Anda di halaman 1dari 23

Mata kuliah : ASKEB IV

Topik : Deteksi Dini dan Komplikasi Persalinan dan Nifas


Sub topik : a. Masa persalinan: Kala I, Kala II, Kala III
b. Masa nifas: Kala IV, 6 jam, 6 hari, 6 minggu
Waktu : 100 menit
Dosen : Anna Maria f dan Ika Mutiyarini
Terminal Objektif : Pada akhir perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
deteksi dini dan komplikasi masa persalinan dan masa nifas
Referensi : 1. Rabe, Thomas. Buku Saku Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Hipokrates; 2003. h.135-99.
2. Hanifa, dkk, Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP; 2005. h.587-
700
3. Bobak, Lowdermilk, Buku Ajar Keperawatan Maternitas,
Edisi 4, Jakarta : EGC, 2004
4. Saifudin, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta YBPSP 2001; hal
100-123, 255-267
5. Mochtar R, Sinopsis Obstetri. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta, 1998; hal 413.
6. JNPKKR, Asuhan Persalinan Normal. JNPKKR. Jakarta, 2006

Media : - Multimedia
- Whiteboard
Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat.
Sekarang ini secara umum sudah diterima bahwa setiap kehamilan membawa resiko bagi
ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil akan
berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat
mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah besar akan
mengalami komplikasi atau masalah yang bisa menjadi fatal. Survey Demografi dan
Kesehatan yang dilaksanakan pada tahun 1997 menyatakan bahwa dari tahun 1992-1997,
26% wanita dengan kelahiran hidup mengalami komplikasi. Anda sebagai bidan akan
menemukan wanita hamil dengan komplikasi-komplikasi yang mungkin dapat
mengancam jiwanya.
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu dan
keluarganya. Sebagai bidan, kita beruntung dapat berbagi peristiwa ini dengan keluarga.
Kita juga berada pada posisi yang unik untuk meningkatkan kemampuan ibu dalam
melahirkan, sebagaimana juga kemampuan menemani ibu dalam proses kelahiran untuk
memberikan dukungan dan dorongan.
Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan ini adalah proses yang normal
serta merupakan suatu kejadian yang sehat. Akan tetapi potensi komplikasi yang
mengancam nyawa juga akan selalu ada, sehingga bidan harus mengamati dengan ketat
ibu dan bayi sepanjang kelahiran.
Jika dilihat dari data-data diatas maka sangat penting bagi kita (bidan) untuk
mengetahui bagaimana cara mendeteksi dini penyulit dan komplikasi selama masa
persalinan dan masa nifas, sebagai upaya menurunkan angka mortalitas dan morbiditas
pada ibu dan bayi.
A. Deteksi Dini Penyulit Persalinan dan Komplikasi Nifas
Salah satu alat yang digunakan untuk mendeteksi dini penyulit persalinan dan
komplikasi nifas adalah Partograf. Alat lain yang digunakan untuk memantau
jalannya persalinan adalah Kardiotokografi (KTG).
Partograf adalah suatu alat untuk memantau kemajuan persalinan, memantu
kondisi ibu dan janin serta untuk mendeteksi adanya kelainan. Penggunaan partograf
sangat penting, karena penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu
dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu juga
mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi

Tujuan penggunaan partograf :


1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan memeriksa
pembukaan serviks berdasarkan pemeriksaan dalam.
1. Mencatat kondisi ibu dan janin.
2. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
3. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat secara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
4. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu.

Sasaran partograf :
Partograf harus digunakan :
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen
penting asuhan persalinan.
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas,
BPS, RS, dll).
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (SpOG, bidan, dokter umum,
residen, mahasiswa kedokteran).

