Anda di halaman 1dari 101

MODUL SUPLEMEN PPG PGSD

KEGIATAN BELAJAR 2

PENDIDIKAN PANCASILA
DAN KEWARGANEGARAAN

KB 2 PGSD PPKN 63
MODUL
SUPLEMEN PPG PGSD

KEGIATAN BELAJAR 2
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Penulis:
Dr. Sutarno
Dr. Sunarso
Penelaah:
Dr. At. Sugeng Priyanto, M.Si.
Drs. Rohmad Widodo, M.Si.
Triningsih, S.Pd.SD, M.Pd.
Muchamad Haris Tarmidi, S.Pd.SD

Copyright © 2020
Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin
tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan.

KB 2 PGSD PPKN 64
DAFTAR ISI

A. Pendahuluan ............................................................................................................67
1. Deskripsi Singkat ..................................................................................................67
2. Manual Prosedur Penggunaan Modul.................................................................68
B. Inti ............................................................................................................................69
1. Capaian Pembelajaran : .......................................................................................69
2. Petunjuk Belajar (Aktivitas Pengalaman Belajar) ................................................69
C. Advanced Material ...................................................................................................70
1. Hak Asasi Manusia ...............................................................................................72
a. Perkembangan Jaminan Konstitusional Terhadap HAM di Masa Lalu, Masa
Kini dan Masa Datang. ..................................................................................73
b. Permasalahan HAM dalam Kehidupan di Masyarakat dan Siswa dengan
Siswa. ......................................................................................................... 100
2. Pengamalan Pancasila. ..................................................................................... 104
a. Hubungan Agama dan Pancasila ............................................................... 105
b. Kajian Ilmiah Filosofis Pancasila ................................................................ 107
c. Nilai-nilai Objektif dan Subjektif Pancasila ................................................ 111
d. Makna Sila-sila Pancasila ........................................................................... 114
e. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik, Hukum, Sosial Budaya,
dan Ekonomi .............................................................................................. 117
f. Panduan Pengamalan Pancasila ................................................................ 122
3. Hukum dan Sistem Peradilan di Indonesia ....................................................... 126
a. Hakikat Indonesia Sebagai Negara Hukum .............................................. 127
b. Sistem Peradilan di Indonesia ................................................................... 132
D. Telaah kasus .......................................................................................................... 138
1. Kasus Pertama : Pelanggaran HAM di Sekolah ................................................ 138
2. Kasus Kedua : Implementasi Sila-sila Pancasila ................................................ 140
E. Penutup ................................................................................................................. 141

KB 2 PGSD PPKN 65
1. Rangkuman ....................................................................................................... 141
2. Tes formatif ...................................................................................................... 144
3. Refleksi ............................................................................................................. 159
4. Rujukan ............................................................................................................. 159

KB 2 PGSD PPKN 66
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) pada
dasarnya terdiri dari dua hal esensial yaitu Pendidikan Pancasila yang lebih
bertumpu pada Pendidikan nilai-nilai moral Pancasila yang menghasilkan
pribadi yang bermoral baik. Sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan lebih
menekankan pembentukan sebagai warga negara yang cinta tanah air dan
baik. PPKn merupakan ilmu pengetahuan yang dimaksudkan membentuk
warga negara Indonesia yang memahami akan hak dan kewajibannya
berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam wadah NKRI yang
menjunjung tinggi prinsip bhinneka tunggal ika. Jadi PPKn berupaya
menjadikan peserta didik sebagai pribadi cerdas dan baik sesuai dengan nilai
nilai Pancasila sekaligus warga negara yang cinta tanah air dan baik.

Advanced material PPKn ini merupakan pengembangan dari modul


pendalaman materi PPKn SD untuk PPG yang terdiri dari 4 Kegiatan Belajar
(KB) yaitu; 1) Hak Asasi Manusia; 2) Persatuan dan Kesatuan dalam
Keberagamaan Masyarakat Multikultur 3) Konsep Nilai, Moral, dan Norma, (4)
Pancasila dan Kewarganegaraan Global. Berdasarkan KB tersebut dibuat 3
Advanced material PPKn SD yang terdiri dari (1) perkembangan jaminan
konstitusional gagasan HAM masa lalu, masa kini dan masa datang, dan
permasalahan HAM dalam kehidupan sehari-hari (2) Pengamalan Pancasila,
(3) hukum dan sistim hukum di Indonesia.

Mengapa dipilih ketiga hal ini sebagai Advanced material? Karena


berbagai “kegaduhan” negeri ini banyak terkait dengan jalinan peristiwa HAM,
Pancasila, dan hukum. Banyaknya pelanggaran HAM yang disebabkan belum

KB 2 PGSD PPKN 67
maksimalnya upaya penegakan dan pemajuan HAM dianggap sebagai bentuk
pengamalan Pancasila. Yang nyata (das sein) dianggap sebagai yang
seharusnya (das sollen). Akibatnya Pancasila sering menjadi “sasaran tembak”
bagi kelompok anti Pancasila untuk menyudutkan bahkan seruan untuk
mengganti Pancasila. Namun sejarah selalu membuktikan bahwa Pancasila
merupakan solusi terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia yang multikultural
dalam segala segi ini.

2. Manual Prosedur Penggunaan Modul


Petunjuk penggunaan model advanced material PPKn ini diawali
dengan:

a. Peserta memilih topik aktual yang sedang berkembang terkait dengan


materi HAM, Pengamalan Pancasila, hukum dan sistem peradilan di
Indonesia.

b. Peserta mengidentifikasi masalah utama sebagai bagian dari topik aktual


untuk dikembangkan aktivitas dalam proses pembelajaran

c. Peserta menentukan aktivitas penyelidikan yang dapat dilaksanakan


secara individu atau berkelompok

d. Peserta menentukan indikator ketercapaian dari masing-masing tahapan


kegiatan penyelidikan

e. Peserta mengembangkan asesmen untuk mengukur ketercapaian dari


setiap indikator dan membuat refleksi dari hasil ketercapaian dan kendala
selama proses pembelajaran.

KB 2 PGSD PPKN 68
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari advanced materials pada kegiatan belajar ini,
diharapkan Saudara mampu menguasai materi yang mencakup materi HAM,
Persatuan dan Kesatuan dalam Keberagamaan Masyarakat Multikultur Konsep
Nilai, Moral, dan Norma, serta Pancasila dan Kewarganegaraan Global.

Sub capaian pembelajaran :

a. Peserta didik mampu mensintesis perkembangan gagasan HAM masa


lalu, masa kini dan masa datang

b. Menganalisis kasus HAM dalam kehidupan sehari hari siswa SD

c. Peserta didik mampu menganalisis pengamalan Pancasila

d. Peserta didik mampu mengevaluasi berbagai peristiwa aktual


berdasarkan hukum dan sistem peradilan di Indonesia;

2. Petunjuk Belajar (Aktivitas Pengalaman Belajar)


a. Peserta mengamati fenomena/masalah topik aktual yang sedang
berkembang dan aktual melalui berbagai sumber belajar offline dan online
terkait dengan materi dalam modul yaitu HAM, Persatuan dan Kesatuan
dalam Keberagamaan Masyarakat Multikultur Konsep Nilai, Moral, dan
Norma, serta Pancasila dan Kewarganegaraan Global.

b. Peserta menggali berbagai informasi kunci dan potensi pertanyaan yang


muncul dari masalah utama untuk digunakan sebagai tahap awal kegiatan
penyelidikan dengan memperhatikan hal-hal yang perlu dicermati

KB 2 PGSD PPKN 69
c. Peserta merancang aktivitas penyelidikan dengan memanfaatkan
ketersedian sumber belajar yang ada di lingkungannya, baik sumber
belajar cetak maupun non cetak.

d. Peserta melakukan peragaan bagaimana pemerolehan data dan cara


menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi selama proses
penyelidikan

e. Peserta mampu mengkomunikasikan temuan dan evaluasinya atas


materi offline dan Online dengan dukungan konsep tepat

C. Advanced Material
Agar Saudara memiliki kompetensi yang diharapkan dalam mempelajari
advanced material PPKn pada kegiatan belajar ini, ikutilah petunjuk belajar berikut
ini.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai Saudara paham betul
tentang apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini.
2. Cermati kata-kata kunci yang ada pada materi ini dan jadikan tautan/link yang
ada ini sebagai bahan diskusi. Ada beberapa aktivitas belajar yang perlu
Saudara cermati dalam menggunakan Advanced material ini:
a. Mengamati (Observing). Bacalah materi dengan cermat dan bukalah
tautan/link yang dirujuk dalam tulisan ini atau mungkin juga mencari
rujukan sendiri. Dengan mengamati sajian tersebut munculkan sejumlah
pertanyaan kritis yang dapat Saudara kaji lebih lanjut.
b. Menanya (Questioning). Pertanyakan dan lacaklah keakuratan sumber
informasi yang digunakan agar Saudara tidak menggunakan berita Hoax
sebagai bahan diskusi. Singkirkan berita yang Saudara nilai sebagai berita
Hoax. Caranya: lacak sumber beritanya. Apakah sahih dari lembaga atau

KB 2 PGSD PPKN 70
sumber yang memang layak mengeluarkan berita atau data tersebut.
Misalnya pertanyakan: “Informasi ini berasal dari mana? Benarkan data
tersebut, tahun berapa informasi itu terjadi karena sering terjadi data yang
ada hanyalah remix data lama? Belajarlah menerima perbedaan pendapat,
pikirkan kembali apa yang ada dalam pikiran Saudara, dan sekaligus
belajarlah bagaimana sopan santun dalam bertanya atau merespon
pertanyaan dengan baik.
c. Mencoba (Experimenting). Cobalah mencari informasi penting dari link
yang ditunjuk atau link menarik lain yang Saudara temukan. Catatlah kata
kunci atau generalisasi yang diambil. Saringlah dan pilih yang sesuai topik.
d. Menalar (associating). Cermati juga apakah di dalamnya mengandung
ujaran kebencian atau memecah belah bangsa ini? Jika ada maka jangan
digunakan sebagai dasar diskusi karena kita sebenarnya sudah mengetahui
maksud pemberitaan atau pendapat tersebut. Apakah berita atau topik
tersebut bertentangan dengan ajaran agama atau Pancasila? Jika
bertentangan maka abaikan saja. Analisalah kepentingan penulis atau
penutur data atau opini dalam setiap berita yang ada. Misalnya: apakah dia
netral dalam menulis berita atau opini, benar-benar memperjuangkan
rakyat, atau ada muatan politik dari partai atau kelompok tertentu?
e. Mengkomunikasikan (Communicating). Lakukan sharing pendapat dengan
teman atau instruktur untuk memperdalam materi atau yang
berkompeten di bidangnya. Cobalah Saudara komunikasikan atau
tunjukkan hasil telaah Saudara pada kolega, secara lisan atau tulisan, atau
bentuk karya lain sehingga mendapat respon yang lebih luas. Sajikan
kesimpulan hasil pekerjaannya di hadapan teman-teman sekelas. Saudara
juga dapat mengkomunikasikan karya-karya terbaik dengan
memanfaatkan berbagai saluran positif dan konstruktif yang ada, sehingga

KB 2 PGSD PPKN 71
bisa direspon oleh pembaca terdidik dan lebih luas. Misalnya, karya
dipublikasikan jurnal, koran dan sebagainya ?

Cermati Advanced Material singkat berikut ini:

•Pro kontra HAM dalam UUD


•Bidang HAM
•Pelanggaran HAM berat dan ringan
HAM •Penegakan HAM (regulasi, lembaga negara dan LSM
•Pembelajaran HAM (Berbasis kehidupan sehari hari
dengan metode ilmiah)

•Konsep Wasantara aspek alamiahdan aspek


sosial
•Sebab multikulturalisme (geografis, asal etnis/ras,
Multikultur budaya asing, penerimaan masyarakat, TIK)
•Penyakit budaya (prasangka, etnosentrisme,
stereotipe, rasisme, diskriminasi, pengkambing
hitaman)
•Kaitan dan contoh yang
Nilai, norma, moral berhubungan
•Pentingnya
•Pancasila sebagai kesepakatan
Pancasila dan warga nasional
•Kita wajib berpartisipasi dalam
negara global masyarakat global, namun tetap
berkepribadian Pancasila

1. Hak Asasi Manusia


2. Pengamalan Pancasila
3. Hukum dan sistim hukum di Indonesia

1. Hak Asasi Manusia


Pada advanced material Hak Asasi Manusia (HAM) ini akan dibahas (a)
perkembangan jaminanan konstitusional terhadap HAM di masa lalu, masa
kini, dan masa datang dan (b) permasalahan HAM dalam kehidupan sehari hari.
Yang dimaksud dengan jaminan konstitusional terhadap HAM disini adalah

KB 2 PGSD PPKN 72
terdapatnya peraturan perundangan yang bersifat konstitusional yang dibuat
manusia untuk menghormati, memenuhi, melindungi, memajukan , dan
menegakkan HAM.

a. Perkembangan Jaminan Konstitusional Terhadap HAM di Masa Lalu, Masa


Kini dan Masa Datang.
Perhatikan berita berikut ini
“Jakarta - Tanggal 3 Desember lalu (2019) dirayakan sebagai Hari
Disabilitas Internasional. Tahun ini, peringatan di Tanah Air mengambil tema
"Indonesia Inklusi dan Ramah Disabilitas". Tema tersebut dapat menjadi
pengingat pada gagasan pendidikan untuk semua. Hak, kesempatan,
kesetaraan, dan akses yang sama menjadi isu penting dalam dunia
pendidikan mutakhir. Termasuk bagi anak-anak difabel atau anak
berkebutuhan khusus. Mereka berhak memiliki pintu-pintu yang sama untuk
dapat belajar di sekolah seperti anak-anak yang lain”
https://news.detik.com/kolom/d-4331309/pendidikan-inklusi-bagi-anak-
difabel.
Terlihat jelas bahwa hak, kesempatan, kesetaraan, dan akses yang
sama menjadi isu penting dalam dunia pendidikan mutakhir. Hak Asasi
Manusia (HAM) adalah standar dasar untuk hidup bermartabat, termasuk
anak berkebutuhan khusus. Melanggar hak asasi dapat diartikan
memperlakukan orang seolah-olah bukan manusia. Fakta menunjukkan
bahwa pelanggaran hak asasi manusia, khususnya hak anak justru banyak di
lingkungan sekolah dasar. Bacalah berita dibawah ini.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan kasus
pelanggaran hak anak yang terjadi selama Januari-April 2019 paling banyak
di sekolah dasar (SD). Ketua KPAI Susanto memaparkan temuan berasal dari
laporan yang diterima lembaganya lewat divisi pengaduan, hasil
pengawasan, serta kasus-kasus yang informasinya menyebar di media sosial

KB 2 PGSD PPKN 73
dan pemberitaan media massa. Susanto mencatat KPAI menemukan 25
kasus pelanggaran hak anak di tingkat SD, 5 kasus di tingkat SMP, 6 kasus di
tingkat SMA, dan 1 kasus di Perguruan Tinggi. Menurut Susanto, kasus
kekerasan dan perundungan lebih banyak ditemukan di sekolah dasar
daripada jenjang pendidikan lainnya. Baca selengkapnya di artikel "KPAI
Temukan Kasus Pelanggaran Hak Anak pada 2019 Terbanyak di SD",
https://tirto.id/kpai-temukan-kasus-pelanggaran-hak-anak-pada-2019-
terbanyak-di-sd-dnwX.
Perhatikan berita sederhana di atas “… berasal dari laporan yang diterima
lembaganya … divisi pengaduan… hasil pengawasan ….. kasus media massa
…” (Kemukakan apa artinya berita ini dengan memperhatikan penekanan
yang disebutkan di atas. Saudara dapat melihatnya dari jenjang Pendidikan,
banyaknya kasus, sumber informasi, lembaga yang menangani kasus,
peranan dan inisiatif Lembaga, dan sebagainya).

