Anda di halaman 1dari 9

I.

JENIS TES GARPU TALA


Satu perangkat garpu tala yang memberikan skala pendengaran dari
frekuensi rendah hingga tinggi akan memudahkan survei kepekaan pendengaran.
Perangkat yang lazim mengambil beberapa sampel nada C dari skala musik yaitu
128 Hz, 256 Hz, 512 Hz, 1024 Hz, dan 2048 Hz.. Hz adalah singkatan dari hertz
yang merupakan istilah kontemporer dari “siklus per detik” sebagai satuan
frekuensi. Semakin tinggi frekuensi, makin tinggi pula nadanya. Dengan
mambatasi survei pada frekuensi bicara, maka frekuensi 512, 1024 dan 2048 Hz
yang biasanya memadai. 1,2THT, boies

Gambar 3. Garpu tala (Indiana jones)

Sebuah garpu tala digetarkan dengan cara  memukul dengan lembut pada


siku pemeriksa, tumit tangan atau tumit karet sepatu. Untuk
menguji konduksi udara, garpu tala yang bergetar  ditempatkan secara vertikal,
sekitar 2 cm dari  kanalis auditori eksternus. Gelombang suara ditransmisikan
melalui membran timpani, telinga tengah dan ossikula ke telinga bagian
dalam. Jadi pada tes konduksi udara ini, dapat dinilai fungsi mekanisme konduksi
dan koklea. Biasanya, mendengar melalui konduksi udara lebih keras dan dua kali
lebih lama disbanding melalui jalur konduksi tulang. 3,6 dhingra, probst

1
Garpu tala harus memiliki dasar yang luas dengan area permukaan
besar. Untuk menguji konduksi tulang, pangkal garpu tala yang bergetar
diletakkan dengan kuat pada tulang mastoid. Koklea dirangsang secara langsung
oleh konduksi getaran  yang melalui tulang tengkorak. Dengan
demikian, konduksi tulang adalah untuk mengetahui fungsi koklea saja.3dhingra

Terdapat berbagai macam tes garpu tala yaitu :

1. Tes batas atas & batas bawah.

Tujuan melakukan tes batas atas & batas bawah yaitu agar kita dapat
menentukan frekuensi garpu tala yang dapat didengar pasien dengan hantaran
udara pada intensitas ambang normal. (Rahmawati.A. PEMERIKSAAN FUNGSI
PENDENGARAN PADA SENSORINEURAL HEARING LOSS.available from :

www.fkumycase.com cited February 13, 2012)    ( Prof. Dr. dr. Sardjono
Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT &
dr. Sri Sukesi, Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok.
Jakarta : EGC. 2000)

Cara pemeriksaan :

Semua garpu tala (dapat dimulai dari frekuensi terendah berurutan sampai
frekuensi tertinggi atau sebaliknya) dibunyikan satu persatu, dengan cara
dipegang tangkainya kemudian kedua ujung kakinya dibunyikan dengan lunak
(dipetik dengan ujung jari/kuku, didengarkan terlebih dulu oleh pemeriksa sampai
bunyi hampir hilang untuk mencapai intensitas bunyi yang terendah bagi orang
normal/nilai ambang normal, kemudian diperdengarkan pada penderita dengan
meletakkan garpu tala di dekat meatus akustikus eksterna (MAE) pada jarak 1-2
cm dalam posis tegak dan 2 kaki pada garis yang menghubungkan MAE kanan
dan kiri.  ( Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri
Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi, Sp.THT.
Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000)

2
Ada 3 interpretasi dari hasil tes batas atas & batas bawah yang kita lakukan,
yaitu :

a. Normal. Jika pasien dapat mendengar garpu tala pada semua frekuensi.

b. Tuli konduktif. Batas bawah naik dimana pasien tidak dapat mendengar bunyi
berfrekuensi rendah.

c. Tuli sensorineural. Batas atas turun dimana pasien tidak dapat mendengar
bunyi berfrekuensi tinggi.

Kesalahan interpretasi dapat terjadi jika kita membunyikan garpu tala terlalu
keras sehingga kita tidak dapat mendeteksi pada frekuensi berapa pasien tidak
mampu lagi mendengar bunyi.teknik pmeriksaan

2. Tes Rinne
Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan
hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. 1,7
Cara pemeriksaan:
a. Garpu tala frekuensi 512 Hz digetarkan, tangkainya diletakkan tegak lurus
pada planum mastoid penderita (posterior dari MAE), setelah tidak terdengar
garpu tala dipindahkan ke depan meatus kira - kira 2 ½ cm. 1,7
b. Bunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz, kemudian diletakkan pada planum
mastoid, kemudian segera dipindah di depan MAE, penderita ditanya mana
yang lebih keras. Bila lebih keras di depan disebut Rinne positif, bila lebih
keras di belakang Rinne negatif.

3
gambar 4. Tes Rinne 4

Interpretasi : 1,3,7
a. Bila masih terdengar disebut Rinne positif (+). Artinya konduksi udara
lebih panjang atau lebih keras dibanding dengan konduksi tulang. Hal ini
terlihat pada orang normal atau mereka yang memilki tuli sensorineural.
b. Bila tidak terdengar disebut Rinne negatif (-). Artinya konduksi tulang
lebih dari konduksi udara. Hal ini terlihat pada tuli konduktif. Sebuah
Rinne negarif menunjukkan celah udara-tulang minimal 15-20 dB.