B. Deteksi dini Masa Persalinan


1. Kala I
Indikasi-indikasi untuk melakukan tindakan dan /atau rujukan segera selama
persalinan Kala I:
Temuan-temuan anamnesis Rencana untuk asuhan dan atau perawatan
dan/atau pemeriksaan
Riwayat bedah sesar 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
kemampuan untuk melakukan bedah sesar
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan
dukungan dan semangat
Perdarahan pervaginam Jangan melakukan pemeriksaan dalam
selain dari lendir bercampur 1. Baringkan ibu ke sisi kiri
darah (show) 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
Laktat atau cairan garam fisiologis (NS)
3. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki
kemampuan untuk melakukan bedah sesar
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan
Kurang dari 37 minggu 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
(persalinan kurang bulan) kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan serta semangat
Ketuban pecah disertai 1. Baringkan ibu miring ke kiri
dengan keluarnya mekonium 2. Dengarkan DJJ
kental 3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan untuk melakukan
bedah sesar
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus
set, kateter penghisap lendir DeLee dan
handuk/kain untuk mengeringkan dan
menyelimuti bayi kalau ibu melahirkan di jalan.
Ketuban pecah bercampur Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat janin
dengan sedikit mekonium laksanakan asuhan yang sesuai (lihat di bawah)
disertai tanda-tanda gawat
janin
Ketuban telah pecah (lebih 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
dari 24 jam) atau kemampuan malakukan asuhan kegawatdaruratan
Ketuban pecah pada obstetri
kehamilan kurang bulan 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
(usia kehamilan kurang dari dukungan serta semangat
37 minggu)
Tanda-tanda atau gejala- 1. Baringkan ibu miring ke kiri
gejala infeksi: 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
- te besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
mperatur tubuh > 38oC Laktat atau cairan garam fisiologis (NS) dengan
- m tetesan 125 ml/jam
enggigil
- n
yeri abdomen
- c
airan ketuban yang berbau
Takanan darah lebih dari 1. Baringkan ibu miring kiri
160/110 dan/atau terdapat 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
protein dalam urin (pre- besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
eklampsia berat) Laktat atau cairan garam fisiologis (NS)
3. Jika mungkin berikan dosis awal 4 g MgSO4 20%
IV selama 20 menit
4. Suntikan 10 g MgSO4 50% (5 g IM pada bokong
kiri dan kanan)
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kapabilitas asuhan kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir
6. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
semangat serta dukungan
Tinggi fundus 40 cm atau 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
lebih (makrosomia, kemampuan untuk melakukan bedah sesar
polihidramnion, kehamilan 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
ganda) semangat dan dukungan
Alasan: Jika diagnosisnya adalah polihidramnion,
mungkin ada masalah-masalah lain dengan
janinnya. Dengan adanya makrosomia, risiko
distosia bahu dan perdarahan pascapersalinan akan
lebih besar.
DJJ kurang dari 100 atau 1. Baringkan ibu miring ke kiri dan anjurkan untuk
lebih dari 180 kali/menit bernafas secara teratur
pada dua kali penilaian 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
dengan jarak 5 menit (gawat besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
janin) Laktat atau cairan garam fisoilogis (NS) dengan
tetesan 125 ml/jam
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan dan semangat
Primipara dalam persalinan 1. Baringkan ibu miring ke kiri
fase aktif dengan palpasi 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kepala janin masih 5/5 kemampuan pembedahan bedah sesar
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan dan semangat
Presentasi bukan belakang 1. Baringkan ibu miring ke kiri
kepala (sungsang, letak 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
lintang dll) kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan dan semangat
Persentasi ganda (majemuk) 1. Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke
dada atau miring ke kiri
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan dan semangat
Tali pusat menumbung 1. Gunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi,
(jika tali pusat masih letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala
berdenyut) janin dari tali pusat janin
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan dan semangat
ATAU
1. Minta ibu untuk mengambil posisi bersujud di
mana posisi bokong tinggi melebihi ibu, hingga
tiba ke tempat rujukan
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan dan semangat
Tanda dan gejala syok: 1. Baringkan ibu miring kiri
- nadi cepat, lemah (lebih 2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk
dari 110 kali/menit) meningkatkan aliran darah ke jantung
- tekanan darahnya rendah 3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
(sistolik kurang dari 90 besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
mmHg) Laktat atau cairan garam fisiologis (NS). Infuskan
- pucat 1 liter dalam waktu 15-20 menit; jika mungkin
- berkeringat atau kulit infuskan 2 liter dalam waktu satu jam pertama,
lembab, dingin kemudian turunkan tetesan menjadi 125 ml/jam.
- nafas cepat (lebih dari 30 4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kali/menit) kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
- cemas, bingung atau tidak obstetri dan bayi baru lahir
sadar 5. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
- produksi urin sedikit dukungan dan semangat
(kurang dari 30 ml/jam)
Tanda dan gejala 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
persalinan dengan fase kapabilitas kegawatdaruratan obstetri dan bayi
laten yang memanjang: baru lahir
- pembukaan serviks kurang 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dari 4 cm setelah 8 jam dukungan dan semangat
- kontraksi teratur (lebih
dari 2 dalam 10 menit)

Tanda dan gejala belum 1. Anjurkan ibu untuk minum dan makan
inpartu: 2. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas dan leluasa
- kurang dari 2 kontraksi 3. Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada
dalam 10 menit, perubahan serviks, evaluasi DJJ, jika tidak ada
berlangsung kurang dari tanda-tanda kegawatan pada ibu dan janin,
20 detik persilahkan ibu pulang dengan nasehat untuk:
- tidak ada perubahan - Menjaga cukup makan dan minum
serviks dalam waktu 1 - Datang untuk mendapatkan asuhan jika terjadi
sampai 2 jam peningkatan frekuensi dan lama kontraksi
Tanda dan gejala partus 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
lama: kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
- pembukaan serviks obstetri dan bayi baru lahir
mengarah ke sebelah 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
kanan garis waspada dukungan dan semangat
(partograf)
- pembukaan serviks kurang
dari 1 cm per jam
- kurang dari 2 kontraksi
dalam waktu 10 menit,
masing-masing
berlangsung kurang dari
40 detik

2. Kala II
Temuan dari penilaian dan Rencana asuhan atau perawatan
pemeriksaan
Tanda atau gejala syok:
 Nadi cepat, lemah (110 1. Baringkan ibu miring ke kiri
kali/menit atau lebih) 2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk
 Tekanan darah rendah meningkatkan aliran darah ke jantung
(sistolik kurang dari 90 3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
mmHg) besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
 Pucat pasi Laktat atau cairan garam fisiologis (NS). Infuskan
 Berkeringat atau dingin, 1 liter dalam 15 sampai 20 menit; jika mungkin
kulit lembab infuskan 2 liter dalam waktu satu jam pertama,
 Nafas cepat (lebih dari 30 kemudian turunkan ke 125 ml/jam
kali/menit) 4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
 Cemas, bingung atau tidak kemampuan asuhan kegawatdaruratan obstetri dan
sadar bayi baru lahir
 Produksi urin sedikit 5. Dampingi ibu ke tempat rujukan
(kurang dari 30 ml/jam)
Tanda atau gejala dehidrasi
 Perubahan nadi (100 1. Anjurkan ibu untuk minum
kali/menit atau lebih) 2. Nilai ulang ibu setiap 30 menit (menurut pedoman
 Urin pekat pada partograf). Jika kondisinya tidak membaik
 Produksi urin sedikit dalam waktu satu jam, pasang infus menggunakan
(kurang dari 30 ml/jam) jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan
berikan Ringer Laktat atau cairan garam fisiologis
(NS) 125 ml/jam
3. Berikan ampisillin 2 gr atau amoksisillin 2 gr per
oral
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan
Tanda atau gejala Infeksi:
 Nadi cepat (110 x/menit 1. Baringkan ibu miring ke kiri
atau lebih) 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
 Temperatur tubuh lebih besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
dari 38oC Laktat atau cairan garam fisiologis (NS) 125
 Menggigil ml/jam
 Air ketuban atau cairan 3. Berikan ampisillin 2 gr atau amoksisillin 2 gr per
vagina yang berbau oral
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan asuhan kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan
Tanda atau gejala preeklampsia ringan
 Tekanan darah diastolik 1. Nilai ulang tekanan darah setiap 15 menit (pada
90-110 mmHg saat beristirahat di antara kontraksi dan meneran)
 Proteinuria hingga 2+ 2. Jika tekanan darah 110 mmHg atau lebih, pasang
infus dengan menggunakan jarum berdiameter
besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
Laktat atau cairan garam fisiologis (NS) 125
ml/jam
Tanda atau gejala preeklampsia berat atau preeklampsia:
 Tekanan darah diastolik 1. Baringkan ibu miring ke kiri
110 mmHg atau lebih 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
 Tekanan darah diastolik besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
90 mmHg atau lebih Laktat atau cairan garam fisiologis (NS) 125
dengan kejang ml/jam
 Nyeri kepala 3. Jika mungkin berikan dosis awal 4 gr MgSO 4 20%
 Gangguan pengelihatan IV selama 20 menit
 Kejang setiap saat 4. berikan MgSO4 50%, 10 gr (5 gr IM pada masing-
masing bokong)
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan asuhan kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir
6. Dampingi ibu ke tempat rujukan
Tanda-tanda inersia uteri
 Kurang dari 3 kontraksi 1. Anjurkan ibu untuk mengubah posisi dan berjalan-
dalam waktu 10 menit, jalan
masing-masing kontraksi 2. Anjurkan untuk minum
berlangsung kurang dari 3. Jika selaput ketuban masih utuh, pecahkan dengan
40 detik menggunakan alat pemecah selaput ketuban atau
klem Kocher (Amni Hook) desinfeksi tingkat
tinggi atau steril
4. Stimulasi puting susu
5. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya
6. Jika bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran untuk
primipara atau 1 jam untuk multipara, rujuk ibu ke
fasilitas yang memiliki kemampuan asuhan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir
7. Dampingi ibu ke tempat rujukan
Tanda gawat janin:
 DJJ kurang dari 120 atau 1. Baringkan ibu miring ke kiri, anjurkan ibu untuk
lebih dari 160 kali/menit, 2. Nilai ulang DJJ setelah 5 menit:
mulai waspada adanya a. Jika DJJ normal, minta ibu kembali meneran
gawat janin dan pantau DJJ setelah setiap kontraksi
 DJJ kurang dari 100 atau b. Jika DJJ abnormal, rujuk ibu ke fasilitas yang
lebih dari 180 x/menit memiliki kemampuan asuhan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir
dan dampingi ibu ke tempat rujukan

Kepala bayi tidak turun


1. Anjurkan ibu untuk meneran sambil jongkok atau
berdiri
2. Jika bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran
(primipara) atau 1 jam meneran (multigravida),
baringkan ibu miring ke kiri
3. Rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan
Tanda-tanda distosia bahu:
 Kepala bayi tidak 1. Pakai sarung tangan DTT
melakukan putaran paksi 2. Lakukan episiotomi
luar 3. Lakukan manuver McRobert’s
 Kepala bayi tersangkut di 4. Jika bahu belum lahir lakukan manuver Wood
perineum (kepala ’kura- dan/atau Wood Screw Crew atau lakukan manuver
kura’) Shwartz
 Bahu bayi tidak lahir
Tanda-tanda cairan ketuban bercampur mekonium
 Cairan ketuban berwarna 1. Nilai DJJ:
hijau (mengandung a. Jika DJJ normal, minta ibu kembali meneran
mekonium) dan pantau DJJ setelah setiap kontraksi.
Pastikan ibu tidak berbaring telentang dan
tidak menahan nafasnya saat meneran
b. Jika DJJ tidak normal, tangani sebagai gawat
janin
2. Segera setelah kepala bayi lahir, hisap mulut bayi
lalu kemudian hidungnya dengan penghisap lendir
De Lee desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
bola karet penghisap yang baru dan bersih sebelum
bahu dilahirkan

Tanda-tanda tali pusat menumbung:


 Tali pusat teraba atau 1. Nilai DJJ, jika ada:
terlihat saat pemeriksaan a. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
dalam kemampuan asuhan kegawatdaruratan obstetri
dan bayi baru lahir
b. Dampingi ibu ke tempat rujukan
c. Baringkan ibu miring kiri dengan pinggul agak
naik. Dengan memakai sarung tangan
desinfeksi tingkat tinggi atau steril, satu tangan
tetap di dalam vagina untuk mengangkat
kepala bayi agar tidak menekan tali pusat dan
letakkan tangan yang lain pada abdomen untuk
menahan bayi pada posisinya (keluarga dapat
membentu melakukannya)
ATAU
d. Minta ibu berlutut dengan bokong lebih tinggi
dari kepalanya. Dengan mengenakan sarung
tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril, satu
tangan tetap di dalam vagina untuk
mengangkat kepala bayi dari tali pusat
2. Jika DJJ tidak ada
a. Beritahukan ibu dan keluarganya
b. Lahirkan bayi dengan cara yang paling aman
Tanda-tanda lilitan tali pusat
 Tali pusat melilit leher 1. Jika tali pusat melilit longgar di leher bayi,
bayi lepaskan melewati kepala bayi
2. Jika tali pusat melilit erat di leher bayi, klem di dua
tempat dan potong, kemudian teruskan untuk
segera membantu kelahiran bayi
Kehamilan kembar tak terdeteksi
1. Nilai DJJ
2. Jika bayi kedua presentasi kepala dan kepala
segera turun, biarkan kelahirkan berlangsung
seperti bayi pertama
3. Jika kondisi-kondisi tersebut tidak terpenuhi,
baringkan ibu miring ke kiri
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan asuhan kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan

3. Kala III dan IV


Penilaian Temuan penilaian dan Rencana asuhan atau perawatan
pemeriksaan
 Plasenta Tanda atau retensio plasenta: 1. Jika plasenta terlihat, lakukan
penegangan tali pusat terkendali
dengan lembut dan tekanan
berlawanan arah ke arah dorso-
kranial pada uterus, minta ibu untuk
Plasenta lahir dalam waktu 30 meneran agar plasenta keluar
menit setelah kelahiran bayi 2. Setelah plasenta lahir: lakukan
masase pada uterus dan periksa
plasenta
ATAU
1. Lakukan pemeriksaan dalam
dengan lembut, jika plasenta ada di
vagina, keluarkan dengan hati-hati
sambil melakukan tekanan
berlawanan arah (ke arah dorso-
kranial) pada uterus
2. Jika plasenta masih di dalam uterus
dan perdarahan minimal, berikan
oksitosin 10 unit IM, pasang infus
menggunakan jarum berdiameter
besar (ukuran 16 atau 18) dan
berikkan Ringer Laktat atau garam
fisiologis (NS)
a. Segera rujuk ibu ke fasilitas
yang memiliki kemampuan
gawat darurat obstetri
b. Dampingi ibu ke tempat rujukan
3. Jika plasenta masih di dalam uterus
dan ada perdarahan berat, pasang
infus menggunakan jarum
berdiameter besar (ukuran 16 atau
18) dan berikan Ringer Laktat atau
cairan garam fisiologis (NS) dengan
20 unit oksitosin
a. Segera rujuk ibu ke fasilitas
terdekat dengan kapabilitas
gawat-darurat obstetri
b. Dampingi ibu ke tempat rujukan
c. Lakukan plasenta manual bila
penolong terlatih dan mampu
melakukan tindakan plasenta
manual
 Plasenta Tanda atau gejala avulsi 1. Palpasi uterus apakah berkontraksi
 Tali pusat (putus) tali pusat: baik, minta ibu meneran pada setiap
- tali pusat putus kontraksi
- plasenta tidak lahir 2. Saat plasenta terlepas, lakukan
pemeriksaan dalam dengan lembut,
jika mungkin cari tali pusat dan
keluarkan plasenta dari vagina
sambil melakukan tekanan
berlawanan arah (ke arah dorso-
kranial) pada uterus.
3. Setelah plasenta lahir, lakukan
rangsangan taktil (masase) pada
uterus dan periksa plasenta
4. Jika plasenta belum lahir dalam
waktu 30 menit, tatalaksana sebagai
retensio plasenta
 Plasenta Tanda atau gejala bagian 1. Lakukan pemeriksaan dalam
 Perdarahan plasenta yang tertahan: dengan lembut, seka vagina dan
pervaginam - Bagian permukaan plasenta lubang serviks untuk membersihkan
yang menempel pada ibu selaput ketuban dan bekuan darah
hilang yang tertinggal
- Bagian selaput ketuban 2. Lakukan rangsangan taktil (masase)
hilang/robek uterus
- Perdarahan pascapersalinan 3. Jika ada perdarahan berat, ikuti
- Uterus berkontraksi langkah-langkah untuk penata
laksanaan atonia uteri
 Perdarahan Tanda atau gejala atonia Ikuti langkah-langkah untuk
pascapersalinan uteri: penatalaksanaan atonia uteri
- perdarahan pascapersalinan
- uterus lembek dan tidak
berkontraksi
 Perdarahan Tanda atau gejala robeknya 1. Lakukan pemeriksaan dengan
pascapersalinan vagina, perineum atau lembut
 Vagina perineum serviks: 2. Jika laserasi derajat satu atau dua
serviks - Perdarahan pascapersalinan diidentifikasi, jahit
- Plasenta utuh 3. Jika laserasi derajat tiga atau empat
- Uterus berkontraksi atau robekan serviks teridentifikasi:
- Pasang infus dengan menggunakan
jarum berdiameter besar (ukuran 16
atau 18) dan berikan Ringer Laktat
atau cairan garam fisiologis (NS)
- Segera rujuk ibu ke fasilitas dengan
kemampuan gawat darurat obstetri
- Dampingi ibu ke tempat rujukan
 Nadi Tanda atau gejala syok: - Baringkan ibu miring ke kiri
 Tekanan darah - Nadi cepat, lemah (110 - Jika mungkin naikkan kedua kaki
 Pernafasan kali/menit atau lebih) ibu untuk meningkatkan aliran
 Kesehatan dan - Tekanan darah rendah darah ke jantung
kenyamanan (sistolik kurang dari 90 - Pasang infus dengan menggunakan
secara mmHg) jarum berdiameter besar (ukuran 16
keseluruhan - Pucat atau 18) dan berikan Ringer Laktat
 Urin - Berkeringat atau dingin, atau cairan garam fisiologis (NS).
kulit lembab Infuskan 1 liter dalam 15 sampai 20
- Nafas cepat (lebih dari 30 menit; jika mungkin infuskan 2 liter
kali/menit) dalam waktu satu jam pertama,
- Cemas, kesadaran berkurang kemudian turunkan ke 125 ml/jam
atau tidak sadar - Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
- Produksi urin sedikit memiliki kemampuan asuhan
(kurang dari 30 ml/jam) gawat-darurat obstetri dan bayi baru
lahir
- Dampingi ibu ke tempat rujukan
 Nadi Tanda atau gejala dehidrasi: 1. Anjurkan ibu untuk minum
 Urin - Meningkatnya nadi (100 2. Nilai ulang ibu setiap 15 menit
 Temperatur kali/menit atau lebih) selama satu jam pertama
tubuh - Temperatur tubuh lebih dari pascapersalinan dan setiap 30 menit
38oC selama jam kedua pascapersalinan
- Urin pekat 3. Jika kondisinya tidak membaik
- Produksi urin sedikit dalam waktu satu jam, pasang infus
(kurang dari 30 ml/jam) dengan menggunakan jarum
berdiameter besar (ukuran 16 atau
18) dan berikan Ringer Laktat atau
cairan garam fisiologis (NS) 125
ml/jam
4. Jika temperatur tubuhnya tetap
tinggi, ikuti asuhan untuk infeksi
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan asuhan
gawat-darurat obstetri
6. Dampingi ibu ke tempat rujukan
 Nadi Tanda atau gejala infeksi: 1. Baringkan ibu miring ke kiri
 Temperatur - Meningkatnya nadi (100 2. Pasang infus dengan menggunakan
 Cairan vagina kali/ manit atau lebih) jarum berdiameter besar (ukuran 16
 Kesehatan dan - Temperatur tubuh lebih dari atau 18) dan berikan Ringer Laktat
kenyamanan 38oC atau cairan garam fisiologis (NS)
secara umum - Urin pekat 125 ml/jam
- Produksi urin sedikit 3. Berikan ampisillin 2 gr atau
(kurang dari 30 ml/jam) amoksisillin 2 gr per oral
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan asuhan
gawat-darurat obstetri
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan
 Tekanan darah Tanda atau gejala 1. Nilai ulang tekanan darah setiap 15
 urin preeklampsia ringan: menit (pada saat beristirahat di
- Tekanan darah diastolik 90- antara kontraksi dan meneran)
110 mmHg 2. Jika tekanan darah 110 mmHg atau
- Proteinuria lebih, pasang infus dengan
menggunakan jarum berdiameter
besar (ukuran 16 atau 18) dan
berikan Ringer Laktat atau cairan
garam fisiologis (NS) 125 ml/jam
3. Baringkan ibu miring ke kiri

 Tekanan darah Tanda dan gejala 1. Baringkan ibu miring kiri


preeklampsia berat atau 2. Pasang infus dengan menggunakan
eklampsia: jarum berdiameter besar (ukuran 16
- Tekanan darah diastolik 110 atau 18) dan berikan Ringer Laktat
mmHg atau lebih atau cairan garam fisiologis (NS)
- Tekanan darah diastolik 90 125 ml/jam
mmHg atau lebih dengan 3. Jika mungkin berikan dosis awal 4
kejang gr MgSO4 20% IV selama 20 menit
4. Berikan MgSO4 50%, 10 gr (5 gr
IM pada masing-masing bokong)
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan asuhan
gawat-darurat obstetri

 Tonus uteri Tanda dan gejala kandung 1. Bantu ibu untuk mengosongkan
 Tinggi fundus kemih penuh: kandung kemihnya
- Uterus lembek saat di - Kemudian lakukan rangsangan
palpasi taktil (masase) uterus hingga
- Tinggi fundus di atas pusat berkontraksi dengan mantap dan
- Tinggi fundus di atas pusat berada di bawah pusat
dan condong ke satu sisi 2. Jika ibu tidak dapat berkemih,
kateterisasi kandung kemihnya
dengan hati-hati menggunakan
teknik aseptik
- Kemudian lakukan rangsangan
taktil (masase) uterus hingga
berkontraksi dengan mantap dan
berada di bawah pusat
3. Jika ibu mengalami perdarahan,
ikuti langkah-langkah untuk
penatalaksanaan atonia uteri

C. Penyulit Persalinan
Penyulit persalinan adalah hal-hal yang berhubungan langsung dengan
persalinan yang menyebabkan hambatan bagi persalinan yang lancar. Yang termasuk
kategori penyulit persalinan adalah :
1. Distosia
Deteksi dini terhadap distosia dilakukan selama masa kehamilan dan juga saat
persalinan. Dalam Kunjungan Antenatal perlu dikaji ukuran panggul,
pertumbuhan janin intrauterin. Dalam proses persalinan, dengan bantuan
partograf atau KTG dapat dikaji kemajuan persalinan.
2. Atonia uteri
Dalam persalinan, dikaji kontraksi uterus. Kontraksi uterus yang berlebihan saat
Kala I dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri. Segera setelah plasenta lahir,
kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri perlu dikaji dengan teliti.
3. Retensio plasenta
Anamnesa selama ANC perlu dilakukan dengan teliti. Adanya parut uterus,
paritas yang terlalu banyak atau usia ibu dalam kategori risiko tinggi dapat
menjadi faktor predisposisi retensio plasenta. Pengkajian kontraksi uterus selama
proses persalinan Kala I dan II perlu dilakukan untuk menilai kemungkinan
retensio plasenta. Manajemen aktif Kala III perlu dilakukan dengan seksama.
4. Robekan jalan lahir
Penilaian elastisitas perineum harus dilakukan. Perineum yang terlalu kaku dapat
meyebabkan robekan jalan lahir. Selain itu, bayi besar, persalinan dengan alat
atau partus presipitatus dapat menyebabkan robekan jalan lahir yang luas.
Persalinan yang sulit atau persalinan dengan alat dapat menyebabkan perlukaan
jalan lahir. Perlukaan pada jalan lahir (vulva, porsio, labia, dll) dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan Kala IV. Untuk kasus robekan seperti pada
vulva atau porsio harus secepatnya ditangani oleh dokter.
5. Perdarahan Kala IV ( primer )
Adanya perdarahan Kala IV (primer) harus dikenali dengan cepat. Setiap
perdarahan Kala IV yang >500cc harus segera dikaji penyebab atau sumber
perdarahannya dan segera ditangani.

6. Emboli air ketuban


Mortalitas Emboli air ketuban sangat tinggi. Gejala awalnya adalah ibu tampak
gelisah, terbatuk-batuk, mual dan muntah. Selanjutnya timbul dispnea dan
sianosis. Tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah, kesadaran menurun
disertai nistagmus dan kadang kejang.
7. Inversio Uteri
Dapat terjadi secara spontan atau akibat tindakan. Gejala awalnya adalah timbul
rasa nyeri yang hebat dan menyebabkan syok. Inversio uteri juga menyebabkan
terjadinya perdarahan, dan fundus uteri tidak dapat ditemukan di tempatnya pada
Kala III atau setelah persalinan selesai.
8. Syok Obstetrik
Syok adalah kegagalan sistem sirkulasi dalam mempertahankan aliran yang
adekuat pada organ-organ vital sehingga timbul anoksia. Tanda klinik syok
adalah :
 Nadi meningkat
 Tekanan darah menurun
 Telapak tangan dingin dan basah
 Wajah pucat, tampak mengantuk

