Anda di halaman 1dari 26

EDUKASI KELUARGA TENTANG METODE PERAWATAN

KAKI UNTUK MENCEGAH ULKUS DM


MELALUI MEDIA BOOKLET

Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana


pada Program Studi Sarjana Keperawatan

Oleh
VIVI DAMAYANTI
NIM. C2017145

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak yang ditandai oleh hiperglikemia atau peningkatan kadar
glukosa dalam darah yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin atau menurunnya
kerja (American Diabetes Assosiation, 2016). Diabetes Melitus adalah penyakit
yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan pada
sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu
polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan, kesemutan (Buraerah,
2010).
Terdapat beberapa komplikasi yang serius pada tubuh penderita diabetes,
salah satunya adalah ulkus diabetikum yang disebabkan oleh neuropati perifer
(Mulya, 2014). Selain neuropati, komplikasi yang dapat terjadi yaitu infeksi dan
kerusakan integritas kulit (Khusnah, 2019). Namun, sebagian besar terjadi
amputasi kaki pada pasien diabetes mellitus didahului oleh ulkus kaki, maka peran
perawat yaitu melakukan pencegahan ulkus kaki (Gershater, 2011). Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya ulkus kaki dapat
dilakukan dengan salah satunya yaitu perawatan kaki secara rutin seperti, menjaga
kebersihan kaki, memeriksa kondisi kaki, memberikan lotion pelembab kaki,
memilih alas kaki yang tepat, dan memeriksakan ke petugas kesehatan (Oktorina,
2019). Hasil survey wawancara yang dilakukan terhadap 10 penderita DM di
Persadia Rumah Sakit Dokter Soeradji Tirtonegoro Klaten, menurut 4 orang
penderita mengetahui tentang ulkus kaki diabetik dan sudah melakukan
pencegahan terjadinya ulkus kaki seperti, penderita mengatakan mencegah ulkus
dengan latihan aktivitas fisik dengan berjalan diatas batu kerikil dipagi hari,
memakai alas kaki yang terbuat dari kayu yang dianggap sebagai alas kaki
kesehatan, melakukan penggosokan diarea kaki dengan menggunakan batu ketika
mandi dan satu orang pasien lainnya dengan menjaga gula darah serta memberi
minyak kelapa pada daerah kaki (Fitriyanti, 2019).
Sulistyowati (2015) mengatakan bahwa prevalensi penderita ulkus kaki
diabetik sekitar 15% dengan risiko amputasi 30 %, angka mortalitas 32%, dan di
Indonesia ulkus kaki diabetik merupakan penyebab paling besar untuk dilakukan
perawatan di rumah sakit sebesar 80%. Meningkatkan pengetahuan untuk
melakukan perubahan perilaku dengan metode perawatan kaki merupakan salah
satu strategi yang paling efektif dalam mencegah terjadinya ulkus kaki pada
pasien Diabetes Mellitus (Kurniawan, 2011).
Pada pengelolaan perawatan kaki penderita diabetes ini masih banyak
yang tidak melibatkan keluarga. Sedangkan menurut Friedman (2010), keluarga
dilibatkan sebagai sasaran edukasi, karena keluarga dapat menjadi pendorong
anggota keluarga yang lain untuk melakukan suatu perubahan perilaku hidup
sehat sesuai yang diharapkan. Chrisman (2010) menjelaskan bahwa perlunya
diskusi antara individu diabetes dengan keluarga untuk menentukan tujuan dan
perawatan yang sesuai untuk mendukung kualitas hidup pasien guna mencapai
harapan yang realistis. Hal ini keluarga memiliki peranan yang sangat penting
bagi pasien diabetes. Perilaku pengelolaan penyakit DM yang baik oleh pasien
perlu dilakukan terus menerus dan membutuhkan peran serta dari keluarga untuk
memberikan dukungan agar pasien termotivasi untuk melakukannya. Oleh karena
itu peran keluarga sangat mendukung dalam mencapai keberhasilan perawatan
klien DM di rumah (Wardani, 2015).
Menurut data yang didapat dari bagian Medical Record RSU GMIM
Pancaran Kasih, terdapat 115 pasien DM yang datang di Poliklinik Penyakit
Dalam pasien dalam 3 bulan terakhir (Oktober-Desember 2017). Hasil data
ditemukan sekitar 40% pasien DM datang dengan luka diabetik, ada yang sudah
membusuk dan ada yang terlihat masih baru. Setelah dilakukan wawancara pada
10 anggota keluarga pasien dengan DM mengaku tidak mengetahui pencegahan
luka diabetik dan ada juga keluarga yang memiliki pandangan keliru tentang
pencegahan luka diabetik yang dianggap bahwa luka adalah hal yang wajar karena
penyakit DM. Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang
signifikan pengetahuan keluarga tentang pencegahan luka diabetik dengan
kejadian luka diabetik di Poliklinik Penyakit Dalam RSU GMIM Pancaran Kasih
Manado (Masuneneng., dkk, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Alfiofita (2018) tentang Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ulkus Diabetik Dan Dukungan Keluarga Dengan Upaya Pencegahan
Ulkus Diabetik Di Puskesmas Nogosri Boyolali menunjukkan bahwa mayoritas
responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup dengan pencegahan ulkus
diabetik kategori kurang sebanyak 16 orang dengan nilai p-value 0,008 (<0,05)
dengan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
pencegahan ulkus diabetik. Sedangkan pada dukungan keluarga dengan
pencegahan ulkus diabetik mayoritas responden mempunyai dukungan keluarga
yang baik, tetapi dengan pencegahan yang kurang sebanyak 17 orang dengan p-
value 0,030 (<0,05) dengan kesimpulan terdapat hubungan antara dukungan
keluarga dengan pecengahan ulkus diabetik.
Kedua penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa
keluarga penderita diabetes yang kurang memiliki pengetahuan tentang
pencegahan ulkus dengan cara merawat kaki yang benar untuk menghindari
terjadinya komplikasi ulkus diabetikum, sedangkan peran dan dukungan keluarga
ini yang paling utama dibutuhkan oleh penderita diabetes dalam membantu
merawatnya untuk mencegah terjadi komplikasi yang serius.
Salah satu pilar penting dalam pengelolaan penderita DM adalah
pemberian edukasi kesehatan, sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan
sikap serta mengubah perilaku pemeliharaan kesehatan (PERKENI, 2015).
Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan keluarga dan penderita
DM dalam program edukasi perawatan kaki yang sangat penting dilakukan untuk
menambah pengetahuan dan merubah perilaku perawatan kaki pasien diabetes
mellitus yang beresiko untuk terjadinya ulkus kaki diabetik (Fatmawati, 2020).
Pendidikan kesehatan yang akan disampaikan menggunakan media Booklet yang
bertujuan untuk mempermudah menyampaikan informasi mengenai pencegahan
ulkus DM. Hal tersebut merupakan cara mengedukasi yang efektif didukung oleh
penggunaan media yang menarik dan lebih mudah diterima oleh sasaran (Rahman
dkk, 2020)
Media yang dapat digunakan diantaranya dengan menggunakan Booklet.
Booklet adalah sebuah buku kecil yang memiliki paling sedikit lima halaman
tetapi tidak lebih dari empat puluh delapan halaman diluar hitungan sampul
(Darmoko, 2012:2). Booklet berisikan informasi-informasi penting, suatu booklet
isinya harus jelas, tegas, mudah dimengerti dan akan lebih menarik jika booklet
tersebut disertai dengan gambar. Bentuknya yang kecil menjadikan booklet mudah
dibawa kemana - mana. Manfaat booklet diantaranya dapat menimbulkan minat
sasaran pendidikan, membantu sasaran untuk pendidikan untuk belajar lebih
banyak dan cepat, merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan–pesan
yang diterima kepada orang lain, mempermudah penyampaian bahasa pendidikan,
mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami dan akhirnya
mendapatkan pengertian yang lebih baik (Siregar dkk, 2020).
Booklet ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
khususnya keluarga dan penderita DM sehingga dapat memperoleh informasi
yang tepat tentang pencegahan ulkus DM. Bagi institusi bisa menambah wawasan
pengetahuan pembaca di perpustakaan serta sebagai sumber informasi ilmiah
mengenai pencegahan ulkus DM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Diabetes Melitus
a. Definisi
Diabetes berasal dari istilah Yunani yaitu pancuran atau curahan,
sedangkan mellitus artinya gula atau madu. Secara bahasa diabetes
mellitus adalah curahan cairan dari tubuh yang banyak mengandung
gula, yang dimaksud adalah air kencing. Diabetes mellitus secara
umum adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak dapat menghasilkan
hormon insulin sesuai kebutuhan (Tholib, 2016).
Diabetes adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh tingginya
kadar gula dalam darah, disertai dengan adanya kelainan metabolik.
Normalnya gula darah dikontrol oleh insulin, yaitu hormon yang
dihasilkan oleh pankreas yang memungkinkan sel untuk menyerap
gula di dalam darah. Akan tetapi, pada diabetes terjadi defisiensi
insulin yang disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin (Handaya,
2016).
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. (PERKENI, 2019).
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa
darah. Diabetes melitus merupakan penyakit dimana tubuh si penderita
tidak bisa mengontrol kadar gula darah dalam tubuhnya. Tubuh akan
selalu kekurangan atau kelebihan zat gula, sehingga akan mengganggu
kerja tubuh secara keseluruhan (Khasanah, 2012).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus
merupakan suatu kondisi dimana tubuh seseorang mengalami
peningkatan kadar gula darah yang mengakibatkan gangguan pada
system kerja hormone insulin.
b. Klasifikasi
Berikut penggolongan tipe diabetes mellitus menurut Khasanah
(2012) :
1) Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 ini sering disebut dengan diabetes mellitus
tergantung insulin. Diabetes ini disebabkan karena kurangnya
kemampuan tubuh dalam memproduksi insulin. Dampaknya,
insulin dalam tubuh tidak cukup untuk membawa glukosa ke
seluruh jaringan tubuh. Pengobatan diabetes mellitus tipe ini
adalah dengan cara suntik insulin seumur hidup.
2) Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe ini disebabkan karena ketidakmampuan
tubuh untuk merespon insulin yang dihasilkan oleh pankreas.
Dalam kasus ini jumlah insulin yang diproduksi pankreas
sebenarnya normal, hanya saja tubuh kehilangan kemampuan
untuk mereaspon kerja insulin. Faktor penyebab utamanya adalah
kadar lemak dalam tubuh yang berlebihan.
3) Diabetes mellitus gestasional
Diabetes mellitus gestasional adalah diabetes yang timbul selama
kehamilan. Biasanya, diabetes mellitus muncul pada kehamilan
trimesrter kedua dan ketiga. Pada umumnya, kadar gula darah akan
normal kembali setelah melahirkan.
4) Diabetes mellitus tipe lain
Ada beberapa diabetes tipe lain, seperti diabetes mellitus karena
genetik, operasi, obat-obatan, infeksi, dan sebagainya.
c. Etiologi
Diabetes melitus yang sering dikenal sebagai penyakit kencing
manis yang memiliki beberapa faktor pemicu menurut Hasdiana
(2012) diantaranya adalah :
1) Pola makan
Makan secara berlebihan dan tidak di imbangi dengan sekresi
insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan
peningkatan kadar gula dalam darah dan tentunya akan
menyebabkan diabetes melitus.
2) Pola hidup
Jika orang yang malas berolahraga memiliki resiko tinggi untuk
terkena penyakit diabetes melitus karena olahraga berfungsi untuk
membakar kalori yang berlebihan didalam tubuh.
3) Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa
darah, pada derajat kegemukan dengan IMT >23 dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%
4) Faktor genetik
Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak-
anaknya. Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa jika orang
tuanya menderita diabetes melitus bahkan gen ini dapat diwariskan
sampai ke cucunya walaupun resikonya sangat kecil.
5) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi
pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin.
6) Riwayat keluarga diabetes
Seseorang yang menderita diabetes melitus diduga mempunyai gen
diabetes.
7) Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat
dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau
meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh
darah perifer (Fatimah, 2015).
8) Kebiasaan merokok
Orang yang menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari
memiliki resiko terserang diabetes lebih tinggi dibanding orang
yang tidak merokok.
d. Patofisiologi
Aini (2016) mengatakan sebagian besar patofisiologi diabetes
melitus dapat dihubungkan dengan efek kekurangan insulin, yaitu :
1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai
setinggi 300 sampai 1.200 mg per 100 ml. Insulin berfungsi
membawa glukosa ke sel dan menyimpannya sebagai glikogen.
Sekresi insulin normalnya terjadi dalam dua fase yaitu fase (1)
terjadi dalam beberapa menit setelah suplai glukosa dan kemudian
melepaskan cadangan insulin yang disimpan sampai dalam sel β.
Fase (2) merupakan pelepasan insulin yang baru disimetris dalam
beberapa jam setelah makan.
2) Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak
sehingga menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun
pengendapan lemak pada dinding vaskuler.
3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
e. Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa
darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena.
Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan glukometer.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria
(PERKENI, 2019).
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa
darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah
cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan
gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam
setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa
darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang
lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal.
Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang
menurun cepat, diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring.
Uji diagnostik dilakukan pada penderita yang menunjukkan gejala
DM sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk
mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, tetapi punya resiko DM
(usia > 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi, riwayat keluarga DM,
riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr, kolesterol HDL
<= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl).
Uji diagnostik dilakukan pada penderita yang positif uji penyaring.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian
dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar
(Restyana, 2015)
f. Manifestasi klinik
Gejala diabetes melitus menurut Restyana (2015) dibedakan
menjadi akut dan kronik :
1) Gejala akut diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan)
polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering
kencing di malam hari), nafsu makan bertambah namu berat badan
turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah
lelah.
2) Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa
panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram,
kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan
pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi
keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi
berat lahir lebih dari 4kg.
g. Penatalaksanaan
Ada empat pilar dalam penatalaksanaan DM, yaitu edukasi, terapi
gizi/diet, olahraga, dan obat (Aini, 2016) :
1) Edukasi
Perubahan perilaku sangat dibutuhkan agar mendapatkan hasil
pengelolaan diabetes yang optmal. Supaya perubahan perilaku
berhasil, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya
peningkatan motivasi. Perubahan perilaku bertujuan agar
penyandang diabetes dapat menjalani pola hidup sehta. Beberapa
perubahan perilaku yang diarapkan seperti mengikuti pola makan
yang sehat, meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat
diabetes dan obat-obata pada keadaan khusus secara aman dan
teratur, melakukan pemantauan glukosa darah secara mandiri,
melakukan perawatan kaki secara berkala, mengajak keluarga
untuk mengerti pencegahan ulkus diabetes, serta memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
2) Terapi Gizi Medis
Faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain jenis
kelamin, umur, aktivitas fisik atau pekerjaan, dan berat badan.
Penentuan status gizi dapat menggunakan Indeks Massa Tubuh
(IMT) atau rumur Broca, tetapi untuk kepentingan praktis di
lapangan digunakan umus Broca.
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari (Perkeni, 2019) :
a) Karbohidrat : yang dianjurkan sebesar 45% - 65% total asupan
energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.
b) Lemak : asupan lemak dianjurkan sekitar 20 – 25% kebutuhan
kalori, dan tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan
energi.
c) Protein : dianjurkan 10 – 20% dari total asupan kalori. Sumber
protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa
lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-
kacangan, tahu dan tempe. Sumber makanan protein dengan
kandungan saturated fatty acid (SAFA) yang tinggi seperti
daging sapi, daging babi, daging kambing, dan produk hewani
olahan sebaiknya dikurangi untuk dikonsumsi.
d) Natrium : anjuran asupan natrium yaitu <1500 mg perhari.
e) Serat : konsumsi serat dari kacang-kacangan, buah dan sayuran
serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Jumlah konsumsi
serat yang disarankan adalah 14 gram/1000 kal atau 20 – 35
gram perhari.
3) Olahraga
Selain menjaga kebugaran, olahraga juga dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti
jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
4) Terapi farmakologi
Terapi farmakologi diberikanjika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi
farmakologi terdiri dari pemberian Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
dan injeksi insulin (Aini, 2016) :
a. Pemicu sekresi insulin
1) Sulfonilurea
Obat glongan ini mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan merupakan
pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan
kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien
dengan berat badan lebih. Penggunaan sulfonilurea jangka
panjang tidak dianjurkan untuk orang tua, gangguan fungsi
ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit
kardiovaskuler, hal ini bertujuan untuk mencegah
hipoglikemia.
2) Glinid
Merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi
insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari dua macam
obat yaitu epaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid
(derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat
setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat
melalui hati.
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin
Tiazaliodion (rosiglitazon dan pioglitazon) berikatan pada
Peroxisome Profliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-
y), suatu reseptor inti di selotot dan sel lemak. Golongan ini
mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga
menngkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindon
dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kelas I-
IV karena dapat memperberat edema atau retensi cairan dan
juga pada gangguan fungsi hati.pasien yang menggunakan
Tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan fungsi hati secara
berkala.
c. Penghambat glukoneogenesis (Metformin)
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa
hati (glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan
glukosa perifer. Obat ini utamanya dipakai pada penyandang
diabetes yang bertubuh gemuk. Metformin dikontraindikasikan
pada pasien dengan gangguan ungsi ginjal (serum kreatinin
>1,5 mg/dL) dan hari, serta pasien-pasien dengan
kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit
serebrovaskuler, sepsis, renjatan, dan gagal jantung).
Metformin dapat memberikan efek samping mual, untuk
mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau
sesudah makan.
d. Penghambat glukosidase alfa (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus
halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa
darah sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan efek
samping hipoglikemia. Efek samping yang paling sering
ditemukan ialah kembung dan flatulens.
e. Insulin
Berdasarkan berbagai penelitian klinis, insulin selain dapat
memperbaiki status metabolik dengan cepat, juga memiliki
efek lain yang bermanfaat, antara lain perbaikan inflamasi.
Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian
hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-obatan lain bisa
sangat efektif. Insulin adalah hormon yang mempengaruhi
metabolisme karbohidrat maupun metabolisme protein dan
lemak. Fungsi insulin antara lain menaikkan pengambilan
glukosa ke dalam sel-sel sebagian besar jaringan, menaikkan
penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan pembentukan
glikogen dalam hati dan otot serta mencegah penguraian
glikogen, menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari
glukosa (Fatimah, 2015).
h. Komplikasi
Tidak semua orang diabetes akan menderita komplikasi jangka
panjang. Baberapa penelitian telah membuktikan bahwa kontrol
glukosa darah yang baik akan mencegah atau memperlambat
perkembangan komplikasi akut dan kronis (Subiyanto, 2010) :
1) Komplikasi akut
a) Hipoglikemia
Yaitu keadaan seseorang dengan kadar glukosa darah dibawah
nilai normal (<60 mg/dL). Gejala ini ditamdai dengan
munclnya rasa lapar, gemetar, mengeluarkan keringat, dada
berdebar-debar, pusing, gelisah, dan pada kondisi yang berat
penderita bisa menjadi tidak sadar disertai kejang.
b) Hiperglikemia
Dapat diketahui dari hasil wawancara tentang adanya masukan
kalori yang berlebihan, dan penghentian obat oral maupun
penyuntikan insulin. Tanda khasnya adalah rasa sangat haus,
pandangan kabur, muntah, berat badan menurun, sakit kepala,
kulit kering dan gatal, rasa mengantuk sampai kesadaran
menurun dan disertai kekurangan cairan yang berat akibat
banyaknya jumlah air kencing (urine) yang dikeluarkan.
c) Ketoasidosis diabetik (koma diabetik)
Diartikan sebagai keadaan tubuh yang sangat kekurangan
insulin dan bersifat mendadak. Hal ini dapat diakibatkan oleh
adanya infeksi, lupa menyuntik insulin, pola makan yang
terlalu berlebihan atau bebas, dan stres. Penderita dapat
mengalami koma (tidak sadar) akibat otak tidak menerima
darah dan glukosa dalam jumlah yang cukup.
d) Koma hiperosmolar non ketotik
Adanya dehidrasi berat, tekanan darah yang menurun dan syok
tanpa adanya badan keton (hasil pemecahan asam lemak)
dalam urin.
e) Koma lakto asidosis
Diartikan sebagai keadaan tubuh dengan asam laktat yang tidak
dapat dapat diubah menjadi bikarbonat. Akibatnya, kadar asam
laktat dalam darah meningkat dan seseorang bisa mengalami
koma.
2) Komplikasi Kronis
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, maka akan terjadi
komplikasi kronis yang meliputi (Maryunani, 2013) :
a) Makrovaskuler, disebut dengan makropathi, yaitu penyakit
pada pembuluh daah besar dan sedang, pada :
1) Pembuluh darah otak (stroke)
2) Pembuluh darah jantung (jantung koroner)
3) Tungkai kaki (trombus/gangren) : Penderita akan
merasakan keringat berlebihan, kesemutan dan baal lemah
lengan dengan tungkai sehingga kemungkinan untuk
mengalami perlukaan terutama pada kaki semakin membesar.
Hal ini disebabkan karena jaringan tungkai dan kaki rusak lalu
mati akibat syaraf dan pembuluh darahnya sudah kurang
berfungsi. Luka di tungkai dan kaki jadi sukar sembuh lama-
lama luka membusuk, jaringannya mati, kulit berwarna ungu
kehitaman menjadi gangren / kematian jaringan menjalar terus
sampai ke lutut dan pada keadaan ini bisa menjadi indikasi
untuk amputasi.
b) Mikrovaskuler, disebut dengan mikroangiopathi, yaitu penyakit
pada pembuluh darah kecil, merupakan lesi spesifik diabetes
yang menyerang :
- Kapiler dan arteriol retina (retinopati diabetik)
- Glomerolus ginjal (nefropathi diabetik)
- Syaraf-syaraf perifer (neuropathi diabetik)

