Langkah klarifikasi
Tujuan dalam langkah ini adalah untuk menguraikan atau memperjelas pertanyaan-pertanyaan
klien mengapa minta bantuan, dan bagaimana mereka memandang masalah dan situasi
Hidupnya. Aspek-aspek yang tercakup dalam langkah-langkah ini adalah sebagai berikut:
1) Menggunakan pertanyaan-pertanyaan
Kesalahan-kesalahan taktik, pada umumnya sering dialami konselor ada pada permulaan
bertanya. Kesalahan konselor dalam bertanya, dirasakan oleh klien sebagai interogasi
atau merasa diri mereka diancam. Padahal yang diharapkan agar klien melihat wawancara
ini sebagai suatu bagian dari pemecahan masalah. Bilamana fakta-fakta telah
dikemukakan klien kepada konselor, maka pemecahan segera dapat dilakukan. Konselor
bertanya kepada klien, merupakan upaya untuk menentukan isi bantuan yang akan
diberikan. Sama seperti seorang dokter bertanya kepada pasiennya untuk mendapatkan
data sehingga dapat menggambarkan gejala-gejala dan keluhan-keluhan pasien. Dokter
biasanya memberikan diagnosis setelah menganalisis pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh pasien, kemudian memberi petunjuk dan resep obatnya. Pada proses
pemberian bantuan konseling, langkah-langkah sebagaimana dilakukan dokter pun dapat
dilakukan konselor.
Pertimbangan lain pada tingkat awal dengan pernyataan problem adalah membantu klien
untuk menentukan siap terkait dengan masalahnya. Apakah masalah klien benar- benar
memerlukan bantuan segera misalnya: depresi perasaan. Apakah masalah klien dirasakan
oleh dua orang yang terlibat wawancara (konselor dan klien). Ataukah masalah yang
dibawa klien bukan masalahnya, misalnya menurut ayahnya klien bermasalah, tetapi bagi
klien hal itu bukan masalah. Oleh karena itu, pada tahap ini memerlukan kejelasan kalau
masalah itu memang benar-benar persoalan klien. Klien harus sadar bahwa dirinya
memiliki masalah, tetapi apabila masalah itu bukan persoalan dirinya.
Pada saat klien menjelaskan alasan-alasan mencari bantuan, konselor dapat menentukan
hubungan antara dirinya dengan klien, dapat dilanjutkan atau tidak. Jika hubungan
dilanjutkan, dalam bentuk apa? Untuk mencapai tujuan itu, beberapa pertanyaan yang
harus dijawab antara lain sebagai berikut.
b) Apakah saya ingin kerja bersama dengan orang ini? (Perasaan senang)
d) jenis susunan (tata kerja) apa yang saya perlukan lebih lanjut? (pemahaman informal
perjanjian dalam konseling)
e) Apa yang saya harapkan dari orang ini? (waktu, tempat, usaha, kerja sama, tanggung
jawab)
c) Apakah hubungan ini akan saya peroleh lebih dari yang saya harapkan?
d) Apakah saya bersedia untuk bekerja sama dengan saya sendiri dalam membina
hubungan dengan keterbatasan orang lain, maukah kita nantinya bekerja sama?
e) Jika saya menyetujui suatu kontrak (kerja sama) untuk mengerjakan sesuatu, dapatkah
saya memperoleh sesuatu yang saya inginkan?
Masing-masing baik konselor maupun klien, secara jujur dapat menjawab beberapa contoh
pertanyaan tersebut.
Jawaban yang jujur sebagaimana keadaan diri keduanya, sangat membantu mereka dalam
menempuh langkah-langkah selanjutnya.
Ada sejumlah aspek yang harus diperhatikan pada langkah membuat struktur, terutama oleh
konselor sebagai berikut:
a) Mengatur langkah-langkah
Struktur, menentukan sifat, batas-batas dan tujuan dari prospek hubungan dalam
pemberian bantuan. Dalam proses pemberian bantuan, peranan dan tanggung jawab serta
persetujuan untuk bertindak Antara konselor dan klien harus digariskan dan ditegaskan.