D. Deteksi dini Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam setelah mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
persalinan uteri
mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut
memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
pemberian ASI awal
melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir
menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia
jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2
jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.
2 6 hari setelah memastikan involusi uterus berjalan normal:
persalinan uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan dan istirahat
memastikan ibu menyusui denga baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari
3 2 minggu setelah Sama seperti 6 hari setelah persalinan
persalinan
4 6 minggu setelah menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit
persalinan yang ia atau bayi alami
memberikan konseling untuk KB secara dini

Komplikasi nifas adalah gangguan yang terjadi pada masa nifas. Komplikasi
masa nifas dideteksi secara dini segera setelah persalinan berlangsung. Yang
termasuk kategori komplikasi masa nifas adalah :
1. Perdarahan post partum
Dalam masa nifas, perlu dipantau proses involusi uterus. Adanya sisa
plasenta atau robekan jalan lahir yang tidak ditangani dengan baik
menyebabkan perdarahan postpartum. Kunjungan rumah perlu untuk
dilaksanakan mengingat banyak ibu yang malas untuk memeriksakan diri
setelah persalinan.

2. Infeksi nifas
Setiap wanita harus diawasi adanya kemungkinan terjadinya infeksi
nifas. Setiap tindakan yang dilakukan selama proses persalinan (amniotomi,
persalinan dengan alat, pencegahan infeksi yang buruk, dll) dapat memicu
terjadinya infeksi nifas.
Setelah persalinan berakhir, ibu harus dipantau Keadaan Umumnya
serta kelancaran proses fisiologisnya (BAB, BAK, makan, minum,
menyusui). Pemantauan suhu tubuh dan adanya tanda-tanda infeksi
merupakan hal penting yang harus dikerjakan oleh tenaga kesehatan.
Pengkajian adanya penyakit yang diderita ibu serta kelancaran pemberian
ASI juga harus dikaji untuk menetapkan diagnosa.
3. Gangguan psikologis masa nifas
Dalam 2 jam setelah persalinan, bidan harus mendorong ibu untuk
menyusui bayinya (kontak dini). Penyuluhan mengenai bonding attachment
juga sangat diperlukan bagi orang tua bayi. Setiap tindakan ibu terhadap
bayinya harus diperhatikan, untuk mengkaji adanya depresi post partum.

Peduli pada wanita bukan hanya peduli pada kesehatannya dan care pada
risiko kehamilan serta persalinan yang dihadapinya, tapi juga kesediaan dari setiap
orang untuk memberikan kesempatan pada wanita untuk maju dan mengakses
pengetahuan. Memberi kesempatan pada wanita untuk mencari tahu, sekaligus
mengambil keputusan juga merupakan bentuk kepedulian.

Oleh sebab itu, seorang bidan harus memberikan informasi selengkap-


lengkapnya kepada wanita dan keluarga mengenai kehamilan, persalinan dan nifas
termasuk tanda-tanda bahayanya. Deteksi dini penyulit persalinan dan komplikasi
nifas bukan hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan, melainkan juga oleh ibu dan
keluarga.
KESIMPULAN

Deteksi Dini Penyulit Persalinan


1. Partograf digunakan untuk memantau jalannya persalinan dan sebagai
dokumentasi dari keputusan tindakan yang dilakukan bidan.
2. Saat persalinan, bidan harus mengkaji mekanisme koping ibu dan
bagaimana sikap ibu terhadap bayi. Ibu harus diajarkan melakukan bounding
attachment (menyusui bayinya sesegera mungkin).

Penyulit Persalinan
a. Distosia
b. Atonia uteri
c. Retensio plasenta
d. Robekan jalan lahir
e. Perdarahan Kala IV ( primer )
f. Emboli air ketuban
g. Inversio Uteri
h. Syok Obstetrik

Komplikasi Nifas
a. Perdarahan post partum
b. Infeksi nifas
c. Gangguan psikologis masa nifas

Anda mungkin juga menyukai