3.1 LO - Sistem Imun Dan Hemato
3.1 LO - Sistem Imun Dan Hemato
Callus adalah obat dengan kandungan salysilic acid, lactic acid, sebagai anti bakteri dan
membantu mengurangi inflamasi serta sebum pada kulit, serta merangsang pembentukan kulit
sehat sekaligus meningkatkan penyerapan air sehingga kaki terasa lembut dan halus.
Asam folat adalah salah satu vitamin, termasuk dalam kelompok vitamin B, merupakan
salah satu unsur penting dalam sintesis DNA (deoxyribo nucleic acid). Unsur ini diperlukan
sebagai koenzim dalam sintesis pirimidin. Kebutuhan meningkat pada saat terjadi peningkatan
pembentukan sel seperti pada kehamilan, keganasan dan bayi prematur
APTT ( Activated Partial Thromboplastin Time ), Untuk memantau aktivitas faktor koagulasi
Intrinsik antara lain F VIII,IX,XI,XII, termasuk Prekallikrein ( Contact Factor) dan High
Molecular Weight Kininogen (HMWK). Pemanjangan APTT menunjukkan adanya kekurangan 1
atau lebih faktor koagulasi ( Mis : Hemofilia A kekurangan F VIII ) , inhibitor koagulasi seperti
heparin, lupus anticoagulant, non specific inhibitor seperti monoclonal immunoglobulin atau
specific coagulation factor inhibitor. Dapat digunakan juga untuk deteksi Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC).
Pemeriksaan penujunga adakah gangguan proses pembekuan darah yang terjadi
2. Leukosit 2.200 /µL, nilai rujukannya 4.500-11.000. Rendahnya nilai leukosit pada
pasien SLE terjadi akibat mekanisme imun, pengobatan ( mis siklophosphamide
atau azathioprine, disfungsi sumsum tulang, atau hipersplenisme. fungsi utama
leukosit sebagai sistem pertahanan tubuh, sehingga ketika jumlah sel darah putih
menurun, maka kemampuan seseorang untuk melawan infeksi dan penyakit juga
akan menurun sehingga lebih rentan atau lebih mudah terserang penyakit.
3. Hematokrit 34%, nilai rujukan 35-47%. Rendahnya nilai hematokrit diikuti
dengan rendahnya nilai Hb, yang berhubungan dengan penurunan produksi sel
darah merah karena disfungsi sumsum tulang belakang.
4. Eritrosit 4,07 Juta/ µL norma, nilau rujukan 3,6-5,8
5. Indeks eritrosit normal : MCV 83,3 (nilai rujukan 80-100) MCH 27,0 (nilai
rujukan 26-34) MCHC 32,4 (nilai rujukan 32-34
6. Trombosit 50.000, nilai rujukannya 15.000-45.000. Kurangnya kandungan
trombosit di dalam darah (trombositopenia) meningkatkan resiko terjadinya
perdarahan. Sehingga pasien mengalami pendarahan dari hidung dan gusi
7. Jenis leukosit
8. PT-INR normal : masa protombin 10,5 (nilai rujukan 9,1-13,1) INR 0,97 (nilai rujukan
0,84-1,16) APTT 28,4 (nlai rujukan 11,5-31,5)
Kimia Klinik
1. Natrium = 132 turun mungkin karena efek demam menyebabkan pengeluaran natrium
(Normal : 135) pemeriksaan natrium untuk mengetahui keseimbangan elektrolit, cairan
dalam tubuh serta mengatur kontraksi otot. Dalam kasus ini hasil dari pasien natrium nya
dibawah nilai normal maka ini bisa dikatakan hiponatremia.
2. Kalium = 3,7 masih dalam batas normal (Normal 3,6 – 5,5)
sama hal nya dengan natrium kalium juga mempengaruhi otot dalam tubuh
3. Kalsium bebas = 4,90 masih dalam batas normal (Normal 4,7 – 5,2) kalium merupakan
zat elektrolit yang memiliki peran untuk fungsi otot dan saraf.
Pemeriksaan kimia ini secara keseluruhan berguna untuk mengetahui
keseimbangan cairan elektrolit pada pasien, lalu untuk memeriksa juga apakah fungsi
ginjal berfungsi atau terdampak dari SLE ini. Dan juga karena dalam data pasien
mengalami pergerakan ROM kedua ekstremitas terbatas jadi melihat apakah ini
berhubungan dengan kadar natrium, kalium dan kalsium nya.
ANA Test
Anti Nuclear Antibody (ANA) metode Indirect Immunofluorescence (IF)
merupakan suatu metode pemeriksaan untuk skrining autoantibodi terhadap
nukleus. Sampel serum yang mengandung autoantibodi tertentu akan bereaksi
dengan substrat yang mengandung antigen spesifik. Reaksi antigen-antibodi
ditunjukkan oleh adanya pola fluoresensi spesifik yang dapat diamati dengan
mikroskop fluoresens. Pola fluoresensi yang spesifik berguna untuk mengarahkan
pada penyakit autoimun tertentu. ANA test adalah pemeriksaan laboratorium yang
paling sensitif untuk mendeteksi penyakit SLE, dengan sensitivitas 95%. Pada
kasus hasil pemeriksaan ANA test menunjukan positif, maka pasien memiliki
penyakit autoimun / gangguan imun dapat diartikan bahwa pasien benar mengidap
SLE
Ratnadi, P., Suega, K., & Rena, N. (t.thn.). HUBUNGAN ANTARA KADAR
HEMOGLOBIN DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT PASIEN
SYSTEMIC LUPUS ERITHEMATOSUS DI RSUP SANGLAH. 1-13..
6. Asuhan keperawatan?
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya keluhan batuk berdahak
Di buku sdki aku halaman resiko perdarahan hilang halamannya jadi ga bisa isi maapin….
Intervensi keperawatan
● Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi discoid
Intervensi utama :
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor kulit dan membran mukosa pada area yang memar atau mengalami
kerusakan
- Monitor ruam dan abrasi pada kulit
- Monitor terjadinya infeksiIntervenai
- Dokumentasikan perubahan membran mukosa dan kulit
- Instruksikan keluarga tentang tanda kerusakan kulit
- Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor,sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi
dan amati perubahan
Intervensi pendukung
- instruksikan dalam hygiene kulit, misalnya membasuh kemudian
mengeringkannya dengan berhati-hati dan melakukan masase dengan
menggunakan lotion atau krim.
- Bersihkan kulit dengan sabun antibakteri
- Jaga kasur tetap bersih, kering, dan rapi
-
8
● Intoleran aktivitas b.d keterbatasan gerak pada kaki dan tangan
Intervensi Utama : manajemen energi, terapi aktivitas
Intervensi pendukung : edukasi latihan fisik, terapi relaksasi otot progresif
Karena kurangnya suplai O2. Pada Kasus ini dilihat dari konsentrasi eritrosit itu normal, hanya
saja dari Hb dan hematokrit sedikit kurang yang berhubungan dengan penurunan produksi sel
darah merah karena disfungsi sumsum tulang belakang. Jika fungsi sel darah merah
sebagai pengikat oksigen menurun maka terjadi penurunan kadar oksigen di dalam darah
yang membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik, membuat jantung bekerja lebih
keras dalam mengedarkan darah ke seluruh tubuh dan kadar oksigen yang sampai ke
jaringan otot kurang, sehingga menyebabkan pasien lelah/lemas. selain itu juga laju
pernapasan meningkat karena tubuh berusaha mendapatkan lebih banyak oksigen
menyebabkan pasien sesak nafas.
Referensi :
Akil, N. (2021). LUPUS, Penyakit Seribu Wajah. Retrieved Maret 13, 2021, from Perhimpunan
Reumatologi Indonesia: https://reumatologi.or.id/lupus-penyakit-seribu-wajah/
Putri, J. G., & Wisan, A. B. (2020). Efek Samping Terapi Kortikosteroid Sistemik Jangka
Panjang pada Pasien Lupus Erimatosus Sistemik dan Tatalaksana Dermatologi . Vol. 47
no.2.
Pendidikan kesehatan yang bisa kita berikan terkait dengan kasus adalah sebagai berikut :