Anda di halaman 1dari 18

Case Study Mukositis Oral

Skenario Kasus

Anak A.D, jenis kelamin perempuan, umur 14 tahun, masuk ke RS dengan keluhan
demam. Demam naik turun dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, dengan suhu
tertinggi 38.6°C. Klien juga mengeluh batuk berdahak dan nyeri tenggorokan. Keluhan pilek
disangkal klien. Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit klien juga mengeluh sariawan dan
nyeri menelan hingga klien tidak mau makan, klien hanya mau minum air putih. Pada saat
masuk ke RS tampak bintik-bintik merah (ptekie) di area abdomen yang meluas ke tungkai.

Klien terdiagnosis AML-M4 berdasarkan pemeriksaan BMP dan sedang menjalani


kemoterapi. agen doxorubicin, ARA-C, metotreksat dan ARA-C intratekal. Pada saat dikaji
kesadaran komposmentis, tekanan darah 95/65mmHg, frekuensi nadi 120x/menit dan suhu
38°C, ibu mengatakan saat ini klien masih sering demam naik turun.

Hasil Pengkajian

Hasil pengkajian status nutrisi klien menunjukkan bahwa berat badan klien 36 kg, tinggi
badan 151 cm. Berikut ini disajikan pengkategorian status nutrisi pada klien A.D:

Hasil pengkajian Berat badan 36 kg, tinggi badan 151 cm, lingkar lengan atas 16
cm, berat badan ideal 41,1 kg, lingkar lengan ideal 25,2 cm, BMI
= 16

BB/TB 36/41,1 x 100 % = 87% (status gizi baik)

BB/U 36/52 x 100 % = 70 % (status gizi kurang)

TB/U 151/164 x 100% = 92%

BMI/U BMI terletak pada z scor -2 s/d z skor 1 (kategori normal)

LLA/U 16/25.5 x 100 % = 63%

Pada saat dikaji klien mengalami mukositis, dengan skala OAG 16, termasuk ke
dalam mukositis kategori sedang, keluhan mual dan muntah tidak ada. Klien masih menolak
makan dengan alasan sakit menelan dan sariawan, nafsu makan berkurang. Intake oral
berkurang karena mengalami mukositis sedang, nyeri menelan, penurunan nafsu makan,
Asupan nutrisi direncanakan 2/3 didapat dari oral dan 1/3 didapat dari parenteral. Pemberian
nutrisi pada klien adalah: diet makanan cair 150 ml setiap 3 jam ( 8 x 150 ml) melalui NGT,
dengan kandungan 1,2 kkal/ml (total 1200 ml/hari, dengan total kalori 1440 kkal), dan
mendapat parenteral nutrisi KaEn 1 B (380 ml) + Dextrose 40% (120 ml) + KCL (10 ml),
sebesar 12 tetes/menit, makrodrip (total 1200 ml/hari dengan total kalori 585, 88 kkal). Jadi
klien mendapat total kalori 2025 kkal/hari.

Tabel 1: Hasil pemeriksaan laboratorium pada klien Anak. A.D

No Pemeriksaan Hasil Normal Analisa

1 Darah rutin Hemoglobin 11 mg/dl 13-18 mg/dl Rendah

Hematokrit 32,6% 40-52% Rendah

Eritrosit 3,88 juta/uL 4.3-6 juta/uL Rendah

Trombosit 7000/ul 150.rb-480rb/uL Rendah

Leukosit 250/uL 4500-13500/uL Rendah

Retikulosit 0,8 0,5-1.5% Normal

MCV 84 80-96 fl Normal

MCH 28,4 27-32 pg Normal

MCHC 33,7 32-36 g/dl Normal

2 Hitung jenis Basofil 0 0-1% Normal


leukosit Eosinofil 0 1-3% Rendah

Netrofil 4 52-76% Rendah

Limfosit 96 20-40% Tinggi

Monosit 0 2-8% Rendah

LED 105 0-20 Tinggi


Terapi medis yang diberikan pada klien adalah sebagai berikut:

No Nama obat Dosis Rute Jadwal


1 Amikasin 550 mg Intravena 1x, Pkl 20.00

2 Ceftazidime 1,5 gram Intravena 3x, Pkl 20.00, 06.00, 14.00

2 Farmadol 400 mg Intravena Kalau perlu

3 Asam folat 1 mg Per oral 1x, Pkl.06.00

6 Zinc 20 mg Per oral 1x, Pkl. 20.00

7 Alloclair 20 ml Kumur 2x, pagi dan malam

● Learning Objective
1. Mahasiswa mampu mendefinisikan Mukositis Oral
2. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala Mukositis Oral
3. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Mukositis Oral

- Patofisiologi mukositis oral

Proses terjadinya mukositis oral terdiri dari 5 fase. Pada fase awal atau inisiasi terjadi kontak
antara agen kemoterapi dengan sel mukosa yang terdapat radikal bebas. Kemudian terjadi
fase transkripsi dari nuclear factor kappaB yang mengaktifkan mediator proinflamatori yaitu
interleukin-1 dan tumor nekrosis faktor (TNF-alpha). IL-1 beta meningkatkan konsentrasi
agen kemoterapi yang berada pada sel yang terserang dan TNF-alpha menyebabkan
kerusakan jaringan. Kemudian terjadi fase ketiga dimana respon terhadap stimulasi mediator
proinflamatori seperti munculnya peningkatan permeabilitas kapiler yangb dapat
menyebabkan edema di mukosa dan atropi sehingga timbul fase ulserasi. Pada fase ini
muncul lesi dan terjadi kolonisasi bakteri dan organisme patogen lain seperti candida albicans
yang dapat menyebabkan infeksi sekunder. Infeksi sekunder dapat diperparah dengan adanya
neutropenia kolonisasi bakteri yang terbentuk tidak dapat dilawan. Bakteri dapat
mengeluarkan endotoksin yang dapat menstimulasi IL-1 dan TNF-alpha. Pada fase ini akan
muncul keluhan nyeri hebat dan sensasi terbakar pada area mukosa oral. Ulserasi dapat
diperberat oleh adanya mikrotrauma pada saat membuka mulut, makan dan berbicara.
Selanjutnya pada fase penyembuhan muncul proliferasi sel dan reepitelisasi pada ulkus
sehingga mukosa dapat kembali normal. Pada saat perbaikan jaringan akan terjadi
peningkatan leukosit yang dapat mengontrol pertumbuhan bakteri. Fase ini berlangsung 12 –
16 hari dan bergantung pada kecepatan proliferasinya. (Kostler, 2001; Shih et al., 2003;
Naidu et al., 2004; Sonis, 2004; Price & Wilson, 2005; Lalla et al., 2008; Sonis, 2009)

- Patofisiologi mukositis oral pada kasus

Kemoterapi menyebabkan peningkatan imunosupresi sehingga imunitas tubuh menurun dan


leukosit berkurang. Kurangnya leukosit menyebabkan infeksi yang ditandai dengan batuk
berdahak, LED tinggi, limfosit tinggi dan demam dengan suhu 38 derajat C yang
menyebabkan hipertermi. Selain itu infeksi juga dapat menyebabkan mukositis yang dilihat
dari skor OAG sebesar 16. Mukositis menyebabkan nyeri tenggorokan sehingga muncul
masalah gangguan menelan pada pasien. Acute Myeloid Leukemia (AML-M4) disebabkan
oleh hiperplasia myeloid kemudian terjadi blokade maturitas yang menyebabkan
ketidakmampuan sel blast dalam berdiferensiasi sehingga terjadi pelepasan sel blast ke dalam
peredaran darah yang menyebar ke berbagai organ hematopoetik yang menyebabkan
hematopoesis terhambat. Hematopoesis yang terhambat dapat menyebabkan trombosit dan
erotrosit berkurang. Eritrosit yang berkurang menimbulkan menurunnya kadar hematokrit
dan hemoglobin sehingga terjadi anemia dan muncul masalah keletihan. Sedangkan
kurangnya trombosit menyebabkan terjadinya trombositopenia yang ditandai dengan ptekie
sehingga muncul masalah kerusakan integritas kulit. Trombositopenia juga menyebabkan
sariawan yang membuat nafsu makan menurun sehingga intake oral pasien berkurang dan
muncul masalah defisit perawatan diri yaitu makan yang menimbulkan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang ditandai dengan menurunnya berat badan pasien.
Hematopoesis yang terhambat menyebabkan peningkatan leukosit imatur sehingga terjadi
akumulasi dan infiltasi yang menyebabkan timbulnya nyeri akut yang ditandai dengan nadi
120x/menit.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian untuk Mukositis Oral (mencakup alat dan
langkah-langkah.

