Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KUALITATIF DAN KUANTITATIF

KIMIA FARMASI ANALISIS LANJUT

“ TITRASI IODIMETRI ”

DOSEN: Apt. Junaidi, S.Farm.,M.Si.

Kelompok 2 A

1. OKTAVIONA DWI F.A (19040040)


2. PATRICIA REZKY WIJAYA (19040041)
3. REZA FAHRI (19040044)
4. RINA MAULINA (19040045)

LABORATORIUM KIMIA

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH

TANGERANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Elektrokimia merupakanbcabang ilmu yang berkenaan dengan interkonversi energi listrik dan juga
energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (oksidasireduksi) di mana dalam reaksi ini energi
yang dilepaskan oleh reaksi spontan dibuah menjadi listrik atau di mana energi listrik di gunakana agar
reaksi yang nonspontan bisa terjadi. Proses oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana
terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan
bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan proses dari
reduksi akan memperoleh elektron (Chang, 2005).

Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan
oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan
oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu
sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja.
Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namun demikian, oksidator dapat ditentukan
dengan reduktor.

Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium (III), ion
besi (II), dan ion vanadium(II).Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi
(iodimetri) (Chang, 2005).

Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif
yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2yang bereaksi dengan sample atau terbentukdari
hasil reaksi antara sample dengan ion iodida. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai penitar.
Idimetri merupakan suatu metode yang pengunaaannay cukup luas karena dapat dipakai ubtuk
menetapkan suatu kadar oksidator maupun kadar suatu reduktor. Disamping itu, cara ini juga dpat akurat
dikarenakan titik akhirnya jelas sehingga memungkinkan titrasi dengan larutan titer yang encer (0,001 N)
(Ita Asriani Basri, 2008).

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum kualitatif dan kuantitatif kimia farmasi tentang “Titrasi
Iodimetri” bertujuan untuk:
1. Praktikan dapat menentukan kadar vitamin C mengunakan metode titrasi iodimetri
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Jika seseorang kurang vitamin C (asam askorbat) telah dihubungkan dengan penyakit yang dikenal
sebagai skurvi. Sering sekali, jika pada bayi dan anak-anak kecil timbul gejala kekurangan vitamin C, hal
tersebut dikarenakan buah dan sayuran tidak terdapat dalam makanan yang diberikan. Sumber pangan
yang baik akan vitamin C adalah buah buahan dan sayuran yang berdaun hijau. Maka dari itu pentingnya
mengetahui kadar vitamin C yang terkandung dalam buah-buahan. Kadar vitamin C akan meningkat
sampai buah matang, dan akan menurun saat tingkat kematangan sudah terlampaui. Pengukuran kadar
asam askorbat dapat dilakukan dengan cara titrasi iodimetri Pada metode pengukuran kadar asam askorbat
dengan metode titrasi iodimetri yang sudah ada, proses penghitungan kadar asam askorbat masih
menggunakan cara penghitungan secara manual. Serta pada proses pencampuran jumlah titran ke dalam
ekstrak buah diperlukan ketelitian, karena jika jumlah titran yang dicampurkan lebih banyak, maka titik
ekuivalen tidak akan terjadi. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan dalam proses penghitungan kadar
asam askorbat (Khopkar,1998 dalam Ayssa Nurmastika, 2018).

Pada alat otomatisasi pengukuran asam askorbat pada buah yang dirancang menggunakan metode
titrasi iodimetri dengan sistem pengadukan antara titran dengan ekstrak buah secara otomatis, serta saat
perubahan warna larutan yang di titrasi menjadi biru, maka proses titrasi akan berhenti secara otomatis.
Proses penghitungan kadar asam askorbat menggunakan dilakukan secara otomatis oleh Arduino Uno,
sehingga tingkat kesalahan dalam penghitungan relatif kecil jika dibandingkan dengan penghitungan
secara manual. Alat ototmatisasi untuk pengukuran kadar asam askorbat pada buah menggunakan metode
titrasi iodimetri yang dirancang lebih mempermudah dalam proses pengukuran serta mengurangi tingkat
kesalahan dalam pengukuran dan penghitungan (Rahman.
N,dkk , 2015).

Titrasi Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodium (I2) dan
digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih kecil
daripada sistem iodium-iodida atau dengan kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat
reduktor yang cukup kuat seperti Vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfide, sulfit, Stibium (III), timah
(II), dan ferosianida.Daya mereduksi dari berbagai macam zat ini tergantung pada konsentrasi ion
hidrogen, dan hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat yang dapat menghasilkan reaksi dengan
iodium secara kuantitatif. Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri
merupakan oksidator yang lemah. Prinsip penetapannya yaitu apabila zat uji (reduktor) langsung
dititrasi dengan larutan iodium( I2) sebagai larutan standart (Chang, 2005).

