Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa adalah sindrom
atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna,
dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya
(impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari
manusia.1
Skizoafektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan dua gambaran
yang berulang yaitu gambaran gangguan skizofrenia (memenuhi kriteria A
skizofrenia) dan episode mood baik depresi mayor maupun bipolar.2
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama sama menonjol pada saat yang
bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang
lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi
dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun
episode manik atau depresif. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang
menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode
penyakit yang berbeda.
Skizoafektif merupakan penyakit kejiwaan kronis yang dapat berdampak
buruk pada pasien itu sendiri. Salah satu dampak terburuk dari gangguan ini
adalah bunuh diri. Hal ini turut menyumbang tingginya angka bunuh diri yang ada
didunia. Sehingga perlu untuk mendalami lebih jauh mengenai Skizoafektif
khususnya tipe manik agar dapat mencegah dan menatalaksana dengan cepat
penyakit ini.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk melengkapi syarat
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. H.B Saanin
Padang tahun 2019.

1
1.2.2. Tujuan Kusus
Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Skizoafektif Tipe
Manikdimulai dari defenisi penyekit hingga penatalaksanaan.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1. Bagi Penulis
Sebagai bahan acuan dalam mempelajari, memahami, dan mengembangkan
teori mengenaiSkizoafektif Tipe Manik.
1.3.2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sumber referensi bagi institusi pendidikan dalam
perkembangan ilmu kedokteran jiwa.
1.3.3. Bagi Masyarakat
Dapat menambah ilmu pengetahuan terhadap penyakit mengenai
pencegahan dan pengobatan Skzoafektif Tipe Manik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik yang
persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-sama dengan masalah
suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran.5 Referensi
lainnya menyebutkan bahwa gambaran utama gangguan skizoafektif adalah
adanya episode depresi mayor, manik, atau campuran yang terdapat bersamaan
dengan gejala-gejala skizofrenia (memenuhi kriteria A skizofrenia). Kriteria A
skizofrenia tersebut yaitu adanya waham, halusinasi, perilaku aneh, atau gejala
negatif. Gejala-gejala ini berlansung paling sedikit satu bulan.3
Gangguan skizoafektif terdiri dari tiga subtipe yaitu tipe manik, tipe depresi
dan tipe campuran.2 Skizoafektif tipe manik ditandai dengan adanya suasana
perasaan melambung, meningkat, ekspansif atau iritabel serta kegelisahan yang
meningkat. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih
baik lagi dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia).2

2.2. Epidemiologi
Statistik umum gangguan Skizoafektif yaitu kira kira 0,2% di Amerika
Serikat dari populasi umum dan sampai sebanyak 9% orang dirawat dirumah sakit
karena gangguan ini.5 Gangguan skizoafektif diperkirakan lebih sering terjadi
daripada gangguan bipolar. Prevalensi pada pria lebih rendah dari wanita. Onset
umur pada wanita lebih besar daripada pria. Beberapa data menunjukan bahwa
gangguan skizofrenia dan gangguan afektif mungkin berhubungan secara genetik.
Ada peningkatan resiko terjadinya gangguan skizofrenia diantara keluarga dengan
gangguan skizoafektif.4

2.3. Etiologi
Penyebab dari skizoafektif sulit dilakukan. Dugaan saat ini bahwa gangguan
skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu etiologi
mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan.

