40 %)
 Kedalaman Air = 1,35 M
 Waktu Tinggal (total) = 2 - 3 hari

292
12.3.3.2 Spesifikasi Biofilter Anaerobik "Up Flow"

 Jumlah filter 4 buah yakni 1 (satu) buah filter dengan


volume kerikil 0,63 M3 dan 3 (tiga) buah filter
dengan volume kerikil masing-masing 0,114 M3,
yang dipasang seri.
 Ukuran kerikil 2 - 3 cm, atau ratio volume rongga
sekitar 0,45.

Gambar penampang IPAL domestik individual dengan


proses biofilter anaerobik "Up Flow" yang digunakan untuk
percobaan adalah seperti pada Gambar 12.2 dan Gambar
12.3.

Unit : sentimeter

Gambar 2 : Penampang IPAL Individual Biofilter


Anaerobik "Up Flow" Yang Digunakan Untuk Percobaan.

293
unit : cm

Gambar 3: IPAL Individual Biofilter Anaerobik "Up Flow",


Tampak Atas.

12.3.4 Proses Pengolahan

Air limbah dari toilet (tinja dan air pembilas), kamar


mandi dan air bekas cucian dialirkan ke bak pengendap (bak
pengurai). Di dalam bak pengedap atau bak pengurai ini
kotoran padat (suspended organic) akan terurai secara
anaerob menjadi bentuk yang larut dalam air dan yang tak
terurai akan menjadi lumpur yang akan mengendap di dasar
bak pengendap. Air limpasan dari bak pengendap atau bak
pengurai pertama dialirkan ke bak pengendap atau bak
pengurai ke dua, kemudian dari bak pengendap ke dua air
limbah dialirkan ke biofilter anaerobik yang berisi batu
kerikil dengan aliran dari bawah ke atas (Up Flow).
Selanjutnya air limpasan dari biofilter dibuang ke sungai
atau saluran umum.
Setelah 1 - 2 minggu operasi, pada permukaan media
filter tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-
organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang
belum sempat terurai di bak pengendap. Dengan adanya
biofilter anaerobik ini efisiensi pengolahan menjadi
bertambah besar.

294
Beberapa parameter air limbah dan air olahan yang
diperiksa yakni BOD, COD, Suspended Solid (SS), Total
Nitrogen (T-N), Detergent (MBAS) dan Total Coli.
Pengambilan contoh air hasil olahan, dilakukan
dengan mengambil air limpasan masing-masing filter secara
sesaat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh volume
filter (kerikil) terhadap efisiensi pengolahan.

12.4 HASIL PERCOBAAN

Setelah proses pengolahan berjalan selama 2 minggu,


tumbuh lapisan mikro-organisme yang menempel pada
permukaan media filter (kerikil). Dan setelah proses
pengolahan berjalan selama satu bulan pada media filter
tersebut berkembang biak pula cacing- cacing kecil dan
mikro-orgnisme air lainnya.
Dengan adanya lapisan film biologi (microbial film),
cacing dan mikro-organisme lainnya maka zat organik dalam
air limbah yang belum sempat terurai dalam bak pengendap
(bak pengurai) dapat terurai lebih lanjut oleh mikro-
organisme yang menempel pada permukaan kerikil (media
filter).
Dari hasil pemeriksaan beberapa contoh air limbah
sebelum dan sesudah diolah , proses pengolahan air limbah
rumah tangga secara individual dengan menggunakan
biofilter anaerobik "Up Flow" ini dapat menurunkan
konsentrasi BOD, COD, SS, Total Nitrogen, Detergen
(MBAS) dan Total Coli.
Hasil percobaan secara lengkap seperti terlihat pada
Gambar 12.4 sampai dengan Gambar 12.7. Dari hasil
tersebut terlihat bahwa efisiensi pengolahan tergantung dari
volume media filter Up Flow, makin besar volume kerikil
(volume filter) maka efisiensi pengolahan makin besar.

295
Hasil pengolahan air limbah rumah tangga dengan
menggunakan proses biofiter anaerobik "Up Flow" tersebut
di atas, dengan debit air limbah 1,0 s/d 1,5 m3 per hari dan
total volume efektif filter (kerikil) 1,062 m3, didapatkan hasil
pengolahan sebagai berikut yakni efisiensi rata-rata
penghilangan BOD, COD, Suspended Solid (SS), Total
Nitrogen, Methylene Blue Active Substances (MBAS)
sebagai parameter yang menunjukkan konsentrasi deterjen
dan Total Coli masing-masing 80.9 %, 77,5 %., 86.7 %, 53
%, 54 % dan 82 %.
Dari hasil percobaan tersebut dapat dilihat bahwa
dengan alat ini dapat menghilangkan atau mengurangi kadar
BOD, COD, Suspended Solid (SS) serta Bakteri Coli dengan
baik yakni sekitar 80 %. Sedangkan efisiensi penghilangan
detergen (MBAS) dan Total Nitrogen hanya sekitar 53 %.