2. Ulkus Diabetik
a. Pengertian
Luka diabetik adalah jenis luka yang ditemukan pada penderita
diabetes melitus. Luka mula-mula tergolong biada dan seperti pada
umumnya tetapi luka yang ada pada penderita DM ini jika salah
penanganan dan perawatan akan menjadi terinfeksi. Luka kronis dapat
menjadi luka gangren dan berakibat fatal serta berujung pada amputasi
(Tholib, 2016)
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir
dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif
kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus
berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan
perjalanan penyakit DM dengan neuopati perifer (Andyagreeni, 2010).
Luka gangren adalah proses atau keadaan luka kronis yang ditandai
dengan adanya jaringan mati atau nekrosis. Namun, secara
mikrobiologis luka gangren adalah proses nekrosis yang disebabkan
oleh infeksi. Gangren kaki diabetik adalah luka pada kaki yang merah
kehitaman dan berbau busuk akiabat sumbatan yang terjadi di
pembuluh darah sedang atau besar di tngkai (Tholib, 2016)
Adapun gejalanya berupa rasa sakit dan dingin, jika ada luka sukar
untuk sembuh karena aliran darah ke bagian tersebut sudah berkurang.
Nadi kakisukar diraba, kulit pucat atau kebiruan, kemudian dapat
menjadi gangren/jaringan membusuk, kemudian terinfeksi dan kuman
tumbuh subur. Hal ini akan membahayakan pasien karena infeksi dapat
menjalar ke seluruh tubuh (sepsis) (Tholib, 2016).
b. Etiologi
Faktor predisposisi terbentuknya gangren diabetikum ini adalah
trauma ringan, infeksi lokal, atau tindakan lokal (misal ekstraksi kuku).
Gangren terutama terlihat pada penderia yang berusia setengah tua atau
lebih. Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum
dibagi menjadi faktor endogen dan eksogen (Wijaya, 2013) :
1) Faktor endogen : genetik metabolik, angiopati diabetik, neuropati
diabetik.
2) Faktor eksogen : trauma, infeksi, obat
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus diabetikum
adalah angiopati, neuropati, dan infeksi. Adanya neuropati perifer
akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki,
sehingga akan mengalami trauma tanpa rasa yang mengakibatkan
terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan
terjadinya atrofi otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulserasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi
pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa
sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya
angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan
nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga meyebabkan terjadinya luka
yang sukar sembuh. Infeksi sering merupakan komplikasi yang
menyertai ulkus diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau
neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap
penyembuhan ulkus diabetikum.
c. Klasifikasi Ulkus
Sistem klasifikasi ulkus Wegner (Aini, 2016) :
1) Grade 0 : tidak ada luka terbuka, mungkin terdapat deformitas atau
selulitis.
2) Grade 1 : ulkus diabetes superfisial (parsial atau full thickness),
tetapi belum mengenai jaringan.
3) Grade 2 : ulkus meluas sampai ligamen, tendon, kapsula sendi atau
fasial dalam tanpa abses atau osteomielitis.
4) Grade 3 : ulkus dalam dengan abses, osteomielitis atau sepsis
sendi.
5) Grade 4 : gangren yang terbatas pada kaki bagian depan atau tumit.
6) Grade 5 : gangren yang meluas meliputi seluruh kaki.
d. Edukasi
Luka mula-mula tergolong biasa dan seperti pada umumnya tetapi
luka yang ada pada penderita DM ini jika salah penanganan dan
perawatan akan menjadi terinfeksi. Luka kronis dapat menjadi luka
gangren dan berakibat fatal serta berujung pada amputasi (Tholib,
2016). Perilaku dalam melakukan pencegahan terjadinya ulkus kaki
diabetik juga dipengaruhi oleh informasi yang diterima oleh
responden. Faktor penghambat yang menjadi penyebab responden
dalam melakukan pencegahan adalah kurangnya informasi tentang
ketepatan dalam merawat kaki (Permadani, 2017).
Keluarga bisa menjadi pengingat dan pemberi dukungan bagi
pasien dalam menjalankan perawatan kaki. Edukasi perawatan kaki
DM dengan melibatkan keluarga sangat penting, mengingat DM
merupakan penyakit herediter yang menyebabkan anggota keluarga
bisa berisiko terkena DM. Keterlibatan anggota keluarga bisa menjadi
bagian dari upaya pencegahan dan early exposure keluarga sebagai
kelompok dalam upaya pencegahan komplikasi kaki DM (Sari, 2016).
Hal ini dapat diperkuat dari penelitian yang dilakukan oleh Yotsu, et al
(2014) bahwa, kurangnya pengetahuan tentang merawat ataupun
mencegah luka kaki diabetik dikarenakan kurangnya informasi
mengenai perawatan dan komplikasi diabetes mellitus, sehingga pasien
harus dikenalkan mengenai karakteristik ulkus diabetik, klasifikasi
maupun tanda gejala dari komplikasi seperti neuropati, iskemik dan
tipe neuro iskemik.
Untuk menigkatkan pengetahuan responden tentang pencegahan
ulkus diabetikum sangat diperlukan. Peningkatan pengetahuan pasien
dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pemberian penyuluhan dapat
dilakukan oleh perawat pada saat responden mendapatkan pengobatan
pengobatan di rumah sakit. Informasi yang diberikan terutama tentang
apa itu ulkus diabetikum, penyebabnya terjadinya ulkus diabetikum,
tanda-tanda awal terjadinya ulkus dan pencegahan ulkus diabetikum
(Syah, 2016). Berikut tips dalam melakukan perawatan kaki untuk
mencegah terjadinya ulkus kaki diabetes (Maryunani, 2013) :
No. Hal yang Perlu Diperhatikan
1. a. Periksa kaki setiap hari, apakah ada kulit retak, melepuh, luka
perdarahan.
b. Gunakan cermin untuk melihat bagian bawah kaki, atau
minta bantuan orang lain untuk memeriksa.
2. a. Bersihkan kaki setiap hari pada waktu mandi dengan alat
bersih dan sabun mandi.
b. Bila perlu gosok kaki dengan sikat lunak atau batu apung.
c. Keringkan kaki dengan handuk bersih, lembut, dan yakinkan
daerah sela-sela jari kaki dalam keadaan kering, terutama sela
jari kaki ketiga keempat dan kelima.
3. a. Berikan pelembab/lotion (hand body lotion) pada daerah kaki
yang kering tetapi tidak pada sela-sela kaki.
b. Pelembab gunanya untuk menjaga kulit tidak retak.
4. a. Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kuku,
tidak terlalu pendek atau terlalu dekat dengan kulit, kemudian
kikir agar kuku tidak tajam.
b. Bila penglihatan kurang baik, minta tolong orang lain untuk
memotong kuku atau mengukir kuku setiap dua hari sekali.
a. Hindarkan terjadi luka pada jaringan kuku sekitar.
b. Bila kuku keras sulit untuk dipotong, rendam kaki dengan air
hangat kuku (37̊C) selama kurang lebih 5 menit, bersihkan
dengan sikat kuku, sabun dan air bersih.
c. Bersihkan kuku setiap hari pada waktu mandi dan berikan
krem pelembab kuku.
5. a. Memakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki
agar tidak terjadi luka, juga di dalam rumah
6. a. Gunakan sepatu atau sandal yang baik yang sesuai dengan
ruang dalam sepatu yang cukup untuk jari-jari.
b. Pakailah kaos/stocking yang pas dan bersih terbuat dari bahan
yang mengandung katun.
c. Syarat sepatu yang baik untuk kaki diabetik : Ukuran sepatu
lebih dalam, panjang sepatu ½ inchi lebih banjang dari jari
kaki terpanjang saat berdiri (sesuai cetakan kaki). Bentuk
ujung sepatu tidak runcing, tinggi tumit kurang dari 2 inchi.
Bagian bawah dalam (insole) tidak kasar dan licin, terbuat
dari bahan busa karet, plastik dengan tebal 10-12 mm. Ruang
dalam sepatu longgar, lebar sesuai dengan bentuk kaki.
7. a. Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda-
benda tajam seperti jarum dan duri.
b. Lepas sepatu setiap 4-6jam serta gerakan pergelangan dan jri-
jari kaki agar sirkulasi darah tetap baik terutama pada
pemakaian sepatu baru.
8. a. Bila ada luka kecil, obati luka dan tutup dengan pembalut
bersih.
b. Periksa apakah ada tanda-tanda radang.
9. a. Segera ke petugas kesehatan profesional bila kaki mengalami
luka.
10. a. Periksalah kaki ke petugas kesehatan profesional secara rutin.