3
2.4. Patofisiologi
sebagaimana gangguan psikotik lainnya, patofisiologi pasti dari gangguan
skizoafektif belum diketahui secara pasti. Namun penelitian genetic menunjukan
kemungkinan jalur patofisiologi yang secara parsial sama dengan skizofrenia dan
gangguan bipolar.6 Namun dalam hal perubahan struktur otak, gangguan
skizoafektif lebih menyerupai skizofrenia. Penelitian oleh Amann et al
menemukan bahwa pasien dengan gangguan skizoafektif mengalami penurunan
volume otak pada area yang overlap dengan skizofrenia. Kerusakan otak yang
relative sama menunjukan patofisiologi keduanya melibatkan korteks frontal
medial, insula operculum, lobus temporalis, hipokampus, korteks pre dan post
centralis dan cerebellum.7
Keterlibatan struktur otak yang relative sama menunjukan kemungkinan
neurontransmitter yang terlibat dalam patofisiologi skizofrenia dan gangguan
skizoafektif relative sama, yaitu dopamine, glutamate, dan GABA.

2.5. Manifestasi Klinis


adanya perasaan senang berlebihan atau tanda-tanda mania (misalnya mood
hipertim, iritabel, banyak bicara, meningkatnya aktivitas motoric) yang
berlansung paling sedikit satu minggu yang muncul bersamaan dengan
pembicaraan kacau, waham, halusinasi, perilaku kacau, atau gejala negatif.

2.6. Diagnosis
Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnostik gangguan skizoafektif tipe
manik adalah sebagai berikut:
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
skizoafektif tipe manik
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak
begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak

4
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia, F20.-pedoman diagnostik (a) sampai dengan (d)).

2.7. Diagnosis Banding


Beberapa diagnosis banding dari gangguan skizoafektif adalah sebagai
berikut:2
1. Gangguan psikotik akibat kondisi medik umum
2. Delirium
3. Demensia
4. Gangguan psikotik akibat zat
5. Skizofrenia
6. Gangguan mood dengan gambaran psikotik
7. gangguan waham

2.8. Tatalaksana
2.8.1. Non Farmako Terapi
Edukasi penting dilakukan agar keluarga siap menghadapi deteriosasi yang
mungkin dapat terjadi. Diskusi dapat dilakukan mengenai problem sehari-hari,
hubungan dalam keluarga, dan hal-hal khusus lainnya misalnya tentang rencana
pendidikan atau pekerjaan pasien.3
2.8.2. Farmakoterapi Skizoafektif Tipe Manik
a. Fase Akut
Injeksi :
 Olanzapin, dosis 10 mg/mL injeksi intramuskular, dapat diulang setiap 2 jam,
dosis maksimum 30 mg/hari.
 Aripriprazol, dosis 9,75 mg/mL injeksi intramuskular, dapat diulang setiap 2
jam, dosis maksimum 29,25 mg/hari
 Haloperidol, dosis 5mg/mL injeksi intramuskular, dapat diulang setiap
setengah jam, dosis maksimum 20 mg/hari
 Diazepam, dosis 10mg/2mL injeksi intravena/intramuskular, dosis maksimum
30 mg/hari

5
Oral:
 Olanzapin 1x 10-30 mg/hari atau risperidon 2x1-3 mg/hari
 Lithium karbonat 2x400mg, dinaikan sampai kisaran terapeitik 0,8-1,2 mEq/L
(biasanya dicapai dengan dosis lithium karbonat 1200-1800 mg/hari, pada
fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis 2x250 mg/hari (atau
konsentrasi plasma 50-125 ųg/L) atau 1-2x500 mg/hari ER
 Lorazepam 3x1-2 mg/hari kalau perlu (gaduh gelisah atau insomnia)
 Haloperidol 5-20 mg/hari
Lama pemberian obat untuk fase akut adalah 2-8 minggu atau sampai tercapai
remisis absolut yaitu YMRS ≤9 atau MADRS ≤11 dan PANSS-EC ≤3 per butir
PANSS-EC.
Terapi lainnya : ECT (untuk pasien refrakter)

BAB III
LAPORAN KASUS

6
3.1 IDENTITAS
KETERANGAN PRIBADI PASIEN

Nama : Tn. IA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir/Usia :Lubuk Aur, 5 Agustus 1992/ 26 tahun
Agama : Islam
Suku : Minang
Pendidikan Terakhir : SMU
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
Jumlah anak : 1 orang
Alamat Pasien : Lubuk aur talaok, bayang pesisir
selatan
Alamat Orang Tua : Lubuk aur talaok, bayang pesisir
selatan
Perawatan : Kedelapan kali