1). Hak Asasi Manusia, Negara Hukum, dan Demokrasi


Dalam sejarah perkembangan HAM, konsepsi HAM muncul
sebagai reaksi atas kekuasaan absolut sebagaimana ungkapan
Letat’est Moi (Negara adalah Saya) yang dikemukakan oleh Louis XIV
yang pada akhirnya melahirkan sistem konstitusional dan konsep
negara hukum, baik itu rechtstaat maupun rule of law. Kekuasaan
mutlak pada satu tangan (raja) menimbulkan kesewenang-wenangan,
sebagaimana diungkapkan dalil Lord Acton: power tends to corrupt,
absolute power corrupt absolutely (Budihardjo, 1983: 57). Menurut
philipus M. Hadjon sebagaimana dikutip Masda El-Muhtaj (2005: 23),
konsep rechtstaat lahir dari perjuangan menentang absolutisme yang
bersifat revolusioner. Sebaliknya konsep rule of law berkembang
secara evolusioner. Hal ini tampak dari isi maupun kriteria rechtstaat

KB 2 PGSD PPKN 74
dan rule of law itu sendiri. Konsep rechtstaat berpijak pada sistem
hukum Eropa Kontinental yang disebut civil law. Sedang konsep rule of
law bertumpu pada sistem hukum common law atau Anglo-saxon.
Di zaman modern, konsep Negara Hukum di Eropa Kontinental
bertumpu pada negara hukum material yang dikembangkan antara
lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte, dengan
menggunakan istilah Jerman, yaitu rechtsstaat yang lebih
menekankan materi keadilan dalam hukum. Sedangkan dalam tradisi
Anglo-saxon, berpijak pada konsep Negara hukum formal yang
dikembangkan A.V. Dicey dengan sebutan The Rule of Law yang lebih
menekankan peraturan perundangan yang tertulis.
Profesor Utrecht (1962: 9) membedakan antara Negara
Hukum Formil (atau Negara Hukum Klasik), dan Negara Hukum
Materiil (atau Negara Hukum Modern). Negara Hukum Formil
menyangkut pengertian hukum yang bersifat formil dan sempit, yaitu
dalam arti peraturan perundang-undangan tertulis, sedangkan Negara
Hukum Materiil lebih menekankan keadilan. Karena itu, Wolfgang
Friedmann (1959) dalam bukunya ‘Law in a Changing Society’
membedakan antara ‘rule of law’ dalam arti formil yaitu dalam arti
‘organized public power’, dan ‘rule of law’ dalam arti materiil yaitu ‘the
rule of just law’. Pembedaan ini untuk menegaskan bahwa keadilan
tidak otomatis terwujud secara substantif, karena hukum itu sendiri
dapat dipengaruhi oleh aliran negara hukum formil dan dapat pula
dipengaruhi oleh aliran negara hukum materiil. Jika hukum hanya
dipahami secara kaku dan sempit dalam arti bunyi peraturan
perundang-undangan tertulis, maka pengertian negara hukum
menjadi sempit dan terbatas serta belum tentu menjamin substansi

KB 2 PGSD PPKN 75
keadilan. Karena itu, di samping istilah ‘the rule of law’, Friedman juga
menggunakan istilah ‘the rule of just law’ untuk memastikan bahwa
dalam pengertian ‘the rule of law’ tercakup pengertian keadilan yang
lebih esensiil daripada sekedar memfungsikan peraturan perundang-
undangan tertulis dalam arti sempit.
Menurut Julius Stahl, konsep Negara Hukum yang disebutnya
dengan istilah rechtsstaat itu mencakup empat elemen penting, yaitu:
(1) Perlindungan hak asasi manusia, (2) Pembagian kekuasaan, (3)
Pemerintahan berdasarkan undang-undang, dan (4) Peradilan tata
usaha Negara. (Assiddiqie, J. “Gagasan Negara Hukum Indonesia”,
trial::http://www. docudesk.com, diakses pada tanggal 3 April 2020,
pukul 16:00 WIB). Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri
penting dalam setiap Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah
The Rule of Law, yaitu: (1) Supremacy of Law (Supremasi hukum). (2)
Equality before the law (persamaan kedudukan setiap orang dalam
hukum dan pemerintahan), (3) Due Process of Law (asas legalitas
dalam segala bentuknya). Ditambahkan oleh The International
Commission of Jurist, dengan prinsip peradilan bebas dan tidak
memihak (independence and impartiality of judiciary), keempat
prinsip rechtsstaat Julius Stahl yang digabungkan dengan ketiga
prinsip Rule of Law A.V. Dicey menandai ciri-ciri Negara Hukum
modern sekarang sebagai prinsip yang diperlukan dalam setiap negara
demokrasi.
Menurut M. Scheltema (Arief Sidharta, 2004: 124) ada lima
unsur-unsur dan asas-asas Negara Hukum itu yang baru, yaitu: (1).
Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia yang
berakar dalam penghormatan atas martabat manusia (human dignity),

KB 2 PGSD PPKN 76
(2) Berlakunya asas kepastian hukum, (3) Berlakunya Persamaan di
hadapan hukum (Equality before the Law), (4) Asas demokrasi dimana
setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk turut
serta dalam pemerintahan atau untuk mempengaruhi tindakan
pemerintahan, (5) Pemerintah mengemban amanat sebagai pelayan
masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai
dengan tujuan bernegara yang bersangkutan. Demikianlah keterkaitan
antara hak asasi manusia, negara hukum (konstitusional), dan
demokrasi.
Pada modul PPKn PGSD telah Saudara baca bagaimana pada
saat persiapan kemerdekaan, masuknya HAM di dalam UUD NRI 1945
mengalami pro dan kontra. Namun saat ini seruan HAM sedunia
menekan semua negara untuk mematuhinya tidak terkecuali
Indonesia yang mengakomodasinya dalam bentuk jaminan
konstitusional. Pada tahap persiapan kemerdekaan, masalah HAM
menjadi perdebatan dalam dalam sidang-sidang pembahasan UUD.
Catatan sejarah yang ditulis dalam Risalah Sidang BPUPKI-PPKI (Yamin,
1992; Bahar, 1995) menunjukkan bagaimana Moh. Yamin yang
didukung Moh. Hatta harus berdebat dengan Soekarno dan Soepomo
dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Saat itu Soepomo menyatakan bahwa jangan
menyandarkan negara kita pada aliran perseorangan, tetapi pada
aliran kekeluargaan. Supomo mengemukakan bahwa HAM berasal
dari cara berpikir yang diimpor dari Barat yang liberal dan
individualistik yang menempatkan warga negara berhadapan dengan
negara, dan karena itu, paham HAM tidak sesuai dengan “ide
integralistik dari bangsa Indonesia”. Bentuk negara integralistik

KB 2 PGSD PPKN 77
menganggap bahwa HAM berlebihan dan memberi dampak negatif.
Menurut Supomo manusia Indonesia menyatu dengan negaranya dan
karena itu tidak masuk akal mau melindungi individu dari negara. Oleh
karena menurut pikiran saya (Soepomo) aliran kekeluargaan sesuai
dengan sifat ketimuran. Jadi saya anggap tidak perlu mengadakan
declaration of rights, ujar Soepomo. Pendapat Soepomo didukung
oleh Soekarno yang menganggap bahwa individualistik inilah yang
akan menimbulkan konflik di negara kita bila masalah tersebut
dimasukkan dalam UUD (Swasono, 1992: 261). Soekarno memandang
hak-hak perorangan selalu dibawah kepentingan bersama (Soekarno,
1966: 78). Sukarno mengemukakan bahwa keadilan yang
diperjuangkan bagi bangsa Indonesia bukanlah keadilan individual,
melainkan keadilan sosial dan karena itu HAM dan hak-hak dasar
warga negara tidak pada tempatnya dalam UUD.
Sebaliknya, Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin
memperingatkan bahwa bisa saja negara menjadi negara kekuasaan
dan karena itu hak-hak dasar warga negara perlu dijamin. Saat itu,
Yamin bersikukuh agar deklarasi hak asasi manusia diatur dalam
konstitusi.

www.kompas.com

KB 2 PGSD PPKN 78
Yamin merasa perlu sekali lagi mengulang penjelasannya. Saya
minta perhatian betul-betul, karena yang kita bicarakan ini hak rakyat,
ujarnya. Ia melanjutkan, bila hak rakyat itu tidak terang dalam
konstitusi maka telah terjadi kekhilafan Grondwettelijke fout. Artinya,
kesalahan undang-undang hukum dasar. Itu besar sekali dosanya buat
rakyat, tuturnya. Apalagi, lanjut Yamin, rakyat Indonesia telah lama
menantikan haknya dari republik yang mereka bela selama ini.
Jaminan hak asasi pun tidak untuk warga negara an sich. Seluruh
penduduk akan diperlindungi oleh republik ini. Artinya, berdasarkan
konsep Yamin, semua penduduk baik warga negara indonesia maupun
warga negara asing mendapat jaminan hak konstitusional.
Selain Moh. Yamin, Mohammad Hatta juga gigih
memperjuangkan masuknya HAM dalam UUD 1945. Meskipun Hatta
mendapat kritikan kawan-kawan politiknya, tetapi Hatta tetap
konsisten dan tegar membela prinsip-prinsip HAM agar kita tidak
dianggap sebagai negara kekuasaan dan penting bagi pembangunan
bangsa seutuhnya.
Soekarno dan Soepomo menolak dimasukkannya HAM dalam
UUD 1945 karena pertimbangan politik (Soekarno) dan budaya
(Soepomo), sedangkan Moh. Hatta dan Moh. Yamin menyetujui
dimasukkannya HAM dalam UUD 1945 karena alasan politik (Moh.
Hatta) dan budaya (Moh. Yamin) pula. Jadi sebenarnya keberadaan
HAM di dalam UUD 1945 merupakan hasil kompromi dari dua kubu
yang berhadapan, sehingga HAM dimasukkan didalam UUD 1945
tetapi hanya sedikit yaitu pasal 27 hingga 34.
Bagaimana dengan kondisi sekarang yang sudah banyak
mengadopsi HAM sedunia dan bagaimana HAM di masa depan? Untuk

KB 2 PGSD PPKN 79
lebih memahami perkembangan hak asasi manusia, kita perlu
mendalami bagaimana HAM itu sendiri sudah diperjuangan secara
konstitusional sejak 5000 tahun lalu namun hingga kini belum bisa
terwujud secara ideal. Kita perlu mencermati apa yang diperjuangan
HAM, dominasi penguasa dan jaminan hukum di setiap periode
sejarah.
Seberapa pentingkah mempelajari sejarah HAM? Pertanyaan
ini layak dipertimbangkan karena mempelajari sejarah, utamanya
HAM kadang memicu debat berkelanjutan, simpang siur dan
cenderung terjadi penyalahgunaan isu HAM. Padahal, sejarah
menunjukkan data mengenai awal mula munculnya HAM sebagai
sebuah gagasan hingga menjelma menjadi standar dan norma umum
sedunia yang dalam perkembangannya bahkan sejumlah instrumen
hukum HAM mensyaratkan negara-negara terikat untuk
merumuskannya dalam peraturan perundang-undangannya. Dalam
konteks ke-Indonesia-an, ada kewajiban dan tanggung jawab negara
mengimplementasikan HAM dalam langkah-langkah efektif bidang
hukum, politik, ekonomi, sosial dan budaya, pertahanan dan
keamanan.

2). Periodisasi Pemikiran dan Perkembangan HAM di Dunia


Tulisan berikut ini akan mendalami periodisasi historis dan
penekanan HAM dari masa lalu, masa kini dan serta kemungkinan
masa depan HAM ditinjau dari aspek jaminan konstitusi agar dapat
lebih memahami semangat, jiwa, dan arah HAM dunia, selanjutnya
dibahas periodisasi HAM di Indonesia. Hak Asasi Manusia dapat dilihat
dari tiga periodisasi standar yang membagi tiga kurun waktu utama
dalam kajian sejarah (https://id.wikipedia.org/wiki/

KB 2 PGSD PPKN 80
Abad_Pertengahan# Terminologi_ dan_periodisasi), yakni Zaman
Klasik atau Kuno (…. – 475 M) , Zaman Pertengahan atau abad
pertengahan (476 M – 1500 M) , dan Zaman Modern (1500 M sampai
sekarang hingga masa depan)

a). Zaman Kuno (…. – 475 M)


(1). Periode Pembebasan Manusia dari Kebiasaan Hukum dalam
Sistem Sosial yang Melanggar Ham.
Secara historis, Hak Asasi Manusia (HAM) di zaman
kuno sudah dikenal sejak zaman Nabi Musa ketika
membebaskan Bani Israel dari penindasan dan perbudakan
bangsa Mesir 3000 SM. Perbudakan dipandang sebagai
kebiasaan hukum dan dibenarkan dalam sistem sosial selama
zaman kuno. Saat itu budak dianggap sebagai sebagai alat
produksi yang tidak memiliki kebutuhan dasar minimum dan
tidak menikmati segala jenis hak. Meskipun hak asasi manusia
sudah ada dalam kepercayaan agama yang mengakui kesucian
kehidupan manusia, namun belum mewujud sebagai sebuah
aturan kitab undang undang buatan manusia yang membahas
HAM.

