Lo Palma
Lo Palma
Skenario Kasus
Anak A.D, jenis kelamin perempuan, umur 14 tahun, masuk ke RS dengan keluhan
demam. Demam naik turun dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, dengan suhu
tertinggi 38.6°C. Klien juga mengeluh batuk berdahak dan nyeri tenggorokan. Keluhan pilek
disangkal klien. Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit klien juga mengeluh sariawan dan
nyeri menelan hingga klien tidak mau makan, klien hanya mau minum air putih. Pada saat
masuk ke RS tampak bintik-bintik merah (ptekie) di area abdomen yang meluas ke tungkai.
Hasil Pengkajian
Hasil pengkajian status nutrisi klien menunjukkan bahwa berat badan klien 36 kg, tinggi
badan 151 cm. Berikut ini disajikan pengkategorian status nutrisi pada klien A.D:
Hasil pengkajian Berat badan 36 kg, tinggi badan 151 cm, lingkar lengan atas 16
cm, berat badan ideal 41,1 kg, lingkar lengan ideal 25,2 cm, BMI
= 16
Pada saat dikaji klien mengalami mukositis, dengan skala OAG 16, termasuk ke
dalam mukositis kategori sedang, keluhan mual dan muntah tidak ada. Klien masih menolak
makan dengan alasan sakit menelan dan sariawan, nafsu makan berkurang. Intake oral
berkurang karena mengalami mukositis sedang, nyeri menelan, penurunan nafsu makan,
Asupan nutrisi direncanakan 2/3 didapat dari oral dan 1/3 didapat dari parenteral. Pemberian
nutrisi pada klien adalah: diet makanan cair 150 ml setiap 3 jam ( 8 x 150 ml) melalui NGT,
dengan kandungan 1,2 kkal/ml (total 1200 ml/hari, dengan total kalori 1440 kkal), dan
mendapat parenteral nutrisi KaEn 1 B (380 ml) + Dextrose 40% (120 ml) + KCL (10 ml),
sebesar 12 tetes/menit, makrodrip (total 1200 ml/hari dengan total kalori 585, 88 kkal). Jadi
klien mendapat total kalori 2025 kkal/hari.
● Learning Objective
1. Mahasiswa mampu mendefinisikan Mukositis Oral
2. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala Mukositis Oral
3. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Mukositis Oral
Proses terjadinya mukositis oral terdiri dari 5 fase. Pada fase awal atau inisiasi terjadi kontak
antara agen kemoterapi dengan sel mukosa yang terdapat radikal bebas. Kemudian terjadi
fase transkripsi dari nuclear factor kappaB yang mengaktifkan mediator proinflamatori yaitu
interleukin-1 dan tumor nekrosis faktor (TNF-alpha). IL-1 beta meningkatkan konsentrasi
agen kemoterapi yang berada pada sel yang terserang dan TNF-alpha menyebabkan
kerusakan jaringan. Kemudian terjadi fase ketiga dimana respon terhadap stimulasi mediator
proinflamatori seperti munculnya peningkatan permeabilitas kapiler yangb dapat
menyebabkan edema di mukosa dan atropi sehingga timbul fase ulserasi. Pada fase ini
muncul lesi dan terjadi kolonisasi bakteri dan organisme patogen lain seperti candida albicans
yang dapat menyebabkan infeksi sekunder. Infeksi sekunder dapat diperparah dengan adanya
neutropenia kolonisasi bakteri yang terbentuk tidak dapat dilawan. Bakteri dapat
mengeluarkan endotoksin yang dapat menstimulasi IL-1 dan TNF-alpha. Pada fase ini akan
muncul keluhan nyeri hebat dan sensasi terbakar pada area mukosa oral. Ulserasi dapat
diperberat oleh adanya mikrotrauma pada saat membuka mulut, makan dan berbicara.
Selanjutnya pada fase penyembuhan muncul proliferasi sel dan reepitelisasi pada ulkus
sehingga mukosa dapat kembali normal. Pada saat perbaikan jaringan akan terjadi
peningkatan leukosit yang dapat mengontrol pertumbuhan bakteri. Fase ini berlangsung 12 –
16 hari dan bergantung pada kecepatan proliferasinya. (Kostler, 2001; Shih et al., 2003;
Naidu et al., 2004; Sonis, 2004; Price & Wilson, 2005; Lalla et al., 2008; Sonis, 2009)
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian untuk Mukositis Oral (mencakup alat dan
langkah-langkah.
Pengkajian terstruktur sebagai deteksi awal mukositis adalah Oral Assessment Guide (OAG).
OAG merupakan instrumen pengkajian oral mukositis dengan metode observasi pada delapan
kategori yaitu kemampuan menelan, kondisi bibir, lidah, gigi, selaput lendir, gingiva, tingkat
air liur, dan bau mulut.
Adapun alat yang harus dipersipakan saat akan melakukan OAG yaitu
● Handscoon
● Sedikit makanan/minuman
● Penlight
● Spatula lidah
● Lembar OAG
● Alat tulis
Langkah - langkah
Total
Nilai
Sumber : Diadaptasi dari Oral Assessment Guide (OAG) oleh Eilers, Berger dan Petersen
(1988); Dodd (2004); Eilers (2004). Translated & validated by Ikeu nurhidayah
2. DO : AML-M4 Keletihan
- nadi 120x/menit ↓
- Suhu 38°C,(demam) Hiperplasia myeloid
- Intake oral berkurang ↓
- Hemoglobin : 11 mg/dl Ketidakmampuan diferensiasi sel
- Hematokrit : 32,6% blast
- Eritrosit : 3,88 juta/uL ↓
- Trombosit : 7000/ul
Pelepasan sel blast ke peredaran
- Leukosit : 250/uL
darah
↓
DS : - Hematopoiesis terhambat
↓
Eritrosit berkurang
↓
Anemia
↓
Keletihan
5. DO : AML-M4 Hipertermi
- nadi 120x/menit ↓
- Suhu 38°C Hiperplasia myeloid
- Hemoglobin : 11 mg/dl ↓
- Hematokrit : 32,6% Ketidakmampuan diferensiasi sel
- Eritrosit : 3,88 juta/uL blast
- Trombosit : 7000/ul ↓
- Leukosit : 250/uL
Pelepasan sel blast ke peredaran
darah
DS : ↓
- Demam naik turun Hematopoiesis terhambat
↓
Leukosit normal berkurang
↓
Demam
↓
Hipertermi
Diagnosa Keperawatan
Hipertermi
Termoregulasi Fever treatment
Gangguan menelan
Daftar Pustaka
Ladesvita, F., Waluyo, A., & Yona, S. (2020). Penerapan Oral Assessment Guide (Oag)
Pada Pasien Kanker Dengan Kemoterapi. Jurnal Keperawatan Widya Gantari
Indonesia, 4(2), 72–79.
Anggraeni, D. T., & Rosaline, M. D. (2020). Studi Literatur : Update Pelaksanaan Oral
Care Pada Pasien Yang Terpasang Ventilasi Mekanik Di Ruang Icu. Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 4(1), 9–20.
Roslitha Haryani, Rinnelya Agustien, J. (2015). Hubungan Antara Oral Higiene dengan
Tanda Infeksi Perubahan Suhu Tubuh di Ruang PICU Rumah Sakit Umum Daerah
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Athar Journal, 8(1), 8–12.