KETERANGAN INFORMAN/ ALLOANAMNESIS


Nama (Inisial) :P
Umur : Kakak
Alamat : JL. Garuda V Blok V No.17 Lamau
Manis Selatan
Status : Kakak

3.2 RIWAYAT PSIKIATRI


A. Keluhan Utama

7
Gaduh gelisah sejak 1 minggu dan meningkat sejak tiga hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Gaduh gelisah meningkat sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit
(SMRS). Pasien banyak bicara, pembicaraan pasien ngaur, pasien suka
menghidupkan musik keras-keras sehingga menganggu oranglain, pasien juga
hanya ingin mengikuti kemauannya sendiri dan merasa pendapatnya saja yang
benar. Pasien menggertak ibu kandung dengan golok, memecahkan kaca rumah,
dan merasa curiga pada keluarganya. Pasien merasa kedua orangtuanya tidak adil
terhadap dirinya dibandingkan kepada saudaranya. Kemarahan pasien memuncak
saat tidak diberikan modal usaha oleh orangtuanya, sedangkan pasien merasa
orangtuanya royal terhadap saudaranya yang lain. Pasien mengatakan ia bisa
melihat bayangan seseorang yang bukan dirinya dan merasa seolah-olah bayangan
itu nyata dan merasuki tubuhnya, sesaat kemudian pasien merasa sangat
bersemangat melakukan aktivitas dan bekerja. Pasien juga merasa curiga terhadap
istrinya dan takut ditinggalkan oleh istrinya. Pasien mengatakan istrinya sering
merajuk dan pergi kerumah orangtuanya, istrinya selalu meminta sesuatu yang
tidak sanggup dibeli pasien, hal ini menyebabkan pasien stress dan suka
membentak dan memukuli istrinya. Nafsu makan pasien kurang dan pasien juga
kurang tidur. Pasien minum obat jiwa tidak teratur, obat yang biasanya
dikonsumsi pasien adalah Risperidon 2x 2mg, Lorazepam 1x1mg, B1 1x50mg,
dan THP 2x1mg.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien dirawat sudah kedelapan kalinya. Pertama kali pasien dirawat
karena pemakaian NAPZA pada tahun 2010. Pada rawatan kedua dan ketiga
pasien kabur dari rumah sakit. Pasien terakhir kalinya dirawat pada 2 Juni 2019
dengan keluhan yang sama dengan sakit saat ini. Pada tahun 2016 pasien pernah
memiliki keinginan untuk bunuh diri karena putus asa namun dicegah oleh
keluarga. Pada tahun 2017 pasien mengatakan setelah meminum alkohol pada

8
malam hari lalu pada subuh harinya pasien melihat ada orang dikeranda mayat
namun oranglain tidak bisa melihatnya.
b. Kondisi Medik Umum
Pasien menderita Hernia Scrotalis sejak kecil, pasien tidak ada riwayat
kejang. Pasien tidak ada riwayat trauma kepala dalam 3 bulan terakhir sebelum
muncul gejala.
c. Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien riwayat penyalahgunaan obat-obatan sejak tahun 2010. Pasien
mengonsumsi obat tersebut untuk penenang dimana awalnya di ajak teman-
temannya agar lebih tenang. Pasien mengatakan, saat menggunakan obat tersebut
merasa tenang, masalah-masalah tidak terpikirkan. Pasien kebiasaan minum
alkohol beriringan dengan pemakaian obat-obatan terlarang. Pasien terakhir kali
memakai NAPZA pada tahun 2016 dan masih meminum alkohol hingga tahun
2019 namun hanya sesekali jika ada acara karena merasa segan pada teman.
Pasien biasanya merokok 2-3 bungkus perhari

3.3 RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


D. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir secara normal dengan bidan, berat badan normal, tidak ada
komplikasi prenatal dan perinatal.

E. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)


Pada masa kanak-kanak awal, tidak ada kelainan, tumbuh kembangnya
baik, pasien sewaktu kanak-kanak bisa berbicara dan merangkak sesuai
pada waktunya. Kepribadian dan masalah perilaku normal seperti anak-
anak seusianya.

F. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (4-11 tahun)

9
Pada masa kanak, pasien pandai bergaul. Penyesuaian, identifikasi
gender, hukuman, hubungan sosial, sikap terhadap keluarga dan
penyesuaian terhadap teman baik seperti anak-anak normal seusiannya.

G. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja


Pasien memiliki banyak teman dan pandai bergaul. Pasien juga menyukai
lawan jenis dan mulai berpacaran sejak remaja. pasien suka bolos
sekolah sejak SMP. Pasien merasa mudah tersinggung sejak SMA dan
suka melawan kepada guru.

H. Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Riwayat pendidikan terakhir pasien adalah sampai SMU
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja berdagang dan mampu memenuhi kebutuhan makan
ia dan istrinya, rata-rata penghasilan pasien perhari adalah 100 ribu.
Namun sejak 2 bulan ini pasien tidak bekerja karena dirawat di RS
Jiwa.
c. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah sejak 5 tahun yang lalu, pasien menikah pertama kali
dan memiliki 1 orang istri dan anak laki-laki berusia 5 tahun, istri
pasien saat ini sedang hamil 5 bulan. Pasien hanya tinggal bersama
istri karena anak pertama tinggal bersama mertua pasien.
d. Agama
Pasien bergama Islam, pasien jarang melakukan ibadah wajib.
e. Aktivitas Sosial
Hubungan sosialnya dengan masyarakat cukup baik. Pasien cukup
sering berinteraksi dengan lingkungannya.

f. Situasi Kehidupan Sekarang

10
Pasien tinggal bersama istrinya, hubungan pasien dengan
orangtua dan saudaranya tidak harmonis karena pasien tidak bisa
dipercayai oleh keluarga dan pasien selalu merasa curiga dengan
keluarganya. Hubungan keluarga pasien dengan keluarga istrinya
tidak baik karena semenjak menikah kedua orangtua tidak pernah
merestui pernikahan pasien.
g. Riwayat Hukum
Pasien beberapa kali berurusan dengan hukum dan pihak yang
berwajib karena penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
h. Riwayat Psikoseksual
Pasien mengenal lawan jenis sejak remaja dan beberapa kali
berpacaran. Pasien hanya tertarik dengan perempuan. Pasien pernah
beberapa kali melakukan seks diluar nikah saat masih lajang.
i. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke-8 dari 8 bersaudara. Tidak ada anggota
keluarga riwayat melakukan penyalahgunaan obat-obatan, serta tidak
ada anggota keluarga riwayat mengalami gangguan jiwa.

Skema Pedigree:

j. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya

11
Pasien merasa dia adalah pekerja keras dan sanggup menghidupi
istrinya. Pasien terkadang merasa putus asa dengan sikap istrinya yang
banyak menuntut dan merasa keluarganya tidak adil terhadap dirinya.
k. Impian, Fantasi, dan Nilai-nilai
Pasien menyadari hal yang dia lakukan adalah salah, jika keluar dari
RS pasien ingin memperbaiki sikapnya terhadap istri dan berusaha
memperbaiki kehidupannya.

II. 3.4 STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
- Penampilan
Pasien seorang laki-laki berpenampilan kurang rapi, cukup bersih,
dan sesuai usia.
- Perilaku dan Aktivitas Motorik
Pasien tampak gelisah
- Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap tidak kooperatif terhadap pemeriksa selama
wawancara.