12.5 KESIMPULAN

Dari hasil percobaan tersebut di atas dapat disimpulkan


bahwa :

1. Pengolahan air limbah rumah tangga secara individual


dengan tangki septik yang dilengkapi dengan filter "Up
Flow", dapat menghilangkan atau menurunkan kadar
BOD, COD, Suspended Solid (SS), Total Nitrgen (T-N),
Detergen (MBAS) dan Bakteri Coli.

2. Efisiensi rata-rata penghilangan BOD, COD, SS, dan


Bakteri Coli masing-masing 80,9 %, 77,5 %, 8,7 dan 82
%. Sedangkan efisiensi rata-rata penghilangan Total
Nitrogen dan deterjen lebih rendah yakni masing-masing
53 % dan 54 %.

296
3. Secara umum, makin besar volume media filter (kerikil),
maka efisiensi pengolahan makin besar.

4. Alat ini cocok digunakan untuk daerah yang muka air


tanahnya tinggi, karena kualitas air hasil olahannya
cukup baik dan bisa langsung dibuang ke sungai atau
saluran umum. Di samping itu, alat ini dapat dibuat
dalam bentuk paket yang kompak sesuai dengan kondisi
lokasi yang ada untuk mempermudah pemasangan alat.

297
Setelah dua minggu Operasi Setelah empat bulan Operasi
Setelah tiga minggu Operasi SS Rata-rata [mg/l]
Setelah satu bulan Operasi Effisiensi Rata-rata [%]

300 100

250
80

EFISIENSI RATA-RATA [%]


KONSENTRASI SS [mg/l]

200
60

150
40
100

20
50

0 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
V0LUME RATA-RATA [m3]

Gambar 12.4 : Konsentrasi SS Dalam Air Limbah Sebelum


Dan Sesudah Pengolahan Serta Efisiensi Proses.

298
Setelah dua minggu operasi Setelah empat bulan Operasi
Setelah tiga minggu Operasi Total - N Rata-rata [mg/l]
Setelah satu bulan Opersi Effisiensi Rata-rata [%]

100 100

80 80

EFISIENSI RATA-RATA [%]


TOTAL- NITROGEN [mg/l]

60 60

40 40

20 20

0 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
VOLUME KERIKIL [m3]

Gambar 12.5 : Konsentrasi T-N Dalam Air Limbah Sebelum


Dan Sesudah Pengolahan Serta Efisiensi Proses.

299
20 100
Setelah dua minggu Operasi
Setelah tiga minggu Operasi
Setelah satu bulan Operasi
KONSENTRASI MBAS [mg/l]

80

EFISIENSI RATA-RATA [%]


Setelah empat bulan Operasi
15 MBAS Rata-rata [mg/l]
Effisiensi Rata-rata [%]

60

10
40

5
20

0 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
VOLUME KERIKIL [m3]

Gambar 12.6 : Konsentrasi Deterjen (MBAS) Dalam Air


Limbah Sebelum Dan Sesudah Pengolahan Serta Efisiensi
Proses.

300
Setelah tiga minggu Operasi Setelah empat bulan Operasi
Setelah satu bulan Operasi E. Coli Rata-rata [MPN/ml]
Effisisensi Rata-rata [%]

4
2.5 10 100
KONSENTRASI E. COLI [MPN/ml]

4
2 10 80

EFISIENSI RATA-RATA [%]


4
1.5 10 60

4
1 10 40

3
5 10 20

0 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
VOLUME KERIKIL [m3]

Gambar 12.7: Konsentrasi Bakteri E.Coli Dalam Air


Limbah Sebelum Dan Sesudah Pengolahan Serta Efisiensi
Proses.

301
Kondisi Air Limbah Di Dalam Bak Pengendap Atau Bak
Pengurai Pertama.

Media Kerikil Yang Telah Diselimuti Oleh Lapisan Mikro


Organisme.

302
Lubang Kontrol Biofilter Anaerobil "Up Flow" Yang Sudah
Beroperasi.

303

Anda mungkin juga menyukai