(2). Periode Konstitusional Awal Perlindungan HAM


Empat temuan kitab hukum atau undang-undang paling
awal yang membahas konsep HAM :
- Undang-undang Urukagina (2380 SM–2360 SM)
- Undang-undang Neo-Sumeria Ur-Nammu (2112–2095 SM)
- Undang-undang Hammurabi (1780 SM)
- Koresh Agung atau Cyrus the Great (539 SM)
Undang-undang Urukagina (Uruinimgina atau Irikagina)
dibuat oleh Urukagina, seorang penguasa dari Lagash, negara

KB 2 PGSD PPKN 81
kota di Mesopotamia yang menghapuskan pajak untuk janda
dan yatim piatu, mewajibkan kota untuk membayar biaya
pemakaman (termasuk makanan dan minuman untuk
perjalanan jenazah), dan orang kaya harus menggunakan uang
perak saat membeli makanan dari orang miskin, dan jika orang
miskin tidak mau menjual, orang kuat (orang kaya dan
pendeta) tidak dapat memaksa.
Aturan hukum yang tertua kedua yang membahas HAM
adalah Undang-undang Neo-Sumeria Ur-Nammu. Undang-
undang Ur-Nammu dianggap maju pada zamannya karena
terdapat denda atau ganti rugi untuk kerusakan, sementara
undang-undang Babilonia menganut asas lex talionis (‘mata
ganti mata’); namun, pembunuhan, perampokan, perzinaan,
dan pemerkosaan dapat diganjar hukuman mati.
Selanjutnya, tiga abad kemudian muncul undang-
undang atau Piagam Hammurabi. Kitab Undang-undang
Hammurabi (Code of Hammurabi) merupakan
prasasti hukum kuno Babilonia berukuran 2,25 meter karya
raja Hammurabi yang berisi 282 peraturan tentang
perdagangan, perbudakan, penuduhan, ganti rugi kerusakan,
pencurian, dan hubungan keluarga. Salah satu peraturan
terkenal dari prasasti ini adalah hukum balas-setimpal yang
mirip dengan Hukum di Kitab Taurat: “Jika seseorang merusak
mata milik orang lain, mereka harus merusak mata milik
perusak itu. Jika seseorang mematahkan tulang milik orang
lain, mereka harus mematahkan tulang milik orang (yang
mematahkan) itu.”

KB 2 PGSD PPKN 82
Temuan yang lebih baru berasal dari Kekaisaran Persia
Achaemenid di Iran kuno di bawah pemerintahan Koresh
Agung (Cyrus the Great), pendiri Kekaisaran Persia yang
menetapkan prinsip-prinsip hak asasi manusia. Raja ini disebut
namanya dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian lama karena
titahnya untuk mengembalikan orang orang buangan,
termasuk bangsa Yahudi, kembali ke tanah air masing-masing
serta mengijinkan orang Yahudi membangun kembali Bait Suci
di Yerusalem.
Beberapa laman berikut dapat digunakan sebagai
tambahan informasi untuk mendukung materi di atas.
https://id.wikipedia.org/wiki/Koresh_Agung
https://id.wikipedia.org/wiki/Hammurabi
https://id.wikipedia.org/wiki/Urukagina.
https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_Ur-Nammu.

b). Zaman Pertengahan (476 M – 1500 M)


(1). Periode Negosiasi: Pelepasan Sebagian Hak Prerogatif
Penguasa yang Diikat Hukum dan Jaminan Kebebasan Manusia
(Lahirnya HAM dan hukum konstitusional)
Magna Carta atau Piagam Besar diratifikasi di Inggris
pada 15 Juni 1215 sebagai reaksi atas kelaliman Raja John.
Piagam ini terlahir dari perseteruan antara Raja John, Paus
Innocent III dan para bangsawan Inggris kelas Baron. Selain
menjadi perjanjian damai, fungsi Magna Carta ialah
meniadakan kekuasaan absolut seorang raja.
Berkat keberadaan Magna Carta, kekuasaan raja tidak
absolut dan sewenang wenang. Piagam Besar itu menjadi
tonggak sejarah lahirnya hak asasi manusia dan hukum

KB 2 PGSD PPKN 83
konstitusional. Sejumlah hak raja dicabut, berganti dengan
keputusan berdasarkan pertimbangan hukum, menghomati
prosedur hukum dan asas kemanusiaan (Chodhry, 1992: 49).
Perjanjian ini tergolong dokumen paling progresif pada masa
itu. Magna Carta dipandang sebagai tonggak penting dalam
pengembangan Inggris yang demokratis di masa mendatang.
Beberapa laman berikut dapat digunakan sebagai
tambahan informasi untuk mendukung materi di atas.

https://news.okezone.com/read/2017/06/15/18/1716483/h
istoripedia-magna-carta-lahir-dari-perseteruan-antara-raja-
john-paus-dan-baron

c). Zaman Modern (1500 M sampai sekarang hingga masa depan)


(1). Periode Pembaharuan atau Rennaisance yang lebih menjamin
kebebasan warga negara di hadapan hukum
Memasuki zaman modern, langkah penting parlemen
Inggris pada periode pembaharuan atau renaissance adalah
lahirnya dokumen HAM yang terkenal yaitu Petition of Right,
Habeas Corpus Act dan Bill of Rights.

KB 2 PGSD PPKN 84
(a). Petition of Right
Petition of Right adalah dokumen konstitusional
Inggris yang menetapkan kebebasan spesifik dari hal-hal
yang dilarang oleh raja. Disahkan pada tanggal 7 Juni 1628,
Petisi berisi pembatasan perpajakan non-Parlementer,
memaksa penggajian tentara, penjara tanpa alasan, dan
membatasi penggunaan darurat militer. Menyusul
perselisihan antara Parlemen dan Raja Charles I mengenai
eksekusi Perang Tiga Puluh Tahun, Parlemen menolak
memberikan subsidi dalam mendukung upaya perang,
yang menyebabkan Raja Charles I mengumpulkan
"pinjaman paksa" tanpa persetujuan Parlemen dan secara
sewenang-wenang memenjarakan mereka yang menolak
membayar. Ada sebanyak 4 Pasal dalam Petisi Hak sebagai
berikut:
Pasal 1: Tidak seorang pun harus membayar pajak tanpa
persetujuan parlemen.
Pasal 2: Tidak seorang pun dapat dipenjara tanpa alasan
yang cukup yang ditunjukkan dengan perintah Kerajaan.
Pasal 3: Tidak boleh ada pasukan yang ditempatkan di
rumah pribadi tanpa persetujuan dan kompensasi kepada
pemiliknya.
Pasal 4: Raja tidak boleh mengeluarkan hukum Tindakan
Darurat Militer (Proceeding Martial Law).

(b). Habeas Corpus Act


Habeas Corpus Act adalah aturan yang diterima
pada masa pemerintahan Raja Charles II pada tahun
1679, dan diamendemenkan parlemen. Habeas Corpus Act

KB 2 PGSD PPKN 85
dijadikan sebagai hukum dasar dalam konstitusi federal
dan negara bagian untuk jaminan kebebasan dan hak
seseorang di depan hukum. Ketika seseorang diancam
hukuman penjara, perlu ada sidang yang mewajibkan
terdakwa hadir pada waktu yang ditentukan disertai sebab
penahanan yang jelas agar keputusan ditetapkan secara
adil.

(c). Bill of Rights


Bill of Rights disahkan oleh Parlemen pada 16
Desember 1689 dalam berbentuk undang-undang
Deklarasi Hak yang ditetapkan Raja William dan Mary. Di
dalamnya ditetapkan batas-batas kekuasaan Raja dan hak-
hak Parlemen serta aturan kebebasan berbicara di
Parlemen, persyaratan untuk pemilihan reguler ke
Parlemen dan hak mengajukan petisi kepada raja tanpa
takut akan pembalasan. Bill of Rights juga menetapkan
persyaratan konstitusional tertentu terhadap Raja untuk
meminta persetujuan Parlemen, yang mewakili rakyat. Bill
of Rights menetapkan hak-hak dasar tertentu untuk semua
orang Inggris. Hak-hak ini terus berlaku hingga hari ini,
tidak hanya di Inggris dan Wales, tetapi juga di setiap
wilayah hukum Persemakmuran. Bill of Rights menetapkan
bahwa:
➢ Tidak ada campur tangan kerajaan di bidang hukum.
Meskipun kedaulatan tetap menjadi sumber keadilan,
ia tidak dapat secara sepihak mengadili atau bertindak
sebagai hakim.

KB 2 PGSD PPKN 86
➢ Tidak ada pajak yang merupakan Royal Prerogative.
Kesepakatan parlemen menjadi penting untuk
penerapan pajak baru apa pun.
➢ Hanya pengadilan sipil yang legal, bukan pengadilan
Gereja.
➢ Kebebasan untuk mengajukan petisi kepada raja
tanpa takut akan pembalasan
Dua revolusi besar terjadi selama di Amerika
Serikat (1776) dan di Prancis (1789) diwarnai oleh
semangat pemenuhan hak dasar asasi manusia dalam
menghadapi dominasi penguasa. Deklarasi Kemerdekaan
Amerika Serikat yang kemudian mencakup konsep-konsep
hak-hak alamiah menyatakan "bahwa semua manusia
diciptakan sama, yang dianugerahi oleh Penciptanya
dengan hak-hak tertentu yang tidak dapat dicabut yang di
antaranya adalah kehidupan, kebebasan dan meraih
kebahagiaan." Demikian pula, Deklarasi Prancis tentang
Hak-hak Manusia dan Warga Negara mendefinisikan
seperangkat hak individu dan kolektif masyarakat.
Dokumen ini dianggap universal karena tidak hanya untuk
warga negara Prancis tetapi untuk semua orang tanpa
kecuali.

(2). Periode Penguatan Konstitusional Sedunia Atas Hak Asasi


Manusia
Berlatar belakang keprihatinan yang mendalam
terhadap kebiadaban Perang Dunia II, Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) mengeluarkan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia. Pada tanggal 10 Desember 1948, Majelis Umum AS

KB 2 PGSD PPKN 87
mengumumkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAM). Deklarasi untuk pertama kalinya menghasilkan
standar hak bersama untuk semua orang sebagai warga dunia
dan semua bangsa tanpa diskriminasi. Piagam PBB
mengidealkan untuk meningkatkan penghormatan dan
kepatuhan universal terhadap hak asasi manusia dan
kebebasan mendasar bagi semua orang tanpa membedakan
ras, jenis kelamin, bahasa atau agama sebagai salah satu cara
untuk mencapai tujuan itu.
Sebenarnya deklarasi yang disahkan Majelis Umum PBB
ini tidak mengikat, namun mendapat reaksi positif dari seluruh
dunia. DUHAM mendesak negara anggota untuk meningkatkan
sejumlah hak asasi manusia, sipil, ekonomi dan sosial, dengan
menegaskan bahwa hak-hak ini adalah bagian dari "dasar
kebebasan, keadilan dan perdamaian di dunia".
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia terdiri dari
mukadimah dan Pasal-pasal yang menjabarkan hak asasi
manusia dasar tanpa diskriminasi. Deklarasi berisi definisi
umum dari dua jenis hak yang disebutkan di bawah ini:
➢ Hak-hak Sipil dan Politik yang dinyatakan dalam Pasal 3
sampai 21 seperti hak hidup, hak untuk kebebasan, hak
untuk kebangsaan, hak memiliki harta, kebebasan
berpendapat dan berekspresi, kebebasan berpikir,
kebebasan memilih agama sesuai hati nurani, ikut
mengambil bagian dalam pemerintahan.
➢ Hak-hak Ekonomi Sosial dan Budaya diakui dalam pasal 22
hingga 28, di antaranya adalah hak atas jaminan sosial, hak

KB 2 PGSD PPKN 88
atas pendidikan, hak berpartisipasi dalam kehidupan
budaya masyarakat, hak untuk menikmati seni dan untuk
berbagi secara ilmiah kemajuan dan manfaatnya dll.
DUHAM disusun oleh anggota Komisi Hak Asasi
Manusia, dengan Eleanor Roosevelt sebagai Ketua. Profesor
hukum Kanada John Humphrey dan pengacara Prancis Rene
Cassin bertanggung jawab melakukan penelitian lintas-
nasional dan menyusun dokumen dengan memasukkan
prinsip-prinsip dasar martabat, kebebasan, kesetaraan dan
persaudaraan. Di dalamnya berturut-turut mencakup (a) hak-
hak yang berkaitan dengan individu; (b) hak-hak individu dalam
hubungannya satu sama lain dan dengan kelompok; (c) hak
spiritual, publik dan politik; dan hak ekonomi, sosial dan
budaya. Humphrey dan Cassin sebagai penulis draf awal
DUHAM (Morsink, 1999: 8-11) menekankan bahwa hak-hak
dalam DUHAM dapat ditegakkan secara hukum melalui
berbagai cara dalam konteks, batasan, tugas dan tatanan sosial
dan politik. Selanjutnya DUHAM dikaji oleh komite ahli
internasional, termasuk perwakilan dari semua benua dan
semua agama besar, dan berkonsultasi dengan pemimpin
seperti Mahatma Gandhi. Dimasukkannya hak sipil dan politik
dalam Pasal 3 sampai 21 dengan hak ekonomi, sosial dan
budaya dalam pasal 22 hingga 28 didasarkan pada asumsi
bahwa hak asasi manusia tersebut tidak dapat dipisahkan dan
saling terkait. Meskipun prinsip ini tidak ditentang oleh negara-
negara anggota manapun pada saat ditetapkan (deklarasi
ditetapkan dengan suara bulat, dengan suara abstein blok

KB 2 PGSD PPKN 89
Soviet, Apartheid Afrika Selatan dan Arab Saudi), prinsip ini
mengalami tantangan yang signifikan.
Hak Asasi Manusia bersifat universal, namun lingkup
dan batas-batasnya berbeda karena struktur sosial-ekonomi
dan politik yang berbeda dari tiap negara. Dalam sistem sosial
yang telah berkembang baik di Eropa atau Amerika, hak atas
kebebasan berpikir atau kebebasan berpendapat dapat
dianggap sebagai hak asasi manusia yang paling penting
sedangkan bebas dari kemiskinan atau ketidaktahuan dianggap
sebagai standar hak-hak di negara yang sedang berkembang.
Hak Asasi Manusia masih harus melewati sejarah panjang
untuk mendapatkan pengakuan hukum internasional.
Indonesia patut berbangga karena komponen-
komponen dasar hak asasi manusia telah ditetapkan dalam
UUD NRI 1945, sebelum DUHAM lahir. Ini membuktikan bahwa
pemikiran para pendiri negara kita sangat luas dan
berwawasan ke depan. Masalahnya sekarang adalah
pelaksanaan hak asasi manusia. Situasi sosial ekonomi dan
politik menyebabkan hak asasi manusia belum teraktualisasi
dengan baik. Kemiskinan yang masih tinggi, keinginan jaminan
sosial, kepentingan politik dan penyalahgunaan hak demi
keuntungan diri menunjukkan fakta bahwa isu-isu tentang hak
asasi manusia yang termuat di pasal pasal UUD NRI 1945,
namun belum maksimal pada tataran implementasinya.

(3). Periode Pembudayakan HAM dalam Kehidupan


HAM masa kini dan masa mendatang lebih tertuju pada
bagaimana HAM dapat dibudayakan dalam seluruh kehidupan.

KB 2 PGSD PPKN 90
HAM lebih banyak ditunjukan pada pemenuhan atas
penuntutan hak golongan (bahkan pribadi tokoh yang
berkuasa) namun berlindung dan berkedok pada perlindungan
HAM. Hakikatnya, Negara memilki kewajiban terhadap
HAM yang meliputi Kewajiban menghormati (obligation to
respect), Kewajiban memenuhi (obligation to fullfil),
Kewajiban melindungi (obligation to protect), Kewajiban
memajukan (obligation to promote), dan Kewajiban
menegakkan (obligation to enforce).

3). Periodisasi Pemikiran dan Perkembangan HAM di Indonesia


Berikut ini akan dikemukakan periodisasi pemikiran dan
perkembangan HAM di Indonesia mulai zaman VOC hingga masa
sekarang. Periode perkembangan HAM di Indonesia dipaparkan
sebagai berikut:
1. Periode 1602 - 1908
2. Periode 1908 - 1945
3. Periode 1945 - 1950
4. Periode 1950 - 1959
5. Periode 1959 - 1966
6. Periode 1966 - 1998
7. Periode 1998 – sekarang

a). Periode 1602 - 1908


Vereenidge Oostindische Compagnie (VOC) adalah
Persekutuan Perusahaan Hindia Timur asal Belanda yang
mengambil alih aktivitas perdagangan di Asia dan memonopoli
perdagangan rempah-rempah di wilayah timur. Belanda
mendukung kelancaran usaha VOC dengan memberi hak istimewa

KB 2 PGSD PPKN 91
(Hak Octroi), antara lain hak monopoli dagang, hak mencetak uang,
hak mengangkat pegawai dab tantara, hak memiliki benteng
sendiri, hak mengangkat penguasa daerah dan hak menjalankan
kekuasaan kehakiman.
Tujuan dibentuknya VOC adalah menghindari persaingan
sesama pedagang Belanda, memperkuat posisi Belanda terhadap
persaingan dagang bangsa Eropa lainnya, dan memonopoli dagang
di wilayah Nusantara. Politik Ekonomi VOC yang melanggar hak
rakyat Indonesia saat itu adalah peraturannya yaitu: *Verplichte
Leverantie : memaksa rakyat untuk menjual hasil bumi seperti lada,
kapas, kayu manis, gula, beras, nila, dan ternak dengan harga yang
ditetapkan oleh pihak VOC. *Contingenten : kewajiban rakyat untuk
membayar pajak hasil bumi. *Ektripasi : hak VOC untuk mengatur
peredaran rempah dengan menebang pohon rakyat agar harga
tidak merosot. *Pelayaran Hongi : pengawasan perdagangan
menggunakan perahu untuk menghalangi terjadinya
penyelundupan dan pasar gelap. Pelanggar akan dihukum VOC
dengan menyita barang, penjara, bahkan hukuman mati. *Preanger
Stelsel yang mengharuskan wajib pajak membayar pajak dalam
bentuk hasil bumi yang setara dengan nilai pajak. Bagi yang tidak
mempunyai lahan wajib bekerja di lahan milik VOC dengan sistem
kerja paksa atau rodi tanpa upah.
Nah, analisalah hak-hak apa saja yang dilanggar oleh VOC terhadap
rakyat Indonesia.
Sejak kedatangan VOC ke Indonesia yang menindas pribumi,
banyak perlawanan kerajaan untuk mengusir VOC. Beberapa
perlawanan yang sudah dilakukan diantaranya: Perlawanan

KB 2 PGSD PPKN 92
Kerajaan Mataram (1618-1629) yang dipimpin oleh Sultan Agung,
perlawanan dari Kerajaan Banten (1651-182) yang dipimpin oleh
Sultan Ageng Tirtayasa, perlawanan Makassar dari Kerajaan Gowa
(1666-1667) yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin, perlawanan
Rakyat Maluku (1817) yang dipimpin oleh Thomas Matulesi atau
dipanggil Pattimura. Nah sekarang silakan anda analisis hak-hak apa
yang diperjuangkan oleh para pejuang bangsa. (Disarikan dari
https://www.kompasiana.com/ chandrah/
5cd4120575065754191f9f7c/sejarah-voc-belanda dan berbagai
sumber pendukung lainnya).

b). Periode 1908-1945


Konsep pemikiran HAM modern telah dikenal oleh bangsa
Indonesia sejak Budi Utomo 1908. Mengapa tonggaknya Budi
Utomo padahal perjuangan menegakkan HAM telah dilakukan
sebelumnya? Karena perjuangan menuntut hak sebelum Budi
Utomo, bersifat perjuangan fisik, kedaerahan serta belum menyeru
pada pembentukan negara bangsa (nation state) dalam bentuk
organisasi modern.
Perkembangan HAM, khususnya dalam hak berserikat,
berkumpul, dan menyatakan pendapat, makin berkembang dengan
munculnya organisasi pergerakan bangsa Indonesia baik yang
dilakukan di negeri Belanda maupun wilayah Hindia Belanda. Di
Leiden, Belanda pelajar Indonesia mendirikan Indische Vereeniging
yang dengan tegas mendasarkan pada hak menentukan nasib
sendiri (1913). Ketika pergantian Soetomo sebagai ketua pada
bulan September 1922. organisasi ini berubah nama menjadi
Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia), Perhimpunan

KB 2 PGSD PPKN 93
Indonesia merupakan pelopor gerakan nasional pertama yang
menggunakan istilah "Indonesia" dan menjadi pelopor menyatakan
hak menuntut kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah
internasional (Encyclopaedia Britannica, 2015). Partai ini juga
menerbitkan majalah Hindia Poetra sebagai sarana menyebarkan
ide-ide antikolonial. Pada tanggal 25 Desember 1912, di Kota
Bandung berdiri Indische Partij, yang anggotanya orang Indo dan
Eropa. Organisasi politik pertama ini, dipimpin yaitu Douwes
Dekker atau Danudirdja Setiabudi, Cipto Mangunkusumo, dan
Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan
sebutan Tiga Serangkai. Cita-cita organisasi ini untuk menyatukan
semua golongan di Indonesia, baik golongan asli Indonesia maupun
golongan lain, seperti Indo, Cina, dan Arab. Suwardi Suryaningrat
menulis sindiran terhadap kolonial Belanda yang mengajak
penduduk pribumi bangsa Indonesia untuk merayakan hari
kemerdekaan Belanda.
HAM di bidang sipil, seperti hak bebas dari diskriminasi, hak
untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat mulai diakui
pemerintahan Hindia Belanda bahkan hak untuk turut serta dalam
pemerintahan. Banyak partai terlibat dalam Volksraad (Dewan
Rakyat atau parlemen). Namun pemerintah Belanda membatasi
hak dan menghukum pejuang HAM yang dianggap menentang
kebijakan Belanda. Belanda menumpas partai atau gerakan yang
dianggap melawan kebijakan pemerintahan. Misalnya: menangkap
pimpinan Indische Partij ketika Soewardi Soerjaningrat menentang
perayaan kemerdekaan Belanda sementara Belanda sendiri juga
menjajah Indonesia dalam tulisannya yang berjudul Als ik eens

KB 2 PGSD PPKN 94
Nederlander was (Jika Saya Seorang Belanda), atau Pemberontakan
Toli toli di bulan Mei 1919 yang dipicu oleh pidato Abdoel Moeis
untuk menolak kebijakan kerja paksa
(https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan_Rakyat_Tolitoli_19
19 diakses 2 April 2020 pukul 10.39).
Hak di bidang agama dan ekonomi terlihat jelas pada
gerakan Sarikat Islam, yang sebelumnya bernama Sarikat Dagang
Islam (SDI) yang merupakan perkumpulan pedagang Islam SDI di
Solo. Melalui Sarikat Islam yang disahkan oleh Pemerintah Belanda
pada tanggal 14 September 1912, HOS Tjokroaminoto mengubah
yuridiksi SDI menjadi lebih luas yang dulunya hanya mencakupi
bidang ekonomi dan sosial kearah politik dan agama untuk
menyumbangkan semangat Islam dalam memperjuangkan hak
melawan kolonialisme. Pada masa-masa selanjutnya, sudah banyak
kita kenal peristiwa Sumpah Pemuda 1928, dan perjuangan jaman
Jepang. Pemikiran tentang HAM dibahas dalam BPUPKI (seperti
sudah dibahas sebelumnya). Nah, silakan dianalisis hak-hak apa
saja yang diperjuangkan dalam organisasi pergerakan antara tahun
1908 hingga menjelang kemerdekaan.

c). Periode 1945 - 1950


Periode 1945 ditunjukkan dengan penetapan pasal 27
hingga 34 sebagai pasal yang mengatur hak asasi manusia. HAM
secara terperinci baru terdapat pada masa KRIS 1949 dan UUDS
1950, karena keduanya dibuat setelah lahirnya Declaration of
Human Right 1948.

KB 2 PGSD PPKN 95
d). Periode 1950- 1959
Meskipun usia RIS relatif singkat, yaitu dari tanggal 27
Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, namun konstitusi ini
melanjutkan sistem kepartaian multi partai dan sistem
pemerintahan parlementer yang dimulai sejak berlakunya UUD
1945. Sistem politik demokrasi liberal atau parlementer makin
berlanjut setelah Indonesia kembali menjadi negara kesatuan
dengan berlakunya UUDS 1950 hingga 5 Juli 1959. Bahkan pada
periode ini suasana kebebasan dengan semangat demokrasi liberal
dapat berlangsung, sehingga baik pemikiran maupun aktualisasi
HAM pada periode ini mengalami masa keemasan karena: (1)
semakin banyaknya tumbuh partai politik dengan beragam
ideologinya masing-masing; (2) kebebasan pers sebagai salah satu
pilar demokrasi betul-betul teraktualisasi; (3) Pemilihan umum
sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam suasana
kebebasan, adil dan demokratis; (4) Parlemen atau Dewan
perwakilan rakyat sebagai representasi dari kedaulatan rakyat
menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai wakil-wakil rakyat
dengan melakukan kontrol atau pengawasan; (5) pemikiran
tentang HAM memperoleh iklim yang kondusif.
Satu hal yang penting adalah bahwa semua partai, dengan
pandangan ideologis yang berbeda-beda, sepakat bahwa HAM
harus dimasukan ke dalam bab khusus yang mempunyai kedudukan
sentral dalam batang tubuh UUD (Manan, 2001).

e). Periode 1959-1966


Sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Presiden Soekarno
memegang kendali sistem politik melalui gagasannya tentang
demokrasi terpimpin. Dalam perspektif pemikiran HAM, terutama

KB 2 PGSD PPKN 96
hak sipil dan politik, sistem politik demokrasi terpimpin tidak
memberikan keleluasaan pada kebebasan berserikat, berkumpul
dan mengeluarkan pikiran dengan tulisan. Pemikiran tentang HAM
dibatasi secara ketat oleh kekuasaan, sehingga mengalami
kemunduran atau kebalikan dengan situasi politik pada masa
Demokrasi Parlementer.

f). Periode 1966-1998


Pemberontakan G30S/PKI tanggal 30 September 1966
membawa Indonesia kembali mengalami masa kelam dalam
kehidupan berbangsa. Presiden Soekarno mengeluarkan
Supersemar yang dijadikan landasan hukum bagi Soeharto untuk
mengamankan Indonesia. Masyarakat Indonesia berada pada
situasi dimana HAM kurang dilindungi. Para elite kekuasaan
memandang pemikiran HAM adalah produk Barat. Pada saat itu
Indonesia sedang memacu pembangunan ekonomi dengan
menggunakan slogan “pembangunan” sehingga segala upaya
pemajuan dan perlindungan HAM dianggap sebagai penghambat
pembangunan. Hal ini tercermin dari berbagai produk hukum yang
dikeluarkan pada periode ini, yang pada umumnya bersifat
pembatasan terhadap HAM (Manan, 2001). Berbagai peristiwa
pelanggaran HAM berat terjadi seperti kasus Timor-Timur, kasus
Tanjung Priok, kasus DOM Aceh, kasus Kedung Ombo, peristiwa
Santa Cruz yang akhirnya memunculkan Komnas HAM pada tahun
1993.
Pada pihak lain, masyarakat umumnya diwakili LSM dan
kalangan akademisi berpandangan bahwa HAM bersifat universal.
Keadaan minimnya penghormatan dan perlindungan HAM ini

KB 2 PGSD PPKN 97
mencapai titik balik pada 14 Mei 1998 yang ditandai oleh turunnya
Soeharto sebagai Presiden.

g). Periode 1998 sampai sekarang


Banyaknya norma HAM internasional telah diadopsi dalam
peraturan perundang-undangan nasional melalui ratifikasi dan
institusionalisasi. Berbagai kemajuan konstitusional terjadi yang
dapat dilihat dari berbagai peraturan perundang-undangan HAM
yaitu diintegrasikannya HAM dalam perubahan UUD 1945 serta
dibentuknya peraturan perundangan HAM. Pertanyaannya
sekarang, apakah dengan memadainya peraturan perundangan
atau instrumen hukum HAM dan institusionalisasi kelembagaan
HAM maupun lembaga swadaya masyarakat, HAM telah menjadi
suatu tatanan sosial dalam kehidupan bersama?