B. Mood dan Afek


Mood : Iritabel
Afek : Terbatas
Keserasian : Afek dan mood Serasi

C. Pembicaraan
Pembicaraan spontan, nada cukup tinggi, dan artikulasi jelas.

D. Gangguan Persepsi
Halusinasi Visual

E. Pikiran

12
Proses dan Bentuk Pikir : asosiasi longgar
Isi Pikir : Terdapat waham curiga

F. Sensorium dan Kognisi


Kesadaran : Compos Mentis , GCS = 15
Orientasi :
 Waktu : Baik, pasien dapat membedakan waktu pagi, siang,
dan malam
 Tempat : Baik, pasien dapat mengetahui bahwa ia berada di
RSJ HB Saanin Padang.
 Orang : Baik, pasien mengenali keluarga dan pemeriksa
Daya Ingat :
- Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien bisa mengingat tanggal lahir dan usia pasien dan bisa
mengingat alamat SD nya.
- Daya ingat jangka sedang
Baik, pasien bisa mengingat seluruh perjalanan penyakitnya dan
tahu kapan pasien mulai dirawat.
- Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien bisa mengingat apa yang pasien makan tadi pagi.
- Daya ingat segera
Baik, pasien dapat menyebutkan 5 angka tidak berurutan yang
diberikan pemeriksa secara baik dan benar.
Konsentrasi dan Perhatian :
Buruk, pasien tidak dapat berkonsentrasi dan perhatian saat melakukan
wawancara.
Kemampuan membaca dan menulis :
Baik, pasien dapat membaca dan menulis sesuai perintah pemeriksa.
Kemampuan visuospasial :
Baik, pasien dapat menggambarkan gambar 2 buah persegi lima
berdampingan sesuai perintah pemeriksa.
Pikiran Abstrak :

13
Baik, pasien dapat menyebutkan makna panjang tangan, ringan tangan,
dan bunga desa
Intelegensia dan Kemampuan Informasi :
Baik, sesuai dengan tingkat pendidikannya

G. Kemampuan Pengendalian Impuls


Saat wawancara, kemampuan pengendalian impuls terganggu

H. Daya Nilai dan Tilikan


- Daya nilai sosial dan uji daya nilai
Daya Nilai Sosial : Baik, pasien mengikuti kegiatan gotong
royong dan senam dibangsal
Uji Daya Nilai : Baik
- Penilaian Realita (RTA)
Terganggu
- Tilikan
Derajat 3 : sadar akan penyakitnya tetapi menyalahkan oranglain,
faktor luar atau faktor organic

I. Taraf Dapat Dipercaya


Pasien dapat dipercaya

3.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSITIK LEBIH LANJUT

14
Status Interna
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis cooperative
 Status Gizi : Cukup

- Tanda-tanda vital
 Tekan Darah : 130/90 mmhg
 Frekuensi Nadi : 84 x/menit
 Frekuensi Nafas : 18 x/menit
 Suhu : 36,50C

Status Neurologis
Tanda meningeal : Kaku kuduk (-), brudzinki (-), kernig sign (-)
o Motorik
555 555
555 555
o Sensorik : Baik

 Tanda efek Ekstrapiramidal


a. Tremor : Tidak ada
b. Akatisia : Tidak ada
c. Bradikinesia : Tidak ada
d. Cara Berjalan : Normal
e. Keseimbangan : Normal
f. Rigiditas : Tidak ada

3.6 FORMULA DIAGNOSTIK

15
Berdasarkan pemeriksaan, pada pasien ditemukan riwayat gejala dan
perilaku yang bermakna menimbulkan penderitaan maupun hendaya dalam
kehidupan pasien. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pasien
mengalami gangguan jiwa.
Untuk memastikan diagnosis gangguan jiwa, diperlukan wawancara
yang baik untuk mengumpulkan data dan informasi menhenai gejala yang
bermakna, jangka waktu, awitan, episode dan perjalanan penyakitnya

