“ SISTEM KOLID “
KELOMPOK :2
GELOMBANG :3
TANGERANG
2020
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
kecil untuk menembus kertas saring biasa, tetapi cukup besar untuk
melewati membrane tu filter ultra. Berbeda dengan larutan, partikel koloid
dapat terlihat dengan mikroskop ultra ( Yazid, 2015 : 189 ).
Sistem disperse adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau
terdispersi dalam zat lain. Koloid merupakan suatu sistem dispersi karena
terdiri dari dua fasa, yaitu fase terdispersi (fasa yang tersebar halus) yang
diskontinu dan fasa pendispersi yang kontinu. Fase terdisperssi umunya
memiliki jumlah yang lebih kecil atau mirip dengan zat terlarut dan fasa
terdispersi jumlahnya lebih besar atau mirip pelarut pada suatu larutan.
Pada contoh dispersi tanah liat, partikel tanah liat adalah fase terdispersi
sedangkan air merupakan fase pendispersinya. Larutan sejati tidak
termasuk sistem disperse karena terdiri dari satu fasa. Baik fasa terdispersi
maupun fasa pendispersi dapat berupa gas, cair atau padat. Dengan
demikian terdapat 8 macam sistem koloid dari 9 macam kombinasi-
kombinasi jeadaan yang mungkin. Sistem gas-gas bukan termasuk sistem
koloid keduanya bercampur secara homogeny atau satu fasa ( Yazid,
2015 : 190 ).
Sistem koloid, dimana suatu cairan merupaka medium
terdispersinya sering dinamakan sol, untuk membedakannya dari larutan
sejati : sifat cairan itu ditunjukkan dengan menggunakan awalan, misalnya
akuasol, alkosol, dan seterusnya. Zat padat yang dihasilkan pada koagulasi
atau flokulasi suatu sol disebut gel, tetapi sekarang nama ini umumnya
terbatas untuk kasus dimana seluruh sistem mengeras menjadi suatu
keadaan semi-padat, tanpa adanya sedikitpun cairan perantara pada
mulanya. Beberapa pengarang memakai kata gel untuk meliputi endapat-
endapan yang mirip gelatin, seperti alumunium hidroksida dan besi (III)
hidroksida yang terbentuk dari sol, sementara yang lainnya menyebutnya
sebagai koagel. Proses mendispersinya zat padat yang telah berflokulasi
atau gel (atau koagel) dengan membentu larutak kolodi, disebut peptisasi
( Svehla, 1985 : 93 ).
Pembuatan partikel koloid terbagi atas du acara, yakni cara
kondensasi dan disperse. Pada cara kondensasi, molekul-molekul diubah
7
METODOLOGI
8
9
Perlakuan Pengamatan
Campurkan 1 bagian gula dan -Buat campuran sulfur 1-4
1 belerang gerus sampai halus. (dengan penambahan 1 sendok
Ambil 1 bagian campran dan gula di setiap campuran)
campurkan dengan satu bagian kemudian tambahkan 50 ml
gula kemudian gerus lagi Aquadest
sampai halus. Lanjutkan -Terjadi endapan pada bagian
menggerus satu bagian bawah ketika campuran 4 di
campuran dengan satu bagian tambah aquadest.
gula, setelah ke empat kalinya
tuang campuran ke dalam air
kemudian aduk campuran
tersebut.
b. Pembuatan Sol dengan cara kondensasi
Perlakuan Pengamatan
Panaskan 50 ml air sampai -Membuat Sol Fe (OH)3.
mendidih, tambahkan larutan Masukan aquadest 50 ml,
FeCl3 jenuh satu tetes di aduk didihkan di atas beaker glass
sampai larut menjadi merah (sampai mendidih). Teteskan
cokelat FeCl3 ke dalam beaker glass
(sebanyak 3 tetes).
-Menghasilkan larutan merah
kecoklatan.
10
11
c. Pembuatan Emulsi
Perlakuan Pengamatan
-Masukan minyak tanah 1 ml -Masukan minyak kedelai pada
dan 5 ml air ke dalam satu tabung reaksi(1ml), ukur
tabung reaksi, guncangkan aquadest (5ml) kemudian
tabung dengan keras. guncang keras. Hasil
Kemudian letakan tabung itu pemisahan dari minyak + air
di rak tabung reaksi adalah 21,09 detik.
-masukan 1 ml minyak tanah, -Dengan larutan yang sama
5 ml air dan 15 tetes larutan masukan 15 tetes air sabun
sabun ke dalam suatu tabung kemudian guncang keras.
reaksi, guncangkan tabung Simpan di rak tabung
dengann keras -Hasil pemisahan air + minyak
+ air sabun adalah 12,18 detik.
2. Sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Pelakuan Pengamatan
-Isi sebuh gelas kimia dengan -Di dapati hasil dari efek
larutan K2CrO4 5% dan terangi tyndall yaitu cahaya yang dapat
larutan dengan bekas cahaya menembus larutan K2CrO4 5%
lampu senter lebih luas dan jauh untuk daya
-Dengan cara yang sama amati tembusnya.
sol Fe ( OH )3 -Sedangkan pada Fe(OH)3 lebih
sedikit menembus atau sempit
dan tidak jauh dari pada larutan
K2CrO4 5%.
b. Kestabilan Koloid
12
Perlakuan Pengamatan
-Masukan 5 ml sol Fe (OH)3 - Fe (OH)3 + NaCl 1 M
ke dalam suatu tabung reaksi, Guncangan keras koagulasi
tambahkan 5 ml larutan NaCl menghasilkan buih berwarna
1 M pada tabung reaksi merah bata di bagian atas
tersebut , guncangkan tabung larutan di dalam waktu 1 menit
rekasi. 12,71 detik.
-Kerjakan seperti langkah 1 - Fe (OH)3 + NaCl 0,2 M
namun dengan elektrolit yang Guncangan keras koagulasi
lain secara berturut-turut. menghasilkan buih berwarna
Larutannya yaitu : larutan merah bata pada bagian atas
NaCl 0,2 M , Larutan BaCl2 larutan di dapatkan dalam
0,2 M dan larutan AlCl3 0,2 M waktu 20 detik.
- Fe (OH)3 + BaCl 0,2 M
Guncang keras koagulasi
menghasilkan buih merah bata
di bagian atas larutan di
dapatkan hasil dalam waktu
00,26 detik
- Fe (OH)3 + AlCl 0,2 M
Guncangan keras koagulasi
menghasilkan buih berwarna
merah bata di bagian atas
larutan di dapati waktu 18,51
detik
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum kimia fisika yang telah di lakukan pada
percobaan sistem koloid, Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran
dua atau lebih zat yang bersifat heterogen namun memiliki ukuran partikel
13
terdispersi yang cukup besar. Oleh karena itu ada dua cara pemuatan
sistem koloid yaitu cara disperse dan cara kondensasi.
Pembuatan koloid dengan secara disperse dilakukan percobaan sol
belerang dalam air di dapati dari hasil pengamatan yaitu dari pembuatan
sulfur larutan 1 sampai 4 dengan penambahan 1 sendok gula di setiap
campuran, kemudian dilakukan penambahan 50 ml aquadest di dapatkan
hasil endapan yang terjadi ketika campuran 4 di campur dengan aquadest.
Ketika campuran 4 sudah di larutkan dengan aquadest maka terjadi
endapan pada bagian bawah larutan dengan warna endapan putih.
Pada percobaan pembuatan sol dengan cara kondensasi dengan
perlakuan sol Fe (OH)3 ketika air 50 ml di panaskan sampai mendidih
kemudian ditambahkan FeCl3 jenuh sebanyak 3 tetes maka hasil yang
diperoleh dari larutan tersebut yaitu warna merah kecoklatan , kemudian
simpanlah larutan ini.
Karena jika FeCl3 di tambah ke air mendidih maka larutan FeCl3 akan
terhidrolisis membentuk sol Fe (OH)3.
FeCl3 (aq) + 3H2O (i) Fe (OH)3 (Koloid) + 3HCl (aq)
Larutan dapat di bah menjadi koloid menggunakan teknik kondensasi,
yaitu menggabungkan partikel larutan sejati menjadi partikel koloid.
Dalam percobaan ini, larutan FeCl3 di ubahn menjadi sol Fe (OH)3
menggunakan salah satu cara kondensasi yaitu hidrolisis (peristiwa
penguraian molekul oleh air). Untuk membuktikan apakah Fe (OH)3
adalah suatu koloid, kami mengujinya dengan menyorot senter ke cairan
tersebut. Karena terjadi penghamburan berkas cahaya, maka Fe (OH)3
merupakan suatu koloid.
Pada percobaan pembuatan emulsi dengan memasukan minyak
kedelai atau soy oil sebanyak 1 ml di masukan ke dalam tabung reaksi,
masukan 5 ml aquadest kemudian di lakukan guncangan kuat pada tabung
reaksi di dapatkan hasil pemisahan minyak kedelai dan air sebanyak 21,09
detik. Kemudian dengan larutan yang sama ditambahkan 15 tetes air sabun
lalu di lakukan guncangan kuat pada tabung reaksi didapatkan hasil
pemisahan dari air, minyak dan sabun dengan waktu 12,18 detik.