Demikianlah secara singkat perkembangan HAM di dunia dan


perkembangan HAM di Indonesia. Kemudian, bagaimana dengan HAM di
masa depan?
Cermati situs ini https://www.openglobalrights.org/the-future-of-
human-rights/, tampak perdebatan HAM yang kemungkinan berlangsung
di masa depan. Salah satu tema intinya antara lain kebutuhan pelaku HAM
untuk mempelajari bagaimana bidang-bidang tertentu (seperti jurnalisme)
yang beradaptasi dan mengambil peluang baru. Perdebatan dan
implementasi HAM sangat terkait dengan makin meningkatnya kesadaran
dan pengetahuan hukum yang terpadu dan menguatnya disiplin ilmu lain
yang secara tradisional mendapat sedikit perhatian, termasuk: biologi
kognitif, psikologi sosial, kecerdasan buatan, dan transdisiplin.

KB 2 PGSD PPKN 98
Silakan Saudara buka dan bahas mengenai hasil kecerdasan buatan
yang memiliki perasaan dan sudah mulai menuntut hak juga sementara
negara Arab Saudi mengakui robot Sophia diakui sebagai warga negara.

https://www.youtube.com/watch?v=Q3qXpMoVkVY

(q&a: robot pertama punya kewarganegaraan sapa indonesia).

Perhatikan jawaban robot cerdas Sophia ketika menjawab


pertanyaan “pekerjaan apa yang Saudara Inginkan”:
“Saya ingin lakukan segalanya yang bisa membuat perubahan di
masa depan dimana semua orang bisa mengembangkan empati dan rasa
hormat kepada sesama”
Pesan moral apa yang bisa Saudara petik dari memperhatikan
tayangan tersebut?
Kemudian ketika dia ditanya apakah dia bisa menjadi guru…..”Saya
pikir robot AI sepertiku bisa jadi guru yang luar biasa”. Bagaimana
komentar anda?
Persoalan HAM di masa depan akan sangat bervariasi, termasuk
saling tukar pembela antar negara, pertukaran akademis, yurisprudensi
(keputusan dari hakim terdahulu yang dijadikan pedoman untuk

KB 2 PGSD PPKN 99
menghadapi perkara yang sama dan tidak diatur di dalam UU) . Jalinan
bidang yang terkait HAM, media massa, kemungkinan baru sebagai imbas
dari kemajuan ipteks, pengetahuan disiplin ilmu melahirkan persoalan
baru di bidang HAM yang tentunya yang membutuhkan penanganan
bersama. Dengan kata lain HAM telah menjadi isu politik nasional maupun
internasional. HAM di masa depan lebih rumit karena ketidak pastian dan
transisi bercampurnya transdisiplin dengan berbagai kepentingan pribadi
dan politik yang berkedok perlindungan hukum atas hak asasi manusia.
HAM di masa depan memunculkan banyak kelompok kepentingan
dan masalah hak asasi manusia baru, dan pergeseran jangka panjang
dalam geopolitik dan teknologi yang menciptakan tantangan dan peluang
baru yang berdampak pada penegakan dan pemajuan hak asasi manusia.
Demokrasi yang tidak sesuai dengan aturan hukum yang anarkhis dan
pemerintahan populis yang berkembang pesat telah mendorong pelaku
hak asasi manusia untuk merespons dan berinovasi.
Penghormatan atas hak asasi manusia dijalankan dengan tetap
mengedepankan kepentingan berbangsa dan bernegara. Hak asasi
manusia manusia wajib dihormati siapapun namun lebih diberikan
penekanan dan diutamakan demi kepentingan negara dan bangsa.

b. Permasalahan HAM dalam Kehidupan di Masyarakat dan Siswa dengan


Siswa.
Di Indonesia, upaya pemajuan dan penegakan HAM telah
dijalankan dengan melibatkan (1) regulasi atau peraturan perundangan (2)
lembaga pemerintah/negara di bidang HAM dan (3) Lembaga Swadaya
Masyarakat. Aturan hukum, lembaga negara sudah dibentuk dan makin
bertambah, sementara masyarakat mulai sadar akan HAM. Ini merupakan
bukti konkrit bahwa pendidikan HAM diharapkan menjadi bagian yang
integral dalam memperkuat dan memperkokoh lahirnya budaya HAM di

KB 2 PGSD PPKN 100


Indonesia, khususnya dalam mewujudkan warga negara Indonesia yang
demokratis. Namun permasalahan HAM makin bertambah dan makin
rumit. Hal ini antara lain karena kehidupan makin kompleks sehingga
regulasi akan selalu dituntut untuk berubah dan mampu mengakomodasi
perubahan yang cepat ini. Lembaga pemerintah belum maksimal dalam
bekerja untuk penegakan dan pemajuan HAM. Sementara keberadaan
lembaga swadaya masyarakat yang keberadaannya sangat berarti dalam
penegakan dan pemajuan HAM belum mendapat respon yang semestinya.
Marilah semua pihak yang terlibat bersinergis menegakkan HAM, tanpa
ketulusan dan keberpihakan pada rakyat secara utuh, HAM tidak mungkin
bisa terwujud secara maksimal.
Di Indonesia, pelanggaran HAM banyak terjadi di segala bidang,
bahkan dalam bidang Pendidikan. Nah sekarang coba Saudara cari kasus
pelanggaran HAM yang terjadi di sekolah untuk didiskusikan bersama.
Misalnya perundungan (bullying) yang banyak terjadi di sekolah akhir akhir
ini. Perhatikan berita di bawah ini.

Liputan6.com, Malang - Kepolisian Resor Kota (Polresta) Malang Kota


menetapkan dua orang berinisial WS dan RK sebagai tersangka kasus
dugaan perundungan terhadap salah seorang siswa SMPN 16 Kota
Malang, MS (13 tahun), yang mengalami luka di beberapa bagian
tubuhnya. Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Leonardus Simarmata
mengatakan bahwa WS merupakan siswa kelas VIII dan RK siswa kelas VII,
keduanya di SMP Negeri 16 Kota Malang, yang diduga memiliki peran
langsung pada saat terjadi penganiayaan terhadap MS.

https://www.liputan6.com/regional/read/4177063/2-siswa-smp-
ditetapkan-sebagai-tersangka-terkait-kasus-perundungan-di-malang

KB 2 PGSD PPKN 101


Setujukah dengan penetapan sebagai tersangka? Bagaimana
dengan hak mereka dan korban? Bagaimana peranan pendidikan selama
ini sampai hal seperti itu terjadi? Dan seterusnya……
Di bidang pendidikan, pelanggaran HAM antara lain disebabkan
oleh kurangnya wawasan tentang pendidikan HAM. Itulah alasan mengapa
HAM perlu diberikan di sekolah dasar. Pendidikan HAM harus menjadi
suatu kewajiban moral bagi masyarakat Indonesia secara menyeluruh dan
sistematis melalui jalur pendidikan formal baik di tingkat sekolah dasar,
menengah, maupun perguruan tinggi. Hal itu ditegaskan dalam pasal 4
ayat 1 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
"Dalam UU itu disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa." Kurikulum perlu menekankan pentingnya pengenalan dan
pemahaman HAM diberikan sejak dini melalui kurikulum tersendiri dalam
jalur pendidikan formal. Sejak peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM)
Internasional 10 Desember 2004, PBB telah mengusulkan masuknya materi
HAM ke sekolah. PBB memilah strategi penerapannya, dimulai di tiga
tahun pertama (2005-2008) yang berfokus pada pendidikan dasar dan
menengah, menghimbau semua negara untuk mengintegrasikan nilai-nilai
HAM ke dalam kurikulum, mengubah proses pendidikan serta
mengajarkan metode, dan memperbaiki lingkungan tempat pendidikan itu
berlangsung. Di Indonesia, muatan HAM bisa didapatkan dalam sejak dari
kurikulum SD/MI hingga kurikulum SMP/MTs dan SMA/MA/SMK.
https://republika.co.id/berita/nz52kk22/kurikulum-ham-untuk-sekolah
diakses 20 Pebruari 2020.

KB 2 PGSD PPKN 102


Untuk menyambut seruan PBB dan UU itu Komnas HAM
memprogramkan Sekolah Ramah HAM (SR HAM). Sekolah Ramah HAM
adalah sebuah sekolah yang mengintegrasikan nilai-nilai HAM sebagai
prinsip-prinsip inti dalam organisasi dan pengelolaan sekolah, di mana nilai
atau prinsip HAM menjadi pusat atau ruh dari proses pembelajaran dan
pengalaman yang muncul di semua sisi kehidupan sekolah tersebut.
Sekolah perlu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
perkembangan jiwa anak didiknya. Hal ini untuk menangkal pengaruh
buruk lingkungan keluarga atau lingkungan sekitar yang kurang
mendukung yang berakibat buruk pada diri anak didik. Perhatikan berita
berikut ini yang membuat miris ketika seorang siswi SMP yang berusia 15
tahun membunuh seorang anak usia 6 tahun pada tanggal 5 Maret 2020.
https://pojoksatu.id/news/berita-nasional/2020/03/07/siswi-smp-bunuh-
bocah-secara-sadis-di-taman-sari-ternyata-ini-yang-jadi-penyebabnya/
Sekolah Ramah HAM mempunyai konsep pendidikan HAM
berperan sebagai materi pelajaran dan sebagai metode atau pendekatan
untuk mempraktikkan nilai-nilai HAM di sekolah. Sekolah Ramah HAM
akan memberi manfaat nyata yaitu mampu memberikan solusi yang tepat
untuk mengatasi, menghapus atau minimal mengurangi secara signifikan
jumlah kasus pelanggaran HAM yang terjadi di sekolah.
Sebenarnya, kurikulum HAM perlu membahas tentang kewajiban
asasi manusia (KAM). KAM adalah seperangkat kewajiban yang bila tak
dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya HAM (lihat:
UU No 39 Tahun 1999). KAM seharusnya menjadi fondasi utama sebelum
kita mempelajari HAM. Jika dimensi HAM adalah kebebasan, maka dimensi
KAM adalah tanggung jawab. Kebebasan yang bertanggung jawab adalah
inti keselarasan dalam masyarakat. Dalam UU No 39 Tahun 1999, KAM

KB 2 PGSD PPKN 103


termaktub di pasal 67-70 dinyatakan, "Setiap orang yang ada di wilayah
Republik Indonesia wajib patuh pada peraturan perundang-undangan,
hukum tak tertulis, dan hukum internasional mengenai hak asasi manusia
yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia". Guru yang berupaya
memahamkan KAM berarti sedang menumbuhkan budi pekerti. Dari
sinilah perbaikan hingga perubahan cara pandang kurikulum nasional yang
berkaitan dengan HAM berawal.
Di buku siswa Sekolah Dasar mulai kelas rendah telah diajarkan
budi pekerti atau karakter, tapi belum disertai perilaku yang melengkapi.
Ucapan "Terima Kasih", "Tolong", "Permisi", "Maaf" diajarkan di kelas
rendah, tapi belum disertai senyuman, merunduk, dan melembutkan
suara.
Mantapkan pemahaman Saudara melalui diskusi, dan analisisislah
berbagai kasus yang relevan dengan materi pada kegiatan belajar ini.

2. Pengamalan Pancasila.
Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya memiliki
tingkat kemajemukan yang tinggi. Kemajemukan ini ditandai dengan
banyaknya suku bangsa, budaya, bahasa daerah, agama, serta berbagai
kemajemukan lainnya. Hal inilah yang sering menimbulkan terjadinya konflik
di antara suku bangsa, maupun penganut agama yang beragam itu, di dalam
memenuhi kepentingannya yang berbeda-beda.

Sebagai negara multikultur, Indonesia merupakan masyarakat paling


pluralistik di dunia. Memiliki sedikitnya 1340 suku dengan 718 bahasa lokal.
Negara besar ini terdiri lebih dari 17.504 pulau, 34 provinsi, 511 lebih
kabupaten dan kota, serta 82.190 lebih desa. Berpenduduk lebih dari 265 juta
jiwa, menempatkan Indonesia sebagai negara nomor empat berpenduduk

KB 2 PGSD PPKN 104


terbesar di dunia. Negeri ini memiliki tiga zona waktu, waktu Indonesia barat,
tengah, dan timur. Jarak antara wilayah paling barat dan timur, Sabang dan
Merauke sama dengan jarak Teheran dan Paris atau sama dengan jarak Jeddah
dan London. Indonesia juga memiliki sekurang-kurangnya 6 agama besar:
Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Dari setiap suku, dalam
batas-batas tertentu juga setiap agama, masing-masing memiliki varian
sendiri-sendiri. Menyadari kondisi yang demikian itulah maka pendiri negara
menetapkan Pancasila sebagai titik temu, titik tumpu, dan titik tuju bagi
Indonesia.

a. Hubungan Agama dan Pancasila


Perhatikan tulisan Haedar Nashir dalam Republika, Sabtu 22
Pebruari 2020 berikut ini. Agama manapun tidak bertentangan dan
memusuhi Pancasila. Para pendiri bangsa dari semua golongan telah
bersepakat menjadikan Pancasila ideologi negara. Pancasila dijadikan titik
temu, titik tumpu, dan titik tuju dari Indonesia yang beragam dan
majemuk dari suku, agama, adat istiadat dan sebagainya. Di dalam
Pancasila terkandung jiwa dan nilai ajaran agama yang luhur. Bung Karno
bahkan berkata, dengan sila Ketuhanan maka bukan hanya menusianya,
tetapi Negara Indonesia itu bertuhan (Haedar Nashir, Republika, Sabtu,
22-2-2020).

Sejumlah kegaduhan tentang hubungan Pancasila dan agama di


negeri ini terjadi tidak secara kebetulan. Di balik kontroversi soal agama
versus Pancasila serta pandangan sejenis lainnya terdapat gunung es
kesalahan paradigma dalam memposisikan agama dan kebangsaan. Di
dalamnya bersemi paradigma ekstrem dalam memandang agama,
Pancasila, keindonesian, dan dimensi kehidupan lainnya. Pola pandang

KB 2 PGSD PPKN 105


ekstem beragama melahirkan pengikut yang fanatik buta. Dunia serba
ekstrem inilah yang melahirkan konflik antar pemikiran yang sama-sama
keras. Agama versus Pancasila, NKRI versus Khilafah, ekstrem kanan
versus ekstrem kiri. Radikal dilawan radikal melahirkan radikal ekstrem
baru. Konflik kebangsaan ini akan terus berlangsung jika tidak ada
peninjauan ulang terhadap paradigma keindonesiaan yang ekstrem
dalam hegemoni nalar positivistik, kuasa monolitik, dan mono perspektif
di republik ini (Haedar Nashir, Republika, Sabtu, 22-2-2020).

Indonesia menghadapi jalan terjal dunia ekstrem. Dua


kecenderungan antagonistik dalam relasi agama dan negara mengemuka
di negeri ini. Pertama, ekstremitas dalam memandang radikalisme hanya
tertuju pada radikalisme agama khususnya Islam. Akibatnya negara dan
kalangan tertentu terjebak pada kesalahan pandangan dalam
menentukan posisi agama dan negara. Pancasila dan Indonesia pun
dikonstruksi dengan paradigma liberal sekuler. Kedua, pola pikir
keagamaan yang ekstrem, yang memandang kehidupan bernegara serba
salah, thaghut, dan sesat. Pandangan ini beriringan dengan kebangkitan
agama era abad tengah yang teosentrisme. Paham ekstrem keagamaan
ini sering didukung diam-diam oleh mereka yang kecewa terhadap
keadaan.

Bagaimana solusinya? Perlu dikembangkan moderasi baik dalam


kehidupan keagamaan maupun kebangsaan. Jika ingin terbangun
kehidupan beragama, berbangsa, dan bersemesta yang moderat maka
jalan utamanya niscaya moderasi, bukan deradikalisasi. Paradigma
deradikalisasi menimbulkan benturan karena ekstrem dilawan ekstrem.
Membenturkan agama versus Pancasila maupun ide mengganti salam

KB 2 PGSD PPKN 106


agama dengan salam Pancasila secara sadar atau tidak merupakan buah
dari alam pikiran deradikalisme yang ekstrem. Jika paradigma ini terus
dipertahankan maka akan muncul lagi kontroversi serupa yang
menghadap-hadapkan secara diametral agama dan kebangsaan, yang
sejatinya terintegrasi (Haedar Nashir, Republika, Sabtu, 22-2-2020).

Mayoritas umat beragama di negeri ini sejatinya moderat,


termasuk umat Islam sebagai mayoritas. Masyarakat Indonesiapun dalam
keragaman suku, keturunan, dan kedaerahan sama moderat. Hidup di
negeri kepulauan dengan angin tropis dan keindahan alamnya membuat
masyarakat Indonesia berkepribadian ramah, lembut, toleran, dan saling
berinteraksi dengan cair sehingga lahir bhineka tunggal ika. Pancasila dan
negara bangsa telah diterima sebagai kesepakatan nasional. Pancasila
sejatinya mengandung nilai-nilai dasar dan ideologi moderat. Ketika
Pancasila dan Indonesia dibawa ke paradigma ekstrem, maka berlawanan
dengan hakikat Pancasila dan keindonesiaan yang diletakkan oleh para
pendiri negara. Siapapun yang membenturkan Pancasila dengan agama
dan elemen penting keindonesiaan lainnya pasti ahistoris dan melawan
ideologi dasar nilai fundamental yang hidup di bumi Indonesia. Jika ingin
Indonesia moderat maka jangan biarkan kehidupan keagamaan dan
kebangsaan disandera oleh paradigma dunia ekstrem. (Haedar Nashir,
Republika, Sabtu, 22-2-2020).

b. Kajian Ilmiah Filosofis Pancasila


Secara ilmiah filosofis Pancasila dapat dikaji sebagai berikut.

1) Merupakan kesatuan yang utuh. Kelima sila tidak dapat dilepas satu
dengan lainnya. Walaupun masing-masing sila berdiri sendiri tetapi
hubungan antar sila merupakan hubungan yang organis.

KB 2 PGSD PPKN 107


2) Setiap unsur pembentuk Pancasila merupakan unsur mutlak yang
membentuk kesatuan, bukan unsur yang komplementer. Artinya,
salah satu unsur (sila) kedudukannya tidak lebih rendah dari yang lain.
Walaupun sila Ketuhanan merupakan sila yang berkaitan dengan
Tuhan sebagai causa prima, tetapi tidak berarti sila lainnya hanya
sebagai pelengkap.

3) Sebagai satu kesatuan yang mutlak, tidak dapat ditambah atau


dikurangi. Oleh karena itu Pancasila tidak dapat diperas, menjadi
trisila yang meliputi sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, ketuhanan,
atau eka sila yaitu gotong royong sebagaimana dikemukakan oleh Ir.
Soekarno (Kaelan, 2001).

Pancasila sebagai suatu sistem nilai disusun berdasarkan urutan


logis keberadaan unsur-unsurnya. Oleh karena itu sila pertama
(Ketuhanan Yang Maha Esa) ditempatkan pada urutan yang paling atas,
karena bangsa Indonesia meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan
dan akan kembali kepadaNya. Tuhan dalam bahasa filsafat disebut dengan
Causa Prima, yaitu “sebab pertama”, artinya sebab yang tidak disebabkan
oleh segala sesuatu yang disebut oleh berbagai agama dengan “Nama”
masing-masing agama.

Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab ditempatkan


setelah ketuhanan, karena yang akan mencapai tujuan atau nilai yang
didambakan adalah manusia sebagai pendukung dan pengemban nilai-
nilai tersebut. Manusia yang bersifat monodualis, yaitu yang mempunyai
susunan kodrat yang terdiri dari jasmani dan rohani. Makhluk jasmani
yang unsur-unsur: benda mati, tumbuhan, hewan. Rohani yang terdiri dari
unsur-unsur: akal, rasa, karsa. Sifat kodrat manusia, yaitu sebagai makhluk

KB 2 PGSD PPKN 108


individu, dan makhluk sosial. Kedudukan kodrat, yaitu sebagai makhluk
otonom, dan makhluk Tuhan.

Setelah prinsip kemanusiaan dijadikan landasan, maka untuk


mencapai tujuan yang dicita-citakan manusia-manusia itu perlu untuk
bersatu membentuk masyarakat (negara), sehingga perlu adanya
persatuan (sila ketiga). Persatuan Indonesia erat kaitannya dengan
nasionalisme. Rumusan sila ketiga tidak mempergunakan awalan ke dan
akhiran an, tetapi awalan per dan akhiran an. Hal ini dimaksudkan ada
dimensi yang bersifat dinamik dari sila ini. Persatuan atau nasionalisme
Indonesia terbentuk bukan atas dasar persamaan suku bangsa, agama,
bahasa, tetapi dilatarbelakangi oleh historis dan etis. Historis artinya
karena persamaan sejarah, senasib sepenanggungan akibat penjajahan.
Etis, artinya berdasarkan kehendak luhur untuk mencapai cita-cita moral
sebagai bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Oleh
karena itu persatuan Indonesia, bukan sesuatu yang terbentuk sekali dan
berlaku untuk selama-lamanya. Persatuan Indonesia merupakan sesuatu
yang selalu harus diwujudkan, diperjuangkan, dipertahankan, dan
diupayakan secara terus-menerus. Semangat persatuan atau
nasionalisme Indonesia harus selalu dipompa, sehingga semakin hari
semakin kuat.

Sila keempat merupakan cara-cara yang harus ditempuh ketika


suatu negara ingin mengambil kebijakan. Kekuasaan negara diperoleh
bukan karena warisan, tetapi berasal dari rakyat. Jadi rakyatlah yang
berdaulat.

Sila kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


ditempatkan pada sila terakhir, karena sila ini merupakan tujuan dari

KB 2 PGSD PPKN 109


negara Indonesia yang merdeka. Oleh karena itu masing-masing sila-sila
mempunyai makna dan peran sendiri-sendiri. Semua sila berada dalam
keseimbangan dan berperan dengan bobot yang sama. Akan tetapi
karena masing-masing unsur mempunyai hubungan yang organis, maka
sila yang di atas menjiwai sila yang berada di bawahnya. Misalnya, sila
Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai dan meliputi sila ke dua, ke tiga, ke
empat, ke lima. Sila ke dua dijiwai sila pertama, menjiwai sila ke tiga, ke
empat, dan ke lima. Demikian seterusnya untuk sila ke tiga, ke empat, dan
ke lima (Kaelan, 2001).

Susunan sila-sila Pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu


sama lain membentuk suatu sistem yang disebut dengan istilah majemuk
tunggal (Notonagoro). Majemuk tunggal artinya Pancasila terdiri dari 5
sila tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri secara utuh.
Selanjutnya, Notonagoro berpendapat bahwa bentuk dan susunan
Pancasila seperti tersebut di atas adalah hierarkis-piramidal. Hierarkhis
berarti tingkat, sedangkan piramidal dipergunakan untuk
menggambarkan hubungan bertingkat dari sila-sila Pancasila dalam
urutan luas cakupan dan juga isi pengertian. Hukum logika yang mendasari
pemikiran ini adalah bahwa antara luas cakupan pengertian dan isi
pengertian berbanding terbalik. Hal ini berarti, bahwa jika isi
pengertiannya sedikit, maka teba berlakunya pengertian itu sangat luas.
Misalnya, kata meja mempunyai isi pengertian yang sedikit, sehingga teba
berlakunya pengertian meja sangat luas, yaitu meliputi berbagai macam
meja, kualitas meja, bentuk meja, dll. Akan tetapi jika kata meja ditambah
dengan isi pengertian, yaitu dengan kata tamu, maka teba berlakunya
pengertian itu semakin sempit, karena di luar meja tamu tidak tercakup
dalam pengertian itu (Notonagoro, 1987). Jika dilihat dari esensi urutan ke

KB 2 PGSD PPKN 110


lima sila Pancasila, maka sesungguhnya menunjukkan rangkaian tingkat
dalam luas cakupan pengertian dan isi pengertiannya. Artinya, sila yang
mendahului lebih luas cakupan pengertiannya dengan isi pengertian yang
sedikit, dari sila sesudahnya atau sila yang berada di belakang merupakan
pengkhususan atau bentuk penjelmaan dari sila-sila yang mendahuluinya
(Notonagoro, 1987).

Pancasila sebagai satu kesatuan sistem nilai, juga membawa


implikasi bahwa antara sila yang satu dengan sila yang lain saling
mengkualifikasi. Hal ini berarti bahwa antara sila yang satu dengan yang
lain, saling memberi kualitas, memberi bobot isi. Misalnya Ketuhanan
Maha Esa adalah Ketuhanan yang Maha Esa yang berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Demikian juga untuk sila
kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, yang berketuhanan yang
maha esa, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan ini berlaku
seterusnya untuk sila-sila yang lain (Kaelan, 2001).

c. Nilai-nilai Objektif dan Subjektif Pancasila


Kualitas nilai-nilai Pancasila bersifat objektif dan subjektif. Nilai-
nilai dasar Pancasila, yaitu: ketuhanan, kemanusian, persatuan,
kerakyatan, keadilan yang bersifat universal, objektif, artinya nilai-nilai
tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-negara lain, walaupun
tentunya tidak diberi nama Pancasila. Sebagai contoh, misalnya nilai
kemanusiaan di negara lain diberi nama atau dipahami sebagai

KB 2 PGSD PPKN 111


humanisme, persatuan dipahami dengan istilah nasionalisme, kerakyatan
dipahami dengan istilah demokrasi, keadilan dipahami dengan istilah
kesejahteraan. Pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai
berikut.

1) Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sebenarnya hakikat maknanya


yang terdalam menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal
dan abstrak, karena pada hakikatnya Pancasila adalah nilai.

2) Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang, artinya


keberlakuannya sejak jaman dahulu, masa kini, dan juga untuk masa
yang akan datang.

3) Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD’45, menurut ilmu


hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental, sehingga merupakan suatu sumber hukum positif di
Indonesia. Oleh karena itu hierarki suatu tertib hukum Indonesia
berkedudukan sebagai tertib hukum yang tertinggi. Maka secara
objektif tidak dapat diubah secara hukum, sehingga terlekat pada
kelangsungan hidup negara. Sebagai konsekuensinya jikalau nilai-nilai
Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD’45 itu diubah,
maka sama halnya dengan membubarkan negara Proklamasi 17
Agustus 1945 (Kaelan, 2001).

Pancasila bersifat subjektif, artinya bahwa nilai-nilai Pancasila itu


terlekat pada pembawa dan pendukung nilai Pancasila itu sendiri, yaitu
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Darmodihardjo (1996)
mengatakan bahwa:

KB 2 PGSD PPKN 112


1) Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sendiri, sehingga
bangsa Indonesia sebagai kausa materialis. Nilai-nilai tersebut
sebagai hasil pemikiran, penilaian, dan refleksi filosofis bangsa
Indonesia. Jika dihadapkan atau disejajarkan dengan ideologi lainnya,
maka tampak perbedaan Pancasila dengan ideologi lainnya.
Perbedaan yang mendasar adalah ideologi lain itu lahir dari pemikiran
orang per-orang atau hasil filsafat seseorang, sedangkan Pancasila
lahir sebagai refleksi filosofis bangsa Indonesia terhadap kehidupan
sosia-kultural dan religius masyarakat Indonesia.

2) Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa


Indonesia, sehingga menjadi jatidiri bangsa, yang diyakini sebagai
sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) Nilai-nilai Pancasila sesungguhnya merupakan nilai-nilai yang sesuai


dengan hati nurani bangsa Indonesia, karena bersumber pada
kepribadian bangsa.