Aksis I
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah
mengalami trauma kepala yang dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum
menunjukan gangguan jiwa. Pasien juga tidak ada riwayat kejang. Oleh karena
itu, gangguan mental organik dapat disingkirkan (F00-09).
Pasien terakhir kali mengonsumsi NAPZA pada tahun 2016, pada tahun
2019 pasien hanya sesekali dalam beberapa bulan mengonsumsi alkohol dan
pasien tidak merasakan efek yang berarti setelah mengonsumsinya, sehingga
diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
dapat disingkirkan (F10-F19).
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis, pasien mengalami
gelisah, ekspansif dan iritabel dan mengalami kekacauan fikiran, halusinasi
visual, dan waham curiga beriringan dengan episode maniknya, hal ini terjadi
dalam 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sehingga dapat ditegakan aksis
1 gangguan skizoafektif tipe manik (F25.0).

Aksis II
Tidak ada diagnosa.

Aksis III
Tidak ada diagnosis

Aksis IV

16
Axis IV pada kasus pasien ini adalah primary support group. Istri
pasien sering merajuk dan pergi kerumah orangtuanya, pasien juga merasa
curiga kepada istri dan keluarganya, pasien merasa kedua orangtuanya tidak
adil terhadap dirinya. Permasalah pasien juga mengenai masalah ekonomi,
dimana sejak menikah pasien berpenghasilan pas-pasan dan hanya cukup
untuk biaya makan sehari-hari.

Aksis V
Penilaian Global Assesment of Functioning (GAF) Scale pada pasien
adalah 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi).

Formulasi Multiaksial
Aksis I : F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Primary support group dan masalah ekonomi
Aksis V : Global Assesment of Functiong (GAF) Scale = 40-31

3.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Anjuran pemeriksaan :
- Laboratorium darah
o Darah rutin : Hemoglobin, hematokrit, leukosit dan trombosit
o Kimia klinik :
 Faal hepar : SGOT/SGPT
 Faal ginjal : Ureum, creatinin
- Pemeriksaan urine

1. Pemeriksaan Psikiatri Tambahan


Tidak dilakukan pemeriksaan tambahan terhadap pasien.

3.8 PENATALAKSANAAN

17
A. Psikoterapi
a. Kepada pasien
- Psikoterapi Suportif
Yaitu berupa psikoterapi individual, terapi perilaku dan terapi
kognitif-perilaku, dan latihan keterampilan sosial.
Memberikan empati dan optimistic kepada pasien. Membantu
pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya.
- Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak tentang
gangguan yang dideritanya, serta memberikan edukasi
mengenai penyalahgunaan obat-obatan yang telah dilakukan
pasien.
b. Kepada keluarga
- Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif,
infornative, dan edukatif tentang penyakit pasien (penyabab,
gejala, dan hubungan antar gejala dan perilaku, perjalan
penyakit serta prognosis). Pada akhirnya diharapkan keluarga
bisa mendukung proses penyembuhan.
- Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada
pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek
samping yang mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu
juga ditekankan pentingnya pasien control dan minum obat
secara teratur.

B. Farmakoterapi
 Risperidon 2x2mg
 Asam valproat 2x125mg
 THP 2x2mg
 Lorazepam 1x2 mg

Kurva Perjalanan Penyakit

18
Tahun 2010 pasien Pasien dapat Pada rawatan Pasien saat ini

dirawat di RSJ menjalankan kedua dan ketiga dirawat di RSJ

karena pemakaian kehidupan sehari – pasien kabur dari Hb.Saanin sejak 18

NAPZA, pasien hari seperti biasa. RSJ dan kembali Juni 2019 karena

meracau dan Pasien rutin control dirawat pada 2 juni mengancam ibunya

memecahkan ke poli dan minum 2019 dengan dengan golok,

barang - barang di obat. keluhan melihat melihat bayangan,

rumahnya, pasien bayangan, curiga dan curiga pada

pulang dengan pada istri dan istri dan

kondisi sembuh. orangtua dan keluarganya.


