Darmapatni
Darmapatni
18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
ABSTRAK
Rambut dapat digunakan sebagai pilihan dalam melakukan analisis senyawa obat di
dalam tubuh khususnya pada kasus-kasus penyalahgunaan obat atau keracunan yang bersifat
kronik. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengembangan metode untuk penetapan
kadar acetaminophen pada spesimen rambut manusia menggunakan instrumen GC-MS. Sampel
rambut diambil pada panjang 0-3 cm, 0-6 cm dan 0-10 cm pada 10 orang pasien yang
mendapatkan terapi parasetamol. Preparasi sampel terdiri dari tahap dekontaminasi, destruksi,
ekstraksi dan derivatisasi pada masing-masing spesimen rambut. Kemudian ekstrak diinjeksikan
pada sistem GC-MS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa acetaminophen dapat terdeteksi pada
spesimen rambut dalam bentuk acetaminophen-TMS akibat adanya perlakuan derivatisasi
menggunakan BSTFA yang mengandung TMCS 1%. Pada panjang spesimen rambut 0-3 cm
diperoleh konsentrasi 0,1761-0,3392 ng/mg spesimen rambut, pada panjang spesimen rambut 0-6
cm diperoleh hasil 0,2081-0.4845 ng/mg spesimen rambut dan pada panjang spesimen rambut 0-
10 cm konsentrasi acetaminophen-TMS dalam sampel adalah 0,2473-0,5782 ng/mg spesimen
rambut.
ABSTRACT
Hair can be used as an option in the analysis of drug compounds in the body, especially
in cases of drug abuse or poisoning that is chronic. There are previous researches that have aimed
to develop the method for the determination of acetaminophen levels in specimens of human hair
using GC-MS. The data was taken from the hair samples that are 0-3 cm long, 0-6 cm long and 0-
10 cm in 10 patients treated with paracetamol. Sample preparation consists of decontamination,
destruction, extraction and derivatization processes on each hair specimen. Then the extract was
injected into the GC-MS system. The results showed that acetaminophen can be detected in hair
specimens in the form of acetaminophen-TMS as a result of the derivatization treatment using
BSTFA containing 1% of TMCs. At the 0-3 cm long hair specimens, it was obtained the
concentration of 0.1761 to 0.3392 ng/mg of hair specimens; at the 0-6 cm long hair specimens, it
was obtained the concentration of 0.2081 to 0.4845 ng/mg of hair specimens; and at the 0-10 cm
long hair specimens, acetaminophen-TMS concentration in the sample was 0.2473 to 0.5782
ng/mg of hair specimens.
255
JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
256
JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
1. PENDAHULUAN akan analgesik opioid tersebut (Curatolo
Pada tahun 2014 telah terjadi and Sveticic, 2002). Selain itu
berbagai macam kasus keracunan dan penggunaan acetaminophen dengan
penyalahgunaan obat-obatan. alkohol juga meningkatkan risiko
Berdasarkan data yang dikutip dari nekrosis hati pada penggunanya
website Badan Pengawas Obat dan (Mozayani dan Raymond, 2002).
Makanan, pada tahun 2014 mengenai Konsentrasi obat dalam
kasus keracunan diperoleh hasil bahwa spesimen rambut relatif rendah sehingga
keracunan disebabkan oleh beberapa diperlukan teknik ekstraksi yang tepat
salah satunya adalah penyalahgunaan serta instrumen yang mendukung untuk
obat-obatan selain NAPZA. menganalisis suatu senyawa dalam
Monitoring senyawa obat dalam konsentrasi yang kecil salah satu
tubuh dapat dilakukan melalui cairan instrument yang dapat mendeteksi suatu
tubuh seperti urin, keringat, saliva dan senyawa hingga < 1 ng/g adalah Gas
darah. Rambut dalam berbagai kasus Chromatography-Mass Spectrometry
kriminal digunakan untuk mengetahui (GC-MS). Selain instrumen yang tepat
kecocokan deoxyribonucleic acid dibutuhkan juga teknik khusus sebelum
(DNA) namun rambut juga dapat sampel diinjeksikan ke dalam sistem
digunakan sebagai pilihan dalam GC-MS, salah satunya adalah teknik
melakukan analisis senyawa obat derivatisasi. Teknik ini digunakan
didalam tubuh. Kelebihan penggunaan apabila senyawa yang ingin diketahui
spesimen rambut dibandingkan urin dan keberadaannya cenderung sulit menguap
darah untuk menganalisis obat adalah dan tidak stabil pada suhu tinggi.
rambut memiliki informasi keberadaan Penelitian ini bertujuan untuk
obat yang lebih lama dengan rentang mengetahui apakah senyawa
waktu minggu hingga bulan acetaminophen dapat terdeteksi pada
dibandingkan pada urin atau darah yang spesimen rambut pasien yang
hanya mendeteksi dengan kisaran waktu mendapatkan terapi parasetamol serta
beberapa jam hingga beberapa hari mengetahui pengaruh panjang spesimen
(Kintz, 2000). Han et al. (2012) rambut terhadap konsentrasi
menggunakan spesimen rambut dengan acetaminophen pada spesimen rambut
panjang rambut yang berbeda yakni 0-3 manusia. Analisis dilakukan dengan
cm, 3-6 cm, 6-9 cm, 9-12 cm untuk menggunakan GC-MS dengan tambahan
menganalisis Tetrahydrocanabinol perlakuan derivatisasi menggunakan
(THC). Berdasarkan penelitian ini N,O-bis (trimetilsilil) trifluoroasetamida
diketahui bahwa konsentrasi rata-rata (BSTFA) yang mengandung
THC pada panjang 0-3 cm lebih besar trimetilklorosilan (TMCS) 1%.
