KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) secara luas didefinisikan sebagai infeksi pada
bagian atas atau bawah saluran kemih, maupun keduanya (Rowe dan Mehta, 2013).
Pada wanita hamil dikenal dua keadaan infeksi saluran kemih yakni : (Anonim, 2013)
Dimana terdapat bakteri dalam urin porsi tengah lebih dari 100.000 per ml
urin. Urin diambil porsi tengah dengan cara vulva dan meatus urethra eksternus
dibersihkan terlebih dahulu dengan bahan antiseptik. Pada urinalisis dapat dijumpai
Dapat dibagi menjadi dua yaitu Infeksi saluran kemih bagian bawah (sistitis
akut) dan Infeksi saluran kemih bagian atas (pielonefritis). Infeksi saluran kemih
bagian bawah (sistitis akut) disertai gejala berupa disuria, terkadang didapatkan
tenesmus dan nokturia. Tetapi jarang sampai menyebabkan demam dan menggigil.
Pada urinalisis dapat dijumpai leukosit dan eritrosit. Infeksi saluran kemih bagian atas
(pielonefritis) disertai gejala berupa nyeri dan tegang pada daerah sudut
“costovertebral” atau daerah pinggang, demam, mual dan muntah. Dapat juga disertai
keluhan seperti pada infeksi saluran kemih bagian bawah seperti disuria, urgensi dan
6
7
kadar ureum dan kreatinin yang meningkat dan pada pemeriksaan urinalisis
2.2 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah masalah umum yang didiagnosis dan
diobati dalam praktek medis pelayanan darurat. Sebuah laporan pada tahun 2010
dengan ISK. Diperkirakan delapan juta pasien dengan ISK terjadi di AS setiap
Perempuan cenderung mengalami ISK lebih sering dari laki- laki karena
bakteri dapat mencapai kantung kemih lebih mudah pada wanita. Hal ini sebagian
disebabkan oleh uretra wanita pendek dan lebih luas dan dekat dengan anus. Bakteri
dari rektum dapat dengan mudah menuju ke uretra dan menyebabkan infeksi (Okonko
Wanita hamil lebih rentan untuk terkena ISK karena beberapa perubahan
anatomi dan hormonal. Infeksi saluran kemih telah dilaporkan sekitar 20%
merupakan masalah kesehatan utama bagi ibu hamil (Hamdan et. al., 2011).
Temuan utama dari para peneliti terkait prevalensi ISK pada ibu hamil adalah
14,0% tanpa memandang usia, paritas dan usia kehamilan serta organisme yang tetap
dominan menjadi penyebab infeksi saluran kemih pada kehamilan adalah Escherichia
8
coli. Prevalensi ISK di antara perempuan mirip dengan prevalensi ISK pada wanita
hamil di negara-negara lain misalnya 14,6% dan 11,6% di Tanzania dan Ethiopia
yang mendasari ISK sebanyak 4,3% (Haider et. al., 2010) dan di Indonesia, angka
kejadian penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada ibu hamil khususnya di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Janari-Maret 2011 sebanyak 41 kasus (25,78%)
dari 159 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan (Maesaroh dan Fatmala,
2011).
2.3 Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh
kuman gram negative. Escherichia coli adalah penyebab paling umum dari infeksi
saluran kemih, terhitung sekitar 80-90% kasus. E coli bersumber dari flora fecal yang
lain adalah sebagai berikut : Klebsiella pneumoniae (5%); Proteus mirabilis (5%);
Perubahan fisiologis pada ibu hamil yang berkaitan dengan ISK terjadi pada
kehamilan usia enam minggu, oleh karena adanya perubahan fisiologis yaitu ureter
ibu hamil menjadi dilatasi. Hal ini juga disebut sebagai hidronefrosis kehamilan
dimana memuncak pada kehamilan minggu ke-22 hingga ke-26 dan berlangsung
9
sampai saatnya kelahiran. Peningkatan progesteron dan estrogen saat hamil juga
volum urin dalam ginjal. Kombinasi dari seluruh faktor ini mengakibatkan terjadinya
stasis urinari dan uretero-vesikel refluks. Glikosuria dalam kehamilan juga salah satu
faktor terpenting yang menyebabkan ibu hamil mudah untuk terkena ISK (Emiru et.
al., 2013).
yang sehat rentan terhadap komplikasi serius pada saluran kemih. Para peneliti telah
perubahan fisiologis selama kehamilan merupakan hal penting dalam saluran kemih.
Hal ini diduga memiliki dampak yang kuat terhadap perolehan infeksi (Vasudevan,
2014)
melalui ureter (peristaltik urin) dan penurunan tonus kandung kemih. Perubahan ini
kapasitas berbilah dan stasis urin. Perubahan ini dapat memfasilitasi pertumbuhan
konsentrasi urin dan dapat meningkatkan kadar hormon progesteron dan estrogen.