Pengkajian terstruktur sebagai deteksi awal mukositis adalah Oral Assessment Guide (OAG).
OAG merupakan instrumen pengkajian oral mukositis dengan metode observasi pada delapan
kategori yaitu kemampuan menelan, kondisi bibir, lidah, gigi, selaput lendir, gingiva, tingkat
air liur, dan bau mulut.

Pengkajian tersebut dideskripsikan dalam skala numerik 1 - 3


untuk setiap parameter. Nilai satu (1) jika normal, nilai dua (2) jika
terdapat perubahan sedang dan nilai tiga (3) jika terdapat
perubahan berat. Cara pengkajian OAG ini dilakukan dengan metode
observasi, pemeriksaan visual, palpasi, dan auditory. Penilaian
skor keseluruhan dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai dari
masing-masing parameter pengkajian. Nilai terendah adalah 8 dan
nilai tertinggi adalah 24. Pada interpretasi skor beberapa institusi
dan peneliti kemudian mengkategorikan hasil OAG tersebut dalam
bentuk skala kategorik. Dodd, et al. (2000) mengkategorikan hasil
OAG dalam dua kategori yaitu tidak mukositis jika skor OAG < 10
dan mukositis jika skor OAG ≥ 10. Sedangkan The Royal Children’s
Hospital Australia (2009) mengkategorikan hasil OAG menjadi tiga
level kategori yaitu level 1 (normal oral hygiene) jika skor OAG 8,
level 2 (ringan-sedang) jika skor OAG 9-16 dan level 3
(berat/buruk) jika skor OAG 17-24.

Adapun alat yang harus dipersipakan saat akan melakukan OAG yaitu
● Handscoon
● Sedikit makanan/minuman
● Penlight
● Spatula lidah
● Lembar OAG
● Alat tulis

Langkah - langkah

Parameter Petunjuk Kriteria Penilaian Nilai


Petunjuk
Pengkajian

(1) (2) (3)


Suara Mendengarkan Suara Suara Responden
suara responden normal terdengar sulit
dengan ketika lebih dalam berbicara
mengajak berbicara dan serak berbicara
responden atau atau
berbicara menangis mengeluh
berbicara atau . nyeri, atau
menanyakan tidak
menanyakan mampu
pada orangtua bicara
orangtua bicara sama
apabila apabila sekali.
ada perubahan
suara pada anak

Membran Mengobservasi Membran Membran Membran


Mukosa keadaan mukosa mukosa mukosa
membran berwarna berwarna terdapat
mukosa pada merah berwarna ulserasi
mukosa buccal , muda dan lebih dengan atau
mukosa lembab merah, tanpa
palatum dan terdapat perdarahan
mukosa labial. lapisan
putih tanpa
ada ulserasi

Menelan Menganjurkan Responde Responden Responden


responden n dapat mengataka tidak
untuk menelan menelan n mampu
atau memberi secara kadangkada menelan
sedikit normal, ng merasa sama sekali
makanan/minu tidak ada nyeri saat (sekresi
man dan kesulitan menelan saliva
menganjurkan menelan atau ada terkumpul
anak untuk kesulitan di mulut
menelan saat atau keluar
menelan. melalui
mulut)

Bibir dan Mengobservasi Bibir Bibir Bibir


sudut dan palpasi lembut, kering dan terdapat
bibir mukosa bibir. berwarna pecah- ulserasi atau
merah pecah perdarahan
muda dan
lembab

Lidah Mengobservasi Lidah Papila lidah Lidah


dan palpasi berwarna kurang melepuh,
penampilan pink, terlihat, menggem-
penampilan dan lembab, penampilan bung, atau
papila jaringan dan lidah pecah-
jaringan lidah. papilla berkilat, pecah
Gunakan papilla dengan atau
Gunakan lidah tanpa
penlight agar terlihat kemerahan
lidah terlihat pada lidah.
jelas.

