Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN ELIMINASI URINE ALVI

Disusun oleh :

Naeli Faula Khofifah


010118A090

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
A. Anatomi Fisiologi
1. Usus Halus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu:
a. Duodenum
b. Jejenum
c. Heum
2. Usus Besar

Usus menerima makanna yang sudah berbentuk kmua (makanan


setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrien, dan
elektrolit. Fungsi usus besar adalah untuk menyerap air dan makanan
serta tempat penampungan feses. Bagian dari usus besar meliputi
sekum, apendiks, kaon (asendens, tranversus, desendens, sigmoid),
rektum dan anus.

Sewaktu makanan masuk ke lambung, terjadi gerakan massa


dikolom yang disebabkan oleh reflek gastrokolom. Ketika gerakan
masa dikolom mendorong isi kolom kedalam rektum, terjadi
perengangan rektum yang memicu reflek defekasi (Mubarak,2008)

B. Definisi

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa


metabolisme tubuh baik yang berupa urin maupun fekal. Eliminasi
urin normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi dari
plasma darah di glomerolus. Dari 180 liter darah yang masuk ke
ginjal untuk di filterisasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urin
sebagian besar hasil filterisasi akan di serap kembali di tubulus
ginjal untuk di manfaatkan oleh tubuh.

Eliminasi alvi (buang air besar) merupakan proses


pengosongan usus. Terdapatdua pusat yang menguasai refleks untuk
buang air besar yang terletak di medulla dan sumsum tulang
belakang. (A.Aziz, 2008 : 71)

C. Faktor yang Berhubungan


1. Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan
mengontrol proses defekasi yang berbeda. Bayi belum
memiliki kemampuan mengontrol sec;ara penuh dalam
buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki
kemampuan mengontrol secara penuh, kemudian pada usia
lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.

2. Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat
meme:ngaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki
kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan
defekasi dan jumlah yang dikonsumsi pun dapat
memengaruhinya.

3. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat
defekasi menjadi keras oleh karena proses absorpsi air yang
kurang sehingga dapat memengaruhi kesulitan proses
defekasi.

4. Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena
melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma
dapat membantu keelancaran proses defekasi, sehingga
proses gerakan kelancaran proses defekasi. 

5. Pengobatan
Pengabatan juga dapat me:mengaruhinya proses defeekasi
seperti pengunaan obat-obatan laksatif atau antasida yang
terlalu sering. 

6. Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses
defe:kasi. I-lal ini dapat terlihat pada seseorang yang
memiliki gaya hidup se hat/kebiasaan melakukan buang air
besar ditempat yang bersih atau toilet, maka ketika
seseorang terse:but buang air besar ditempat yang terbuka
atau tempat yang kotor maka ia akan mengalami kesulitan
dalam proses defekasi.

7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi,
biasanya penyakit penyakit tersebut berhubungan langsung
dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau
penyakit infeksi lainya.

8. Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan/keinginan
untuk berdefekasi seperti nyeri pada kasus hemoroid, dan
episiotomi.

9. Kerusakan Sensoris dan Motoris


Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat
memengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan
proses penurunan stimulasi sensoris dalam berdefekasi. Hal
tersebut dapat diakibatkan karena kerusakan pada tulang
belakang atau kerusakan saraf lainnya.
D. Masalah yang Muncul dan Kriteria
1. Hambatan Eliminasi Urine.
Definisi : Disfungsi eliminasi urine.
2. Inkontinensia Urinarius Fungsional.
Definisi : ketidakmampuan individu, yang biasanya kontinen
untuk mencapai toilet tepat waktu untuk berkemih, sehingga
mengalami pengeluaran urine yang tidak disengaja.
3. Inkontinensia urine aliran berlebih.
Definisi : pengeluaran urine involunter yang berkaitan
dengan distensi kandung kemih berlebih.
4. Inkontinensia urine refleks.
Difinisi : pengeluaran urine involunter pada interval yang
dapat diprediksi ketika mencapai volume kandung kemih
tertentu.
5. Inkontinensia urine stres.
Definisi : rembesan urine tiba-tiba karena aktivitas yang
meningkatkan tekanan intra-abdomen.
6. Inkontinensia urine dorong.
Definisi : pengeluaran urine involunter yang terjadi segera
setelah suatu rasa dorongan kuat untuk berkemih.
7. Retensi urine.
Definisi : pengosongan kandung kemih tidak tuntas.

E. Penatalaksanaan
a. Pengambilan cairan dan elektrolit yang hilang (rehidrasi).
Cairan yang dapat diberikan adalah : Ringer Laktat (RL), dan
larutan NaCl 0,9 % : Natrium Bikarabonat = 2 : 1, dengan
tambahan KCl 3 X 1 gram secara oral.
b. Setelah diagnosis ditegakkan, maka rehidrasi dapat dilakukan
menurut penilaian keadaan dehidrasi : Pada keadaan syokk
atau pre syok cairan diberikan dengan memakai rumus : Skor
/ 15 X B X 10 % X 1 liter
Jumlah cairan ini diberikan dalam waktu 2 jam kemudian
diikuti dengan pemberian sebanyak pengeluaran selama 2
jam sebelumnya.
c. Bila setelah 3 jam syok di atasi, maka berikan cairan
elektrolit peroral. Bila masih keadaan syok / presyok maka
skema di atas di ulang
d. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan dengan cara
perawat mengambil contoh feses langsung dari anus pasien
yairu dengan memasukan jari kedalam anus pasien, atau jika
pasien dapat buang air besar sendiri maka pasien diminta
mengambil sedikit sempel fesesnya dan d masukan ke dalam
tabung kusus
e. Menolong buang air besar dengan menggunakan pispot
f. Memberikan huknah rendah atau tinggi
g. Memberikan gliserin

F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan foto rontgen
3. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan. Edisi 4.
Salemba Medika : Jakarta

Mubarok,Chayatin,2008.Buku Ajar KebutuhanDasarManusia.EGC: Jakarta

Alimul, Aziz. 2012.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Aplikasi Konsep


dan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC

Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4


Volume 2. EGC:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai