BAB I Skizoafektif Nana
BAB I Skizoafektif Nana
PENDAHULUAN
1
1.2.2. Tujuan Kusus
Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Skizoafektif Tipe
Manikdimulai dari defenisi penyekit hingga penatalaksanaan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik yang
persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-sama dengan masalah
suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran.5 Referensi
lainnya menyebutkan bahwa gambaran utama gangguan skizoafektif adalah
adanya episode depresi mayor, manik, atau campuran yang terdapat bersamaan
dengan gejala-gejala skizofrenia (memenuhi kriteria A skizofrenia). Kriteria A
skizofrenia tersebut yaitu adanya waham, halusinasi, perilaku aneh, atau gejala
negatif. Gejala-gejala ini berlansung paling sedikit satu bulan.3
Gangguan skizoafektif terdiri dari tiga subtipe yaitu tipe manik, tipe depresi
dan tipe campuran.2 Skizoafektif tipe manik ditandai dengan adanya suasana
perasaan melambung, meningkat, ekspansif atau iritabel serta kegelisahan yang
meningkat. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih
baik lagi dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia).2
2.2. Epidemiologi
Statistik umum gangguan Skizoafektif yaitu kira kira 0,2% di Amerika
Serikat dari populasi umum dan sampai sebanyak 9% orang dirawat dirumah sakit
karena gangguan ini.5 Gangguan skizoafektif diperkirakan lebih sering terjadi
daripada gangguan bipolar. Prevalensi pada pria lebih rendah dari wanita. Onset
umur pada wanita lebih besar daripada pria. Beberapa data menunjukan bahwa
gangguan skizofrenia dan gangguan afektif mungkin berhubungan secara genetik.
Ada peningkatan resiko terjadinya gangguan skizofrenia diantara keluarga dengan
gangguan skizoafektif.4
2.3. Etiologi
Penyebab dari skizoafektif sulit dilakukan. Dugaan saat ini bahwa gangguan
skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu etiologi
mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan.
3
2.4. Patofisiologi
sebagaimana gangguan psikotik lainnya, patofisiologi pasti dari gangguan
skizoafektif belum diketahui secara pasti. Namun penelitian genetic menunjukan
kemungkinan jalur patofisiologi yang secara parsial sama dengan skizofrenia dan
gangguan bipolar.6 Namun dalam hal perubahan struktur otak, gangguan
skizoafektif lebih menyerupai skizofrenia. Penelitian oleh Amann et al
menemukan bahwa pasien dengan gangguan skizoafektif mengalami penurunan
volume otak pada area yang overlap dengan skizofrenia. Kerusakan otak yang
relative sama menunjukan patofisiologi keduanya melibatkan korteks frontal
medial, insula operculum, lobus temporalis, hipokampus, korteks pre dan post
centralis dan cerebellum.7
Keterlibatan struktur otak yang relative sama menunjukan kemungkinan
neurontransmitter yang terlibat dalam patofisiologi skizofrenia dan gangguan
skizoafektif relative sama, yaitu dopamine, glutamate, dan GABA.
2.6. Diagnosis
Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnostik gangguan skizoafektif tipe
manik adalah sebagai berikut:
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
skizoafektif tipe manik
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak
begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak
4
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia, F20.-pedoman diagnostik (a) sampai dengan (d)).
2.8. Tatalaksana
2.8.1. Non Farmako Terapi
Edukasi penting dilakukan agar keluarga siap menghadapi deteriosasi yang
mungkin dapat terjadi. Diskusi dapat dilakukan mengenai problem sehari-hari,
hubungan dalam keluarga, dan hal-hal khusus lainnya misalnya tentang rencana
pendidikan atau pekerjaan pasien.3
2.8.2. Farmakoterapi Skizoafektif Tipe Manik
a. Fase Akut
Injeksi :
Olanzapin, dosis 10 mg/mL injeksi intramuskular, dapat diulang setiap 2 jam,
dosis maksimum 30 mg/hari.
Aripriprazol, dosis 9,75 mg/mL injeksi intramuskular, dapat diulang setiap 2
jam, dosis maksimum 29,25 mg/hari
Haloperidol, dosis 5mg/mL injeksi intramuskular, dapat diulang setiap
setengah jam, dosis maksimum 20 mg/hari
Diazepam, dosis 10mg/2mL injeksi intravena/intramuskular, dosis maksimum
30 mg/hari
5
Oral:
Olanzapin 1x 10-30 mg/hari atau risperidon 2x1-3 mg/hari
Lithium karbonat 2x400mg, dinaikan sampai kisaran terapeitik 0,8-1,2 mEq/L
(biasanya dicapai dengan dosis lithium karbonat 1200-1800 mg/hari, pada
fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis 2x250 mg/hari (atau
konsentrasi plasma 50-125 ųg/L) atau 1-2x500 mg/hari ER
Lorazepam 3x1-2 mg/hari kalau perlu (gaduh gelisah atau insomnia)
Haloperidol 5-20 mg/hari
Lama pemberian obat untuk fase akut adalah 2-8 minggu atau sampai tercapai
remisis absolut yaitu YMRS ≤9 atau MADRS ≤11 dan PANSS-EC ≤3 per butir
PANSS-EC.
Terapi lainnya : ECT (untuk pasien refrakter)
BAB III
LAPORAN KASUS
6
3.1 IDENTITAS
KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama : Tn. IA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir/Usia :Lubuk Aur, 5 Agustus 1992/ 26 tahun
Agama : Islam
Suku : Minang
Pendidikan Terakhir : SMU
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
Jumlah anak : 1 orang
Alamat Pasien : Lubuk aur talaok, bayang pesisir
selatan
Alamat Orang Tua : Lubuk aur talaok, bayang pesisir
selatan
Perawatan : Kedelapan kali
7
Gaduh gelisah sejak 1 minggu dan meningkat sejak tiga hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit.
8
malam hari lalu pada subuh harinya pasien melihat ada orang dikeranda mayat
namun oranglain tidak bisa melihatnya.
b. Kondisi Medik Umum
Pasien menderita Hernia Scrotalis sejak kecil, pasien tidak ada riwayat
kejang. Pasien tidak ada riwayat trauma kepala dalam 3 bulan terakhir sebelum
muncul gejala.
c. Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien riwayat penyalahgunaan obat-obatan sejak tahun 2010. Pasien
mengonsumsi obat tersebut untuk penenang dimana awalnya di ajak teman-
temannya agar lebih tenang. Pasien mengatakan, saat menggunakan obat tersebut
merasa tenang, masalah-masalah tidak terpikirkan. Pasien kebiasaan minum
alkohol beriringan dengan pemakaian obat-obatan terlarang. Pasien terakhir kali
memakai NAPZA pada tahun 2016 dan masih meminum alkohol hingga tahun
2019 namun hanya sesekali jika ada acara karena merasa segan pada teman.
Pasien biasanya merokok 2-3 bungkus perhari
9
Pada masa kanak, pasien pandai bergaul. Penyesuaian, identifikasi
gender, hukuman, hubungan sosial, sikap terhadap keluarga dan
penyesuaian terhadap teman baik seperti anak-anak normal seusiannya.
H. Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Riwayat pendidikan terakhir pasien adalah sampai SMU
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja berdagang dan mampu memenuhi kebutuhan makan
ia dan istrinya, rata-rata penghasilan pasien perhari adalah 100 ribu.
Namun sejak 2 bulan ini pasien tidak bekerja karena dirawat di RS
Jiwa.
c. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah sejak 5 tahun yang lalu, pasien menikah pertama kali
dan memiliki 1 orang istri dan anak laki-laki berusia 5 tahun, istri
pasien saat ini sedang hamil 5 bulan. Pasien hanya tinggal bersama
istri karena anak pertama tinggal bersama mertua pasien.
d. Agama
Pasien bergama Islam, pasien jarang melakukan ibadah wajib.
e. Aktivitas Sosial
Hubungan sosialnya dengan masyarakat cukup baik. Pasien cukup
sering berinteraksi dengan lingkungannya.