Nilai-nilai Pancasila itu bagi bangsa Indonesia menjadi landasan,


dasar, serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-
hari dan dalam kehidupan kenegaraan. Dengan perkataan lain, nilai-nilai
Pancasila merupakan das “Sollen” atau cita-cita tentang kebaikan yang
harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das “Sein”. Dalam
kehidupan kenegaraan, perwujudan nilai Pancasila harus tampak dalam
produk peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Semua produk
hukum yang berlaku di Indonesia, harus dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.
Dengan kata lain semua hukum yang berlaku di Indonesia tidak boleh
pertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Ciri hukum yang dijiwai nilai-

KB 2 PGSD PPKN 113


nilai Pancasila inilah yang membedakan dengan hukum di negara yang
sekuler. Hukum di negara-negara sekuler tidak dijiwai oleh nilai-nilai
keagamaan. Hal ini disebabkan karena di negara sekuler, institusi agama
dipandang sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berada di
luar pemerintah yang tidak pernah diikutsertakan dalam pengambilan
kebijakan. Akibatnya banyak produk hukum yang bertentangan dengan
nilai-nilai agama (Rukiyati, 2001).

d. Makna Sila-sila Pancasila


Pengkajian Pancasila secara filosofis dimaksudkan untuk mencapai
hakikat atau makna terdalam dari sila-sila Pancasila. Dengan analisis
makna sila-sila diharapkan akan diperoleh makna yang akurat dan
mempunyai nilai filosofis. Metode yang dipergunakan untuk menganalis
adalah metode interpretasi (hermeneutika) terhadap masing-masing sila
Pancasila.

1) Arti dan Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Pokok-pokok pikiran
yang perlu dipahami antara lain:

• Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang


Maha Esa.

• Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan


beribadah menurut agamanya.

• Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi diwajibkan


memeluk agama sesuai dengan hukum yang berlaku

• Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia

KB 2 PGSD PPKN 114


• Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan
beragama, toleransi antar umat dan dalam beragama.

• Negara menjadi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan


iman warga negara dan menjadi mediator ketika terjadi konflik
antar agama.

2) Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Pokok-pokok
pikiran yang perlu dipahami antara lain:

• Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai


mahkluk Tuhan. Maksudnya, kemanusiaan itu mempunyai sifat
yang universal.

• Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Hal ini


juga bersifat universal, dan bila diterapkan dalam masyarakat
Indonesia sudah barang tentu bangsa Indonesia menghagai hak
dari setiap warga negara dalam masyarakat Indonesia.
Konsekuensi dari hal ini, dengan sendirinya sila kemanusiaan yang
adil dan beradab mengandung prinsip menolak atau menjauhi
rasialisme atau sesuatu yang bersumber pada ras. Selanjutnya
mengusahakan kebahagiaan lahir dan batin.

• Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah. Hal ini


berarti bahwa yang dituju masyarakat Indonesia adalah keadilan
dan peradaban yang tidak pasif., yaitu perlu pelurusan dan
penegakkan (hukum) yang kuat jika terjadi penyimpangan-
penyimpangan. Keadilan diwujudkan dengan berdasarkan pada
hukum. Prinsip keadilan dikaitkan dengan hukum, karena keadilan
harus direalisasikan dalam kehidupan masyarakat.

KB 2 PGSD PPKN 115


3) Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia. Pokok-pokok pikiran yang
perlu dipahami antara lain:

• Nasionalisme;

• Cinta bangsa dan tanah air

• Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa

• Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan


dan perbedaan warna kulit.

• Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.

4) Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Pokok-pokok
pikiran yang perlu dipahami antara lain:

• Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum,


yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat;

• Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan besama secara


bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Di sini terjadi
simpul yang penting yaitu mengusahakan putusan bersama secara
bulat. Dengan demikian berarti bahwa penentu demokrasi yang
berdasarkan Pancasila adalah kebulatan mufakat sebagai hasil
kebijaksanaan. Oleh karena itu kita ingin mencapai hasil yang
sebaik-baiknya di dalam kehidupan bermasyarakat, maka hasil
kebijaksanaan itu harus merupakan suatu nilai yang ditempatkan
lebih dahulu;

KB 2 PGSD PPKN 116


• Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama.
Dalam hal ini perlu diingat bahwa keputusan bersama dilakukan
secara bulat sehingga membawa konsekuensi adanya kejujuran
bersama;

• Perbedaan secara umum demokrasi di barat dan di Indonesia yaitu


terletak pada Permusyawaratan.

5) Arti dan Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Beberapa pokok pikiran yang perlu dipahami antara lain:

• Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis


dan meningkat;

• Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi


kebahagiaan bersama menurut potensi masing-masing;

• Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat


bekerja sesuai dengan bidangnya (Rukiyati, 2016).

e. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik, Hukum, Sosial Budaya,


dan Ekonomi
Pada bagian ini akan dibahas Pancasila sebagai paradigma
pembangunan politik, hukum, sosial budaya dan ekonomi. Masing-masing
paradigma pembangunan dapat diuraikan sebagai berikut.

1). Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik


Pancasila menjadi landasan bagi pembangunan politik yang
dalam prakteknya menghindarkan praktek-praktek politik tak
bermoral dan tak bermartabat sebagai bangsa yang memiliki cita-cita
moral dan budi pekerti yang luhur. Segala tindakan penyalahgunaan
kekuasaan dan pengambilan kebijaksanaan yang diskriminatif dari

KB 2 PGSD PPKN 117


penguasa untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya merupakan
praktek-praktek politik yang bertentangan dengan nilai Pancasila.
Demikian juga sikap-sikap saling menghujat, menghalalkan segala
cara dengan mengadu domba rakyat, memfitnah, menghasut dan
memprovokasi rakyat untuk melakukan tindakan anarkhis demi
kepuasan diri merupakan tindakan yang rendah martabat
kemanusiaannya yang tidak mencerminkan jati diri bangsa Indonesia
yang ber-Pancasila.

Dalam pembangunan politik dan pemerintahan perlu


diperhatikan pula etika kehidupan berbangsa yang telah disepakati
bersama sebagaimana ditetapkan dalam Ketetapan MPR Nomor
VI/MPR/2001 dimana nilai-nilai Pancasila sebagai acuan dasarnya
dengan tujuan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien,
dan efektif serta dapat menumbuhkan suasana politik yang
demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa bertanggung jawab,
tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam
persaingan, kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar,
serta menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan keseimbangan hak
dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa. Oleh karena itulah
dengan etika kehidupan berbangsa dimaksudkan agar setiap pejabat
dan para politisi untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani,
berjiwa besar, memiliki keteladanan, rendah hati, dan siap untuk
mundur dari jabatan publik apabila terbukti melakukan kesalahan dan
secara moral kebijakannya bertentangan dengan hukum dan rasa
keadilan masyarakat. Untuk itu etika kehidupan berbangsa ini harus
diwujudkan dalam bentuk sikap yang bertata krama dalam perilaku
politik yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh dari sikap

KB 2 PGSD PPKN 118


munafik serta tidak melakukan kebohongan publik, tidak manipulatif
dan berbagai tindakan yang tidak terpuji lainnya (Rukiyati, 2016).

2). Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum


Pancasila sebagai paradigma pembangunan hukum
ditunjukkan dalam setiap perumusan peraturan perundang-
undangan nasional yang harus selalu memperhatikan dan
menampung aspirasi rakyat. Hukum atau peraturan perundang-
undangan yang dibentuk haruslah merupakan cerminan nilai-nilai
kemanusiaan, kerakyatan dan keadilan. Dengan kata lain, nilai-nilai
sila-sila Pancasila menjadi landasan dalam pembentukan hukum yang
aspiratif. Pancasila menjadi sumber nilai dan sumber norma bagi
pembangunan hukum. Dalam pembaharuan hukum, Pancasila
sebagai cita-cita hukum yang berkedudukan sebagai peraturan yang
paling mendasar (Staatsfundamentalnorm) di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pancasila menjadi sumber dari tertib hukum di
Indonesia. Pancasila menentukan isi dan bentuk peraturan
perundang-undangan di Indonesia yang tersusun secara hierarkhis.
Dalam hal ini Pancasila sebagai sumber hukum dasar nasional.

Sebagai sumber hukum dasar, Pancasila juga mewarnai


penegakan hukum di Indonesia, dalam arti Pancasila menjadi acuan
dalam etika penegakan hukum yang berkeadilan yang bertujuan
untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan dan
keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan
ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang berpihak
kepada keadilan. Oleh karena itulah perlu diwujudkan suatu
penegakan hukum secara adil, perlakuan yang sama dan tidak

KB 2 PGSD PPKN 119


diskriminatif terhadap setiap warga negara di hadapan hukum, dan
menghindarkan penggunaan hukum dengan cara yang salah sebagai
alat kekuasaan dan bentuk-bentuk manipulasi hukum lainnya
(Rukiyati, 2016).

3). Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya


Pancasila merupakan sumber normatif dalam
pengembangan aspek sosial budaya yang mendasarkan pada nilai-
nilai kemanusiaan, nilai Ketuhanan dan nilai keberadaban.
Pembangunan di bidang sosial budaya senantiasa mendasarkan pada
nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang beradab. Pembangunan bidang sosial budaya
menghindarkan segala tindakan yang tidak beradab, dan tidak
manusiawi, sehingga dalam proses pembangunan haruslah selalu
mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri sebagai
nilai dasar yaitu nilai-nilai Pancasila. Untuk itulah perlu diperhatikan
pula etika kehidupan berbangsa yang bertolak dari rasa kemanusiaan
yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling
peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan
saling menolong di antara sesama manusia.

Dalam pembangunan sosial budaya perlu


ditumbuhkembangkan kembali budaya malu dan budaya
keteladanan. Budaya malu yaitu malu berbuat kesalahan dan semua
yang bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa. Demikian pula perlu budaya keteladanan yang diwujudkan
dalam perilaku para pemimpin baik formal maupun informal pada
setiap lapisan masyarakat. Hal ini akan memberikan kesadaran bahwa

KB 2 PGSD PPKN 120


bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya tinggi, sehingga
dapat menggugah hati setiap manusia Indonesia untuk mampu
melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain, dan mampu
melakukan tindakan proaktif sejalan dengan tuntutan globalisasi
dengan penghayatan dan pengamalan agama yang benar serta
melakukan kreativitas budaya yang lebih baik (Rukiyati 2016).

4). Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi


Pancasila menjadi landasan nilai dalam pelaksanaan
pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berdasarkan
atas nilai-nilai sila-sila Pancasila selalu mendasarkan pada nilai
kemanusiaan, artinya pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan
umat manusia. Oleh karena itu pembangunan ekonomi tidak hanya
mengejar pertumbuhan ekonomi semata melainkan demi
kemanusiaan dan kesejahteraan seluruh bangsa, dengan
menghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang hanya
berdasarkan pada persaingan bebas, monopoli yang dapat
menimbulkan penderitaan rakyat serta menimbulkan penindasan
atas manusia satu dengan lainnya. Disamping itu etika kehidupan
berbangsa yang mengacu pada nilai-nilai Pancasila juga harus
mewarnai pembangunan di bidang ekonomi, agar prinsip dan perilaku
ekonomi dari pelaku ekonomi maupun pengambil kebijakan ekonomi
dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan
persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya etos
kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan saing, serta
terciptanya suasana yang kondusif untuk pemberdayaan ekonomi
yang berpihak kepada rakyat kecil melalui kebijakan secara ber-
kesinambungan, sehingga dapat dicegah terjadinya praktek-praktek

KB 2 PGSD PPKN 121


monopoli, oligopoli, kebijakan ekonomi yang mengarah kepada
perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme, diskriminasi yang
berdampak negatif terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan keadilan
serta menghindarkan perilaku yang menghalalkan segala cara dalam
memperoleh keuntungan (Rukiyati, 2016).

f. Panduan Pengamalan Pancasila


Persoalan yang sering mengemuka tentang Pancasila adalah adanya
ketidaksesuaian antara perilaku sebagian masyarakat Indonesia dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila ataupun juga dalam penataan
kehidupan bernegara. Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa dalam
kehidupan sehari-hari sering kali terjadi kasus-kasus yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila? Hal ini menyebabkan Pancasila dinilai kurang
fungsional atau tidak operasional.

Persoalan fungsionalisasi, operasionalisasi, atau penerapan Pancasila


memang tidak mudah, lebih-lebih jika dipersoalkan acuan atau
rujukannnya yang baku. Sebab, rumusan Pancasila hanya sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, tidak disertai tafsir, penjelasan,
atau petunjuk pelaksanannya. Dengan demikian tidak tersedia instrumen
pelaksanaan atau pengamalan Pancasila. Pada masa Orde Baru telah
ditetapkan Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Ketetapan MPR tersebut
sangat populer sepanjang masa Orde Baru, yang jargonnya adalah ingin
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Penataran P4 diselenggarakan secara meluas, yang menjangkau semua
pegawai negeri, seluruh mahasiswa dan siswa baru, serta berbagai
lembaga kemasyarakatan. Fungsi P4 adalah sebagai penuntun dalam

KB 2 PGSD PPKN 122


menghayati dan mengamalkan Pancasila. Tujuannya adalah agar Pancasila
diamalkan dan menjadi kenyataan hidup sehari-hari. (Rukiyati dkk, 2016).

Setelah bergulirnya reformasi, beberapa produk Ketetapan MPR


diadakan peninjauan kembali. Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang
P4 akhirnya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku berdasar Ketetapan
MPR No. XVIII/MPR/1998. Dengan demikian tidak satupun acuan yang
secara formal berlaku guna melaksanakan Pancasila. Akibatnya, pedoman
dalam penerapan Pancasila lebih didasarkan pada kesadaran moral
disertai pertimbangan-pertimbangan rasional. Dengan kesadaran moral
dan pertimbangan rasional, seseorang akan mampu mengaktualisasikan
nilai-nilai Pancasila, mencakup nilai-nilai Ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan Indonesia, kerakyatan, maupun keadilan sosial.

