Anda di halaman 1dari 4

Tugas II

Was the ‘Nama Decision’ ethical


Dosen : Prof. Dr. Siti Sulasmi, Psi. MSc.

HILMAN FAKHRUZY
(041224353007)
ANGKATAN XL / AKHIR PEKAN

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013
Berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan ( subprime
mortgage default) di Amerika Serikat (AS), krisis kemudian menggelembung
merusak sistem perbankan bukan hanya di AS namun meluas hingga ke Eropa lalu
ke Asia. Secara beruntun menyebabkan effect domino terhadap solvabilitas dan
likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara negara tersebut, yang antara lain
menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana
pensiun dan asuransi. Krisis kemudian merambat ke belahan Asia terutama negara-
negara seperti Jepang, Korea, China, Singapura, Hongkong, Malaysia, Thailand
termasuk Indonesia yang kebetulan sudah lama memiliki surat-surat beharga
perusahaan-perusahaan tersebut.
Dari berbagai kritik para ahli, bahwa problem tersebut dipicu maraknya
penggelembungan harga perumahan di AS yang didorong kebijakan-kebijakan Bank
Sentral Amerika (the Fed) yang kurang pruden untuk menstabilkan sistem keuangan
sejak bertahun-tahun. Kondisi ini didorong oleh keinginan untuk memelihara
permintaan properti perumahan agar tetap tinggi, maka bank-bank di Amerika
Serikat banyak mengucurkan kredit perumahan terutama bagi kalangan
berpenghasilan rendah yang tidak memiliki kapasitas keuangan yang memadai
(ninja loan yaitu pinjaman terhadap nasabah yang no income, no job, & no asset).
Kredit perumahan ini kemudian disekuritisasi secara hibrid agar lebih menarik bagi
investor yang terdiri dari bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan
asuransi. Celakanya, banyak kredit tak terbayar dalam jumlah besar dan merata.
Akibatnya, bank-bank kesulitan untuk membayar dan investor dengan cepat menarik
dananya dari produk-produk perbankan disaat harga masih tinggi sehingga hal ini
memacetkan perputaran uang di pasar hipotik. Hal ini menyebabkan pula struktur
pasar uang yang produknya saling terkait satu sama lain menjadi terganggu.
Termasuk juga jaminan obligasi utang ( collaterlaised debt obligation/CDO) sebagai
bentuk investasi kolektif dari sub-prime mortgage.
Lehman Brothers mengumumkan kerugian bertahap sebelum akhirnya bangkrut.
Pada 16 Juni 2008, perusahan itu mengumumkan kerugian senilai 2,8 miliar dolar AS
untuk paruh ke-dua 2008. Dilanjutkan dengan kerugian sebesar 3,9 miliar dolar AS
pada paruh ke-tiga 2008 (10 September) dan berujung pada pengumuman
kepailitannya pada 15 September 2008. Keguncangan serupa juga dialami secara
hampir bersamaan oleh Merryl Linch, Citigroup, AIG dan berbagai lembaga
keuangan besar lain.
Krisis yang terjadi di Amerika juga berdampak pada negara Uni Eropa yaitu Negara
Irlandia. Krisis Irlandia ini dimulai sebagai efek contagion dari krisis moneter yang
terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008, yang menyebar ke Eropa dan kawasan
Asia Pasifik, diantaranya Yunani, Spanyol, Portugal, dan Irlandia. Keterkaitan
ekonomi yang kuat antara negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat
menyebabkan penularan krisis menjadi hal yang tidak dapat dielakkan. Berbagai
upaya pun dilakukan untuk mencegah penularan krisis yang lebih besar, salah
satunya adalah upaya negara-negara Eropa untuk memberikan dana talangan (bail-
out) untuk menyelamatkan institusi-insitusi keuangan yang terancam bangkrut.
Pemberian bail-out inilah yang ternyata justru semakin memperburuk kondisi
perekonomian negara Eropa yang mengalami krisis, karena dalam jangka waktu
yang panjang akan membuat negara mengalami defisit dan terbelit hutang dalam
skala besar.
Irlandia merupakan salah satu negara di Eropa yang menjalankan mekanisme bail-
out ini untuk merespon krisis global. Irlandia mengeluarkan dana talangan yang
cukup fantastis yaitu sebesar 544 miliar dolar atau 200 miliar Euro. Upaya bail-out
ini dilakukan dengan tujuan untuk mendukung rekapitulasi lembaga-lembaga
keuangan Irlandia termasuk para investor asing dan para pemegang saham. Dan
salah satu lembaga-lembaga keuangan yang diberikan bail-out oleh pemerintah
Irlandia adalah Anglo Irish Bank dan Allied Irish Bank. Namun, ternyata bail-out
yang diberikan kepada lembaga-lembaga ini tidak dapat mengatasi krisis akibat
salah manajemen.
