Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PERCOBAAN V
PEMBIASAN CAHAYA
OLEH
NAMA : SITTI YUNIAR FAHMIANTI FIKI
STAMBUK : A1K1 18 062
JURUSAN : PENDIDIKAN FISIKA
KELAS : TEKNIK ELEKTRONIKA
KELOMPOK : III
ASISTEN : AL ILIYAS TAMSA
A. TUJUAN
B. LANDASAN TEORI
Cahaya merupakan salah satu bidang kajian yang telah lama diteliti
oleh para ilmuwan fisika. Cahaya mempunyai banyak fenomena yang dapat
diteliti dan dikaji oleh para ilmuwan dari masa ke masa. Salah satu fenomena
yang masih diselidiki sampai saat ini adalah fenomena polarisasi cahaya.
Polarisasi cahaya pertama kali ditemukan oleh fisikawan asal Prancis E.
Mallus yang melakukan eksperimen dengan menggunakan bahan dielektrik.
Salah satu ilmuwan yang berhasil menemukan fenomena pada polarisasi
cahaya adalah Brewster. Untuk pertama kali Brewster berhasil menunjukkan
bahwa pantulan cahaya tidak selamanya terpolarisasi secara sempurna dan
pelebaran cahaya terpolarisasi bergantung pada sudut datangnya. Cahaya
menjadi terpolarisasi sempurna pada sudut spesifik dari arah datang yang
ditentukan oleh cahaya pantul yang ditentukan oleh indeks bias kedua sisi
dari batas refleksi. Sudut yang berada pada kondisi tersebut saat ini dikenal
sebagai sudut Brewster. Eksperimen Brewster mengarahkan pada penemuan
dari beberapa teori dasar tentang polarisasi pada cahaya pantul. Dari
eksperimen yang dilakukan oleh Brewster, didapatkan persamaan sebagai
berikut.
n1
tan θ ......................................................................................(5.1)
n2
(Nugraheny, 2018)
Perubahan arah rambat cahaya ketika berpindah dari satu material ke
material lain disebut pembiasan. Karena fenomena pembiasan ini maka benda
lurus yang dimasukkan ke dalam material dengan indeks bias berbeda tampak
patah pada bidang batas dua material. Misalnya, sebuah pensil dimasukkan
dalam air. Indeks bias air lebih besar daripada udara sehingga cahaya yang
berpindah dari udara ke air atau sebaliknya mengalami pembiasan. Akibatnya
pensil tampak patah pada bidang batas dua medium. Berkas cahaya datang
dari medium dengan indeks bias n1 dengan sudut datang θd dan dibiaskan ke
dalam material dengan indeks bias n2 dan sudut bias θb. Dari uraian
sebelumnya kita dapat simpulkan bahwa syarat terjadinya pembiasan adalah
1. Laju cahaya pada kedua medium berbeda.
2. Arah datang cahaya tidak tegak lurus terhadap bidang pembatas kedua
medium.
Hukum Snellius untuk pembiasan cahaya adalah:
n 1 sin θ d n 2 sin θ b ..................................................................................(5.2)
Cahaya datang dari medium dengan indeks bias tinggi ke medium dengan
indeks bias rendah. Sudut bias lebih besar dari pada sudut dating. Jika sudut
datang diperbesar terus maka sudut bias makin besar seperti diilustrasikan
pada Gambar 5.1 berikut.
2. Prosedur Kerja
1. Hasil Pengamatan
a. Data Pengamatan
Diketahui : β = 45°
Ditanyakan: δm........?
Penyelesaian:
1 1
n
sin sin 45
sin m n sin 1
2
45 1
sin m sin 20
2 sin 45
45
sin m 0,483
2
m 45
sin 1 sin 0,483
2
m 45 28,92 2
m 57,84 45
m 12, 84
Diketahui : β= 45°
Ditanyakan : δm…...?
Penyelesaian:
1 1
n
sin β sin 45
δ β
sin m n sin α1
2
δ 45 1
sin m sin 40
2 sin 45
δ 45
sin m 0,9
2
δm 45
sin 1 sin 0,9
2
δm 45 65,37 2
δm 130 ,74 45
δm 85,74
3) Menentukan Sudut Deviasi Prisma Siku- Siku Secara Praktek
45 0
Ditanyakan: δ….?
Penyelesaian:
Y 3
20 50 45
70 45 0
25 0
45 0
Ditanyakan: δ….?
Penyelesaian:
Y 3
40 29 45
69 45 0
24 0
2. Pembahasan
Cahaya merupakan salah satu bidang kajian yang telah lama diteliti
oleh para ilmuwan fisika. Cahaya mempunyai banyak fenomena yang dapat
diteliti dan dikaji oleh para ilmuwan dari masa ke masa. Salah satu fenomena
yang diamati adalah pembiasac cahaya. Perubahan arah rambat cahaya ketika
berpindah dari satu material ke material lain disebut pembiasan. Karena
fenomena pembiasan ini maka benda lurus yang dimasukkan ke dalam
material dengan indeks bias berbeda tampak patah pada bidang tas dua
material. Misalnya, sebuah pensil dimasukkan dalam air (Abdulla, 2017).
Percobaan pertama yang dilakukan adalah menyelidiki hubungan
antara sinar datang, sinar bias, dan garis normal pada bidang batas antar dua
permukaan yaitu udara dan balok kaca ½ lingkaran. Dapat dilihat pada
Gambar 5.7, dimana terlihat bahwa setelah melewati balok kaca, cahaya
tersebut terkumpul di satu titik atau dapat dikatakan dibiaskan mendekati
garis normal, karena cahaya tersebut dibiaskan dari udara ke kaca. Hal ini
sesuai dengan hukum Snellius, yakni jika cahaya merambat dari medium
yang kurang rapat ke medium yang lebih rapat, maka akan dibiaskan
mendekati garis normal begitu pula sebaliknya. Selanjutnya untuk
mengetahui sifat cahaya yang mengalami pemantulan sempurna
menggunakan balok kaca ½ lingkaran dengan cara menggeser posisi cahaya
yang dihasilkan LASER sebagai sumber cahaya yang dilewatkan melalui
balok kaca ½ lingkaran sehingga diperoleh sinar yang tidak dibiaskan, tetapi
dipantulkan seluruhnya oleh permukaan balok kaca setengah lingkaran. Dapat
dilihat pada Gambar 5.8, dimana diperoleh pemantulan total ini pada sudut
membentuk 45˚
Percobaan selanjutnya adalah tentang sudut Brewster. Hukum
Brewster adalah hukum yang terjadi ketika sinar pantul dan sinar bias
membentuk sudut 90˚. Data pengamatan dapat dilihat pada Gambar 5.9,
dimana terlihat bahwa sudut yang terbentuk dari tembakan sinar LASER
sebagai sumber cahaya adalah 90˚. Dengan demikian percobaan hukum
Brewster berhasil karena sesuai dengan hukum Brewster.
Pengamatan terakhir dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat
pembiasan pada prisma siku-siku. Sudut yang digunakan pada pengamatan ini
adalah dengan sudut datang 20˚ dan 40˚. Secara teori, diperoleh sudut deviasi
prisma siku-siku sebesar 12,84˚ untuk sudut datang 20˚. Sedangkan untuk
sudut datang 40˚ diperoleh secara teori sebesar 84,74˚. Sedangkan untuk
sudut datang 20˚ secara praktek, diperoleh sudut deviasi sebesar 25˚, untuk
sudut datang 40˚ diperoleh 24˚. Dari hasil pengamatan dan penentuan sudut
deviasi (δ) secara teori dan secara praktek, terdapat perbedaan nilai yang
sangat jauh. Perbedaan nilai ini dapat disebabkan oleh satu darn lain hal,
diantaranya kurangnya ketelitian saat menentukan sudut datang pada prisma
siku-siku.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Syamsinar. 2015. Pemahaman Konsep Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Palu pada
Materi Pembiasan Cahaya. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT).1(1).
ISSN: 2338 3240
LAMPIRAN