Gambar 5. Interpretasi tes Rinne6

Kadang-kadang terjadi false Rinne (pseudo positif atau pseudo negatif) yang
terjadi bila stimulus bunyi ditangkap oleh telinga yang tidak di tes,
pendengarannya jauh lebih baik daripada yang di tes. pemeriksaan THT
Kesalahan :pemeriksaan THT
- Garpu tala yang diletakkan dengan baik pada mastoid atau miring, terkena
rambut, jaringan lemak tebal sehingga penderita tidak mendengar atau getaran
terhenti karena kaki garpu tala tersentuh aurikulum.
- Penderita terlambat memberi isyarat waktu garpu tala sudah tidak terdengar
lagi, sehingga waktu dipindahkan di depan MAE getaran garpu tala sudah
berhenti.

4
3. Tes Weber
Tes Weber lebih sensitif dari tes Rinne. Tujuan dari tes ini adalah untuk
membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita. Garpu tala
diletakkan pada dahi dan gelombang suara ditransmisikan pada kedua telinga
melalui tulang. Tuli konduksi pada salah satu telinga akan menyebabkan suara
terdengar pada telinga yang sakit. Pada tuli sensorineural, suara akan terdengar
pada sisi yang sebaliknya. 2,8
Uji Weber sangat bermanfaat pada kasus-kasus gangguan unilateral, namun
dapat meragukan bila terdapat gangguan konduktif maupun sensorineural
(campuran), atau bila hanya menggunakan penala frekuensi tunggal. Klinisi harus
melakukan uji Weber bersama uji lainnya dan tidak boleh diinterpretasikan secara
tersendiri. 2

Cara pemeriksaan:
Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan pada garis tengah kepala
(di verteks, dahi, pangkal hidung, ditengah tengah gigi seri atau di dagu).
Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yang mendengar atau
mendengar lebih keras. Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu
telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan
ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada
lateralisasi.1,7, teknik pemeriksaan

Gambar 6. Para Weber uji.  4

5
Interpretasi :6
1. Ketika pendengaran normal, getaran dirasakan sama pada kedua sisi dan
demikian pula suara juga terdengar diantara telinga. Pada tes abnormal,
suara akan mengalami lateralisasi pada satu sisi atau lainnya.
2. Pada pasien dengan gangguan sensorineural, akan terjadi lateralisasi pada
telinga yang lebih baik.
3. Pada pasien dengan gangguan konduktif, lateralisasi pada telinga yang
sakit karena energi getaran kurang baik ditransmisikan dari koklea sampai
telinga tengah dan sehingga suara sulit menjangkau koklea.

Gambar 7 . Interpretasi tes Weber 6

Karena menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinannya dapat lebih


dari satu. pemeriksaan THT
Contoh: lateralisasi ke kanan dapat di interpretasikan : pemeriksaan THT
a. Tuli konduksi kanan dan telinga kiri normal.
b. Tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi kanan lebih berat.
c. Tuli sensorineural kiri, telinga kanan normal.
d. Tuli sensorineural kanan dan kiri tetapi kiri lebih berat.

6
e. Tuli konduksi kanan dan sensori neural kiri.

4. Tes Schwabach
Tes Schwabach membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan
pemeriksa yang pendengarannya normal. Pemeriksaan tht, fkumycase,
Cara pemeriksaan :
Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai
tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada
prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. 1

Gambar. Tes Schwabach indiana

Interpretasi : 1
a. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Scwabach memendek, bila
pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara
sebaliknya yaitu pelana diletakkan pada prosessus mastoideus pemeriksa
lebih dulu.
b. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Scwabach memanjang.
c. Bila pasien dan pemeriksa sama-sama mendengarnya disebut dengan
Scwabach sama dengan pemeriksa.

5. Tes Bing ( Tes oklusi )


Tes Bing adalah aplikasi dari apa yang disebut sebagai efek oklusi, dimana
penala terdengar lebih keras bila telinga normal ditutup. Bila liang telinga ditutup

7
dan dibuka bergantian saat penala yang bergetar ditempelkan pada mastoid, maka
telinga normal akan menangkap bunyi yang mengeras dan melemah ( Bing
positif). 2
Cara pemeriksaan :
Tragus telinga ditekan sampai menutup liang telinga, sehingga terdapat
tuli konduktif kira – kira 30 dB. Penala digetarkan dan diletakkan pada
pertengahan kepala ( seperti pada tes Weber ). 1,2

Interpretasi: 1,2
a. Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang ditutup ( Bing positif), berarti
telinga tersebut normal.
b. Bila bunyi pada telinga yang ditutup tidak bertambah keras (Bing negatif),
berarti telinga tersebut menderita tuli konduktif.
c. Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang ditutup ( Bing positif), berarti
telinga tersebut bisa terjadi gangguan sensorineural.

Gambar 8. Tes Bing 4

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam


Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.Ed.6.
Jakarta: FKUI hal.10-22
2. Iassman FM, Levina SC, Greenfield DG. Audiologi. Dalam BOIES Buku Ajar
Penyakit THT edisi 6, Adams Boies Higler. Jakarta:EGC, 1997. Hal.47-49
3. Dhingra,P.L. Disease of Ear, Nose, and Throat 4th edition. Elseiver. P.22-8
4. Bull. TR. Color Atlas of ENT Diagnosis 4th edition revised and expanded. New
York:Thieme Stuttgart, 2003. P. 10-1
5. Sherwood.L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 2. Jakarta: EGC. 2001
hal.176-182
6. Probst.R. Grevers.G.Iro.H. Basic Otorhinolaryngology : Thieme,2006. p.167-9
7. Bull. PD. Lecture Notes on Disease of Ear, Nose and Throat ninth edition.
USA:Blackwell Science,2002. p.7-11
8. Dhillon.RS. East. CA. An Ilustrared Colour Text Ear, Nose, and Throat and Head
and Neck Surgery Second Edition. New York: Churchill Livingstone. 2000. p.3

Anda mungkin juga menyukai