merusak barang-
barang dirumahnya

3.9 PROGNOSIS

19
Penilain Baik Buruk
Onset Dewasa muda v
Relaps ada v
Dukungan keluarga ada v
Keadaan ekonomi ada v
Kepatuhan minum obat ada v
Faktor pencetus ada v
Genetic Tidak ada v
Penyakit lain/gangguan lain ada v

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Qou ad bonam : dubia ad bonam
Qou ad Sanation : dubia ad malam

BAB IV
ANALISA KASUS

20
Seorang pasien laki-laki, Tn.IA, 26 tahun, datang ke IGD RSJ HB Saanin
Padang pada tanggal 16 Juni 2019 diantar oleh keluarga dan polisi dengan
keluhan utama gaduh gelisah sejak I minggu dan meningkat 3 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit. Pasien banyak bicara, pembicaraan pasien ngaur,
pasien suka menghidupkan musik keras-keras sehingga menganggu oranglain,
pasien juga hanya ingin mengikuti kemauannya sendiri dan merasa pendapatnya
saja yang benar. Pasien menggertak ibu kandung dengan golok, memecahkan kaca
rumah, dan merasa curiga pada keluarganya. Pasien merasa kedua orangtuanya
tidak adil terhadap dirinya dibandingkan kepada saudaranya. Kemarahan pasien
memuncak saat tidak diberikan modal usaha oleh orangtuanya, sedangkan pasien
merasa orangtuanya royal terhadap saudaranya yang lain. Pasien mengatakan ia
bisa melihat bayangan seseorang yang bukan dirinya dan merasa seolah-olah
bayangan itu nyata dan merasuki tubuhnya, sesaat kemudian pasien merasa sangat
bersemangat melakukan aktivitas dan bekerja. Pasien juga merasa curiga terhadap
istrinya dan takut ditinggalkan oleh istrinya. Pasien mengatakan istrinya sering
merajuk dan pergi kerumah orangtuanya, istrinya selalu meminta sesuatu yang
tidak sanggup dibeli pasien, hal ini menyebabkan pasien stress dan suka
membentak dan memukuli istrinya. Nafsu makan pasien kurang dan pasien juga
kurang tidur. Paisen suka minum obat jiwa tidak teratur, obat yang biasanya
dikonsumsi pasien adalah Risperidon 2x 2mg, Lorazepam 1x1mg, B1 1x50mg,
dan THP 2x1mg.
Pasien dirawat sudah kedelapan kalinya. Pertama kali pasien dirawat
karena pemakaian NAPZA pada tahun 2010. Pada rawatan kedua dan ketiga
pasien kabur dari rumah sakit. Pasien terakhir kalinya dirawat pada 2 Juni 2019
dengan keluhan yang sama dengan sakit saat ini. Pada tahun 2016 pasien pernah
memiliki keinginan untuk bunuh diri karena putus asa namun dicegah oleh
keluarga. Pada tahun 2017 pasien mengatakan setelah meminum alkohol pada
malam hari lalu pada subuh harinya pasien melihat ada orang dikeranda mayat
namun oranglain tidak bisa melihatnya.
Berdasarka PPDGJ III, formulasi diagnosis multiaksial didapatkan, aksis I
yaitu gangguan skizoafektif tipe manik (F25.0), aksis II tidak ada diagnosis, aksis

21
III tidak ada diagnosis, aksis IV yaitu primary support grup dan masalah ekonomi,
dan aksis V dengan Global assesment of function (GAF) Scale 40-31.
Rencana anjuran pemeriksaan pada pasien adalah laboratorium darah rutin :
Hemoglobin, hematokrit, leukosit dan trombosit, kimia klinik : faal hepar
SGOT/SGPT dan faal ginjal ureum dan creatinin, serta pemeriksaan urine
Penatalaksanaan pada pasien tersebut adalah farmakoterapi yaitu Risperidon
2x2mg, asam valproat 2x125mg, Trihexylphenidyl 2x2mg, dan lorazepam 1x2 mg
serta terapi nonfarmakoterapi mencakup psikoterapi individual, terapi perilaku
dan terapi kognitif-perilaku, dan latihan keterampilan sosial, psikoedukasi, serta
psikoterapi keluarga.