Langkah selanjutnya yang diambil adalah Pemerintaha Irlandia juga mengeluarkan
sebuah program penyelamatan yaitu NAMA (National Asset Management Agency) .
Badan Manajemen Aset Nasional (NAMA) didirikan pada 2009 sebagai salah satu dari
sejumlah inisiatif yang diambil oleh Pemerintah untuk mengatasi krisis serius dalam
perbankan Irlandia yang telah menjadi semakin jelas selama tahun 2008 dan awal
2009. Sistem perbankan Irlandia telah terlibat dalam pinjaman yang berlebihan ke
sektor properti dan, dengan penurunan yang signifikan di pasar properti Irlandia dari
tahun 2007 dan seterusnya, gangguan pinjaman mulai meningkat secara
substansial. Ini menyebabkan menipisnya modal peraturan Bank dan diperlukan
tindakan perbaikan yang tepat untuk menghilangkan ketidakpastian dan
memperbaiki neraca dari sejumlah lembaga keuangan penting sistemik terhadap
perekonomian Irlandia. Dengan program NAMA ini pemerintah akan membeli aset-
aset bank yang mengalami masalah terbesar di Irlandia. Namun, program ini pun
tidak membawa ekonomi Irlandia menjadi lebih baik. Terbukti pada saat itu, karena
krisis ini Irlandia mengalami defisit anggaran sebesar 32 % dari produk domestik
bruto (PDB) dan menjadi defisit terbesar di kawasan Eropa. Merosotnya
perekomonian Irlandia ini juga menyeret euro ke level terendah pada 1,3181
terhadap dolar pada 29 November 2010, sebelum pulih di level 1,3232. Walaupun
demikian, Euro masih belum bisa menjaga kestabilannya dan bahkan mulai merosot
secara perlahan (sumber dari internet).
Program tersebut (NAMA) pada awal didirikan menjadi perdebatan pro dan kontra
oleh para pengamat ekonomi. Para pengamat memperdebatkan etika dari NAMA itu
sendiri. Pengamat menganalogikan perilaku perbankan di irlandia secara
keseluruhan sebagai sekelompok pemuda yang tanpa pengawasan yang ketak di
dalam sebuah acara pesta mengkonsumsi minuman berakhol hingga melebihi batas
kemampuan dan selanjutnya Program NAMA itu sendiri diibaratkan sebagai obat
penghilang rasa sakit bagi remaja yang pusing akibat dari konsumsi alkohol yang
berlebihan dari pada megajarkan mereka (perbankan di irlandia) sebuah pelajaran
dengan diikuti pengalaman mengenai dampak dari perilaku pesta tanpa penawasan.
Selain itu yang membuat program dari NAMA ini menjadi tidak etis adalah
kebijakan bail-out yang diberikan oleh pemerintah kepada lembaga-lembaga
keuangan bermasalah adalah kebijakan yang kurang tepat diaplikasikan untuk kasus
krisis Irlandia. Pertama, pada kenyataannya bail-out yang diberikan lembaga
keuangan seperti Anglo Irish Bank dan Irish Nation Wide itu hilang begitu saja akibat
salah managemen. Ditambah lagi dengan pemerintah yang justru menggunakan
pajak dari rakyat untuk menyelamatkan bank-bank yang bermasalah, dan malah
mengurangi penggunaan pajak untuk kesejahteraan rakyat. Jadi seolah-olah
pemerintah malah menolong bank-bank yang telah menilap uang rakyat dengan
pajak dari rakyat. Tak heran krisis ekonomi tersebut juga menimbulkan krisis politik
di Irlandia.
Selain itu diluar dari konteks yang dibahas, dari beberapa artikel yang ada di internet
dapat dilihat bahwa ketidak etisan yang ada di pemerintahan Irlandia dimana Krisis
politik yang terjadi akibat utang Irlandia merupakan efek domino yang harus
dihadapi pemerintah Irlandia. Ketika pemerintah Irlandia melalui perdana mentrinya
yang pada awalnya menyangkal bahwa Irlandia membutuhkan dana talangan, malah
meminta IMF dan Uni Eropa memberikan pinjaman. Masyarakat yang telah kecewa
karena uang mereka di berbagai lembaga keuangan hilang dan juga mengalami
pemotongan biaya kesejahteraan, tentu akan menyalahkan pemerintah. Hal ini
terbukti, dengan desakan terhadap perdana mentri Cohen untuk mundur, bahkan
tuntutan ini juga muncul dari partainya sendiri, Fianna Fail. Hal ini diperparah
dengan pemerintah korup Irlandia yang membuat bail-out menjadi hal yang sia-sia.
Dan yang menjadi ketakutan terbesar adalah setelah dana bail-out digunakan
namun tidak menyelesaikan masalah, maka Irlandia otomatis akan terbelit utang
yang sangat besar. Dan masyarakat akan kembali dirugikan, karena uang dari
masyarakat akan digunakan pemerintah untuk mendanai pembayaran bail-out.
Dengan kompensasi dana untuk kesejahteraan rakyat akan dipotong. dan dalam
jangka panjang, utang ini akan menghancurkan ekonomi Irlandia secara keseluruhan
dan efeknya akan sangat mempengaruhi Eropa.

Anda mungkin juga menyukai