Infeksi saluran kemih merupakan invasi mikroorganisme, seperti jamur,
virus dan bakteri, di sepanjang saluran kemih. Infeksi saluran kemih adalah infeksi terbanyak kedua yaitu sekitar 8,1 juta kasus per tahun (National Center For Health Statistics, 2008). Wanita lebih sering mengalami infeksi saluran kemih dibandingkan pria karena faktor perbedaan anatomi dan hormonal. Uretra wanita lebih pendek daripada uretra pria sehingga memudahkan bakteri mencapai daerah kandung kemih. Selain itu, letak uretra wanita dekat dengan anus dan vagina yang merupakan sumber bakteri (Griebling, 2007). Infeksi biasanya masuk ke saluran kemih melalui uretra, namun infeksi yang ditularkan melalui darah dapat terdeposit di ginjal. Infeksi saluran kemih didiagnosis jika terdapat lebih dari 100.000 bakteri berspesies sama per mililiter urin. Skrining urin mendeteksi bakteriuria asimtomatik pada sekitar 5% wanita. Sekitar 30% berkembang menjadi simtomatik dalam satu tahun (Callaghan, 2009). Menurut data dari Urologic Diseases in North America Project, insidensi infeksi saluran kemih adalah 14.000 per 100.000 pria dan 53.000 per 100.000 wanita. Infeksi saluran kemih terjadi pada 2,4% - 2,8% anak-anak. Faktor resiko infeksi saluran kemih yaitu kehamilan, adanya obstruksi pada saluran kemih seperti batu ginjal, pembesaran prostat, dan penyempitan uretra, penggunaan kateter, aktivitas seksual, diabetes, refluks (vesico- ureteric reflux), kelainan kongenital, serta tindakan operasi pada saluran kemih (Callaghan, 2009). Penyebab infeksi saluran kemih paling sering adalah bakteri. Pada keadaan normal, bakteri yang masuk ke dalam saluran kemih akan segera dieliminasi
Universitas Sumatera Utara
sebelum menimbulkan gejala. Beberapa sistem pertahanan tubuh yaitu sekresi dari kelenjar prostat pada pria dapat memperlambat pertumbuhan bakteri dan katup pada kandung kemih mencegah terjadinya refluks atau kembalinya urin ke ginjal. Akan tetapi, pada keadaan tertentu sistem pertahanan tubuh tidak dapat mengeliminasi bakteri tersebut, sehingga menyebabkan infeksi. Infeksi pada uretra disebut ureteritis. Infeksi pada kandung kemih disebut cystitis. Infeksi pada ginjal disebut pyelonephritis (National Kidney and Urologic Disease Information Clearinghouse). Bakteri penyebab infeksi saluran kemih antara lain Escherichia coli, Klebsiella sp., Enterococcus sp., dan Staphylococcus saprophyticus. Escherichia coli adalah penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering. Escherichia coli menggunakan fimbria untuk melekat ke epitel saluran kemih, mengurangi resiko terbilas keluar. Infeksi yang disebabkan oleh Proteus sp. cenderung terjadi pada pasien dengan batu. Proteus sp. memiliki aktivitas urease yang meningkatkan pH urin, sehingga mendukung pembentukan batu. Staphylococcus saprophyticus sering dijumpai pada wanita yang aktif secara seksual. Banyak bakteri Gram negatif yang berkoloni pada kateter urin, sering menyebabkan infeksi invasif yang disertai dengan bakteremia. (Gillespie & Bamford, 2009) Suatu penelitian tentang Pola Resistensi Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih memperlihatkan bahwa bakteri penyebab infeksi saluran kemih 28% Escherichia coli, 26% Klebsiella sp., 18% Pseudomonas sp., 10% Staphylococcus epidermidis, 8% Staphylococcus aureus, 6% Streptococcus sp., 2% Enterobacter sp., dan 2% Proteus sp. (Endriani, 2009)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian bagaimana distribusi bakteri aerob penyebab infeksi saluran kemih
Universitas Sumatera Utara
pada pasien rawat jalan dan rawat inap di RSUP H. Adam Malik periode Januari 2013 – Juni 2013. 1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum :
Untuk mengetahui distribusi bakteri aerob penyebab infeksi saluran kemih
pada pasien rawat jalan dan rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2013 – Juni 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus :
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui angka kejadian infeksi saluran kemih pada pasien yang rawat jalan rawat inap. 2. Untuk mengetahui angka kejadian infeksi saluran kemih menurut jenis kelamin. 3. Untuk mengetahui angka kejadian infeksi saluran kemih menurut kelompok umur. 4. Untuk mengetahui angka kejadian infeksi saluran kemih menurut jenis spesimen. 5. Untuk mengetahui angka kejadian infeksi saluran kemih tanpa pemeriksaan mikrobiologi.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai distribusi bakteri aerob penyebab infeksi saluran kemih bagi para klinisi. 2. Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya.