Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Biosains Pascasarjana Vol.

18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

PENGEMBANGAN METODE GC-MS UNTUK


PENETAPAN KADAR ACETAMINOPHEN PADA
SPESIMEN RAMBUT MANUSIA
Komang Ari Gunapria Darmapatni*, Achmad Basori dan Ni Made Suaniti

Program Studi Magister Ilmu Forensik, Sekolah Pascasarjana, UNAIR, Surabaya


Email : argun4sma@yahoo.com

ABSTRAK

Rambut dapat digunakan sebagai pilihan dalam melakukan analisis senyawa obat di
dalam tubuh khususnya pada kasus-kasus penyalahgunaan obat atau keracunan yang bersifat
kronik. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengembangan metode untuk penetapan
kadar acetaminophen pada spesimen rambut manusia menggunakan instrumen GC-MS. Sampel
rambut diambil pada panjang 0-3 cm, 0-6 cm dan 0-10 cm pada 10 orang pasien yang
mendapatkan terapi parasetamol. Preparasi sampel terdiri dari tahap dekontaminasi, destruksi,
ekstraksi dan derivatisasi pada masing-masing spesimen rambut. Kemudian ekstrak diinjeksikan
pada sistem GC-MS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa acetaminophen dapat terdeteksi pada
spesimen rambut dalam bentuk acetaminophen-TMS akibat adanya perlakuan derivatisasi
menggunakan BSTFA yang mengandung TMCS 1%. Pada panjang spesimen rambut 0-3 cm
diperoleh konsentrasi 0,1761-0,3392 ng/mg spesimen rambut, pada panjang spesimen rambut 0-6
cm diperoleh hasil 0,2081-0.4845 ng/mg spesimen rambut dan pada panjang spesimen rambut 0-
10 cm konsentrasi acetaminophen-TMS dalam sampel adalah 0,2473-0,5782 ng/mg spesimen
rambut.

Kata kunci : acetaminophen, rambut, Gas Chromatography - Mass Spectrometry

ABSTRACT

Hair can be used as an option in the analysis of drug compounds in the body, especially
in cases of drug abuse or poisoning that is chronic. There are previous researches that have aimed
to develop the method for the determination of acetaminophen levels in specimens of human hair
using GC-MS. The data was taken from the hair samples that are 0-3 cm long, 0-6 cm long and 0-
10 cm in 10 patients treated with paracetamol. Sample preparation consists of decontamination,
destruction, extraction and derivatization processes on each hair specimen. Then the extract was
injected into the GC-MS system. The results showed that acetaminophen can be detected in hair
specimens in the form of acetaminophen-TMS as a result of the derivatization treatment using
BSTFA containing 1% of TMCs. At the 0-3 cm long hair specimens, it was obtained the
concentration of 0.1761 to 0.3392 ng/mg of hair specimens; at the 0-6 cm long hair specimens, it
was obtained the concentration of 0.2081 to 0.4845 ng/mg of hair specimens; and at the 0-10 cm
long hair specimens, acetaminophen-TMS concentration in the sample was 0.2473 to 0.5782
ng/mg of hair specimens.

255

JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

Keyword : acetaminophen, human hair, Gas Chromatography - Mass Spectrometry

256

JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
1. PENDAHULUAN akan analgesik opioid tersebut (Curatolo
Pada tahun 2014 telah terjadi and Sveticic, 2002). Selain itu
berbagai macam kasus keracunan dan penggunaan acetaminophen dengan
penyalahgunaan obat-obatan. alkohol juga meningkatkan risiko
Berdasarkan data yang dikutip dari nekrosis hati pada penggunanya
website Badan Pengawas Obat dan (Mozayani dan Raymond, 2002).
Makanan, pada tahun 2014 mengenai Konsentrasi obat dalam
kasus keracunan diperoleh hasil bahwa spesimen rambut relatif rendah sehingga
keracunan disebabkan oleh beberapa diperlukan teknik ekstraksi yang tepat
salah satunya adalah penyalahgunaan serta instrumen yang mendukung untuk
obat-obatan selain NAPZA. menganalisis suatu senyawa dalam
Monitoring senyawa obat dalam konsentrasi yang kecil salah satu
tubuh dapat dilakukan melalui cairan instrument yang dapat mendeteksi suatu
tubuh seperti urin, keringat, saliva dan senyawa hingga < 1 ng/g adalah Gas
darah. Rambut dalam berbagai kasus Chromatography-Mass Spectrometry
kriminal digunakan untuk mengetahui (GC-MS). Selain instrumen yang tepat
kecocokan deoxyribonucleic acid dibutuhkan juga teknik khusus sebelum
(DNA) namun rambut juga dapat sampel diinjeksikan ke dalam sistem
digunakan sebagai pilihan dalam GC-MS, salah satunya adalah teknik
melakukan analisis senyawa obat derivatisasi. Teknik ini digunakan
didalam tubuh. Kelebihan penggunaan apabila senyawa yang ingin diketahui
spesimen rambut dibandingkan urin dan keberadaannya cenderung sulit menguap
darah untuk menganalisis obat adalah dan tidak stabil pada suhu tinggi.
rambut memiliki informasi keberadaan Penelitian ini bertujuan untuk
obat yang lebih lama dengan rentang mengetahui apakah senyawa
waktu minggu hingga bulan acetaminophen dapat terdeteksi pada
dibandingkan pada urin atau darah yang spesimen rambut pasien yang
hanya mendeteksi dengan kisaran waktu mendapatkan terapi parasetamol serta
beberapa jam hingga beberapa hari mengetahui pengaruh panjang spesimen
(Kintz, 2000). Han et al. (2012) rambut terhadap konsentrasi
menggunakan spesimen rambut dengan acetaminophen pada spesimen rambut
panjang rambut yang berbeda yakni 0-3 manusia. Analisis dilakukan dengan
cm, 3-6 cm, 6-9 cm, 9-12 cm untuk menggunakan GC-MS dengan tambahan
menganalisis Tetrahydrocanabinol perlakuan derivatisasi menggunakan
(THC). Berdasarkan penelitian ini N,O-bis (trimetilsilil) trifluoroasetamida
diketahui bahwa konsentrasi rata-rata (BSTFA) yang mengandung
THC pada panjang 0-3 cm lebih besar trimetilklorosilan (TMCS) 1%.
dibandingkan 9-12 cm. Upaya untuk menjamin bahwa
Di Inggris pada tahun 2000 prosedur analisis yang dipilih akan
hingga 2008 sebesar 90 hingga 155 memberikan hasil yang valid dan dapat
orang meninggal akibat keracunan dipercaya maka harus dilakukan validasi
acetaminophen tiap tahunnya (Hawton metode. Adapun uji yang dilakukan
et al., 2011). Acetaminophen merupakan dalam validasi metode antara lain :
analgesik-antipiretik non opioid dan linieritas, batas deteksi/LoD (Limit of
anti-inflamasi non-steroid (AINS). Detection), batas kuantitasi/LoQ (Limit
Acetaminophen dan metabolitnya of Quantitation), accuracy dan
memiliki sifat yang cenderung polar precision. Selain uji validasi dilakukan
(Hansen et al., 2012). Acetaminophen juga uji statistik untuk memastikan hasil
meniru cara keja dari heroin (Aronson, yang diperoleh memiliki makna
2014) sehingga sering digunakan secara berdasarkan statistik.
bersama-sama dengan analgesik opioid
untuk meningkatkan efektivitas
analgesik dan menurunkan kebutuhan
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA rambut (Kintz, 2007) sedangkan


2.1 Rambut Gambar 2.2 Fase pertumbuhan rambut
Rambut merupakan salah satu (Kintz, 2007)
bagian tubuh yang memiliki bentuk Baugartner (1979) melakukan
seperti benang yang tumbuh dari akar penelitian keberadaan metabolit morfin
rambut yang ada dalam lapisan dermis pada sampel rambut yang berasal dari
dan melalui saluran folikel rambut ke seorang pengguna heroin dengan metode
luar dari kulit. Komponen kimia rambut radioimmunoassay (RIA), diperoleh
terdiri atas 0.1-5 pigmen (melanin), 1- hasil bahwa perbedaan konsentrasi
9% lemak, dan 65-95% protein serta morfin dalam sepanjang helai rambut
komponen-komponen lainnya seperti tersebut berhubungan dengan waktu
polisakarida dan air (Kintz, 2007). Clay pemakaian. Terdapat tiga model
et al., (1940) menemukan bahwa penyatuan obat yang telah diteliti antara
dalam rambut yang berwarna hitam lain : obat bisa masuk ke dalam rambut
mengandung lebih banyak melalui (1) difusi aktif atau pasif dari
kandungan protein sistein (Asquith, aliran darah yang memenuhi papila
dermal, (2) difusi dari keringat dan
1977)
sekresi lainnya membasahi serat rambut
Rambut kepala dihasilkan
yang tumbuh atau yang sudah dewasa,
selama periode waktu 4-8 tahun
atau (3) obat eksternal dari uap atau
sedangkan non rambut kepala dihasilkan
serbuk yang berdifusi ke dalam serat
selama periode kurang dari 12 bulan
rambut dewasa (Kintz, 2007).. Gambar
dengan pertumbuhan rata-rata 0,6-1,42
2.3 menunjukkan mekanisme distribusi
cm per bulan hal ini tergantung pada
obat ke dalam rambut.
tipe rambut dan lokasi tumbuhnya
(Saitoh, 1969). Tingkat pertumbuhan
2.2 Parasetamol
rambut kulit kepala manusia adalah
Parasetamol mempunyai rumus
sekitar 0,35 mm per hari pada pria dan
molekul C8H9NO2 dengan berat
wanita, namun hal ini sangat bervariasi
molekul 151,16 g/mol. Nama lain dari
(Kintz, 2007).
parasetamol adalah acetaminophen atau
Berdasarkan penelitian Pötsch
4-hidroksi asetalinida. Parasetamol
(1996) ditemukan beberapa variasi
memiliki kelarutan sangat rendah bila
pertumbuhan rambut yakni 0,07 dan
dilarutkan dalam pelarut nonpolar
0,78 mm per hari sedangkan 82% dari
seperti toluena. Pada alkohol kelarutan
populasi penelitian mempunyai variasi
parasetamol akan menurun dengan
antara 0,32 dan 0,46 mm per hari. Siklus
peningkatan panjang rantai karbon
pertumbuhan rambut manusia dimulai
sedangkan dalam air kelarutan
dengan fase anagen atau fase
parasetamol jauh lebih rendah daripada
pertumbuhan, yaitu folikel berkembang
di pelarut polar lainnya seperti alkohol
dan rambut diproduksi. Durasi fase
(Granberg and Rasmuson, 1999).
anagen sangat bervariasi dan biasanya
berlanjut antara 7-94 minggu, namun Acetaminophen dapat membentuk
dapat berlangsung selama beberapa ikatan dengan gugus thiol pada
tahun, tergantung pada daerah sistein (Lemke et al. 2007).
anatominya (Castanet and Penelitian Saito (2008) telah
Ortonne,1997). Catagen adalah fase berhasil melakukan analisis
regresi, yaitu ketika aktivitas bola folikel acetaminophen menggunakan spesimen
berhenti dan dermal papila mengkerut rambut pada kasus keracunan dalam
ketika folikel mendekati fase istirahat, kondisi overdose (OD). Dari penelitian
telogen, kemudian setelah fase telogen, ini diketahui pula bahwa limit deteksi
siklus pertumbuhan lain dimulai (Kintz, GC-MS adalah 0,1 ng/mg dengan
2007). Gambar 2.1 Struktur folikel
64

JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

jumlah spesimen rambut yang


digunakan sebanyak 20 mg.

Gambar 2.3 Mekanisme distribusi obat


Gambar 2.1 Struktur folikel rambut ke dalam rambut (Kintz, 2007)
(Kintz, 2007) 2.3 GC-MS
Teknik GC pertama kali
diperkenalkan oleh James dan Martin
pada tahun 1952 (Sparkman et al.,
2011). GC merupakan salah satu teknik
kromatografi yang hanya dapat
digunakan untuk mendeteksi senyawa-
senyawa yang mudah menguap. Kriteria
menguap adalah dapat menguap pada
kondisi vakum tinggi dan tekanan
rendah serta dapat dipanaskan (Drozd,
1985).
Dasar pemisahan menggunakan
Gambar 2.2 Fase pertumbuhan rambut kromatografi gas adalah penyebaran
(Kintz, 2007) cuplikan pada fase diam sedangkan gas
sebagai fase gerak mengelusi fase diam.
Cara kerja dari GC adalah suatu fase
gerak yang berbentuk gas mengalir di
bawah tekanan melewati pipa yang
dipanaskan dan disalut dengan fase diam
cair atau dikemas dengan fase diam cair
yang disalut pada suatu penyangga
padat. Analit tersebut dimuatkan ke
bagian atas kolom melalui suatu portal
injeksi yang dipanaskan. Suhu oven
dijaga atau diprogram agar meningkat
secara bertahap. Ketika sudah berada
dalam kolom, terjadi proses pemisahan
antar komponen. Pemisahan ini akan
bergantung pada lamanya waktu relatif
yang dibutuhkan oleh komponen-

65

JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

komponen tersebut di fase diam gugus polar ini ditutup dengan cara
(Sparkman et al., 2011). derivatisasi akan mampu meningkatkan
Seiring dengan perkembangan teknologi volatilitas senyawa. Selain itu beberapa
maka instrument GC digunakan secara senyawa volatil mengalami dekomposisi
bersama-sama dengan instrumen lain parsial karena panas sehingga
seperti Mass-Spectrometer (MS). diperlukan derivatisasi untuk
Spektrometer massa diperlukan meningkatkan stabilitasnya (Drozd,
untuk identifikasi senyawa sebagai 1985).
penentu bobot molekul dan penentuan Sililasi merupakan salah satu
rumus molekul. Prinsip dari MS adalah proses derivatitasi dengan menghasilkan
pengionan senyawa-senyawa kimia produk berupa derivatif silil yang sangat
untuk menghasilkan molekul bermuatan volatil, dan lebih stabil pada suhu yang
atau fragmen molekul dan mengukur tinggi. Cara kerja dari penderivat tipe
rasio massa/muatan. Molekul yang telah silil ini adalah dengan mengganti gugus
terionisasi akibat penembakan elektron hidrogen (H) dengan trimetilsilil atau
berenergi tinggi tersebut akan TMS (Regis, 1998).
menghasilkan ion dengan muatan
positif, kemudian ion tersebut diarahkan 3. METODE PENELITIAN
menuju medan magnet dengan 3.1 Bahan penelitian
kecepatan tinggi. Medan magnet atau Spesimen yang digunakan
medan listrik akan membelokkan ion dalam penelitian ini adalah rambut.
tersebut agar dapat menentukan bobot Bahan kimia yang digunakan dalam
molekulnya dan bobot molekul semua penelitian ini adalah bahan kimia dalam
fragmen yang dihasilkan (David, 2005). derajat pro analisis (p.a) yang terdiri dari
Kemudian detektor akan menghitung diklorometana (CH2Cl2), metanol
muatan yang terinduksi atau arus yang (CH3OH), standar pembanding
dihasilkan ketika ion dilewatkan atau acetaminophen dan N,O-bis
mengenai permukaan, scanning massa (trimetilsilil) trifluoroasetamida
dan menghitung ion sebagai mass to (BSTFA) yang mengandung
charge ratio (m/z). Terdapat 4 (empat) trimetilklorosilan (TMCS) 1% yang
proses dalam spektrometri massa yakni diperoleh dari Sigma Aldrich Chemical
ionisasi, percepatan, pembelokkan dan Singapore.
pendeteksian.
Derivatisasi merupakan proses 3.2 Instrumen penelitian
kimiawi untuk mengubah suatu senyawa Alat yang digunakan meliputi
menjadi senyawa lain yang mempunyai alat-alat gelas yang umum digunakan
sifat-sifat yang sesuai untuk dilakukan dalam laboratorium analisis, box es,
analisis menggunakan kromatografi gas pipet mikro dengan ukuran 1000 μL
atau menjadi lebih mudah menguap. Hal (200-1000 μL) dan 20 μL (2-20 μL),
ini dilakukan jika suatu senyawa neraca analitik, gunting stainless steel,
diketahu sulit menguap maka dilakukan wadah plastik bertutup, Gas
derivatisasi terlebih dahulu sebelum Chromatography (GC) tipe Agilent
dianalisis menggunakan GC. (Drozd, 6890N dengan kolom kapiler HP-5ms
1985). (30 m x 0,25 mm x 0,25 μm) dan
Derivatisasi dilakukan karena detektor Mass Spectrometry (MS) tipe
terdapat senyawa-senyawa dengan berat Agilent 5973.
molekul besar yang biasanya tidak
mudah menguap karena adanya gaya 3.3 Pengumpulan data
tarik-menarik inter molekuler antara 3.3.1 Preparasi Larutan Standar
gugus-gugus polar atau yang Parasetamol
mengadung hidrogen aktif seperti SH, - Sebanyak 1 mg standar
OH, -NH dan -COOH maka jika gugus- parasetamol ditimbang, kemudian
66

JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

dilarutkan dengan metanol (98%) dalam bagian belakang. Kemudian dimasukkan


labu ukur 10 mL hingga tanda batas ke dalam wadah plastik dan disimpan
sehingga diperoleh larutan standar pada suhu ruang (Wijayaputra, 2011).
parasetamol dengan konsentrasi 100 Sebanyak 200 mg spesimen
ppm. Kemudian larutan standar rambut ditimbang. Kemudian
parasetamol 100 ppm dipipet berturut- didekontaminasi dengan 5 mL
turut 0,3 mL; 0,7 mL; 1 mL; 1,5 mL dan diklorometana selama 2 menit pada suhu
2 mL, dimasukkan masing-masing ruang, 5 mL air hangat selama 2 menit
dalam labu 10 mL dan ditambahkan dan 5 mL diklorometana selama 2 menit
metanol 98% hingga tanda batas (Saito, 2008). Setelah didekontaminasi,
sehingga diperoleh konsentrasi larutan spesimen rambut digunting menjadi
standar yakni 3 ppm, 7 ppm, 10 ppm, 15 kecil dan diinkubasi pada 450C selama 2
ppm dan 20 ppm. Seluruh larutan jam dalam 1 mL metanol. Kemudian
standar diderivatisasi sebelum lapisan air ditampung dan disentrifugasi
diinjeksikan ke sistem GC-MS. dengan kecepatan 5000 rpm selama 5
menit (Wijayaputra, 2011). Supernatan
3.3.2 Ekstraksi spesimen rambut yang diperoleh diambil dan diuapkan
simulasi menggunakan nitrogen. Residu yang
Spesimen rambut yang diperoleh kemudian diderivatisasi.
diperoleh dari orang sehat, 100 mg Sebanyak 10 μL BSTFA dengan TMCS
spesimen rambut didekontaminasi 1 % ditambahkan ke residu. Tabung
terlebih dahulu, dihomogenasi, dan disegel dan dipanaskan pada 60oC
diekstraksi dengan 1 mL larutan selama 20 menit. Setelah derivatisasi,
acetaminophen 10 ppm pada suhu 45oC spesimen didinginkan sampai suhu
selama 2 jam. Ekstrak cairnya di kamar. Sebanyak 1 μL spesimen hasil
sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm derivatisasi disuntikkan ke dalam sistem
selama 5 menit. Ekstrak diuapkan GC-MS.
hingga 990 μL. Kemudian sebanyak 10
μL BSTFA yang sudah mengandung 3.3.4 Cara Pengolahan dan Analisis
TMCS 1 % ditambahkan ke dalam Data
ekstrak. Tabung disegel dan dipanaskan Data yang diperoleh dari
pada 60oC selama 20 menit. Setelah penelitian ini akan berupa kromatogram
derivatisasi, spesimen didinginkan dengan puncak (peak), waktu retensi
sampai suhu kamar. Sebanyak 1 μL (tR) dan luas puncak yang kemudian
spesimen hasil derivatisasi disuntikkan dilakukan perhitungan untuk validasi
ke dalam kondisi GC-MS terpilih. metode dan konsentrasi senyawa
parasetamol. Konsentrasi senyawa
3.3.3 Preparasi dan analisis spesimen acetaminophen dalam spesimen rambut
rambut diperoleh dengan cara luas puncak
Analisis pada rambut dilakukan spesimen diplotkan dalam persamaan
pada 10 orang pasien (sukarelawan) regresi linier standar sehingga diperoleh
yang mendapatkan terapi tablet konsentrasi acetaminophen dalam
parasetamol yang sama pada dosis spesimen rambut pasien. Kemudian
terapi. Masing-masing spesimen rambut dilakukan uji statistic regresi linier
dipotong dengan panjang 0-3 cm, 0-6 sederhana menggunakan software IBM
cm dan 0-10 cm. SPSS Statistics 24.
Setiap helai rambut diperoleh
dengan cara rambut digunting 4.4 Validasi metode
menggunakan gunting stainless steel. 4.4.2 Linieritas
Rambut diambil pada bagian depan, Uji linieritas dilakukan dengan
atas, samping kanan, samping kiri, dan cara membuat persamaan regresi linier

67

JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

berdasarkan konsentrasi dan area, acetaminophen dalam bentuk derivatnya


dengan rumus : yakni acetaminophen-TMS pada waktu
y = bx + a retensi 18.10 pada mode Full Scan dan
dengan, 18.09 pada mode SIM (Selected Ion
y = luas puncak (peak area) Monitoring).
x = konsentrasi zat Mode Full Scan merupakan
mode untuk menganalisis keseluruhan
kemudian dihitung harga koefisien senyawa dalam sampel, sedangkan
korelasi. mode SIM merupakan mode operasi
tanpa merekam keseluruhan spektra,
4.4.3 Penentuan batas deteksi (LoD) dan namun hanya ion-ion tertentu (Moffat, et
batas kuantitasi (LoQ) al., 2004). Mode Full Scan dilakukan
Untuk menentukan LoD dan terlebih dahulu guna memastikan
LoQ dapat digunakan rumus : senyawa apa yang terdapat dalam
sampel tersebut, kemudian jika senyawa
LOD = S(y/x) = yang dicari telah ditemukan maka
dilakukan analisis dengan mode SIM,
LOQ = mode SIM relatif lebih peka
dikarenakan dengan mode SIM
4.4.4 Akurasi (persen recovery) senyawa-senyawa dengan ion-ion
Untuk menentukan akurasi fragmentasi yang diinginkan atau
maka dilakukan perhitungan persen dengan kelimpahan yang tinggi saja
recovery atau perolehan kembali yang akan dideteksi walaupun
menggunakan ekstrak cair spesimen konsentrasinya relatif rendah.
rambut simulasi. Digunakan rumus nilai Pada penelitian ini digunakan
recovery: ion fragmentasi 166, 181, dan 223
karena memiliki kelimpahan relative
Recovery = x 100%
lebih tinggi dan spesifik. Hal ini terbukti
bila ditinjau dan membandingkan hasil
4.4.5 Presisi analisis full scan dan SIM. Pada mode
Presisi diperoleh dengan full scan semua senyawa yang ada pada
menginjeksikan masing-masing standar ekstrak terdeteksi oleh instrumen,
acetaminophen sebanyak 3 (tiga) kali, namun pada mode SIM hanya terlihat 1
kemudian dihitung nilai presisi puncak yang merupakan
berdasarkan harga koefisien variasi, acetaminophen-TMS.
dengan rumus :
4.1.1 Linieritas
CV = Linieritas berfungsi untuk
dengan, membuktikan hubungan linier antara
Sb : simpangan baku relatif konsentrasi dan peak area. Berdasarkan
: harga rata-rata dari banyaknya perhitungan diketahui bahwa nilai
koefisien korelasi (r) = 0,9950. Nilai
pengukuran koefisien korelasi yang mendekati +1
menunjukkan adanya korelasi positif
4. HASIL DAN PEMBAHASAN yang kuat antar variabel sedangkan
4.1 Validasi Metode Penelitian berdasarkan nilai koefisien determinasi
Berdasarkan hasil analisis (R2) sebesar 0.9901 yang menunjukkan
terlihat bahwa pada blanko tidak bahwa variabel X (konsentrasi larutan
ditemukan puncak yang merupakan
standar) mempengaruhi variabel Y (luas
senyawa acetaminophen, sedangkan area) sebesar 99,01%.
pada larutan standar terkonsenrasi
menunjukkan puncak senyawa
68

JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

4.1.2 Presisi Veterinary Medical Assosiation


Nilai presisi dihitung berdasarkan (2004)
harga koefisien variasi. Tabel 4.1
menunjukkan harga koefisien variasi Jumlah komponen terukur Tingkat
masing-masing larutan standar dalam sampel presisi
acetaminophen. Nilai presisi dihitung ≥ 10.00% ≤2%
berdasarkan harga koefisien variasi. 1.00 % ≤ x ≤ 10.00 % ≤2%
Nilai % RSD menyatakan tingkat 0.10 % ≤ x ≤ 1.00 % ≤ 10 %
ketelitian analisis, semakin kecil nilai % ≤ 0.10 % ≤ 20 %
RSD maka makin teliti tingkat
ketelitiannya, namun hal ini disesuaikan Tabel 4.3 Tingkat presisi disesuaikan
dengan konsentrasi komponen terukur juga dengan konsentrasi
dalam sampel. Semakin kecil komponen dalam sampel
konsentrasi komponen maka semakin nerdasarkan AOAC.
besar nilai % RSD yang dihasilkan. Konsentrasi Presisi
Tabel 4.2 menunjukkan tingkat
100% ≤1%
presisi berdasarkan konsentrasi analit
10% ≤ 1,5 %
yang dianalisis yang dikutip dari
1% ≤2%
American pre-Veterinary Medical
0.1 % ≤3%
Assosiation (2004) sedangkan
0.01 % (100 ppm) ≤4%
berdasarkan Association of Analytical
10 ppm ≤6%
Communities (AOAC) tingkat presisi
10 ppb ≤ 15 %
disesuaikan juga dengan konsentrasi
komponen dalam sampel. Tabel 4.3
Bila digunakan acuan AOAC maka
menunjukkan tingkat presisi disesuaikan
hanya konsentrasi 10, 15 dan 20 ppm
juga dengan konsentrasi komponen
yang memenuhi syarat keberterimaan
dalam sampel berdasarkan AOAC.
yakni ≤ 4 % untuk konsentrasi 15 dan 20
Tabel 4.1 Harga koefisien variasi ppm sedangkan ≤ 6 % untuk konsentrasi
masing-masing larutan standar 10 ppm. Adanya variasi pada hasil
acetaminophen presisi dapat disebabkan karena
kesalahan acak. Kesalahan acak
merupakan kesalahan dalam
Konsentrasi penggukuran karena gangguan dan
No %RSD
(ppm) perbedaan kondisi setiap pengukuran
1. 3 17.5% sehingga dihasilkan angka yang
2. 7 7.67% berbeda.
3. 10 1.85%
4. 15 2.5% Tabel 4.4 Syarat keberterimaan %
5. 20 2.9% recovery disesuaikan dengan
konsentrasi berdasarkan AOAC.
Ditinjau berdasarkan APVMA
Konsentrasi Batas
metode uji yang digunakan dalam
Recovery
penelitian ini memenuhi syarat % RSD
100 % 98-101 %
yang diterima karena konsentrasi
10 % 95-102 %
komponen terukur ≤ 0.10 % atau ≤ 100
1% 92-105 %
ppm dengan syarat keberterimaan ≤ 20
0.1 % 90-108 %
%.
0.01 % (100 ppm) 85-110 %
Tabel 4.2 Tingkat presisi berdasarkan 10 ppm 80-115 %
konsentrasi analit yang dianalisis 10 ppb 70-125 %
berdasarkan American pre-
69

JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

4.1.3 NIlai LOD dan LOQ lebih cepat dibandingkan penderivat


Berdasarkan perhitungan dengan prinsip sililasi lainnya seperti
diperoleh nilai LOD sebesar 2.31 mg/L bis(trimetilsilil)asetamida atau BSA
sedangkan nilai LOQ sebesar 7.71 sedangkan TMCS berguna untuk
mg/L. Nilai LOD berguna untuk meningkatkan reaktivitas BSTFA
mengetahui jumlah terkecil analit dalam (Regis, 1998). BSTFA yang
sampel yang masih dapat dideteksi oleh mengandung 1% TMCS merupakan
instrument sedangkan nilai LOQ reagen sililasi yang memiliki sifat
menunjukkan jumlah terkecil analit pelarut yang baik serta dapat berfungsi
dalam sampel yang masih memenuhi tanpa melakukan penambahan pelarut
kriteria presisi dan akurasi. Berdasarkan lainnya (Knapp, 1979).
hasil perhitungan diperoleh konsentrasi Pada larutan standar
terkecil analit dalam sampel yang dapat acetaminophen 20 ppm yang
terdeteksi adalah 2.31 mg/L dan diinjeksikan ke dalam sistem GC-MS
konsentrasi terkecil analit dalam sampel tanpa perlakuan derivatisasi, diperoleh
yang memenuhi kriteria presisi dan hasil puncak yang tidak beraturan dan
akurasi namun masih dapat dideteksi cenderung lebih dari 1 puncak. Hal ini
adalah 7.71 mg/L. dapat disebabkan senyawa
Jika ditinjau berdasarkan hasil acetaminophen tidak stabil pada suhu
perhitungan LOQ maka hal ini sesuai tinggi sehingga dapat terdekomposisi
dengan perhitungan presisi yang parsial yang menyebabkan terdapat
menunjukkan bahwa konsentrasi 3 dan 7 beberapa puncak acetaminophen yang
ppm menghasilkan nilai presisi yang sama namun dengan waktu retensi yang
kurang memenuhi kriteria jika berbeda, sehingga konsentrasi senyawa
menggunakan acuan keberterimaan menjadi tidak dapat diketahui melalui
presisi AOAC. peak area. Maka metode tanpa
derivatisasi kurang laik digunakan
4.1.4 Akurasi dalam menganalisis senyawa
Hasil perhitungan terhadap acetaminophen menggunakan GC-MS.
larutan standar 10 dan 15 ppm diperoleh Gambar 4.2 menunjukan kromatogram
% recovery yakni 84,3% dan 87%. senyawa acetaminophen pada larutan
Berdasarkan AOAC syarat standar tanpa derivatisasi sedangkan
keberterimaan % recovery disesuaikan Gambar 4.3 merupakan kromatogram
dengan konsentrasi yang digunakan. senyawa acetaminophen pada larutan
Tabel 4.4 menunjukkan syarat standar (derivatisasi) menggunakan
keberterimaan % recovery disesuaikan mode SIM
dengan konsentrasi berdasarkan AOAC. Pada larutan standar
Maka jika ditinjau berdasarkan acetaminophen 20 ppm yang
tabel AOAC, hasil % recovery pada diinjeksikan ke dalam sistem GC-MS
konsentrasi 10 dan 15 ppm telah dengan perlakuan derivatisasi, diperoleh
memenuhi syarat keberterimaan. hanya 1 puncak untuk senyawa
acetaminophen, yakni dalam bentuk
4.2 Pengaruh Perlakuan Derivatisasi acetaminophen-TMS. Acetaminophen-
Terhadap Hasil Pengukuran Larutan TMS (C11H17NO2Si) merupakan derivat
Standar Acetaminophen acetaminophen akibat pergantian gugus
H dengan Trimetilsilil (Si(CH3)3) pada
Dipilihnya BSTFA sebagai agen molekul NH. Perubahan senyawa
penderivat karena BSTFA mampu menyebabkan terjadinya perubahan
bereaksi dengan berbagai senyawa berat molekul (BM). Senyawa
organik polar dengan menggantikan acetaminophen-TMS memiliki BM
hidrogen aktif dengan trimetilsilil 223.34 g/mol dengan ion fragmentasi
(Si(CH3)3), selain itu BSTFA bereaksi
70

JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

yang memiliki kelimpahan tertinggi acetaminophen, sedangkan 8 lainnya


antara lain : 166, 181, dan 223. terdeteksi senyawa acetaminophen
dalam bentuk acetaminophen-TMS.
4.3 Analisis senyawa acetaminophen Sebagai pembanding maka digunakan
pada spesimen rambut sampel blanko yang diperoleh dari
Analisis dilakukan pada 10 sukarelawan yang tidak mendapatkan
sukarelawan yang mendapatkan terapi terapi acetaminophen dan dibuat larutan
acetaminophen kemudian diambil standar acetaminophen dengan
spesimen rambutnya pada panjang 0-3 konsentrasi tertentu. Gambar 4.1
cm, 0-6cm dan 0-10 cm untuk dianalisis. merupakan kromatogram blanko (full
Dari 10 orang subyek penelitian, 2 scan)
diantaranya tidak terdeteksi senyawa

Gambar 4.1 Kromatogram blanko (full scan)

Gambar 4.2 Kromatogram senyawa acetaminophen pada larutan standar (tanpa


derivatisasi) menggunakan mode SIM.

71

JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

Gambar 4.3 Kromatogram senyawa acetaminophen pada larutan standar


(derivatisasi) menggunakan mode SIM

Pada larutan standar dengan 1. Faktor dosis obat yang pernah


konsentrasi 20 ppm muncul 1 puncak dikonsumsi sebelumnya.
pada waktu retensi 18.09 menit yang 2. Faktor rute perjalanan
ditinjau berdasarkan Ion fragmentas dan acetaminophen setelah dikonsumsi.
library C:\Database\wiley7n.l 3. Konsentrasi acetaminophen pada
merupakan acetaminophen-TMS spesimen rambut di bawah limit
sedangkan pada blanko terdapat puncak deteksi.
dengan waktu retensi 18.15 menit 4. Jumlah spesimen rambut yang
namun berdasarkan Ion fragmentasi dan sedikit.
Library, senyawa tersebut adalah 4.4 Pengaruh panjang spesimen rambut
Piridinkarboksaldehid. Pada sampel terhadap konsentrasi acetaminophen
muncul puncak pada waktu retensi 18.19 pada spesimen rambut
menit dan berdasarkan ion fragmentasi Dari 8 subyek yang terdeteksi
didukung Library senyawa tersebut senyawa acetaminophen maka
merupakan Acetaminophen-TMS. dilakukan perhitungan untuk
Gambar 4.4 menunjukkan kromatogram mengetahui kadar acetaminophen.
senyawa acetaminophen pada sampel Berdasarkan hasil perhitungan diketahui
spesimen rambut. Terlihat beberapa pada panjang spesimen rambut 0-3cm
puncak lain selain puncak konsentrasi acetaminophen 0,1761-
acetaminophen karena spesimen rambut 0,3392 ng/mg spesimen rambut, pada
tersusun atas berbagai macam senyawa panjang spesimen rambut 0-6 cm
lain yang bersifat kompleks sehingga diperoleh hasil 0,2081-0.4845 ng/mg
memungkinkan bagi senyawa lainnya spesimen rambut dan pada panjang
ikut terekstraksi dan terdeteksi. spesimen rambut 0-10 cm konsentrasi
Terdapat 2 sampel yang acetaminophen-TMS dalam sampel
menunjukkan hasil bahwa adalah 0,2473-0,5782 ng/mg spesimen
acetaminophen tidak terdeteksi pada rambut. Kemudian dilakukan uji statistik
spesimen rambut, hal ini disebabkan : regresi linier sederhana menggunakan
software IBM SPSS Statistics 24.

64

JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Gambar 4.3 Kromatogram senyawa acetaminophen pada sampel spesimen rambut
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

Tujuan uji regresi linier sederhana c. Terdapat pengaruh panjang spesimen


ini adalah untuk mengetahui hubungan rambut terhadap konsentrasi senyawa
pengaruh signifikan variabel independen acetaminophen yang dianalisis
(panjang spesimen rambut) terhadap menggunakan GC-MS.
variabel dependen (konsentrasi senyawa 5.2 Saran
acetaminophen). Berdasarkan hasil uji Diperlukan penelitian lebih lanjut
regresi linier sederhana diperoleh nilai r = terhadap senyawa golongan narkotika,
0.535 yang menunjukkan bahwa 53.5% dari psikotropika maupun doping pada spesimen
varians konsentrasi senyawa acetaminophen rambut dengan memperhatikan waktu
dapat dijelaskan oleh perubahan dalam konsumsi dari obat-obatan tersebut. Selain
variabel panjang spesimen rambut itu perlu dilakukan kembali penelitian
sedangkan 46.5% sisanya dijelaskan oleh dengan menggunakan panjang spesimen
faktor di luar model. Diperoleh persamaaan : rambut yang lebih dari 10 cm untuk
membuktikan ketahanan masing-masing
Y = 0.202 + 0.019 X + e senyawa obat dalam spesimen rambut.
dengan nilai probabilitas (nilai signifikan)
adalah 0,007. Nilai ini kurang dari 0.05 yang UCAPAN TERIMA KASIH
Melalui kesempatan ini penulis
berarti variabel independen (panjang
menyampaikan ucapan terima kasih kepada
spesimen rambut) berpengaruh positif dan semua pihak atas saran dan kritiknya
signifikan terhadap variabel dependen sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
(konsentrasi senyawa acetaminophen).
Makna berpengaruh positif artinya makin DAFTAR PUSTAKA
panjang spesimen rambut maka makin tinggi APVMA, 2004, Guidelines For The
konsentrasi senyawa acetaminophen pada Validation Of Analytical Methods
penelitian ini. For Active Constituent, Agricultural
Pada panjang 0-10 cm diperoleh And Veterinary Chemical Product,
nilai konsentrasi tertinggi, dapat disebabkan Kingston APVMA, Australia.
karena dengan panjang spesismen rambut 10 Aronson, J.K., 2014, Side Effect of Drug
cm maka dapat dikatakan bahwa usia rambut Annual 35, University of Oxford,
Elsevier
tersebut ≤ 10 bulan karena menurut Saitoh
(1969) rata-rata 0,6-1,42 cm per bulan,
Asquith, R.S., 1977, Chemistry of
sehingga memungkinkan untuk lebih banyak
Natural Protein Fiber, Plenum
senyawa obat yang berikatan dengan Press, New York and London
Castanet, J. and Ortonne, J.-P., 1997, Hair
spesimen rambut.
melanin and hair color, Formation
and Structure of Human Hair, pp.
5. SIMPULAN DAN SARAN 209–225.
5.1 Simpulan David, G. W., 2005, Analisis Farmasi, Edisi
Berdasarkan penelitian ini maka dapat kedua, EGC, Jakarta
disimpulkan bahwa : Drozd, J., 1985, Chemical Derivatization in
a. Acetaminophen dapat dideteksi pada Gas Chromatography, Journal of
spesimen rambut menggunakan GC-MS. Chromatography Library, 19
b. Perlakuan derivatisasi dapat Forte, J.S., 2002, Paracetamol : Safety
mengoptimalkan hasil analisis Versus Toxicity, (2)
acetaminophen pada spesimen rambut Granberg, R.A and Åke C. Rasmuson, A.C,
menggunakan GC-MS. 1999, Solubility of Paracetamol in

64

JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

Pure Solvents, J. Chem. Eng., 44 (6) Moffat, C. A., M. D. Osselton, and B.


: 1391–1395 Widdop. 2005. Clarke’s Analysis of
Han, E.,Chung, H., soong, J.M., 2012, Drugs and Poisons. Great Britain:
Segmental Hair Analysis for 11- Pharmaceutical Press
Nor-Δ9-tertrahydrocannabinol-9- Mozayani, A., and Raymon, M.P., 2002,
Carboxylic Acid and the Patternsof Handbook of Drug Interactions A
Cannabis Use, Journal of Analytical Clinical and Forensic Guide,
Toxicology, 32 :195-200 Humana Press
Hansen, S., Bjergaard, S.P., Rasmussen, K., Pötsch, L., A discourse on human hair fibers
2012, Intrduction to Pharmaceutical and reflections on the conservation
Chemical Analysis, Wiley, UK of drug molecules, Int. J. Legal
Med., 108, 285–293, 1996.
Kintz, P., 2000, Hair, In: Jay A. S. editors. Saitoh, M., 1969, Rate of Hair Growth in
Encyclopedia of Forensic Sciences, Advances in Biology of Skin,
Vol II. UK : Academic Press. p. Oxford, Pergamon Press p.183-201
598-640 Saito, T., Morita, T., Inoue, S., Yamamoto,
Kintz, P., 2007, Analytical and Practical I., and Inokuchi, S., 2008, GC-MS
Aspects of Drug Testing in Hair, assay for acetaminophen in human
Taylor and Francis Group, CRC hair segments, Forensic Toxicol
Press 26:27-30
Knapp, D.,R., 1979, Handbook of Analytical Sparkman, O.D., Penton, Z., Fulton, G.,
Derivatization Reactions, New York 2011, Gas chromatography and
Lamke, T.L., Williams, D.A., Roche, mass spectrometry : a practical
V.F., Zito, S.W., 2007, Medicinal guide, Elsevier
Chemistry Sixth Edition, USA Wijayaputra, N., 2011, Deteksi Senyawa
Moffat, C. A., M. D. Osselton, and B. Metamfetamin (MA) Pada Rambut
Widdop. 2004. Clarke’s Analysis of dengan Metode SIM GC-MS, Tesis,
Drugs and Poisons. Great Britain: Universitas Udayana, Denpasar
Pharmaceutical Press

65

JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni

Anda mungkin juga menyukai