10
Pasien tinggal bersama istrinya, hubungan pasien dengan
orangtua dan saudaranya tidak harmonis karena pasien tidak bisa
dipercayai oleh keluarga dan pasien selalu merasa curiga dengan
keluarganya. Hubungan keluarga pasien dengan keluarga istrinya
tidak baik karena semenjak menikah kedua orangtua tidak pernah
merestui pernikahan pasien.
g. Riwayat Hukum
Pasien beberapa kali berurusan dengan hukum dan pihak yang
berwajib karena penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
h. Riwayat Psikoseksual
Pasien mengenal lawan jenis sejak remaja dan beberapa kali
berpacaran. Pasien hanya tertarik dengan perempuan. Pasien pernah
beberapa kali melakukan seks diluar nikah saat masih lajang.
i. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke-8 dari 8 bersaudara. Tidak ada anggota
keluarga riwayat melakukan penyalahgunaan obat-obatan, serta tidak
ada anggota keluarga riwayat mengalami gangguan jiwa.
Skema Pedigree:
11
Pasien merasa dia adalah pekerja keras dan sanggup menghidupi
istrinya. Pasien terkadang merasa putus asa dengan sikap istrinya yang
banyak menuntut dan merasa keluarganya tidak adil terhadap dirinya.
k. Impian, Fantasi, dan Nilai-nilai
Pasien menyadari hal yang dia lakukan adalah salah, jika keluar dari
RS pasien ingin memperbaiki sikapnya terhadap istri dan berusaha
memperbaiki kehidupannya.
C. Pembicaraan
Pembicaraan spontan, nada cukup tinggi, dan artikulasi jelas.
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi Visual
E. Pikiran
12
Proses dan Bentuk Pikir : asosiasi longgar
Isi Pikir : Terdapat waham curiga
13
Baik, pasien dapat menyebutkan makna panjang tangan, ringan tangan,
dan bunga desa
Intelegensia dan Kemampuan Informasi :
Baik, sesuai dengan tingkat pendidikannya
14
Status Interna
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis cooperative
Status Gizi : Cukup
- Tanda-tanda vital
Tekan Darah : 130/90 mmhg
Frekuensi Nadi : 84 x/menit
Frekuensi Nafas : 18 x/menit
Suhu : 36,50C
Status Neurologis
Tanda meningeal : Kaku kuduk (-), brudzinki (-), kernig sign (-)
o Motorik
555 555
555 555
o Sensorik : Baik
15
Berdasarkan pemeriksaan, pada pasien ditemukan riwayat gejala dan
perilaku yang bermakna menimbulkan penderitaan maupun hendaya dalam
kehidupan pasien. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pasien
mengalami gangguan jiwa.
Untuk memastikan diagnosis gangguan jiwa, diperlukan wawancara
yang baik untuk mengumpulkan data dan informasi menhenai gejala yang
bermakna, jangka waktu, awitan, episode dan perjalanan penyakitnya
Aksis I
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah
mengalami trauma kepala yang dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum
menunjukan gangguan jiwa. Pasien juga tidak ada riwayat kejang. Oleh karena
itu, gangguan mental organik dapat disingkirkan (F00-09).
Pasien terakhir kali mengonsumsi NAPZA pada tahun 2016, pada tahun
2019 pasien hanya sesekali dalam beberapa bulan mengonsumsi alkohol dan
pasien tidak merasakan efek yang berarti setelah mengonsumsinya, sehingga
diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
dapat disingkirkan (F10-F19).
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis, pasien mengalami
gelisah, ekspansif dan iritabel dan mengalami kekacauan fikiran, halusinasi
visual, dan waham curiga beriringan dengan episode maniknya, hal ini terjadi
dalam 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sehingga dapat ditegakan aksis
1 gangguan skizoafektif tipe manik (F25.0).
Aksis II
Tidak ada diagnosa.
