Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

UJIAN AKHIR SEMESTER

“ GLOBALISASI DAN PEMBANGUNAN

Oleh :

GIAN ADI PRATAMA

21908002

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

2021
1. Pengaruh Globalisasi terhadap dunia pendidikan

Globalisasi memiliki dampak positif dan dampak negatif bagi berbagai bidang
kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Globalisasi memberi dampak positif bagi bidang
pendidikan sekaligus memberi dampak negatif yang perlu diwaspadai. Lalu apa saja dampak
pada bidang pendidikan yang ditimbulkan oleh globalisasi? Seperti yang kita ketahui bahwa
pendidikan merupakan wadah bagi anak-anak untuk mengembangkan potensi diri, baik
mengembangkan kecerdasan emosional maupun keahlian teknis. Pendidikan merupakan kunci
bagi perkembangan suatu bangsa, karena dengan pendidikan generasi di suatu negara bisa
terdidik dan terlatih dengan baik. Berikut ini akan dibahas secara detail mengenai dampak positif
dan dampak negatif globalisasi bagi bidang pendidikan.

Dampak Positif Globalisasi bagi Pendidikan

1. Sistem Belajar Mengajar yang Tidak Selalu Tatap Muka

Dampak positif pertama di bidang pendidikan yang disebabkan oleh arus globalisasi
adalah sistem pembelajaran secara online atau biasa disebut e-learning. Sistem pembelajaran ini
tidak mengharuskan pendidik dan peserta didik untuk saling bertatap muka secara langsung.
Tentu hal ini bisa menjadi opsi bagi peserta didik yang mempunyai kesibukan yang tinggi,
karena sistem e-learning  biasanya dapat diakses kapan saja dan bersifat fleksibel.
Selain itu, sistem pembelajaran ini bisa menghemat biaya transportasi baik bagi pendidik
dan peserta didik, berbeda dengan sistem pembelajaran konvensional yang membutuhkan biaya
transportasi sebagai penunjang pendidikan. Komputer atau laptop dan jaringan internet
merupakan elemen penting yang dibutuhkan untuk mengakses sistem pembelajaran online ini,
oleh karena itu sistem pembelajaran ini masih terbatas penggunaannya.
2. Kemudahan dalam Mengakses Informasi Pendidikan

Dampak positif globalisasi selanjutnya dalam bidang pendidikan adalah mudahnya


mengakses informasi pendidikan. Internet memberi kemudahan bagi pendidik dan peserta didik
untuk mengakses materi belajar, katakanlah hadirnya situs-situs yang menyediakan buku dalam
bentuk digital yang dapat diunduh dan dijadikan referensi dalam proses belajar mengajar. Buku-
buku elektronik atau e-book ini bisa diunduh dan langsung dibaca tanpa harus mencetaknya
terlebih dahulu, sehingga bisa menghemat pemakaian kertas.
3. Meningkatnya Kualitas Pendidik

Kemudahan dalam mengakses informasi pendidikan secara langsung bisa meningkatkan


kualitas dari tenaga pendidik. Kemudahan di era globalisasi ini seyogyanya harus dimanfaatkan
secara maksimal oleh guru, karena saat ini guru bisa leluasa melihat trend pembelajaran di dunia,
serta mencari referensi-referensi dari negara termaju di dunia yang berguna dalam proses belajar
mengajar. Dengan memaksimalkan teknologi dan informasi di era globalisasi, kualitas pengajar
akan terus meningkat.

4. Meningkatnya Kualitas Pendidikan

Akibat dari pesatnya arus globalisasi, metode pembelajaran yang awalnya bersifat
sederhana kini berubah menjadi metode pendidikan berbasis teknologi. Kemajuan teknologi
yang semakin canggih ternyata memberi dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan.
Sebagai contoh, pada zaman dahulu seorang guru harus menulis di papan tulis dengan
menggunakan kapur. Kini dengan adanya teknologi, guru bisa memanfaatkan komputer dan
internet untuk menggabungkan tulisan, gambar, suara, video bahkan film untuk mempermudah
dalam penyampaian ilmu, termasuk dalam pengajaran ilmu klimatologi.

5. Pertukaran Pelajar

Pertukaran pelajar di dunia pendidikan sering terjadi di era globalisasi. Pelajar dalam
sebuah negara bisa memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan di luar negeri atau
sebaliknya. Siswa yang berkesempatan belajar ke negara dengan pendidikan terbaik dituntut
untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan baru dan bisa mengetahui serta mengerti budaya di
luar negeri, sehingga siswa diharapkan bisa memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas.

6. Mendorong Siswa untuk Menciptakan Karya Inovatif

Perkembangan IPTEK pada era globalisasi bagi sebuah instansi pendidikan seyogyanya
bisa dimanfaatkan untuk mendorong siswa-siswanya agar bisa menciptakan suatu karya yang
inovatif. Sistem pembelajaran tradisional yang hanya bersifat satu arah agaknya dapat
menghambat perkembangan siswa, oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran baru seperti
metode student oriented yang nantinya bisa merangsang daya pikir siswa dan juga meningkatkan
keaktifan siswa dalam belajar.
Dampak Negatif Globalisasi bagi Pendidikan

1. Menurunnya Kualitas Moral Siswa

Dampak buruk dari adanya globalisasi bagi dunia pendidikan adalah menurunnya kualitas
moral para siswa. Informasi di internet yang dapat diakses secara leluasa sangat rawan dalam
mempengaruhi moral siswa, sebagai contoh situs-situs yang berbau pornografi, serta adanya foto
dan video yang tidak pantas sangat mudah diakses dan merajalela di media sosial tanpa adanya
filterisasi. Adanya konten-konten yang tidak baik tersebut bisa mempengaruhi perilaku siswa
baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu, agar moral siswa tidak semakin
rusak diperlukan kontrol dan perhatian dari orang tua siswa, guru dan negara.

2. Meningkatnya Kesenjangan Sosial

Dampak buruk selanjutnya adalah meningkatnya kesenjangan sosial di masyarakat.


Metode pendidikan berbasis teknologi bisa menjadi kesempatan bagi sebuah negara untuk
meningkatkan pendidikannya, namun nyatanya kemajuan teknologi dan informasi di dunia
pendidikan perlu dibarengi dengan kesiapan mental dan modal yang tentunya tidak sedikit. Di
beberapa negara di dunia khususnya negara berkembang, perkembangan teknologi hanya bisa
dinikmati sekolah-sekolah di wilayah perkotaan, sementara sekolah yang berada di wilayah
pedalaman terus tertinggal karena sulitnya akses dan kurangnya modal. Akibatnya kesenjangan
sosial di bidang pendidikan tidak dapat dibendung lagi.

3. Tergerusnya Kebudayaan Lokal

Arus globalisasi yang sangat pesat juga bisa menggerus kebudayaan lokal di sebuah
negara. Perkembangan teknologi memungkinkan kontak budaya terjadi melalui media massa,
akibatnya pengaruh luar negeri dapat masuk dengan leluasa ke sebuah negara. Pengaruh
globalisasi dalam bidang pendidikan yang dikuasai dan digerakkan oleh negara-negara maju bisa
menjadi masalah bagi negara-negara berkembang, tidak terkecuali bagi Indonesia yang memiliki
beberapa pulau yang masuk dalam kategori pulau terbesar di dunia.

Akibat dari arus globalisasi ini, budaya di Indonesia dikhawatirkan akan hilang karena
pudarnya rasa nasionalisme, berkurangnya sifat kekeluargaan, serta gaya hidup masyarakat yang
kebarat-baratan. Sebagai contoh dapat kita lihat dari gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari, remaja-remaja di Indonesia banyak yang berdandan meniru selebritis Korea maupun
Amerika. Remaja ini mengenakan pakaian yang tidak pantas dan tidak sesuai dengan
kebudayaan yang ada di Indonesia.

4. Munculnya Tradisi Serba Cepat dan Instan

Dampak buruk globalisasi selanjutnya dalam dunia pendidikan adalah munculnya tradisi
serba cepat dan instan. Penyikapan arus globalisasi yang tidak tepat bisa menjadikan pendidikan
kehilangan orientasi idealnya yaitu proses pembelajaran. Orientasi pendidikan yang awalnya
menekankan pada proses telah berubah ke ranah pencapain hasil. Akibatnya banyak orang yang
hanya menekankan pada hasil akhir ketika menempuh sebuah pendidikan, bahkan kini makin
marak adanya jual beli ijazah palsu karena banyak orang yang ingin cepat mendapatkan
keuntungan secara cepat dan instan. Tentu hal ini bisa menjadi masalah yang besar dan
merugikan negara jika tidak segera ditangani dengan cepat. Globalisasi di dunia pendidikan perlu
disikapi dengan bijak agar nantinya tidak salah arah.

5. Komersialisasi Pendidikan

Dampak buruk dari globalisasi selanjutnya adalah terancamnya kemurnian tujuan dalam
pendidikan akibat dari komersialisasi pendidikan. Saat ini banyak instansi pendidikan yang
didirikan dengan tujuan utama sebagai tempat bisnis. Sebuah lembaga pendidikan bisa disebut
sebagai komersialisasi pendidikan jika mementingkan biaya pendaftaran dan uang gedung, tetapi
kewajiban-kewajiban pendidikannya sering diabaikan.

Komersialisasi pada dunia pendidikan terjadi ketika sebuah instansi pendidikan


menetapkan biaya pendidikan yang tidak sebanding dengan pelayanan pendidikannya, sehingga
instansi tersebut hanya mengedepankan laba yang diperoleh. Bahkan ada pula sebuah lembaga
pendidikan yang melaksanakan praktik pendidikan hanya untuk mendapatkan gelar akademik
tanpa melalui proses pendidikan yang ideal, akibatnya biaya pendidikan di lembaga semacam ini
sangatlah tinggi

2. Globalisasi ekonomi dan implikasinya

Pengertian Globalisasi Ekonomi

Tidak ada definisi yang baku atau standar mengenai globalisasi, tetapi secara sederhana
globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana semakin banyak negara yang
terlibat dalam kegiatan ekonomi dunia. Jadi, jika pada periode sejak perang dunia kedua
berakhir hingga tahun 1970- an ekonomi dunia didominasi oleh ekonomi Amerika Serikat
(AS), sekarang ini walaupun produk domestik bruto (PDB) AS masih besar yakni sekitar
45% dari PDB dunia, peran dari ekonomi Uni Eropa, Jepang dan Negara negara yang tergolong
dalam newly industrialized countries (NICs), seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura, dan
Cina jauh lebih kuat sebagai motor penggerak perekonomian dunia.

Semakin mengglobalnya suatu negara di dalam perekonomian dunia dapat dilihat dari
misalnya peningkatan dari perdagangan internasionalnya (ekspor dan impor) yang
tercerminkan antara lain pada peningkatan pangsa ekspornya di pasar global dan peningkatan
rasio impor terhadap PDB-nya; semakin aktif terlibat dalam proses produksi yang melibatkan
banyak negara (misalnya dalam membuat pesawat Boeing lebih dari 50 negara terlibat yang
masing- masing membuat bagian-bagian tertentu dari pesawat tersebut, atau dalam membuat
pesawat Airbus, sejumlah negara Eropa terlibat dalam proses pembuatannya), dan semakin besar
arus investasi asing yang masuk ke negara tersebut atau semakin besarnya investasi dari negara
tersebut ke negara-negara lain.

Jadi, proses globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan di dalam
perekonomian dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam
laju yang semakin pesat mengikuti kemajuan teknologi yang juga prosesnya semakin cepat.
Perkembangan ini telah meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan dan juga
mempertajam persaingan antarnegara, tidak hanya dalam perdagangan internasional tetapi juga
dalam kegiatan investasi, finansial dan produksi.
Globalisasi ekonomi ditandai dengan semakin menipisnya batas-batas kegiatan ekonomi
atau pasar secara nasional atau regional, tetapi semakin mengglobal menjadi “satu” proses
yang melibatkan banyak negara. Dalam tingkat globalisasi yang optimal arus produk dan
faktor-faktor produksi lintas negara atau regional akan selancar lintas kota di suatu negara atau
desa di dalam suatu kecamatan. Pada tingkat ini, seorang pengusaha yang punya pabrik di
Kalimantan Barat setiap saat bisa memindahkan usahanya ke Serawak atau Filipina tanpa ada
halangan, baik halangan logistik maupun halangan birokrasi dari pihak pemerintah Malaysia
atau Filipina maupun dari pemerintah Indonesia dalam urusan administrasi seperti izin dan
sebagainya.

Dalam ekonomi, secara garis besar fenomena globalisasi dapat dilihat dari pertumbuhan
kegiatan ekonomi lintas negara dalam berbagai bentuk. Diantaranya, dua bentuk kegiatan
ekonomi yang secara nyata semakin mengglobal, yakni arus perdagangan dan arus modal
internasional. Oleh sebab itu, arus globalisasi dan arus perdagangan serta investasi dunia
berlangsung bersamaan.

Arus Perdagangan Internasional Pangsa dari pengeluaran konsumsi domestik terhadap


barang dan jasa yang diimpor dari negara-negara lain meningkat, dan bagian dari produksi
barang dan jasa di dalam negeri yang diekspor meningkat. Peningkatan ini membuat volume
perdagangan antarnegara di dunia meningkat, baik secara absolut maupun relatif, yakni
rasio dari perdagangan internasional (ekspor dan impor) terhadap PDB dari masing-masing
negara secara individu atau dunia. Data dari Bank Dunia tahun

2000 misalnya menunjukkan bahwa di dalam kelompok negara-negara kaya/maju,


pangsa dari perdagangan internasional di dalam output total naik dari 27% ke 39% selama
periode 1987-1998. Sedangkan di dalam kelompok negara-negara sedang berkembang, rasio
perdagangan internasional terhadap PDB naik dari 10% ke 17% dalam periode yang sama
(Bank Dunia, 2000) Menurut teori perdagangan internasional, perdagangan antar
Negara yang tanpa hambatan berpeluang memberi manfaat bagi masing-masing Negara
melalui spesialisasi produksi komoditas yang diunggulkan oleh masing-masing Negara itu.
Namun dalam kenyataannya tidaklah serta merta teori itu menciptakan kemakmuran bagi
Negara-negara yang terlibat.
Dampak dari globalisasi ekonomi terhadap perekonomian suatu negara bisa positif atau
negatif, tergantung pada kesiapan negara tersebut dalam menghadapi peluang-peluang maupun
tantangan- tantangan yang muncul dari proses tersebut. Secara umum, ada empat (4) wilayah
yang pasti akan terpengaruh, yakni :

Ekspor. Dampak positifnya adalah ekspor atau pangsa pasar dunia dari suatu negara
meningkat; sedangkan efek negatifnya adalah kebalikannya: suatu negara kehilangan pangsa
pasar dunianya yang selanjutnya berdampak negatif terhadap volume produksi dalam negeri
dan pertumbuhan PDB serta meningkatkan jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan.
Dalam beberapa tahun belakangan ini ada kecenderungan bahwa peringkat Indonesia di
pasar dunia untuk sejumlah produk tertentu yang selama ini diunggulkan Indonesia, baik
barang-barang manufaktur seperti tekstil, pakaian jadi dan sepatu, maupun pertanian (termasuk
perkebunan) seperti kopi, cokelat dan biji-bijian, terus menurun relatif dibandingkan misalnya
Cina dan Vietnam. Ini tentu suatu pertanda buruk yang perlu segera ditanggapi serius oleh
dunia usaha dan pemerintah Indonesia. Jika tidak, bukan suatu yang mustahil bahwa pada
suatu saat di masa depan Indonesia akan tersepak dari pasar dunia untuk produk- produk
tersebut.

1. Impor. Dampak negatifnya adalah peningkatan impor yang apabila tidak dapat
dibendung karena daya saing yang rendah dari produk-produk serupa buatan dalam
negeri, maka tidak mustahil pada suatu saat pasar domestik sepenuhnya akan dikuasai oleh
produk- produk dari luar negeri. Dalam beberapa tahun belakangan ini ekspansi
dari produk-produk Cina ke pasar domestik Indonesia, mulai dari kunci inggris, jam tangan
tiruan hingga sepeda motor, semakin besar. Ekspansi dari barang- barang Cina tersebut tidak
hanya ke pertokoan-pertokoan moderen tetapi juga sudah masuk ke pasar-pasar
rakyat dipingir jalan.

2. Investasi. Liberalisasi pasar uang dunia yang membuat bebasnya arus modal antar
negara juga sangat berpengaruh terhadap arus investasi neto ke Indonesia. Jika daya saing
investasi Indonesia rendah, dalam arti iklim berinvestasi di dalam negeri tidak kondusif
dibandingkan di negara-negara lain, maka bukan saja arus modal ke dalam negeri akan
berkurang tetapi juga modal investasi domestik akan lari dari Indonesia yang pada aknirnya
membuat saldo neraca modal di dalam neraca pembayaran Indonesia negatif. Pada
gilirannya, kurangnya investasi juga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan produksi
dalam negeri dan ekspor. Seperti telah di bahas sebelumnya, sejak krisis ekonomi

1997/98, arus PMA ke Indonesia relatif berkurang dibandingkan ke negara- negara tetangga;
bahkan di dalam kelompok ASEAN, Indonesia menjadi negara yang paling tidak menarik untuk
PMA karena berbagai hal, mulai dari kondisi perburuan yang tidak lagi menarik investor
asing, masalah keamanan dan kepastian hukum, hingga kurangnya insentif, terutama insentif
fiskal bagi investasi-investasi baru. Sebaliknya, Vietnam, sebagai suatu contoh, menjadi sangat
menarik bagi investor asing karena tidak hanya tenaga kerjanya sangat disiplin dan murah, juga
pemerintah Vietnam memberikan tax holiday bagi investasi-investasi baru.

Tenaga kerja. Dampak negatifnya adalah membanjirnya tenaga ahli dari luar, dan kalau kualitas
SDM dalam negeri tidak segera ditingkatkan untuk dapat menyaingi kualitas SDM dari negara-
negara lain, tidak mustahil pada suatu ketika pasar tenaga kerja atau peluang kesempatan
kerja di dalam negeri sepenuhnya dikuasai oleh orang asing. Sementara itu, tenaga kerja
Indonesia (TKI) semakin kalah bersaing dengan tenaga kerja dari negara-negara lain di luar
negeri. Juga tidak mustahil pada suatu ketika TKI tidak lagi diterima di Malaysia, Singapura
atau Taiwan dan digantikan oleh tenaga kerja dari negara- negara lain seperti Filipina, India dan
Vietnam yang memiliki keahlian lebih tinggi dan tingkat kedisiplinan serta etos kerja yang lebih
baik dibandingkan TKI

3.Pengaruh Pembangunan di Era Globalisasi

Globalisasi Dan Pemenuhan Hak Asasi Manusia Atas Lingkungan Hidup Yang Baik dan Sehat

Saat ini dunia tengah berada di era globalisasi, yaitu suatu era yang melahirkan saling
ketergantungan antara negara yang satu dengan lainnya, yang menuntut dilakukannya kerja sama
yang erat untuk membangun kehidupan masing- masing negara. Globalisasi juga telah mengubah
peran negara yang mesti disesuaikan dengan realitas baru yang muncul di dunia, karena globalisasi
hanya akan berjalan dengan baik bila negara tetap berperan aktif didalamnya dan disesuaikan
dengan realitas baru yang muncul di dunia. Hal ini berarti bahwa globalisasi tidak
menghapuskan peran
negara, karena manfaat globalisasi hanya dapat dinikmati oleh masyarakat bila negara ikut
berperan aktif didalamnya sesuai dengan tanggung jawabnya. Pendorong utama terjadinya
globalisasi adalah ekspansi kapitalisme global yang menuntut agar tatanan perekonomian seluruh

dunia diserahkan kepada mekanisme pasar bebas.8 Dalam mekanisme pasar bebas ini, sudah barang
tentu terjadi praktek akumulasi modal, yang dilakukan oleh aktor perusahaan
multinasional/MNC, bagi mereka yang memiliki modal besar tentu akan tetap eksis dalam
kancah perdagangan bebas tersebut. Bagi pemilk modal besar apapun akan dilakukan untuk
menjaga hegemoninya. Salah satunya, menciptakan kondisi suatu mekanisme pasar yang sangat
tergantung pada dirinya, terutama pasar pada segmen negara-negara dunia ketiga, seperti halnya
Indonesia.

Modus dari perusahaan multinasional/ MNC salah satunya adalah melakukan kerjasama dengan
pemegang otoritas dan/atau dengan perusahaan-perusahaan domestik (joint), selain dengan cara
tersebut, bisa juga dilakukan melalui pembelian saham mayoritas sesuai mekanisme privatisasi,
yang kesemuanya ujung-ujungnya memposisikan rentang kelola dan kendali, hanya ada pada
perusahaan transnasional tersebut. Praktek seperti ini, semakin subur ketika berselimut dengan dalih
otonomi daerah. Banyak pimpinan daerah level provinsi maupun kabupaten, dengan alasan untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dibukalah kran seluas-luasnya untuk melakukan
kerjasama dan menarik investor asing berinvestasi pada sektor yang krusial-rentan terhadap
kerusakan lingkungan, seperti : pertambangan, perkebunan dan kehutanan. Akibatnya sudah
dapat diduga, terutama di daerah yang kaya akan sumber daya alam (SDA),

konflik dengan masyarakat local adat


sering mencuat. Hal ini terjadi karena tidak jumbuh ideologi kapitalis yang menjadi rohnya dari
investasi dengan konsep negara kesejahteraan yang lebih berkarakter sosialis. Menurut Frans
Magnis Suseno, bahwa sumber daya alam hanya akan dijadikan sarana belaka untuk memenuhi
kebutuhan manusia, oleh karena itu sumber daya alam dapat dieksploitasi secara besar-besaran untuk
kepentingan memaksimalkan laba

Hak Asasi Manusia (HAM)10 tidak akan bisa dilepaskan dari pandangan mengenai suatu hak
yang dimiliki dan melekat kepada setiap orang. Hak atas lingkungan juga menjadi bagian dari
HAM. Satu kesatuan ekosistem yang membentuk ala mini mempengaruhi suatu keseimbangan
kehidupan
ruang hidup bagi manusia. Tanpa keberlangsungan ekosistem tersebut, maka keberadaan umat
manusia juga terancam sehingga ancaman terhadap ekosistem merupakan juga ancaman terhadap
hak hidup manusia, yang merupakan hak dasar dari manusia
Merosotnya kualitas lingkungan, serta meningkatnya kesadaran dan kepedulian lingkungan
masyarakat dunia, telah melahirkan gerakan-gerakan dan gencarnya kampanye-kampanye
lingkungan di berbagai belahan bumi. Gerakan konsumen hijau (green consumers), cenderung
mempengaruhi masyarakat luas untuk mengkonsumsi produk yang peduli lingkungan. Gerakan ini
juga mendorong lahirnya persyaratan- persyaratan dalam perdagangan internasional seperti :
ecolabelling, cleaner production, dan ecoefficiency. Hal ini telah pula membuat para industriawan
di negara-negara maju terus berupaya melakukan terobosan-terobosan dalam memproduksi barang-
barang yang peduli terhadap lingkungan

4. Bagaimana masa depan demokrasi di Era Globalisasi

Peran Demokrasi Pancasila di Era Globalisasi

Dengan adanya globalisasi membawa dampak  untuk masyarakat itu sendiri diantaranya yaitu :

a.    Lunturnya nilai-nilai pancasila terhadap globalisasi

b.    Masyarakat khususnya remaja banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia

c.    Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidak pedulian antarperilaku sesama


warga negara

Selain itu, peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan
penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan
nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap
berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat
memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan
tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam
memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut .

Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang dicita-
citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa
mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa
diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang
diyakini kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk
mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa
Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa
menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.

Kita sebagai masyarakat Indonesia harus pandai memilah mana yang sesuai dan mana
yang tidak sesuai dengan ideology kita. Jangan sampai Kita terjerumus dalam suatu masalah
yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur ideology kita yang disebabkan oleh perkembangan
globalisasi didunia saat ini.

Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada
pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif
globalisasi terhadap nilai nasionalisme. Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif
globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu:

1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk


dalam negeri.
2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
3.  Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4.  Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti
sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
5.  Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial
budaya bangsa.

Dengan adanya langkah-langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh


globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan
kehilangan kepribadian bangsa

Anda mungkin juga menyukai