Saliva Observasi Saliva Saliva Tidak ada


konsistensi dan encer kental saliva
kuantitas saliva.
Masukkan
spatula lidah
diantara lidah
dan bagian
bawah mulut
responden.

Gingiva Menekan Gingiva Gingiva Gingiva


bagian gingival berwarna bengkak, terdapat
dengan ujung merah dengan atau perdarahan
spatula lidah muda dan tanpa spontan atau
dan gunakan kokoh, kemerahan perdarahan
penlight untuk gusi tidak perdarahan
menyinari bengkak. jika ditekan
rongga mulut,
perhatikan
perhatikan
penampilan
penampilan
jaringan
gingival

Gigi Mengobservasi Gigi Gigi Gigi


keadaan gigi bersih terdapat terdapat
responden dan tidak plak pada plak dan
ada area yang debris
debris terlokalisir disepanjang
diantara garis gigi.
gigi

Total
Nilai

Sumber : Diadaptasi dari Oral Assessment Guide (OAG) oleh Eilers, Berger dan Petersen
(1988); Dodd (2004); Eilers (2004). Translated & validated by Ikeu nurhidayah

5. Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan (symptom management) pada klien


dengan mukositis oral dari kasus di atas (dua masalah utama)
Pasien di dalam kasus terdiagnosis AML-M4 berdasarkan pemeriksaan BMP dan
sedang menjalani terapi kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara sistemik dan
menyebabkan mukositis akut. Mukositis yang diinduksi kemoterapi biasanya
berkembang dalam 4-7 hari setelah inisiasi pengobatan dan puncak dalam 2 minggu.
Menurut Raber pada tahun (2010) Variabel pengobatan yang dapat mempengaruhi
prevalensi dan tingkat keparahan mukosaitis termasuk jenis, dosis, dan jadwal
sistemik obat sitotoksik, dosis radiasi dan lapangan, dan bersamaan penggunaan
kemoterapi dan radiasi. Pasien yang memiliki dosis kemoterapi yang tinggi cenderung
memiliki mukositis yang parah sehingga dapat menyebabkan keparahan nyeri dan
mempengaruhi pasien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairannya (Sonis,
2010). Untuk itu dua masalah utama yang penting untuk segera ditangani
diantaranya:
a. Nyeri akut
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri mukositis oral akibat
kemoterapi menurut Multinational Association of Supportive Care in Cancer and
International Society for Oral Oncology (MASCC/ ISOO) dapat dilakukan dengan
cara:
1) Melakukan perawatan oral dasar dan praktik klinis yang baik
Evaluasi protokol perawatan oral, dan pendidikan pasien dan staf dalam
menggunakan protokol tersebut untuk mengurangi tingkat keparahan mukosaitis oral
dari kemoterapi dan / atau terapi radiasi. Sebagai bagian dari protokol, disarankan
penggunaan sikat gigi lunak yang diganti psecara teratur. Unsur-unsur praktik klinis
yang baik harus mencakup penggunaan alat yang divalidasi untuk secara teratur
menilai nyeri mulut dan kesehatan rongga mulut.
Direkomendasikan penggunaan analgesia dengan morfin sebagai pengobatan pilihan
untuk nyeri mukositis oral pada pasien yang menjalani batang hematopoietik
transplantasi sel (HSCT). Penilaian nyeri oral reguler menggunakan instrumen yang
divalidasi untuk pelaporan diri sangat penting
2) Tidak menggunakan obat kumur GM-CSF pada pasien mukosaitis oral pada
yang menjalani HSCT. Penggunaan NaCl 0,9% sebagai larutan kumur dikarenakan
memiliki toksisitas minimal yang dapat menjaga higiene mulut dan memberi
kenyamanan.
3) Terapi laser tingkat rendah (LLLT) untuk mengurangi rasa sakit terkait pada
pasien yang menerima dosis tinggi kemoterapi atau chemoradiotherapy

Perawatan mulut dapat mengurangi kolonisasi mikroorganisme rongga mulut,


mengurangi nyeri, serta mencegah infeksi jaringan lunak rongga mulut yang berisiko
menjadi infeksi sistemik. Adapun komponen dasar protokol perawatan mulut menurut
Hasibuan dkk. (2019) yang digunakan di RSUP. H. Adam Malik, Medan, Indonesia
diantaranya:
1) Bagi Klinisi
a) Kolaborasi dengan tim multidisiplin pada semua fase terapi
b) Penilaian sistematis setiap hari atau setiap kunjungan. Pada pasien rawat jalan,
harus diajarkan cara penilaian kondisi mulut setiap hari. Memberitahu pasien
mengenai kondisi mulut yang harus dilaporkan ke dokter.
c) Memberi instruksi dan edukasi tertulis cara perawatan mulut. Pastikan pasien
sudah memahaminya dengan meminta pasien menjelaskan dan mencontohkan
kembali cara perawatan mulut.
2) Bagi Pasien
a) Menyikat semua permukaan gigi minimal selama 2 menit, dua kali sehari,
menggunakan sikat gigi dengan bulu sikat lembut. Menyikat dengan gerakan memutar
dan membentuk sudut 45 derajat terhadap permukaan gigi. Keringkan sikat gigi
sebelum disimpan dan ganti sikat gigi secara berkala.
b) Melakukan flossing minimal sekali sehari atau sesuai anjuran. Hati-hati pada
pasien dengan jumlah trombosit < 50.000/ µL dan/atau jumlah leukosit <1.000/µL.
c) Berkumur empat kali sehari, selama 30 detik, dengan larutan kumur yang
tidak mengiritasi.
d) Menghindari makanan keras dan iritatif.
e) Menggunakan pelembap bibir berbahan dasar air dan menjaga kecukupan
cairan tubuh.
b. Gizi dukungan
Dalam rencana asuhan keperawatan pada kasus asupan nutrisi direncanakan 2/3
didapat dari oral dan 1/3 didapat dari parenteral. Pemberian nutrisi pada klien adalah:
diet makanan cair 150 ml setiap 3 jam ( 8 x 150 ml) melalui NGT, dengan kandungan
1,2 kkal/ml (total 1200 ml/hari, dengan total kalori 1440 kkal), dan mendapat
parenteral nutrisi KaEn 1 B (380 ml) + Dextrose 40% (120 ml) + KCL (10 ml),
sebesar 12 tetes/menit, makrodrip (total 1200 ml/hari dengan total kalori 585, 88
kkal). Jadi klien mendapat total kalori 2025 kkal/hari.
Jika menggunakan perhitungan kebutuhan kalori pada pasien diasumsikan jarang
berolahraga maka kebutuhan kalori pasien sekitar 1287.30 kkal

6. Mahasiswa mampu merumuskan dan menjelaskan diagnosa keperawatan berdasarkan


kasus di atas

No Analisis Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DO : AML-M4 Nyeri akut


- nadi 120x/menit ↓
- Suhu 38°C Hiperplasia myeloid
- OAG 16 ↓
- Hemoglobin : 11 mg/dl Ketidakmampuan diferensiasi sel
- Hematokrit : 32,6% blast
- Eritrosit : 3,88 juta/uL ↓
- Trombosit : 7000/ul
Pelepasan sel blast ke peredaran
- Leukosit : 250/uL
darah

DS : Hematopoiesis terhambat
- Demam naik turun ↓
- nyeri tenggorokan Leukosit imatur meningkat
- nyeri menelan hingga ↓
klien tidak mau makan
Inflamasi