Hal ini dapat menurunkan kemampuan saluran kemih bagian bawah untuk bertahan
stasis kemih dan ureterovescical refluks. Hal ini juga dapat meningkatkan lingkup
urine untuk tetap berada di kandung kemih sehingga berfungsi sebagai media
pertumbuhan yang baik bagi patogen untuk memperbanyak diri. Jumlah bakteri dan
sel-sel darah putih dalam sampel urin menentukan keparahan infeksi. Ada beberapa
kasus di mana ibu hamil dengan tes urin positif tidak memiliki gejala infeksi. Studi
terkait dengan ISK seperti uretritis, sistitis, pielonefritis berat dan pielonefritis
dalam mengindikasikan bahwa infeksi mulai terjadi. Kondisi tanpa gejala dan dengan
gejala terbatas pada kolonisasi urin tanpa respon pemicu. Keberadaan sel nanah
dalam urin tanpa gejala sangat penting untuk mengindikasikan kondisi bakteriuria
asimtomatik dan adanya sel-sel nanah dalam urine dikenal sebagai piuria. Individu
yang dapat mengakibatkan konsekuensi yang parah tergantung pada tahap infeksi dan
Adapun faktor resiko ini termasuk karakteristik dari ibu hamil yang berkaitan
2.5.1 Umur
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Parveen et. al., (2011),
prevalensi infeksi saluran kemih pada ibu hamil yang berkaitan dengan usia
infeksi tertinggi (44,61%). Diikuti oleh kelompok umur 26-30 tahun (27,69%), 31-35
tahun (16,92%) dan 16 -20 tahun (6,15%). Sedangkan kelompok usia 36- 40 tahun
Pada ISK yang berkaitan dengan umur gestasional, tingkat yang lebih tinggi
terkena ISK adalah pada trimester ketiga (78,46/%) dibandingkan dengan trimester
kedua (12.30%) dan trimester pertama (9.23%) (Parveen et. al., 2011). Hal ini
dikarenakan rahim yang semakin membesar akan menekan kandung kemih sehingga
kandung kemih tidak dapat benar-benar kosong dan menyebabkan bakteri mudah
tumbuh ketika air seni tertahan di dalam kandung kemih. Hal ini terjadi sebagai
akibat pengaruh hormon progesteron terhadap tonus otot dan peristaltik, dan yang
12
lebih penting lagi adalah akibat penyumbatan mekanik oleh rahim yang membesar
2.5.3 Paritas
Pada ISK yang berkaitan dengan paritas atau jumlah anak dijumpai frekuensi
yang tinggi pada ibu-ibu yang memiliki > 4 anak (49,23%). Diikuti oleh mereka yang
memiliki 2-3 anak (32,30 /%) sedangkan frekuensi terendah terjadi pada mereka
(2011) terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian penyakit
ISK pada ibu hamil dan pada ibu multipara mempunyai risiko 2,64 kali lebih besar
untuk terkena ISK dibandingkan dengan primipara. Ibu hamil yang sudah pernah
hamil untuk kesekian kali, lebih mudah terkena penyakit ISK oleh karena terjadi
perubahan fisiologis selama kehamilan, antara lain terjadi penurunan tonus dan
pengeluaran air seni melalui sistem pengumpulan urine. Ureter bagian atas dan pelvis
Berdasarkan penelitian Emiru et. al., (2013) mengenai status pendidikan yang
berkaitan dengan ISK digolongkan pada tingkat ibu hamil dengan positif ISK
menunjukkan persentase pada buta huruf (10,6 %), sekolah dasar (16,7%), sekolah
13
menengah pertama (10,4%), sekolah menengah atas (10,0%) dan pendidikan yang
dengan positif ISK pada ibu hamil yang pendapatannya dibawah 500 birr atau setara
yang rendah merupakan salah satu faktor yang signifikan terhadap meningkatnya
ISK. Sedangkan pendapatan diatas 2000 birr atau setara Rp 1.200.000 menunjukkan
Temuan para peneliti seperti yang dilakukan oleh Emiru et. al., (2013) juga
mengungkapkan bahwa riwayat ISK pada masa lalu memiliki hubungan yang kuat
terhadap kejadian ISK pada ibu hamil (18,1%), sedangkan yang tidak memiliki
Aktivitas seksual juga merupakan faktor risiko lain yang memiliki hubungan
signifikan terhadap ISK. Wanita hamil yang melakukan hubungan seksual tiga atau
lebih dari tiga kali per minggu lebih mungkin untuk terjadi ISK (25,0%) daripada
wanita yang melakukan hubungan seksual kurang dari tiga kali per minggu (8,7%).