14
Faktor mengapa air dan minyak kedelai tidak bersatu karena air
memiliki berat jenis lebih berat dari pada minyak, maka jika di campur air
akan ada di bawah dan minyak akan berada di atas. Pada air, minyak dan
sabun saat di guncangkan bersamaan akan menimbulkan banyak busa
maka campuran tersebut akan menghasilkan warna keruh karena molekul
pada sabun akan menjadi jembatan antara molekul minyak dan air
sehingga minyak dan air tidak dapat di pisahkan.
Pada percobaan sifat-sifat koloid dilakukannya percobaan efek
tyndall dari sebuah gelas kimia dan larutan K2CrO4 5% dan Fe(OH)3
dengan di terangi berkas cahaya lampu senter, di dapatkan hasil cahaya
dari sinar senter yang dapat menembus larutan larutan K2CrO4 5% dan
cahaya nya tembus luas dan pandang jauh. Sedangkan pada larutan
Fe(OH)3 cahaya yang tembus lebih sempit dan memiliki jarak yang tidak
jauh tidak seperti larutan K2CrO4 5%.
Kemudian percobaan kestabilan koloid dengan pengaruh elektrolit
terhadap kestabilan koloid yaitu dengan memasukan 5 ml FeOH3 ke dalam
tabung reaksi di tambahkan dengan NaCl 1 molal di dapatkan hasil setelah
di guncang keras yaitu koagulasi dengan warna buih merah bata di bagian
atas larutan koagulasi dapat di lihat dengan waktu 1 menit 12,71 detik.
Pada Fe(OH)3 dan NaCl 0,2 molal masing-masing sebanyak 5 ml ketika di
lakukan guncangan keras menghasilkan koagulasi dengan warna buih
merah bata pada bagian atas permukaan, waktu yang di perlukan untuk
mendapatkan koagulasi pada campuran larutan tersebut adalah 20 detik.
Campuran larutan pada Fe(OH)3 ditambahkan dengan BaCl 0,2
molal sebanyak 5 ml FeCl (OH) dan Fe(OH)3 sebanyak 5 ml dengan BaCl
0,2 molal, setelah di lakukan guncangan keras di dapatkan koagulasi
dengan buih merah bata di bagian atas larutan. Koagulasi di dapatkan pada
waktu 1 menit 00,26 detik. Pada larutan terakhir yaitu larutan Fe(OH)3 di
tambah AlCl dan 0,2 molal masing-masing sebanyak 5 ml setelah
dilakukan guncangan keras di dapatkan koagulasi dengan warna buih
merah bata di atas larutan dengan waktu 18,51 detik.
15
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada percobaan sistem
koloid dapat di simpulkan bahwa :
a. Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat
yang bersifat heterogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar.
b. Perbedaan antara cara disperse dan cara kondensasi yaitu cara
kondensasi adalah dengan mengubah partikel-partikel larutan yang
terdiri dari molekul-molekul atau ion-ion menjadi partikel koloid.
Sedangkan cara disperse adalah pembuatan koloid dengan mengubah
dari suspense kasar menjadi partikel koloid.
c. Pengaruh sabun terhadap campuran air dan minyak kedelai ( soy oil )
larutan sabun memiliki efek tyndall, sehingga dapat dikatakan pula
larutan sabun adalah koloid berupa buih berfase terdispersi gas dan
medium berdispersi air. Larutan sabun yang memiliki dua kutub yaitu
polar yang bersatu dengan air dan non polar yang bersatu dengan
minyak, dengan adanya dua kutub ini, membuat larutan sabun mampu
menjadi elmugator ( pembentuk emulsi ) minyak dan air.
d. Pengaruh konsentrasi larutan elektrolit terhadap kestabilan koloid
semakin tinggi konsentrasi larutan, daya tarik – menarik antara partikel
elektrolit dan partikel kolid semakin kuat. Sehingga, koagulasi atau
penggumpalan berlangsung lebih cepat.
5.2 Saran
Saran praktikum pada percobaan sistem koloid yaitu:
a. Disarankan kepada praktikan agar memahami materinya terlebih
dahulu sebelum di lakukannya praktikum.
b. Disarankan ke pda praktikan agar lebih teliti lagi dalam praktikum.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ari A, Andian, 2008. Bahan Ajar Kimia Dasar. Yogyakarta : Universitas Negri
Yogyakarta.
Bassett, J,. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel. Penerbit bukuu kedokteran EGC : Jakarta
Heru, S,. dan Suryantoro. 2012. Pengaruh ukuran butir koloid terhadap Deposisi
Jakarta.
Tim Dosen Kimia Dasar. 2016. Penentuan Praktikum Kimia Dasar Lanjut.
18
LAMPIRAN
NaCl 1 mol, NaCl 2 mol & NH2SO4 BaCl2, Alumunium Klorida, Sulfur dan Minyak
19