Reaksinya : Reduktor → oksidator + e

I2+ 2e2I
2.2 Titrasi Iodimetri

Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat –zat yang potensial oksidasinya
lebih rendah dari sistem iodium –iodida, sehingga zattersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara
melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung
disebut iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang
dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya (Ida Ayu, dkk, 2013).

Prinsip dari metode titrasi iodimetri adalah metode titrasi yang berdasarkan reaksi oksidasi antara
iodin sehingga pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari seitem iodin-
iodida dimana sebagai indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suatu suasana netral sedikit asam
(Kisaran pH 5 sampai 8). Pada metode titrasi iodimetri digunakan laurtan iodin sebagai larutan titer.
Larutan iodin memiliki sifat sukar larut dalam air tetpi mudah larut dalam Kalium iodida pekat. Larutan
titer iodin dibuat dengan melarutakan iodium kedalam larutan KI pekat.

Larutan ini dibakukan dengan Arsen (III) oksida atau larutan baku Natrium tiosulfat (Alamsyah, 1994
dalam Ayssa Nurmastika, 2018).

Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium.
Iodimetri ini terdiri dari 2 metode, yaitu; (Underwood, 2002 dalam Ayu Melinda, 2018)

1. Iodimetri metode langsung, merupakan bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku
Iodium. Menurut cara ini suatu prose reduksinya dititrasi secara langsung oleh iodium, misal pada
titrasi

Na2S2O3 oleh I2. 2Na2S2O3 + I2 → 2Nal + Na2S4O6

Indiator yang digunakan pada reaksi ini! yaitu larutan kanji. Apabila larutan thiosulfat ditambahkan
pada larutan iodine! hasilakhirnya berupa perubahan penampakan dari tak berwarna menjadi
berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodineditambahkan kedalam larutan thiosulfat maka hasil
akhirnyaberupa perubahan penampakan dari berwarna menjadi berwarna biru. Contohnya pada
penetapan kadar Asam Askorbat.

2. Iodimetri metode residual (titrasi balik), merupakan suatu bahan pereduksi dioksidasi dengan
larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan
baku natrium tiosulfat. Jadi cara iodometri digunakan untuk menentukan zat pengoksidasi misal
pada penentuan suatu zat oksidator ini (H 2O2). Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan
asam hingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan.
Na2S2O3 dengan H2O2 → 2I + 2KCl + 2H2O dan sangat larut dalam pelarutan yang mengandung
ion iodide.Iodium sedikit larut dalam air (0.00134 mol/liter pada suhu 25 0C . Contohnya pada
penetapan kadar Natrium Bisulfit.

2.3 Indikator Titrasi Iodimetri


Indikator yang umum digunakanuntuk titrasi iodimetriadalahlarutan kanji, karena warna biru
tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kanji dengan
adanya iod akan memberikan kompleks berwarna biru kuat yang akan terlihat apabila konsentrasi
iodium 2x10-5M dan konsentrasi iodida lebih besar dari 2x10 -4M. Kepekaan warna berkurang dengan
kenaikan suhu larutan dan adanya pelarut-pelarut organik. Ada pendapat bahwa warna biru itu adalah
dikarenakan adsorpsi iod atau ion triiodida pada permukaan makromolekul kanji. Dalamkonsentrasi
iodida 4x10-5sudah memungkinkan iodium dalam konsentrasi 2x10-5atau lebih memberikan warna
biru yang nyata. Jika konsentrasi iodida dinaikkan tidak begitu berbeda intensitasnya, akan tetapi
bila konsentrasi iodida diturunkan maka penurunan intensitas warna kelihatan. Tanpa iodida,
iod-kanji tidak memberikan warna. Apabila suhunya dinaikkan maka kepekaan warna menurun.
Pada suhu 50⁰ kepekaannya menjadi 10x lebih kurang daripada suhu 25⁰. Penambahan pelarut
seperti etil alkohol menurunkan kepekaan juga. Jika mengandung 50% atau lebih etanol
menyebabkan warna tidak timbul. Kanji tidak dapat digunakan dalam medium yang sangat asam
karena akan terjadi hidrolisis dari kanji itu (Yeni April, 2013 dalam Khopkar, S. M. 1990.).

Komponen utama kanji yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki rantai lurus dan
memberikan warna biru jika bereaksi dengan iodium. Amilopektin memiliki rantai bercabang dan
memberikan warna merah violet jika bereaksi dengan iodium.Keuntungan penggunaan kanji
adalah harganya murah, sedangkan kerugiannya adalah tidak mudah larut dalam air dingin, tidak
stabil pada suspensi dengan air, karenanya dalam proses pembuatannya harus dibantu dengan
pemanasan.Mekanisme reaksi indikator kanji adalah sebagai berikut:

(Yeni April, 2013 dalam Basset. J etc,1994).


Amilum + I2 → iod-amilum (biru)
Iod-amilum (biru) + Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6 + amilum (tak berwarna)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

A. Alat

Berikut merupakan alat-alat yang digunakan dalam praktikum kualitatif dan kuantitatif kimia
analisis lanjut “Titrasi Iodimetri” :

No Nama Alat
1. Labu Erlenmeyer
2. Buret
3. Gelas Ukur
4. Statif + Klem
5. Pipet Tetes
6. Pipet Volum
7. Gelas Kimia
8. Corong
9. Neraca Analitik

B. Bahan

Berikut merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kualitatif dan kuantitatif analisis lanjut
“Titrasi Iodimetri” :

No. Nama Alat


1. Larutan H2SO4 10%
2. Larutan Iodin 0,1 M
3. Indikator Amilum
4. Akuades
5. Vitamin C
3.2 Cara Kerja

Timbang vitamin C sebanyak 0,5 gram

Larutkan vitamin C dalam 100 ml akuades dalam labu ukur sampai tanda batas.

Dipipet 10 ml larutan vitamin C 500 ppm menggunakan pipet volum, lalu ditambahkan
akuades sampai tanda batas 100ml

Dipipet 25 ml larutan vitamin C 50 ppm menggunakan pipet volum,

kemudian masukkan ke dalam labu erlenmeyer.

Tambahkan larutan H2SO4 10% sebanyak 5 ml ke dalam labu erlenmeyer

Tambahkan 20 tetes indikator amilum/pati ke dalam labu


erlenmeyer.

Titrasi dengan iodin 0,1 M, selama proses titrasi tidak boleh terkena cahaya.

Hentikan titrasi ketika larutan berubah menjadi ungu kehitaman.


Dicatat volume iodin yang dibutuhkan.

Lakukan titrasi sebanyak tiga kali.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Perhitungan :

Rumus :
V1 . M1 = V2 . M2

Larutan → Diketahui :
Titrasi 1 V1 iodin = 3,1 M1
M1 iodin = 0,1 N
V2 Vit C = 50 ml Aquadest + 25 ml H2SO4
= 75 ml
Ditanyakan : ?
M2 Vit C…?

Perhitungan :
V1 . M1 = V2 . M2

3,7 X 0,1 = 75 ml X
M2
0,37
M2 = = 0,00493 N
75
Larutan :
Titrasi 2 → Diketahui :
V1 iodin = 3,8
M1 iodin = 0,1 N
V2 Vit C = 50 ml Aquadest + 25 ml H2SO4
= 75 ml
Ditanyakan : ?
M2 Vit C
Perhatikan :
V1 . M1 = V2 M2
3,8 X 0,1 = 75 ml X M2
0,38
M2 = = 0,00506 N
75
Diketahui :
Larutan titrasi 3 : → V1 iodin = 6,7 ml
M1 iodin = 0,1 N
V2 Vit C = Aquadest 50 ml + H2SO4 25 ml
Ditanyakan : ?
M2 Vit C ?
Perhitungan :
V1 . M1 + V2 .M2
6,7 X 0,1 = 75 ml X
M2
0,67
M2 = = 0,00893 N
7,5
Rata 2 nilai :
¿ 0,00493+0,00506+0.00893
N Vitamin C = = 0,0063 N
3
A. Hasil Analisi

Percobaa Volume Konsentras Volume Komsentrasi


n sampel i titrasi titrasi sampel

( ml ) ( ml ) ( ml ) ( ml )

1 50 Aquadest 0,1 N 3,7 ml 0,00493 N


+ 25 ml
H2SO4 = 75
ml

2 50 Aquadest 0,1 N 3,8 ml 0,0056 N


+ 25 ml
H2SO4 = 75
ml

3 50 Aquadest 0,1 N 6,7 ml 0,00893 N


+ 25 ml
H2SO4 = 75
ml

4.2 Pembahsan

Titrasi Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodium


(I2) dan digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai
potensial oksidasi lebih kecil daripada sistem iodium-iodida atau dengan kata lain
digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup kuat seperti
Vitamin C. Pada percobaan praktikum kualitatif dan kuantitatif kali ini prakttikan
mengunakan vitamin C dilarutkan dengan 50ml aquadest sebagai larutan titrasi dengan
indikator yg di gunakan adalah 1ml amilum, dan indikator asam yg di gunakan adalah
H2So4 10% sebanyak 25ml. Sedangkan untuk larutan iodin 0,1 M berperan sebagai
pelarut penitrasi.
Cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu
secara langsung disebut iodimetri,dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi
reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya.
Prinsip dari metode titrasi iodimetri adalah metode titrasi yang berdasarkan reaksi
oksidasi antara iodin sehingga pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi
lebih rendah dari seitem iodin-iodida dimana sebagai indikator larutan kanji. Titrasi
dilakukan dalam suatu suasana netral sedikit asam (Kisaran pH 5 sampai 8). Pada metode
titrasi iodimetri digunakan laurtan iodin sebagai larutan titer.
Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan mengunakan larutan baku iodin (I2)
dan digunakan untuk menganalisis senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi
lebih kecil daripada sistem iodium-iodida sebagimana persamaan diatas atau dengan kata
lain di gunakan sebagai penititet dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih
kecil dari vitamin C,