Nyeri akut

2. DO : AML-M4 Keletihan
- nadi 120x/menit ↓
- Suhu 38°C,(demam) Hiperplasia myeloid
- Intake oral berkurang ↓
- Hemoglobin : 11 mg/dl Ketidakmampuan diferensiasi sel
- Hematokrit : 32,6% blast
- Eritrosit : 3,88 juta/uL ↓
- Trombosit : 7000/ul
Pelepasan sel blast ke peredaran
- Leukosit : 250/uL
darah

DS : - Hematopoiesis terhambat

Eritrosit berkurang

Anemia

Keletihan

3. DO : AML-M4 Kerusakan integritas kulit


- ptekie di area abdomen ↓
yang meluas ke tungkai Hiperplasia myeloid
- OAG 16 ↓
- Eritrosit : 3,88 juta/uL Ketidakmampuan diferensiasi sel
- Trombosit : 7000/ul blast
- Leukosit : 250/uL ↓
DS : - Pelepasan sel blast ke peredaran
darah

Hematopoiesis terhambat

Trombosit berkurang

Trombositopenia

Ptekie

Kerusakan integritas kulit
4. DO : AML-M4 Defisit perawatan diri :
- BB/U : 36/52 x 100 % ↓ makan
= 70 % Hiperplasia myeloid
- OAG 16 ↓
- Intake oral berkurang Ketidakmampuan diferensiasi sel
- Leukosit : 250/uL blast

DS : Pelepasan sel blast ke peredaran
- nyeri tenggorokan darah
- sariawan dan ↓
- nyeri menelan hingga Hematopoiesis terhambat
klien tidak mau makan, ↓
- klien hanya mau
Trombosit berkurang
minum air putih.

- nafsu makan berkurang
Sariawan

Sulit menelan

Intake oral berkurang

Defisit perawatan diri : makan

5. DO : AML-M4 Hipertermi
- nadi 120x/menit ↓
- Suhu 38°C Hiperplasia myeloid
- Hemoglobin : 11 mg/dl ↓
- Hematokrit : 32,6% Ketidakmampuan diferensiasi sel
- Eritrosit : 3,88 juta/uL blast
- Trombosit : 7000/ul ↓
- Leukosit : 250/uL
Pelepasan sel blast ke peredaran
darah
DS : ↓
- Demam naik turun Hematopoiesis terhambat

Leukosit normal berkurang

Demam

Hipertermi

5. DO : AML-M4 Gangguan menelan


- BB/U : 36/52 x 100 % ↓
= 70 % Hiperplasia myeloid
- OAG 16 ↓
- Intake oral berkurang Ketidakmampuan diferensiasi sel
- Leukosit : 250/uL blast

DS : Pelepasan sel blast ke peredaran
- nyeri tenggorokan darah
- sariawan dan ↓
- nyeri menelan Hematopoiesis terhambat

Leukosit normal berkurang

Mukositis

Sulit menelan

Gangguan menelan

6. DO : AML-M4 Ketidakseimbangan nutrisi :


- BB/U : 36/52 x 100 % ↓ kurang dari kebutuhan
= 70 % Hiperplasia myeloid tubuh
- OAG 16 ↓
- Intake oral berkurang Ketidakmampuan diferensiasi sel
- Leukosit : 250/uL blast
DS : ↓
- nyeri tenggorokan Pelepasan sel blast ke peredaran
- sariawan darah
- nyeri menelan hingga ↓
klien tidak mau makan Hematopoiesis terhambat
- klien hanya mau ↓
minum air putih.
Trombosit berkurang
- nafsu makan berkurang

Sariawan

Sulit menelan

Intake oral berkurang

BB berkurang

Ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik


2. Kelelahan b.d malnutrisi
3. Kerusakan integritas kulit b.d imunodefisiensi
4. Defisit perawatan diri : makan b.d nyeri
5. Hipertermi b.d penyakit
6. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan diet kurang

7. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan berdasarkan kasus di atas