Selain dari Maryunani (2013), pencegahan ulkus diabetikum dapat


dilakukan dengan cara (Aini, 2016) :
1. Mencuci kaki dengan sabun dan air hangat kemudian keringkan
sampai ke sela-sela jari kaki.
2. Berikan pelembap untuk mencegah kaki kering.
3. Saat melakukan perawatan kaki, perhatikan kondisi kaki, misalnya
apakah ada kemerahan, kulit mengeras, luka, dan lain-lain.
4. Gunting kuku jari dengan arah lurus. Kikir ujung-ujung kuku yang
tajam dengan pengikir kuku dan jangan menggunting kutila kuku.
5. Memakai alas kaki yang nyaman, baik di dalam rumah maupun du
luar rumah.
6. Tidak boleh memakai sepatu tanpa kaos kaki. Sepatu baru tidak
boleh dipakai lebih dari satu jam dalam sehari dan kaki harus
diperiksa setelah memakai sepatu baru.
7. Agar aliran darah ke kaki baik, angkatkaki saat duduk. Lalu
gerakkan jari-jari kaki dan pergelangan kaki ke atas dan bawah
selama 5 menit sebanyak 2-3 kali sehari, dan jangan melipat kaki
dalam waktu lama.
a. Solusi permasalahan yang ditawarkan
Media luaran yang akan dicapai dalam pembuatan proyek ini
adalah media booklet yang disusun dan didesain dengan karya orisinil
sendiri. Judul booklet dalam proyek ini adalah “Edukasi Keluarga
Tentang Metode Perawatan Kaki Untuk Mencegah Ulkus DM Melalui
Media Booklet”. Booklet menjadi salah satu mdia promosi kesehatan
yang termasuk ke dalam media cetak yang berbentuk buku. Booklet
sebagai media cetak umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata,
gambar, atau foto tata warna. Booklet digunakan untuk topik dimana
terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suat kelompok sasaran.
(Siregar dkk, 2020)
Salah satu komplikasi dari Diabetes Mellitus yaitu Ulkus
Diabetikum yang disebabkan oleh Neuropati Perifer pada penderita
Mayoritas amputasi pada pasien diabetes mellitus didahului oleh Ulkus
Kaki, maka peran perawat yaitu melakukan pencegahan Ulkus Kaki
(Gershater, 2011). Tindakan yang harus dilakukan dalam perawatan
kaki untuk mengetahui adanya kelainan kaki secara dini. Hal yang tidak
boleh dilakukan mengatasi sendiri bila ada masalah pada kaki atau
penggunaan alat-alat atau benda (Kurniawan, 2011).
Apabila ulkus dibiarkan dan keluarga tidak mengetahui
pencegahan atupun penanganan pada penderita dabetes maka ulkus
akan semakin parah dan dapat menyebabkan amputasi bagian tersebut.
Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja karena akan terjadi
komplikasi yang lebih lanjut. Memilih metode edukasi keluarga
tentang pencegahan ulkus diabetes dengan perawatan kaki melalui
media booklet agar dapat memudahkan keluarga untuk mengetahui
pencegahan ulkus diabetes dan menghindari komplikasi lebih lanjut.
Media booklet ini dipilih karena efektif untuk menambah informasi
bagi masyarakat khususnya keluarga penderita diabetes melitus. Di
dalam booklet ini akan dijelaskan tentang seputar penyakit diabetes
melitus, ulkus diabetes, dan pencegahan ulkus diabetes dengan
perawatan kaki diabetik yang dijelaskan secara ringkas dan jelas, juga
menarik disertai gambar-gambar sehingga masyarakat lebih mudah
untuk memahami informasi yang disampaikan.
BAB III
DESKRIPSI DESAIN YANG DIHASILKAN
1. Nama Project Luaran
Pembuatan proyek untuk tugas akhir ini tema yang dipilih adalah “Edukasi
Keluarga Tentang Metode Perawatan Kaki Untuk Mencegah Ulkus DM
Melalui Media Booklet”.
2. Tujuan Project Luaran
Tujuan dari proyek yang akan dibuat adalah untuk menambah pengetahuan
dan wawasan bagi keluarga dan masyarakat yang menderita penyakit diabetes
mellitus. Memberikan informasi kepada masyarakat yang terkena diabetes
mellitus dengan melatih keluarga dan penderita untuk melakukan perawatan
kaki secara tepat untuk menghindari terjadi komplikasi yang lebih lanjut
terutama mencegah terjadinya ulkus diabetiku seperti dalam hal memilih alas
kaki yang tepat, memeriksa kondisi kaki ke petugas kesehatan, dan
memberikan lotion pelembab kaki.
3. Keaslian Karya Project
Berdasarkan penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa karya
yang sudah dibuat oleh peneliti lain yang behubungan dengan perawatan kaki
untuk mencegah ulkus DM, diantaranya adalah :
1)
4. Deskripsi Desain Project Luaran Secara Naratif
Project yang akan dilakukan menggunakan media Booklet yang berukuran 3,5
x 8,5 inchi yang terdiri dari 16-24 halaman, menggunakan ukuran huruf 10 pt,
spasi 1 dengan times new roman, pedoman tipografi yang disarankan teks rata.
5. Dilakukan Turnitin Dari Lembaga Yang Telah Terlisensi
Universitas ‘Aisyiyah Surakarta