Pada umumnya konselor menunjukkan tahap-tahap yang harus dilaksanakan dalam
mencapai tujuan, sehingga klien termotivasi untuk menemukan ide dan kegiatan yang
lebih jelas. Demikian pula dengan ditunjukkan tahap-tahap mencapai tujuan tersebut,
maka klien akan dapat memperkirakan waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu.
Klien akan mengerti dan menyadari posisinya, dengan melihat struktur yang jelas,
konselor dan klien akan memahami tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Ini
berarti keduanya membina kesepakatan bersama dalam merumuskan kegiatan utama
yang akan ditempuh dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu dengan adanya struktur
yang dirumuskan konselor dan klien, akan lebih memudahkan mereka dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi klien.
Adanya kontrak kerja antara konselor dan klien, memberikan kerangka hubungan formal
antara keduanya. Hal ini dapat dipahami bahwa baik konselor maupun klien, bertanggung
jawab bersama dalam proses hubungan yang membantu dari awal sampai akhir wawancara.
Tahap pertama sampai tahap ketiga, biasanya terjadi pada kontak pertama agar supaya klien
mengetahui hal-hal apa yang akan terjadi pada tahap berikutnya. Demikian juga agar supaya
mereka mengetahui apa yang diharapkannya apabila hubungan itu dilanjutkan. Dalam tahap
pertama sampai ketiga ini pula dimanfaatkan keduanya untuk saling percaya-mempercayai,
saling terbuka, saling menghormati dalam membina hubungan. Memasuki tahap keempat,
pembinaan hubungan lebih ditingkatkan. Maksudnya agar hubungan dilaksanakan secara
pasti dan klien siap melaksanakan kegiatan atau pekerjaan khusus ke arah tercapainya tujuan
yang telah dirumuskan pada langkah dua dan tiga.
5) Langkah eksplorasi
Langkah kelima merupakan langkah kerja, di mana pertama konselor hanya berusaha dengan
menerima pernyataan, dan mengatur teknik untuk memahami bagaimana klien melihat dunia
diri mereka sendiri, maka langkah kelima tidak demikian. Artinya, memasuki langkah kelima
konselor telah mempunyai pegangan yang lebih jelas siapa sebenarnya klien yang
dihadapinya. Ini berarti konselor telah mengetahui apa yang dinginkan klien, jenis bantuan
apa yang dapat diberikan kepada klien serta teknik apa yang dapat digunakan dalam
membantu memecahkan masalah atau mengubah tingkah laku mereka.
a. Perubahan-perubahan tingkah laku klien apakah yang tepat dan diperlukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan?
b. Strategi apakah yang memungkinkan lebih tepat digunakan agar dapat memberikan hasil
yang diharapkan?
Hal-hal yang dikerjakan dalam langkah eksplorasi, disesuaikan dengan jenis-jenis masalah
yang dihadapi oleh klien. Apakah itu konflik pribadi, apakah masalah-masalah belajar,
apakah masalah-masalah kekurangan informasi, masalah sosial atau masalah karir. Klien
cenderung untuk mengemukakan kondisi batinnya dengan melukiskan perasaan yang dialami
untuk mengurangi beban masalahnya. Kecenderungan seperti ini sangat diharapkan karena
klien akan mengetahui bahwa eksplorasi terhadap perasaan dan problemnya merupakan
permulaan untuk melaksanakan tahap konsolidasi. Kadang-kadang klien merasa demikian
baik setelah melalui langkah eksplorasi ini, karena mereka merasa telah mampu memikirkan
pemecahan masalahnya.