Penambahan indicator amilum digunakan karena sensitivitas warna biru tua yang
mempermudah pengamatan perbuahan pada saat tercapainya ekivalen. Larutan sebelum
ditambahkan indicator amilum berwarna kuning kehijauan, namun saat telah
ditambahkan indicator amilum berubah menjadi coklat kehitaman yang disebabkan
amilum membentuk kompleks terhadap ion I₃⁻. Sehingga, jika warna larutan yang coklat
kehitaman tersebut menandakan adanya kandungan iodine dalam larutan.
Pada percobaan pertama yaitu pada pembuatan larutan iodin dengan melarutkan 9
gram kI dengan aquadest ; kemudian 6,35 gram Iodium gerus dengan lumpang alu;
larutan campur dengan sedikit aquadest dan aduk kemudian tambahan aquadest ad
500ml. Selama dilakukan percobaan pembuatan larutan Iodium gelas kimia harus dilapisi
dengan aluminium foil karena larutan iodin tidak boleh terpapar sinar matahari atau
cahaya langsung.
Hasil dari percobaan mengenai perhitungan larutan titrasi iodimetri mengunakan
rumus V1 x M1 =V2 x M2 dengan senyawa vitamin c sebagai pereduksi (reduktor)
sedangkan untuk iodin sebagai pengoksidasi (oksidator). Metode ini sangat efektif sebab
vitamin C mudah teroksidasi dan iodium mudah berkurang. Hal ini berdasarkan bahwa
sifat vitamin C dapat bereaksi dengan iodine mengingat asam askorbat merupakan agen
pereduksi yang tidak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah. Diketahui dari hasil tiga kali
titrasi didapetkan nilai V1 (Iodin) = 3,7 ml; 3,8 ml; 6,7ml untuk nilai M1 (Iodin) dalam
titrasi pertama sampai ke tiga 0,1N. Untuk nilai V2 yang digunakan dalam titrasi
pertama sampai terakhir mengunakan nilai dari 50ml aquadest dan 25ml H2SO4 10%
yaitu didapatkan 75ml.
Didapatkan hasil yaitu untuk nilai hasil dari titrasi larutan iodin dengan vitamin c
pertama adalah 0,00493 N. Untuk nilai hasil dari titrasi larutan iodin dengan vitamin c
kedua adalah 0,00506 N . Dan untuk nilai hasil dari titrasi terakhir dari percobaan titrasi
antara larutan iodin dengan vitamin c adalah 0,00893N. Dengan nilai rata-rata dari
konsentrasi vitamin c adalah 0,0063.
DAFTAR PUSTAKA

SEMENTARA

April. Yeni, 2013 “Makloah Iodimetri”

https://dokumen.tips/documents/makalah-iodimetri.html

Diakses pada 1 Maret 2021

Ayssa Nurmastika, dkk, 2018 “Rancang Bangun Alat Pengukur Kadar Asam Askorbat pada Buah dengan

Metode Titrasi Iodimetri” file:///C:/Users/HP/Downloads/3401-8621-1-PB.pdf

Diakses pada 1 Maret 2021

Ayu. Ida, dkk, 2013 “ Titrasi Iodimetri” https://docplayer.info/72923673-Makalah-kimia-analis-titrasi-

iodimetrijurusan-farmasi.html

Diakses pada 1 Maret 2021

Basri, Asriani ita, 2008. Kimia Analisis Farmasi Jilid 3. Universitas Pancasakti Makasar: Farmasi
departement

Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep- konsep Inti Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga

N. Rahman, M. Ofika dan I. Said, “Analisis Kadar Vitamin C Mangga Gadung (Mangifera sp) dan
Mangga Golek (Mangifera indica L) berdasarkan Tingkat
Kematangan dengan Menggunakan metode Titrasi Iodimetri,” Jurnal Akademika Kimia
Universitas Tadulako, vol. 4,no. 1, pp. 33-37, 2015.

Diakses pada 1 Maret 2021

Melinda, Ayu, 2018 “Iodometri dan Iodometer”


https://www.academia.edu/19160808/Laporan_Praktikum_Kimia_Analisis_Io dometri

Diakses pada 1 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai