Nalar HMI
Nalar HMI
Dengan meminjam beragam metode analisis dari filsafat Barat mulai dari
hermeneutika, strukturalisme, postrukturalisme, semiotika, filsafat analitik dan
sebagainya, beberapa intelektual/pemikir Islam lahir dalam wajah baru telah
melakukan kritik secara fundamental terhadap dominasi masa lalu visi teologis
Islam. Mereka antara lain Mohammad Arkoun, Muhammad Abed al-Jabiri,
Hassan Hanafi, Nasr Hamid Abu Zaid dan lain-lain. Kahadiran para pemikir
tersebut bagai oase di tengah kebuntuan berfikir umat. Selain sumber-sumber
sekunder tersebut di atas, secara langsung postmodernisme bisa ditemukan dari
beragam literatur yang bersumber dari para pendekar postmo (strukturalisme)
macam Roland Barthes, Claude Levis-Strauss, Michel Foucault, Jacques Lacan
sampai Jacques Derrida (poststrukturalisme). Jejak postmo di HMI dengan wajah
agama (mistiko-mitis) sebenarnya bisa dilacak kebelakang sejak bertemu dengan
pemikir seperti F. Capra, F. Schuon, Akbar S. Akhmed dan Samuel Huntington.
Wacana dekonstruksi yang dikembangkan oleh Jacques Derrida menghantam
telak pemahaman keagamaan yang mengusung kebenaran mutlak dalam
pemahaman Aristotelian sebagai penyebab tumbuh-suburnya metafisika
kehadiran(5). Selanjutnya oposisi biner macam kebenaran/kesalahan,
keadilan/ketidakadilan dan kebebasan/keterbatasan telah hilang. Setelah rasio
dibongkar dan dipecah belah maka yang tersisa hanyalah “kehendak untuk
berkuasa” (Nietzsche). Aroma nihilisme tercium dan menghentak kesadaran dari
ucapan Nietzsche “Tuhan telah mati”. Dan caci makipun mengalir ke
Nietzschedari mulut penghamba dan pendamba kebenaran mutlak.
Dalam ilmu-ilmu bahasa, sosial dan filsafat, pembaca teks mati dikepung
kontradiksi antara kategori pemikiran dan kategori bahasa. Di sinilah Derrida
menemukan sasarannya yaitu menjadikan bahasa bisa melawan suatu