Hal ini mungkin disebabkan oleh aktivitas seksual yang bisa meningkatkan
kontaminasi bakteri dari uretra perempuan. Melakukan hubungan seksual juga dapat
14
menyebabkan infeksi saluran kemih pada wanita karena bakteri dapat kedorong ke
uretra. Pada wanita juga lebih mudah terjadi trauma selama hubungan seksual karena
terkait dengan bentuk anatomi uretra wanita terhadap vagina serta bakteri juga dapat
berpindah naik dari uretra ke dalam kandung kemih selama kehamilan atau kelahiran
2.5.8 Anemia
Anemia pada ibu hamil dengan kadar hemoglobin < 11 g/dl diduga dapat
meningkatkan risiko ISK pada ibu hamil. Hal ini juga telah dilaporkan oleh Emiru et.
al., (2013) yang menyatakan bahwa anemia mempunyai hubungan yang signifikan
Nyeri atau terbakar (ketidaknyamanan) saat buang air kecil; kebutuhan untuk
buang air kecil lebih sering dari biasanya; perasaan urgensi ketika buang air kecil;
darah atau lendir dalam urin; kram atau nyeri di perut bagian bawah; rasa sakit
tidur untuk buang air kecil; perubahan jumlah urin, baik lebih atau kurang; urin yang
terlihat keruh, bau busuk atau luar biasa kuat; nyeri, tertekan, atau nyeri di daerah
kandung kemih; sakit punggung, menggigil, demam, mual, dan muntah jika bakteri
2.7 Diagnosis
Gold Standard untuk diagnosis infeksi saluran kemih adalah deteksi patogen
dengan adanya gejala klinis. Patogen dapat dideteksi dan diidentifikasi dari
pemeriksaan kultur urin menggunakan midstream urine. Hal ini juga memungkinkan
infeksi saluran kemih belum didefinisikan dalam literatur ilmiah atau standar oleh
units/ml (cfu/ml) urin sebagai ambang batas. Namun, ambang batas tersebut
menyebakan banyak kehilangan infeksi yang terkait. Oleh karena itu ada rekomendasi
lain untuk diagnosis ISK menggunakan ambang batas 103 cfu / ml, tergantung pada
Diagnosis klinis infeksi saluran kemih pada dasarnya didasarkan pada riwayat
medis. Spesifik data yang telah ditetapkan dari studi klinis dapat meningkatkan atau
urin atau urin berwarna keruh dan adanya riwayat ISK sebelumnya (Schmiemann et.
al., 2010).
Selain itu, faktor risiko yang diketahui dapat meningkatkan kemungkinan ISK
antara lain hubungan seksual dalam dua minggu sebelumnya, kontrasepsi dengan
16
sampai empat minggu sebelumnya, dan diabetes mellitus (Schmiemann et. al., 2010).
Tes urin adalah unsur penting kedua dalam uji coba diagnostik infeksi saluran
kemih (Schmiemann et. al., 2010). Pemeriksaan yang paling ideal untuk deteksi
adanya ISK adalah kultur urin. Untuk menegakkan diagnosis ISK bergejala (sistitis
akut dan pielonefritis), nilai ambang batas yang digunakan adalah 10 3 cfu/ml. Untuk
ISK tak bergejala (bakteriuria asimtomatik), nilai ambang batas yang digunakan
termasuk ibu hamil, harus digunakan sampel yang berasal dari urin porsi tengah yang
diambil secara bersih (midstream, clean catch urine sample) (Ocviyanti dan
Fernando, 2012).
Diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan metode tidak langsung untuk deteksi
bakteri atau hasil reaksi inflamasi. Metode yang sering dipakai adalah tes celup urin,
yang dapat digunakan untuk deteksi nitrit, esterase leukosit, protein, dan darah di
dalam urin. Idealnya, semua uji nitrit positif untuk diagnosis ISK pada kehamilan
harus dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur urin pancar tengah yang diambil secara
Untuk pemeriksaan kultur urin dan tes celup urin, sampel urin harus diambil
dengan teknik pancar tengah yang diambil secara bersih untuk menghindari
kontaminasi. Khusus untuk pemeriksaan uji nitrit dengan tes celup urin, sampel urin
yang digunakan harus berasal dari urin pertama pada pagi hari segera sesudah pasien
17
bangun tidur. Kalau pemeriksaan bukan pagi hari, ibu diminta untuk menahan buang
air kecil minimal dua jam sebelum urin diambil untuk diperiksa. Ini penting diingat
karena diperlukan waktu yang cukup untuk berubahnya nitrat menjadi nitrit di dalam
Tahapan pengambilan sampel urin porsi tengah yang diambil secara bersih
adalah sebagai berikut ( Ocviyanti dan Fernando, 2012) : cuci labia dan perineum
dengan air dan sabun; duduk atau jongkok di toilet dengan posisi kaki mengangkang,
buka labia dengan dua jari; gunakan kapas, kasa, atau tisu yang sudah dibasahi
dengan air steril atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT, air yang sudah dimasak selama
minimal 30 menit) untuk membersihkan daerah sekitar orifisium uretra dan bagian
dalam labia. Kasa/kapas/tisu diusapkan satu kali saja dari arah orifisium uretra ke
arah vagina. Bila diperlukan, harus digunakan kasa/kapas/tisu yang baru dengan arah
pengusapan yang sama (Gambar 1a); keluarkan sedikit kemih tanpa ditampung, lalu
tahan sesaat sebelum melanjutkan berkemih ke dalam wadah urin yang diletakkan
sedekat mungkin dengan muara uretra tanpa menyentuh daerah genitalia (Gambar 1b
& 1c). Pastikan wadah urin minimal terisi separuhnya; setelah wadah urin terisi,
Gambar 2.1 Pengambilan sampel urin porsi tengah yang diambil secara bersih
(a) Pasien membersihkan vulva dengan kapas/kasa/tisu steril/DTT dari arah orifisium
uretra ke vagina. (b) Pasien membuka labia dengan dua jari sebelum mengeluarkan
sedikit urin tanpa ditampung. (c) Menampung urin pada wadah yang diletakkan
sedekat mungkin dengan muara uretra tanpa menyentuh daerah genitalia (Ocviyanti
2.8 Penatalaksanaan
Semua ISK pada kehamilan, baik bergejala maupun tidak, harus diterapi. Oleh
sebab itu, skrining bakteriuria asimtomatik pada kehamilan dilakukan minimal satu
kali pada setiap trimester. Pilihan terapi ISK pada kehamilan serta lama terapi adalah
2 x 500 mg, sefaleksin 3 x 250 mg, fosfomisin 3 g dosis tunggal, atau nitrofurantonin
3 x 100 mg yang tidak digunakan pada trimester tiga dan kotrimoksazol 2 x 960 mg
19
yang hanya boleh digunakan pada trimester kedua. Sedangkan untuk golongan
1 g sulbaktam), gentamisin 5-7 mg/kg sebagai dosis awal dan untuk dosis berikutnya
diberikan 3-5 mg/kg/hari dalam 3 dosis terbagi dengan tetap memantau kadar
penisilin dan sefalosporin atau organism resisten terhadap penisilin dan sefalosporin.
Untuk lama terapi, diberikan selama 3 hari pada kasus bakteria asimptomatik, 5-7
hari untuk kasus sistisis akut, dan 10-14 hari untuk kasus pielonefritis.
tinggi pada bakteri patogen yang menyebabkan ISK, antara lain extended spectrum
Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk memilih antibiotik berdasarkan profil bakteri
2.9 Pencegahan
Ibu hamil akan mengalami ISK berulang sekitar 15% sehingga dibutuhkan
panduan untuk pencegahan ISK berulang dengan antimikroba, baik secara terus-
wanita yang sebelum hamil memiliki riwayat ISK berulang, atau ibu hamil dengan
satu episode ISK yang disertai dengan salah satu faktor risiko berikut ini: riwayat ISK
imunitas tubuh, penyakit ginjal polikistik, nefropati refluks, kelainan saluran kemih
kongenital, gangguan kandung kemih neuropatik, atau adanya batu pada saluran
riwayat ISK terkait hubungan seksual. Pada kondisi ini, ibu hamil hanya minum
antibiotik setelah melakukan berhubungan seksual, sehingga efek samping obat yang
ditimbulkan akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan antibiotik profilaksis yang
kehamilan adalah sefaleksin per oral satu kali sehari 250 mg atau amoksisilin per oral
satu kali sehari 250 mg. Antibiotik yang sama dapat digunakan sebagai profilaksis
21
pascasanggama dengan dosis yang sama sebagai dosis tunggal (Ocviyanti dan
Fernando, 2012).
kejadian ISK. Jus cranberry diperkirakan dapat mencegah adhesi bakteri patogen,
terutama E. coli, pada sel-sel epitel saluran kemih. Jus cranberry dapat dikonsumsi
dengan aman pada kehamilan, tetapi pada beberapa pasien mungkin dapat muncul
efek samping gastrointestinal seperti mual dan muntah karena jus ini bersifat asam
2.10 Prognosis
Jika ISK dibiarkan berlangsung dan tidak diobati dapat menyebabkan infeksi
selama kehamilan dikaitkan dengan hasil yang kurang baik bagi ibu dan anak,
termasuk sepsis dan anemia pada ibu, kelahiran prematur dan berat badan lahir
risiko hipertensi ibu, anemia, amnionitis, dan kelahiran prematur, dan BBLR. Jika di
awal ISK segera ditangani secara benar, maka ISK tidak akan membahayakan pada