dibandingkan 9-12 cm. Upaya untuk menjamin bahwa
Di Inggris pada tahun 2000 prosedur analisis yang dipilih akan
hingga 2008 sebesar 90 hingga 155 memberikan hasil yang valid dan dapat
orang meninggal akibat keracunan dipercaya maka harus dilakukan validasi
acetaminophen tiap tahunnya (Hawton metode. Adapun uji yang dilakukan
et al., 2011). Acetaminophen merupakan dalam validasi metode antara lain :
analgesik-antipiretik non opioid dan linieritas, batas deteksi/LoD (Limit of
anti-inflamasi non-steroid (AINS). Detection), batas kuantitasi/LoQ (Limit
Acetaminophen dan metabolitnya of Quantitation), accuracy dan
memiliki sifat yang cenderung polar precision. Selain uji validasi dilakukan
(Hansen et al., 2012). Acetaminophen juga uji statistik untuk memastikan hasil
meniru cara keja dari heroin (Aronson, yang diperoleh memiliki makna
2014) sehingga sering digunakan secara berdasarkan statistik.
bersama-sama dengan analgesik opioid
untuk meningkatkan efektivitas
analgesik dan menurunkan kebutuhan
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
65
JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
komponen tersebut di fase diam gugus polar ini ditutup dengan cara
(Sparkman et al., 2011). derivatisasi akan mampu meningkatkan
Seiring dengan perkembangan teknologi volatilitas senyawa. Selain itu beberapa
maka instrument GC digunakan secara senyawa volatil mengalami dekomposisi
bersama-sama dengan instrumen lain parsial karena panas sehingga
seperti Mass-Spectrometer (MS). diperlukan derivatisasi untuk
Spektrometer massa diperlukan meningkatkan stabilitasnya (Drozd,
untuk identifikasi senyawa sebagai 1985).
penentu bobot molekul dan penentuan Sililasi merupakan salah satu
rumus molekul. Prinsip dari MS adalah proses derivatitasi dengan menghasilkan
pengionan senyawa-senyawa kimia produk berupa derivatif silil yang sangat
untuk menghasilkan molekul bermuatan volatil, dan lebih stabil pada suhu yang
atau fragmen molekul dan mengukur tinggi. Cara kerja dari penderivat tipe
rasio massa/muatan. Molekul yang telah silil ini adalah dengan mengganti gugus
terionisasi akibat penembakan elektron hidrogen (H) dengan trimetilsilil atau
berenergi tinggi tersebut akan TMS (Regis, 1998).
menghasilkan ion dengan muatan
positif, kemudian ion tersebut diarahkan 3. METODE PENELITIAN
menuju medan magnet dengan 3.1 Bahan penelitian
kecepatan tinggi. Medan magnet atau Spesimen yang digunakan
medan listrik akan membelokkan ion dalam penelitian ini adalah rambut.
tersebut agar dapat menentukan bobot Bahan kimia yang digunakan dalam
molekulnya dan bobot molekul semua penelitian ini adalah bahan kimia dalam
fragmen yang dihasilkan (David, 2005). derajat pro analisis (p.a) yang terdiri dari
Kemudian detektor akan menghitung diklorometana (CH2Cl2), metanol
muatan yang terinduksi atau arus yang (CH3OH), standar pembanding
dihasilkan ketika ion dilewatkan atau acetaminophen dan N,O-bis
mengenai permukaan, scanning massa (trimetilsilil) trifluoroasetamida
dan menghitung ion sebagai mass to (BSTFA) yang mengandung
charge ratio (m/z). Terdapat 4 (empat) trimetilklorosilan (TMCS) 1% yang
proses dalam spektrometri massa yakni diperoleh dari Sigma Aldrich Chemical
ionisasi, percepatan, pembelokkan dan Singapore.
pendeteksian.
Derivatisasi merupakan proses 3.2 Instrumen penelitian
kimiawi untuk mengubah suatu senyawa Alat yang digunakan meliputi
menjadi senyawa lain yang mempunyai alat-alat gelas yang umum digunakan
sifat-sifat yang sesuai untuk dilakukan dalam laboratorium analisis, box es,
analisis menggunakan kromatografi gas pipet mikro dengan ukuran 1000 μL
atau menjadi lebih mudah menguap. Hal (200-1000 μL) dan 20 μL (2-20 μL),
ini dilakukan jika suatu senyawa neraca analitik, gunting stainless steel,
diketahu sulit menguap maka dilakukan wadah plastik bertutup, Gas
derivatisasi terlebih dahulu sebelum Chromatography (GC) tipe Agilent
dianalisis menggunakan GC. (Drozd, 6890N dengan kolom kapiler HP-5ms
1985). (30 m x 0,25 mm x 0,25 μm) dan
Derivatisasi dilakukan karena detektor Mass Spectrometry (MS) tipe
terdapat senyawa-senyawa dengan berat Agilent 5973.
molekul besar yang biasanya tidak
mudah menguap karena adanya gaya 3.3 Pengumpulan data
tarik-menarik inter molekuler antara 3.3.1 Preparasi Larutan Standar
gugus-gugus polar atau yang Parasetamol
mengadung hidrogen aktif seperti SH, - Sebanyak 1 mg standar
OH, -NH dan -COOH maka jika gugus- parasetamol ditimbang, kemudian
66
JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
67
JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
71
JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
64
JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Gambar 4.3 Kromatogram senyawa acetaminophen pada sampel spesimen rambut
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
64
JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
65
JBP Vol. 18, No. 3, December 2016— Komang Ari Gunapria Darmapatni