LEMBAR KONSULTASI TUGAS AKHIR

Nama Mahasiswa : Vivi Damayanti


NIM : C2017145
Judul : Edukasi Keluarga Tentang Metode Perawatan Kaki
Untuk Mencegah Ulkus DM Melalui Media Booklet
Nama Pembimbing : Anjar Nurrohmah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

No Hari/Tgl Materi Masukan Pembimbing Tanda


Tangan
1. Sabtu, 31 Konsul judul
Oktober
2020

2. Senin, 2 Acc judul


November
2020

3. Selasa, 10 Konsul BAB I Revisi BAB I


November
2020 1. Perbaikan penulisan
judul
2. Spasi penulisan cover
3. Penulisan titik
dibelakang kurung
4. Pikiran pokok tiap
paragraf
5. Penulisan bahasa
asing harus di italic
(miring)
6. Kata di, ke, dari,
dalam tidak boleh
diawal kalimat
7. Perhatikan penulisan
kutipan
8. Tambahkan literatur
4. Sabtu, 14 Konsul Revisi BAB I Revisi BAB 1
November konsul BAB 2
1. Penulisan judul yang
2020 benar
2. Cek spasi penulisan
cover
3. Bahasa asing harus di
tulis miring
4. Spasi antar paragraf
dihapus saja
5. Tambahkan jurnal
pendukung
6. Di, ke, dari, dalam,
tidak boleh diawal
kalimat
7. Perbaiki kalimat
dengan benar

BAB 2
1. Tambahkan teori
tentang edukasi
pencegahan ulkus DM
2. Dampak dari DM
belum ada
3. Luaran sesuai judul
5. Rabu, 18 Konsul Revisi BAB 1 BAB 1
November dan Revisi BAB 2
2020 1. Lihat judul koreksian
yang pertama
2. Dampak selain
amputasi karena
ulkus?
3. Pilah jadi dua paragraf
karena terlalu penuh
4. Kesimpulan
pengetahuan keluarga
tentang diabetes
mellitus

BAB 2
1. Spasi antar paragraf
dihapus
2. Perbaiki kalimat yang
membingungkan
3. Komplikasi ulkus
diabetikum apa?
4. Tambahan
pencegahan luka
diabetikum selain dari
Maryunani
5. Perbaikan penulisan
tabel
6. Konsul Revisi BAB 1
dan Revisi BAB 2

Anda mungkin juga menyukai