Anda di halaman 1dari 6

1. Definisi Callus dan Asam folat?

Callus adalah obat dengan kandungan salysilic acid, lactic acid, sebagai anti bakteri dan
membantu mengurangi inflamasi serta sebum pada kulit, serta merangsang pembentukan kulit
sehat sekaligus meningkatkan penyerapan air sehingga kaki terasa lembut dan halus.

Asam folat adalah salah satu vitamin, termasuk dalam kelompok vitamin B, merupakan
salah satu unsur penting dalam sintesis DNA (deoxyribo nucleic acid). Unsur ini diperlukan
sebagai koenzim dalam sintesis pirimidin. Kebutuhan meningkat pada saat terjadi peningkatan
pembentukan sel seperti pada kehamilan, keganasan dan bayi prematur

2. Definisi N-asetil sistein?


N-asetil sistein merupakan salah satu obat golongan mukolitik yang diindikasikan untuk
pasien yang kesulitan untuk mengeluarkan sekret. Pada kasus diketahui bahwa pasien mengeluh
batuk berdahak, jadi obat ini digunakan untuk mengencerkan dahak.
Indikasi dari obat ini adalah terapi hipersekresi mukus kental dan tebal pada saluran
pernapasan. Sedangkan kontraindikasi dari obat ini adalah pasien yang hipersensitif terhadap N-
asetil sistein.
Efek samping
Pada Penggunaan sistemik akan menimbulkan reaksi hipersensitif seperti urtikaria dan
bronkospasme (jarang terjadi). Pada penggunaan aerosol menyebabkan iritasi nasofaringeal dan
saluran cerna seperti flu, stomatitis, mual, muntah.
3. Definisi INR dan APTT?
International Ratio Normalized (INR) adalah kalkulasi berdasarkan hasil PT (Prothrombin Time)
dan digunakan untuk memantau individu yang dirawat dengan obat pengencer darah
(antikoagulan) warfarin (Coumadin). PT dan INR digunakan untuk memantau keefektifan
warfarin antikoagulan.

APTT ( Activated Partial Thromboplastin Time ), Untuk memantau aktivitas faktor koagulasi
Intrinsik antara lain F VIII,IX,XI,XII, termasuk Prekallikrein ( Contact Factor) dan High
Molecular Weight Kininogen (HMWK). Pemanjangan APTT menunjukkan adanya kekurangan 1
atau lebih faktor koagulasi ( Mis : Hemofilia A kekurangan F VIII ) , inhibitor koagulasi seperti
heparin, lupus anticoagulant, non specific inhibitor seperti monoclonal immunoglobulin atau
specific coagulation factor inhibitor. Dapat digunakan juga untuk deteksi Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC).
Pemeriksaan penujunga adakah gangguan proses pembekuan darah yang terjadi

4. Interpretasi hasil pemeriksaan diagnostik?


Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah

1. Hemoglobin 11,6g/dl, nilai rujukannya 12-16, dapat disimpulkan nilai Hb pada


pasien rendah. Hal ini disebabkan karena antibodi antieritrosit yang berperan
dalam patogenesis SLE menyerang sistem hematologi atau sistem lain yang
berhubungan dengan eritropoiesis seperti ginjal. penurunan kadar oksigen di
dalam darah membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik, membuat jantung
bekerja lebih keras dalam mengedarkan darah ke seluruh tubuh dan kadar oksigen
yang sampai ke jaringan otot kurang, sehingga menyebabkan pasien lelah/lemas.
selain itu juga laju pernapasan meningkat karena tubuh berusaha mendapatkan
lebih banyak oksigen menyebabkan pasien sesak nafas.

2. Leukosit 2.200 /µL, nilai rujukannya 4.500-11.000. Rendahnya nilai leukosit pada
pasien SLE terjadi akibat mekanisme imun, pengobatan ( mis siklophosphamide
atau azathioprine, disfungsi sumsum tulang, atau hipersplenisme. fungsi utama
leukosit sebagai sistem pertahanan tubuh, sehingga ketika jumlah sel darah putih
menurun, maka kemampuan seseorang untuk melawan infeksi dan penyakit juga
akan menurun sehingga lebih rentan atau lebih mudah terserang penyakit.
3. Hematokrit 34%, nilai rujukan 35-47%. Rendahnya nilai hematokrit diikuti
dengan rendahnya nilai Hb, yang berhubungan dengan penurunan produksi sel
darah merah karena disfungsi sumsum tulang belakang.
4. Eritrosit 4,07 Juta/ µL norma, nilau rujukan 3,6-5,8
5. Indeks eritrosit normal : MCV 83,3 (nilai rujukan 80-100) MCH 27,0 (nilai
rujukan 26-34) MCHC 32,4 (nilai rujukan 32-34
6. Trombosit 50.000, nilai rujukannya 15.000-45.000. Kurangnya kandungan
trombosit di dalam darah (trombositopenia) meningkatkan resiko terjadinya
perdarahan. Sehingga pasien mengalami pendarahan dari hidung dan gusi
7. Jenis leukosit
8. PT-INR normal : masa protombin 10,5 (nilai rujukan 9,1-13,1) INR 0,97 (nilai rujukan
0,84-1,16) APTT 28,4 (nlai rujukan 11,5-31,5)

Kimia Klinik
1. Natrium = 132 turun mungkin karena efek demam menyebabkan pengeluaran natrium
(Normal : 135) pemeriksaan natrium untuk mengetahui keseimbangan elektrolit, cairan
dalam tubuh serta mengatur kontraksi otot. Dalam kasus ini hasil dari pasien natrium nya
dibawah nilai normal maka ini bisa dikatakan hiponatremia.
2. Kalium = 3,7 masih dalam batas normal (Normal 3,6 – 5,5)
sama hal nya dengan natrium kalium juga mempengaruhi otot dalam tubuh
3. Kalsium bebas = 4,90 masih dalam batas normal (Normal 4,7 – 5,2) kalium merupakan
zat elektrolit yang memiliki peran untuk fungsi otot dan saraf.
Pemeriksaan kimia ini secara keseluruhan berguna untuk mengetahui
keseimbangan cairan elektrolit pada pasien, lalu untuk memeriksa juga apakah fungsi
ginjal berfungsi atau terdampak dari SLE ini. Dan juga karena dalam data pasien
mengalami pergerakan ROM kedua ekstremitas terbatas jadi melihat apakah ini
berhubungan dengan kadar natrium, kalium dan kalsium nya.

ANA Test
Anti Nuclear Antibody (ANA) metode Indirect Immunofluorescence (IF)
merupakan suatu metode pemeriksaan untuk skrining autoantibodi terhadap
nukleus. Sampel serum yang mengandung autoantibodi tertentu akan bereaksi
dengan substrat yang mengandung antigen spesifik. Reaksi antigen-antibodi
ditunjukkan oleh adanya pola fluoresensi spesifik yang dapat diamati dengan
mikroskop fluoresens. Pola fluoresensi yang spesifik berguna untuk mengarahkan
pada penyakit autoimun tertentu. ANA test adalah pemeriksaan laboratorium yang
paling sensitif untuk mendeteksi penyakit SLE, dengan sensitivitas 95%. Pada
kasus hasil pemeriksaan ANA test menunjukan positif, maka pasien memiliki
penyakit autoimun / gangguan imun dapat diartikan bahwa pasien benar mengidap
SLE

Martioso , P. (2006). Perbandingan Hasil Pemeriksaan Antinuclear Antibodies dengan


Metode Imunofluoresens dan Metode Elisa pada Penderita Tersangka Systemic
Lupus Erythematosus pada Penderita Tersangka Systemic Lupus Erythematosus.
JKM, 16-23.

Ratnadi, P., Suega, K., & Rena, N. (t.thn.). HUBUNGAN ANTARA KADAR
HEMOGLOBIN DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT PASIEN
SYSTEMIC LUPUS ERITHEMATOSUS DI RSUP SANGLAH. 1-13..

5. Patofisiologi kasus ini?

6. Asuhan keperawatan?

Gais bantuin nyusun askep


1. Gangguan citra tubuh b.d lesi discoid, purpura
Intervensi utama : promosi citra tubuh, promosi koping
Intervensi pendukung : edukasi perawatan diri, edukasi teknik adaptasi, kontrak
prilaku positif,manajemen stress, promosi kepercayaan diri,

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya keluhan batuk berdahak

Intervensi : Pemantauan respirasi Manajemen jalan nafas


Dukungan kepatuhan program respirasi

3. Intoleran aktivitas b.d keterbatasan gerak pada kaki dan tangan


Intervensi Utama : manajemen energi, terapi aktivitas
Intervensi pendukung : edukasi latihan fisik, terapi relaksasi otot progresif

4. Resiko perdarahan b.d penurunan kadar trombosit


Intervensi utama : pencegahan perdarahan
Intervensi pendukung : identifikasi risiko, manajemen medikasi

Di buku sdki aku halaman resiko perdarahan hilang halamannya jadi ga bisa isi maapin….
Intervensi keperawatan
● Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi discoid
Intervensi utama :
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor kulit dan membran mukosa pada area yang memar atau mengalami
kerusakan
- Monitor ruam dan abrasi pada kulit
- Monitor terjadinya infeksiIntervenai
- Dokumentasikan perubahan membran mukosa dan kulit
- Instruksikan keluarga tentang tanda kerusakan kulit
- Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor,sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi
dan amati perubahan
Intervensi pendukung
- instruksikan dalam hygiene kulit, misalnya membasuh kemudian
mengeringkannya dengan berhati-hati dan melakukan masase dengan
menggunakan lotion atau krim.
- Bersihkan kulit dengan sabun antibakteri
- Jaga kasur tetap bersih, kering, dan rapi
-
8
● Intoleran aktivitas b.d keterbatasan gerak pada kaki dan tangan
Intervensi Utama : manajemen energi, terapi aktivitas
Intervensi pendukung : edukasi latihan fisik, terapi relaksasi otot progresif

● Ketidakefektifan pola napas b.d rasa sesak yang timbul


Intervensi utama : manajemen jalan napas, pemantauan respirasi
Intervensi pendukung : pengaturan posisi, stabilisasi jalan nafas

7. MENGAPA PENDERITA SLE dapat MENGELUH SESAK

Karena kurangnya suplai O2. Pada Kasus ini dilihat dari konsentrasi eritrosit itu normal, hanya
saja dari Hb dan hematokrit sedikit kurang yang berhubungan dengan penurunan produksi sel
darah merah karena disfungsi sumsum tulang belakang. Jika fungsi sel darah merah
sebagai pengikat oksigen menurun maka terjadi penurunan kadar oksigen di dalam darah
yang membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik, membuat jantung bekerja lebih
keras dalam mengedarkan darah ke seluruh tubuh dan kadar oksigen yang sampai ke
jaringan otot kurang, sehingga menyebabkan pasien lelah/lemas. selain itu juga laju
pernapasan meningkat karena tubuh berusaha mendapatkan lebih banyak oksigen
menyebabkan pasien sesak nafas.

8. Mengapa Trombosit dan limfosit pasien menunjukkan penurunan?


Pada SLE tubuh itu mempunyai sistem imun yang kacau, antibodi yang dihasilkan tidak lagi
melawan antigen di tubuh tetapi melawan sel-selnya sendiri, salah dua yang terdampak adalah
trombosit dan limfosit. Yang mana antibodi yang dihasilkan menyebabkan
destruksi/pemecahan/penghancuran pada kedua sel tersebut. Patogenesis dari kurangnya limfosit
ini masih belum diketahui, tapi dipercaya terdapat sebuah antibodi yang bernama anti-limfosit
yang mana merupakan kelompok autoantibodi yang memiliki kemampuan melisiskan (lisis itu
artinya pecah/rusak) limfosit.
Penyebab kurangnya trombosit sendiri ada 3 yaitu kegagalan produksi yang disebabkan oleh
penyakit, distribusi yang abnormal, dan destruksi besar-besaran.
Trombositopenia efek samping obat

9. Mengapa banyak masalah di kulit pasien (ex.butterfly)?


Butterfly rash dapat dipicu oleh beberapa hal, semisalnya paparan sinar matahari, dan juga
pengaruh penggunaan obat. Berdasarkan kasus, pasien tersebut pernah diberikan terpai
pengobatan kloroquin, salah satu efek samping dari mengonsumsi kloroquin adalah
meningkatkan sensitifitas terhadap paparan matahari sehingga biasanya pasien yg menerima
pengobatan kloroquin disarankan untuk menggunakan tabir surya agar risiko munculnya butterfly
rash bisa berkurang.

10. Apa itu moon face dan apa penyebabnya?


Moon face merupakan kondisi dimana area wajah bengkak secara bertahap hingga
menjadi bulat, hal ini terjadi karena lemak berlebih berkaitan dengan obesitas atau Sindrom
Cushing. Sindrom Cushing merupakan gejala dan tanda klinis akibat adanya peningkatan kadar
glokokortikoid (kortisol) dalam darah. Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap sel sel lemak yang
meningkatkan enzim lipolisis sehingga terjadi hyperlipidemia dan hiperkolesterolemia. Salah
satunya menyebabkan adanya moonface
Pada kasus klien SLE penggunaan obat kortikosteroid atau steroid digunakan untuk
mengatasi nyeri pada berbagai organ tubuh dan penggunaan dosis besar dapat menekan kerja
sistem imun. Seperti dalam kasus klien menggunakan obat golongan kortikosteroid yaitu
Metilprednisolon. Efek samping dalam jangka pendek dari penggunaan obat kortikosteroid
meliputi moon face, timbul jerawat, nyeri ulu hati, nafsu makan meningkat, BB bertambah, dan
perubahan suasana hati. Sedangkan dalam jangka panjang menimbulkan mudahnya mengalami
memar, kulit dan rambut menipis, kelemahan pada otot, infeksi, dan katarak. Efek samping
biasanya akan menghilang setelah penggunaan obat dihentikan.

Referensi :

Akil, N. (2021). LUPUS, Penyakit Seribu Wajah. Retrieved Maret 13, 2021, from Perhimpunan
Reumatologi Indonesia: https://reumatologi.or.id/lupus-penyakit-seribu-wajah/

Putri, J. G., & Wisan, A. B. (2020). Efek Samping Terapi Kortikosteroid Sistemik Jangka
Panjang pada Pasien Lupus Erimatosus Sistemik dan Tatalaksana Dermatologi . Vol. 47
no.2.

Unair, F. (2016). Sindrom Cushing . Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga .


11. Pendidikan kesehatan bagi pasien sesuai kasus

Pendidikan kesehatan yang bisa kita berikan terkait dengan kasus adalah sebagai berikut :

- Edukasi SLE definisi


- Penggunaan sunscreen agar tidak memperparah gejala butterfly rash pada pasien dengan
SPF 30 ++ jika pasien hendak keluar rumah
- Memberitahu kepada pasian untuk menggunakan penutup kepala dan baju yang tertutup
agar kulit pasien tidak terpapar langsung oleh matahari.
- Latihan gerak ROM karena terlihat bahwa otot pasien sangat lemah damn sulit untuk
menggerakan sendi dengan mengeluarkan energi seefketif mungkin sapai pasien dapat
menggerakan sendi dengan normal
- Membuat peer grup support untuk mengajarkan keluhan dan penanganannya.
- Mengecek penglihatan, fungsi renal

Anda mungkin juga menyukai