Diagnosa Tujuan Intervensi

Nyeri Akut Setelah dilakuka 1. Lakukan


intervensi pengkajian nyeri
keperawatan tingkat secara
nyeri akut menurun,
menyeluruh
dengan kriteria hasil:
- Keluhan nyeri 2. Identifikasi
menurun respon nyeri
- Nafsu makan nonverbal dari
membaik ketidaknyamana
- Apalagi sih n terhadap nyeri
3. Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan,
dan kebisingan
4. Ajarkan pasien
untuk melakukan
terapi non-
farmakologi
untuk
mengurangi rasa
nyeri
5. Kolaborasi
pemberian
analgetik

Keletihan Setelah dilakukan Utama : Manajemen


intervensi Energi
keperawatan tingkat 1. Lakukan
keletihan menurun, latihan
dengan kriteria hasil: rentang gerak
- energi pasif dan
meningkat aktif
- Kemampuan 2. Berikan
melakukan aktivitas
aktivitas rutin distraksi
meningkat yang
menenangkn
3. Anjurkan
melakukan
aktivitas
bertahap
4. Anjurkan
tirah baring

Kerusakan integritas kulit b.d Setelah dilakukan 1. Perawatan


efek samping terapi radiasi tindakan keperawatan integritas kulit
d.d kerusakan mukosa dan selama …., maka 2. Perawatan luka
kemerahan integritas kulit dan 3. Manajemen
jaringan meningkat nyeri
dengan kriteria hasil: 4. Kolaborasi
- Kerusakan pemberian obat
jaringan intravena
menurun 5. Anjurkan
- Nyeri menurun menggunakan
- Hidrasi pelembab dan
meningkat tabir surya
- Perfusi dengan SPF
meningkat minimal 30
6. Berikan buah
dan sayur sesuai
kebutuhan pasien

Hipertermi
Termoregulasi Fever treatment

Setelah diberikan 1. Kolaborasi


tindakan keperawatan, pemberian
termoregulasi pasien anti piretik
baik dengan kriteria
2. Kolaborasi
hasil:
pemberian
1. Suhu tubuh cairan
dalam rentang intravena
normal 3. Monitor
2. Nadi dan RR warna dan
dalam rentang suhu kulit
normal 4. Monitor
3. Tidak ada tekanan
perubahan darah, nadi
warna kulit dan RR
dan tidak ada 5. Lakukan
pusing tapid sponge

Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan 1. Timbang BB tiap


kurang dari kebutuhan tubuh tindakan keperawatan hari
selama 14x24 jam, 2. Monitor intake
maka kebutuhan dan output
nutrisi terpenuhi 3. Hindari makanan
dengan kriteria hasil: buah-buahan dan
hindari diet
- BB klien normal tinggi serat
- Nafsu makan 4. Lakukan
meningkat kebersihan mulut
setiap habis
makan
5. Kolaborasi
dengan ahli gizi

Gangguan menelan

Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan 1. Timbang BB tiap


kurang dari kebutuhan tubuh tindakan keperawatan hari 1.
selama 14x24 jam, 2. Monitor intake
maka kebutuhan dan output
nutrisi terpenuhi 3. Hindari makanan
dengan kriteria hasil: buah-buahan dan
hindari diet
- BB klien normal tinggi serat
- Nafsu makan 4. Lakukan
meningkat kebersihan mulut
setiap habis
makan
5. Kolaborasi
dengan ahli gizi

Daftar Pustaka
Ladesvita, F., Waluyo, A., & Yona, S. (2020). Penerapan Oral Assessment Guide (Oag)
Pada Pasien Kanker Dengan Kemoterapi. Jurnal Keperawatan Widya Gantari
Indonesia, 4(2), 72–79.

Anggraeni, D. T., & Rosaline, M. D. (2020). Studi Literatur : Update Pelaksanaan Oral
Care Pada Pasien Yang Terpasang Ventilasi Mekanik Di Ruang Icu. Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 4(1), 9–20.

Roslitha Haryani, Rinnelya Agustien, J. (2015). Hubungan Antara Oral Higiene dengan
Tanda Infeksi Perubahan Suhu Tubuh di Ruang PICU Rumah Sakit Umum Daerah
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Athar Journal, 8(1), 8–12.

Anda mungkin juga menyukai