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
16
Axis IV pada kasus pasien ini adalah primary support group. Istri
pasien sering merajuk dan pergi kerumah orangtuanya, pasien juga merasa
curiga kepada istri dan keluarganya, pasien merasa kedua orangtuanya tidak
adil terhadap dirinya. Permasalah pasien juga mengenai masalah ekonomi,
dimana sejak menikah pasien berpenghasilan pas-pasan dan hanya cukup
untuk biaya makan sehari-hari.
Aksis V
Penilaian Global Assesment of Functioning (GAF) Scale pada pasien
adalah 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi).
Formulasi Multiaksial
Aksis I : F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Primary support group dan masalah ekonomi
Aksis V : Global Assesment of Functiong (GAF) Scale = 40-31
3.8 PENATALAKSANAAN
17
A. Psikoterapi
a. Kepada pasien
- Psikoterapi Suportif
Yaitu berupa psikoterapi individual, terapi perilaku dan terapi
kognitif-perilaku, dan latihan keterampilan sosial.
Memberikan empati dan optimistic kepada pasien. Membantu
pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya.
- Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak tentang
gangguan yang dideritanya, serta memberikan edukasi
mengenai penyalahgunaan obat-obatan yang telah dilakukan
pasien.
b. Kepada keluarga
- Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif,
infornative, dan edukatif tentang penyakit pasien (penyabab,
gejala, dan hubungan antar gejala dan perilaku, perjalan
penyakit serta prognosis). Pada akhirnya diharapkan keluarga
bisa mendukung proses penyembuhan.
- Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada
pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek
samping yang mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu
juga ditekankan pentingnya pasien control dan minum obat
secara teratur.
B. Farmakoterapi
Risperidon 2x2mg
Asam valproat 2x125mg
THP 2x2mg
Lorazepam 1x2 mg
18
Tahun 2010 pasien Pasien dapat Pada rawatan Pasien saat ini
NAPZA, pasien hari seperti biasa. RSJ dan kembali Juni 2019 karena
meracau dan Pasien rutin control dirawat pada 2 juni mengancam ibunya
3.9 PROGNOSIS
19
Penilain Baik Buruk
Onset Dewasa muda v
Relaps ada v
Dukungan keluarga ada v
Keadaan ekonomi ada v
Kepatuhan minum obat ada v
Faktor pencetus ada v
Genetic Tidak ada v
Penyakit lain/gangguan lain ada v
BAB IV
ANALISA KASUS
20
Seorang pasien laki-laki, Tn.IA, 26 tahun, datang ke IGD RSJ HB Saanin
Padang pada tanggal 16 Juni 2019 diantar oleh keluarga dan polisi dengan
keluhan utama gaduh gelisah sejak I minggu dan meningkat 3 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit. Pasien banyak bicara, pembicaraan pasien ngaur,
pasien suka menghidupkan musik keras-keras sehingga menganggu oranglain,
pasien juga hanya ingin mengikuti kemauannya sendiri dan merasa pendapatnya
saja yang benar. Pasien menggertak ibu kandung dengan golok, memecahkan kaca
rumah, dan merasa curiga pada keluarganya. Pasien merasa kedua orangtuanya
tidak adil terhadap dirinya dibandingkan kepada saudaranya. Kemarahan pasien
memuncak saat tidak diberikan modal usaha oleh orangtuanya, sedangkan pasien
merasa orangtuanya royal terhadap saudaranya yang lain. Pasien mengatakan ia
bisa melihat bayangan seseorang yang bukan dirinya dan merasa seolah-olah
bayangan itu nyata dan merasuki tubuhnya, sesaat kemudian pasien merasa sangat
bersemangat melakukan aktivitas dan bekerja. Pasien juga merasa curiga terhadap
istrinya dan takut ditinggalkan oleh istrinya. Pasien mengatakan istrinya sering
merajuk dan pergi kerumah orangtuanya, istrinya selalu meminta sesuatu yang
tidak sanggup dibeli pasien, hal ini menyebabkan pasien stress dan suka
membentak dan memukuli istrinya. Nafsu makan pasien kurang dan pasien juga
kurang tidur. Paisen suka minum obat jiwa tidak teratur, obat yang biasanya
dikonsumsi pasien adalah Risperidon 2x 2mg, Lorazepam 1x1mg, B1 1x50mg,
dan THP 2x1mg.