Beberapa kegiatan khusus yang dapat dilakukan konselor berkaitan dengan langkah ekplorasi ini
antara lain:
a) Mempertahankan dan meningkatkan hubungan dengan klien agar keduanya tetap dalam
kondisi saling percaya, saling merasa aman, saling harga meng-hargai.
b) Konselor lebih menjalin hubungan perasaan dengan klien agar lebih memudahkan dalam
intervensi pencapaian tujuan yang telah disepakati bersama.
d) Mendorong dan menggerakkan klien untuk menguraikan secara detail dan penjelasan
tentang tujuan yang diharapkan.
f) Menentukan untuk melanjutkan atau mengakhiri hubungan antara dirinya dengan klien.
g) Melatih dan mengajarkan keterampilan yang diperlukan klien untuk mencapai dan
memecahkan masalah (dapat berupa demonstrasi, modeling atau latihan-latihan
keterampilan).
6) Langkah Konsolidasi
Sebagian besar waktu yang diberikan dalam membantu klien biasanya digunakan untuk
melaksanakan kegiatan pada langkah kelima (eksplorasi) tersebut diatas. Tugas-tugas untuk
menempatkan pada alternative dan rencana-rencana atau melakukan keterampilan-
keterampilan baru, merupakan bagian yang sangat penting dalam proses kegiatan membantu.
Artinya, memang tidak dapat dielakkan bahwa klien harus menentukan atau melakukan dan
bahkan mengakhiri pembicaraan tentang diri mereka sendiri, problem mereka, serta
kemungkinan kemungkinan rencana yang akan mereka lakukan.
Tahap konsolidasi, membentang pada kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan selanjutnya.
Dalam langkah konsolidasi, diharapkan sebagian besar waktunya untuk membuat keputusan
serta rencana-rencana pelaksanaannya. Dengan demikian, klien telah mempunyai kemantapan
dan kejelasan bertindak dalam mengatasi masalah demi tercapainya tujuan.
Tahap ini ditandai oleh adanya proses membuat rencana yang rasional. Rencana yang
dimaksudkan adalah untuk mengakhiri atau melanjutkan sendiri kegiatan-kegiatan pemecahan
masalah. Proses menuju ke arah kristalisasi diskusi dari langkah-langkah sebelumnya ke
dalam rencana-rencana kegiatan khusus, harus ditentukan dan diambil klien pada langkah ini.
8) Langkah terminasi
Biasanya evaluasi umum mengenai hal-hal yang telah dilakukan, merupakan salah satu
kegiatan dalam langkah terminasi ini. Jika tujuan pemecahan masalah yang disepakati
konselor dan klien dapat tercapai, maka dirumuskan dan dievaluasi kegagalan yang masih ada
dalam kegiatan yang dilakukan. Hal ini dilaksanakan untuk kemungkinan lebih tuntasnya dan
efektifnya pemecahan masalah lain yang mungkin timbul. Apabila tujuan yang telah
ditentukan tidak tercapai, maka kegjatan-kegiatan yang dilakukan dapat dievaluasi letak
kesalahan atau kegagalannya.
Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk evaluasi ini antara lain bertanya kepada klien.
Cara lain adalah meminta klien agar membuat ringkasan kegiatan dan perubahan-perubahan
tingkah laku yang dialami. Alih tangan dapat dilakukan jika klien merasa bahwa masalahnya
belum terpecahkan dan konselor kurang mampu melanjutkan kegiatan dalam membantu klien.
4. Langkah-langkah Konseling
Langkah-langkah yang ditempuh oleh konselor dalam melakukan kegiatan konseling, pada
umumnya menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan Williamson. Tokoh ini adalah
salah satu pengembang Trait and Factor Counseling Theory, yang mengemukakan 6 langkah
konseling sebagai berikut.
b. Sintesis, menunjuk pada usaha konselor dalam meringkas dan mengorganisir data yang
telah dikumpulkan. Konselor membuat kategorisasi atau klasifikasi data sesuai dengan
jenisnya, misalnya
sehingga klien termotivasi untuk menemukan
kesepakatan bersama dalam merumuskan kegiatan utama yang akan ditempuh dalam mencapai
tujuan. Oleh karena itu dengan adanya struktur yang dirumuskan konselor dan klien, akan lebih
memudahkan mereka dalam memecahkan masalah-