Follow Up Pasien

22
Nama Pasien (inisial) : IA

Hari/tanggal : 30 Juni 2019


S/ Pasien tampak tenang, tidur tidak terganggu, nafsu makan baik, pasien
sudah tidak gelisah, pasien mengatakan ingin cepat pulang dan menemui
istrinya, pasien mengatakan ia orang hebat
O/ Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Status Mentalis:
 Penampilan : Laki-laki, cukup terawat, sesuai usia
 Perilaku dan aktivitas motorik : aktif
 Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
 Mood : labil
 Afek : luas
 Pembicaraan : spontan, artikulasi jelas, volume sedang
 Gangguan persepsi : halusinasi negative
 Proses dan bentuk piker : asosiasi longgar
 Isi pikir : waham kebesaran
 Orientasi waktu,tempat,orang : tidak terganggu
 Tilikan : Derajat 5
 Kemampuan penilaian realita : terganggu
A/ Skizoafektif tipe manik
P/ Penatalaksanaan:
 Risperidon 2x2 mg
 Asam valproate 2x125 mg
 THP 2x2 mg
 Lorazepam 1x2 mg

Hari/tanggal : 5 Juli 2019

23
S/ Pasien tampak tenang, tidur tidak terganggu, nafsu makan baik, pasien
sudah tidak gelisah, pasien merasa keluarganya membuang dirinya, pasien
takut ditinggalkan istrinya, pasien mendengar suara-suara bisikan
O/ Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Status Mentalis:
 Penampilan : Laki-laki, cukup terawat, sesuai usia
 Perilaku dan aktivitas motorik : aktif
 Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
 Mood : disforik
 Afek : luas
 Pembicaraan : spontan, artikulasi jelas, volume sedang
 Gangguan persepsi : halusinasi auditorik
 Proses dan bentuk piker : asosiasi longgar
 Isi pikir : waham curiga
 Orientasi waktu,tempat,orang : tidak terganggu
 Tilikan : Derajat 5
 Kemampuan penilaian realita : terganggu
A/ Skizoafektif tipe manik
P/ Penatalaksanaan:
 Risperidon 2x3 mg
 Asam valproate 2x250 mg
 THP 2x2 mg
 Lorazepam 1x2 mg

24
Hari/tanggal : 14 Juli 2019
S/ Pasien tampak tenang, tidur tidak terganggu, nafsu makan baik, pasien
sudah tidak gelisah, pasien mengatakan rindu dengan istrinya dan ingin
memperbaiki kondisi keluarganya saat sudah pulang kerumah
O/ Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Status Mentalis:
 Penampilan : Laki-laki, cukup terawat, sesuai usia
 Perilaku dan aktivitas motorik : aktif
 Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
 Mood : eutim
 Afek : luas
 Pembicaraan : spontan, artikulasi jelas, volume sedang
 Gangguan persepsi : halusinasi negative
 Proses dan bentuk piker : asosiasi longgar
 Isi pikir : waham negatif
 Orientasi waktu,tempat,orang : tidak terganggu
 Tilikan : Derajat 6
 Kemampuan penilaian realita : tidak terganggu
A/ Skizoafektif tipe manik
P/ Penatalaksanaan:
 Risperidon 2x2 mg
 Asam valproate 2x125 mg
 THP 2x2 mg
 Lorazepam 1x2 mg

25

Anda mungkin juga menyukai