Pasien dirawat sudah kedelapan kalinya. Pertama kali pasien dirawat
karena pemakaian NAPZA pada tahun 2010. Pada rawatan kedua dan ketiga
pasien kabur dari rumah sakit. Pasien terakhir kalinya dirawat pada 2 Juni 2019
dengan keluhan yang sama dengan sakit saat ini. Pada tahun 2016 pasien pernah
memiliki keinginan untuk bunuh diri karena putus asa namun dicegah oleh
keluarga. Pada tahun 2017 pasien mengatakan setelah meminum alkohol pada
malam hari lalu pada subuh harinya pasien melihat ada orang dikeranda mayat
namun oranglain tidak bisa melihatnya.
Berdasarka PPDGJ III, formulasi diagnosis multiaksial didapatkan, aksis I
yaitu gangguan skizoafektif tipe manik (F25.0), aksis II tidak ada diagnosis, aksis
21
III tidak ada diagnosis, aksis IV yaitu primary support grup dan masalah ekonomi,
dan aksis V dengan Global assesment of function (GAF) Scale 40-31.
Rencana anjuran pemeriksaan pada pasien adalah laboratorium darah rutin :
Hemoglobin, hematokrit, leukosit dan trombosit, kimia klinik : faal hepar
SGOT/SGPT dan faal ginjal ureum dan creatinin, serta pemeriksaan urine
Penatalaksanaan pada pasien tersebut adalah farmakoterapi yaitu Risperidon
2x2mg, asam valproat 2x125mg, Trihexylphenidyl 2x2mg, dan lorazepam 1x2 mg
serta terapi nonfarmakoterapi mencakup psikoterapi individual, terapi perilaku
dan terapi kognitif-perilaku, dan latihan keterampilan sosial, psikoedukasi, serta
psikoterapi keluarga.
Follow Up Pasien
22
Nama Pasien (inisial) : IA
23
S/ Pasien tampak tenang, tidur tidak terganggu, nafsu makan baik, pasien
sudah tidak gelisah, pasien merasa keluarganya membuang dirinya, pasien
takut ditinggalkan istrinya, pasien mendengar suara-suara bisikan
O/ Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Status Mentalis:
Penampilan : Laki-laki, cukup terawat, sesuai usia
Perilaku dan aktivitas motorik : aktif
Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
Mood : disforik
Afek : luas
Pembicaraan : spontan, artikulasi jelas, volume sedang
Gangguan persepsi : halusinasi auditorik
Proses dan bentuk piker : asosiasi longgar
Isi pikir : waham curiga
Orientasi waktu,tempat,orang : tidak terganggu
Tilikan : Derajat 5
Kemampuan penilaian realita : terganggu
A/ Skizoafektif tipe manik
P/ Penatalaksanaan:
Risperidon 2x3 mg
Asam valproate 2x250 mg
THP 2x2 mg
Lorazepam 1x2 mg
24
Hari/tanggal : 14 Juli 2019
S/ Pasien tampak tenang, tidur tidak terganggu, nafsu makan baik, pasien
sudah tidak gelisah, pasien mengatakan rindu dengan istrinya dan ingin
memperbaiki kondisi keluarganya saat sudah pulang kerumah
O/ Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Status Mentalis:
Penampilan : Laki-laki, cukup terawat, sesuai usia
Perilaku dan aktivitas motorik : aktif
Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
Mood : eutim
Afek : luas
Pembicaraan : spontan, artikulasi jelas, volume sedang
Gangguan persepsi : halusinasi negative
Proses dan bentuk piker : asosiasi longgar
Isi pikir : waham negatif
Orientasi waktu,tempat,orang : tidak terganggu
Tilikan : Derajat 6
Kemampuan penilaian realita : tidak terganggu
A/ Skizoafektif tipe manik
P/ Penatalaksanaan:
Risperidon 2x2 mg
Asam valproate 2x125 mg
THP 2x2 mg
Lorazepam 1x2 mg
25