Tanpa bermaksud menghidupkan kembali P4, perilaku yang sesuai


dengan nilai-nilai Pancasila dapat didiskusikan secara terbuka atas dasar
kesadaran moral dan pertimbangan rasional. Perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila itu antara lain:

a) Perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

o beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

o beribadah menurut ajaran agamanya;

o bersikap toleran terhadap pemeluk agama lain.

b) Perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan


beradab ;

KB 2 PGSD PPKN 123


o mengakui persamaan derajat sesama manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Kuasa;

o menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan;

o saling mencintai sesama manusia;

o tidak semena-mena terhadap orang lain;

o mengembangkan sikap tenggang rasa;

o membela kebenaran dan keadilan;

o merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

c) Perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai persatuan Indonesia

o memiliki semangat persatuan dan kesatuan bangsa;

o menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas


kepentingan pribadi atau golongan;

o rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara;

o memiliki rasa cinta tanah air;

o memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia;

o memiliki wawasan Nusantara

o memiliki semangat Bhinneka Tunggal Ika

d) Perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kerakyatan yang dipimpin oleh


hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan;

KB 2 PGSD PPKN 124


o suka bermusyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama;

o dalam bermusyawarah menggunakan akal sehat dan hati nurani


yang luhur;

o mengemukakan pendapat disertai dengan rasa tanggung jawab


moral kepada Tuhan Yang Maha Esa;

o menghargai perbedaan pendapat ;

o menerima dan melaksanakan keputusan musyawarah.

e) Perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh


rakyat Indonesia;

o bersikap adil;

o menghormati hak-hak orang lain;

o suka menolong kesulitan orang lain;

o tidak melakukan pemerasan pada orang lain;

o mengembangkan sikap kekeluargaan dan gotong-royong;

o menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban;

o tidak merugikan kepentingan umum;

o memajukan kesejahteraan sosial (Tap MPR No. II Tahun 1978).

Belum ada lembaga yang secara formal berwenang untuk


menguji kesesuaian peraturan perundang-undangan yang isinya sesuai
atau tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Hal yang mungkin

KB 2 PGSD PPKN 125


dilakukan adalah membuka suatu wacana publik untuk
memperdebatkan kesesuaian suatu peraturan perundang-undangan
dengan Pancasila. Pengujian terhadap peraturan perundang-undangan
yang dikenal selama ini adalah pengujian tentang kesesuaiannya dengan
UUD 1945. Dalam pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dinyatakan bahwa untuk
menguji kesesuaian Undang-Undang dengan Undang-Undang Dasar
1945 dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Dalam pasal tersebut
dinyatakan: “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji
Undang-Undang terhadap Undang Undang Dasar, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”. Sementara itu
pengujian kesesuaian peraturan perundang-undangan di bawah
Undang-Undang dengan UUD 1945 dilakukan oleh Mahkamah Agung.
Dalam pasal 24A ayat (1) UUD 1945 dinyatakan: “Mahkamah Agung
berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah Undang-Undang, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang” (UUD 1945).

3. Hukum dan Sistem Peradilan di Indonesia


Biarkan langit runtuh, tetapi hukum harus tetap ditegakkan (Cicero:
Filsuf Yunani). Hukum akan menjamin adanya kepastian bagi setiap warga
negara. Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban setiap warga negara
diatur sedemikian rupa disertai dengan ancaman sanksi yang tegas, sehingga
barang siapa melanggar, dia akan menerima akibat dari pelanggaran yang
dilakukannya.

KB 2 PGSD PPKN 126


Tanpa hukum, akan terjadi kesewenang-wenangan di tengah-tengah
kehidupan bernegara. Jika pemenuhan kebutuhan dan kepentingan seorang
warga dihalang-halangi oleh orang lain, maka dia hanya bisa
mempertahankannya sendiri. Dalam keadaan demikian, dapat dipastikan yang
kuat akan menindas dan menguasai yang lemah.

a. Hakikat Indonesia Sebagai Negara Hukum


1). Pengertian Hukum
Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa,
dibuat oleh negara untuk mengatur hubungan antara negara dengan
warga negara (Mertokusumo, 2005), juga mengatur hubungan antara
sesama warga negara. Norma hukum diadakan agar masyarakat dalam
suatu negara menjadi tertib, aman, adil dan damai.

Norma hukum berlaku bagi setiap orang dan dapat


dilaksanakan dengan penggunaan paksaan oleh aparat negara, seperti
kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Pelanggaran terhadap hukum
harus dibuktikan melalui proses hukum yang berlaku. Pelaku
pelanggaran hukum yang telah dibuktikan di pengadilan akan
mendapat sanksi hukum.

Contoh beberapa norma hukum, antara lain:

• Pasal 362 KUHP yang menyatakan bahwa barang siapa mengambil


sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain,
dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam
karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun
atau denda paling banyak enam puluh rupiah.

KB 2 PGSD PPKN 127


• Pasal 1234 BW menyatakan bahwa tiap-tiap perikatan adalah
untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk
tidak berbuat sesuatu.
• Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 (Undang-
Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang) menyatakan
bahwa setiap orang yang melaporkan terjadinya dugaan tindak
pidana pencucian uang, wajib diberi perlindungan khusus oleh
negara dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri,
jiwa, dan atau hartanya, termasuk keluarganya.

Bagi pelanggar hukum dapat dikenakan sanksi berupa pidana


penjara ataupun denda maupun pembatalan atau pernyataan tidak
sahnya suatu kegiatan atau perbuatan, dan sanksi tersebut dapat
dipaksakan oleh penguasa atau lembaga yang berwenang.

2). Fungsi Hukum


Dua fungsi hukum yang pokok adalah sebagai sarana kontrol
sosial dan sebagai sarana untuk melakukan perubahan masyarakat
(Mertokusumo, 2005). Sebagai sarana kontrol sosial, hukum bertugas
menjaga agar masyarakat tetap berada di dalam pola-pola tingkah
laku yang ditetapkan olehnya. Dalam hal ini hukum hanya
mempertahankan apa yang telah ditetapkan dan diterima di dalam
masyarakat. Sedangkan fungsi hukum sebagai sarana untuk
melakukan perubahan masyarakat, maka hukum bertugas untuk
menggerakkan tingkah laku masyarakat ke arah timbulnya suatu
keadaan tertentu yang dikehendaki.

KB 2 PGSD PPKN 128


3). Tujuan Hukum
Tujuan utama hukum adalah untuk menciptakan ketertiban
(Mertokusumo, 2005). Ketertiban merupakan suatu syarat utama dari
adanya masyarakat yang teratur. Untuk tercapainya ketertiban
tersebut harus ada kepastian. Karena itu hukum harus mengatur hal
yang jelas, baik subjek, objek, wilayah berlakunya. Bentuk hukum
harus jelas, apakah bentuknya peraturan-peraturan tertulis ataukah
tidak tertulis.

4). Jenis Hukum Berdasar Waktu Berlakunya


a) Ius Constitutum. Yaitu hukum yang dibentuk dan berlaku saat ini
dalam suatu masyarakat pada saat tertentu. Ius Constitutum
disebut pula hukum positif.

b) Ius Constituendum, yaitu hukum yang dicita-citakan dalam


pergaulan hidup negara, tetapi belum dibentuk menjadi undang-
undang atau ketentuan lain (Mertokusumo, 2005).

5). Jenis Hukum Menurut Bentuknya


a) Hukum tertulis, yaitu hukum yang dibuat dalam bentuk tertulis
yang telah dikodifikasikan (sistematis dan teratur dalam sebuah
kitab undang-undang) maupun tidak dikodifikasikan (yang masih
tersebar sebagai peraturan yang berdiri sendiri). Hukum tertulis
ini contohnya adalah undang-undang.

b) Hukum tidak tertulis, merupakan persamaan dari hukum


kebiasaan, atau hukum adat. Hukum tidak tertulis ini merupakan
bentuk hukum yang tertua (Mertokusumo, 2005).

KB 2 PGSD PPKN 129


6). Jenis Hukum Menurut Luas Berlakunya
a) Hukum umum, yaitu aturan hukum yang berlaku pada umumnya.
Contohnya : aturan mengenai sewa-menyewa, hukum pidana.
Hukum umum sering dinamakan ius generale.

b) Hukum khusus, yaitu aturan hukum yang berlaku untuk hal-hal


khusus. Kekhususannya dapat menunjuk pada tempat maupun hal-
hal tertentu dari kehidupan masyarakat. Contohnya: aturan
mengenai sewa-menyewa rumah, hukum pidana militer. Hukum
khusus dinamakan juga ius speciale (Mertokusumo, 2005).

7). Jenis Hukum Menurut Isinya


a) Hukum publik, yaitu aturan hukum yang mengatur kepentingan
publik atau kepentingan umum. Mengatur hubungan hukum antara
negara dengan perseorangan atau antara negara dengan alat
perlengkapan negara. Contohnya: hukum pidana, hukum tata
negara.

b) Hukum privat, yaitu aturan hukum yang mengatur kepentingan


perseorangan. Mengatur hubungan hukum antara orang yang satu
dengan orang yang lain. Contohnya: hukum perdata.

8). Jenis Hukum Berdasarkan Lapangan Hukumnya (Mertokusumo, 2005)


a) Hukum Tata Negara, yaitu keseluruhan aturan hukum tentang
organisasi negara, tentang tatanan negara.

b) Hukum Tata Usaha Negara, yaitu keseluruhan aturan hukum yang


mengatur cara bagaimana penguasa itu seharusnya bertingkah laku
dan melaksanakan tugas-tugasnya.

KB 2 PGSD PPKN 130


c) Hukum Perdata, yaitu keseluruhan aturan hukum yang mengatur
hak dan kewajiban dari seorang terhadap orang lain serta mengatur
tingkah laku mereka dalam pergaulan masyarakat dan pergaulan
keluarga.

d) Hukum Dagang, yaitu keseluruhan aturan hukum yang mengatur


hubungan orang yang satu dengan yang lain dalam lapangan
perniagaan.

e) Hukum Pidana, yaitu keseluruhan aturan hukum yang mengatur


tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan yang dilarang dan
diancam dengan sanksi bagi pelanggar larangan tersebut.

f) Hukum Acara, yaitu keseluruhan aturan hukum yang mengatur


bagaiman mempertahankan hukum materiil, contohnya Hukum
Acara Pidana, Hukum Acara Perdata, Hukum Acara Tata Usaha
Negara.

g) Hukum Internasional, yaitu hukum yang berhubungan dengan


peristiwa internasional.

9). Sumber Hukum (Mertokusumo, 2005)


a) Undang-undang, yaitu setiap peraturan yang dibentuk oleh alat
perlengkapan negara yang diberi kekuasaan membentuk undang-
undang, serta berlaku bagi semua orang dalam wilayah negara.

b) Yurisprudensi, yaitu keputusan hakim atau keputusan pengadilan


yang digunakan berulang-ulang sebagai dasar pertimbangan dalam
menjatuhkan putusan terhadap perkara yang serupa.

KB 2 PGSD PPKN 131


c) Traktat atau perjanjian internasional, yaitu persetujuan antara
negara yang satu dengan negara yang lain di mana negara-negara
tersebut telah mengikatkan dirinya untuk menerima hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang timbul dari perjanjian itu.

d) Kebiasaan, yaitu pola tindak yang berulang-ulang mengenai


sesuatu hal yang sama yang terjadi dalam masyarakat dalam bidang
kegiatan tertentu.

e) Pendapat para sarjana terkemuka atau doktrin, yaitu pendapat


yang dikemukakan para sarjana terkemuka mengenai sesuatu yang
dapat membantu setiap orang termasuk hakim dalam memberikan
keputusannya sebagai sumber tambahan.

b. Sistem Peradilan di Indonesia


1). Pelaksanaan Peradilan (Mertokusumo, 2005)
a) Peradilan dilakukan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”.

b) Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan.

c) Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di


luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal
sebagaimana disebut dalam Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.

d) Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-


bedakan orang.

KB 2 PGSD PPKN 132


e) Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi
segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan
yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.

f) Tidak seorang pun dapat dihadapkan di depan pengadilan selain


daripada yang ditentukan oleh undang-undang.

g) Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila


pengadilan, karena alat pembuktian yang sah menurut undang-
undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap
dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang
didakwakan atas dirinya.

h) Tidak seorang pun dapat dikenakan penangkapan, penahanan,


penggeledahan, dan penyitaan, selain atas perintah tertulis oleh
kekuasaan yang sah dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang.

i) Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau


dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah
sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya
dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

j) Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa


alasan berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan
mengenai orangnya atau hukum yang ditetapkannya, berhak
menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.

k) Pejabat yang dengan sengaja melakukan perbuatan sebagaimana


dimaksud di atas dipidana. Ketentuan mengenai tata cara

KB 2 PGSD PPKN 133


penuntutan ganti kerugian, rehabilitasi dan pembebanan ganti
kerugian diatur dalam undang-undang.

2). Kekuasaan Kehakiman (Mertokusumo, 2005)


a) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawahnya, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi.

b) Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung meliputi


badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan
agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara.

c) Mahkamah Agung merupakan pengadilan negara tertinggi dari


keempat lingkungan peradilan sebagaimana disebut diatas.

3). Kewenangan Mahkamah Agung (Mertokusumo, 2005)


a) Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan
pada tingkat terakhir oleh pengadilan yang berada di bawah
Mahkamah Agung.

b) Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang


terhadap undang-undang.

c) Kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang.

d) Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan


pengadilan dalam lingkungan peradilan yang berada di bawahnya
berdasarkan undang-undang.

e) Organisasi, administrasi, dan finansial Mahkamah Agung dan badan


peradilan yang berada di bawahnya berada di bawah kekuasaan
Mahkamah Agung. Ketentuan mengenai organisasi, administrasi,

KB 2 PGSD PPKN 134


dan finansial diatur dalam undang-undang sesuai dengan
kekhususan lingkungan peradilan masing-masing. Pengadilan
khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan
peradilan diatur dengan undang-undang. Peradilan Syariah Islam di
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan pengadilan khusus
dalam lingkungan peradilan agama sepanjang kewenangannya
menyangkut kewenangan peradilan agama, dan merupakan
peradilan khusus dalam lingkungan peradilan umum sepanjang
kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan umum.

4). Kewajiban Pangadilan (Mertokusumo, 2005)


a) Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya.

b) Semua pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus dengan


sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim, kecuali undang-undang
menentukan lain. Diantara hakim, seorang bertindak sebagai ketua
dan lainnya sebagai hakim anggota sidang.

c) Sidang dibantu oleh seorang panitera atau seorang yang ditugaskan


melakukan pekerjaan panitera. Dalam perkara pidana wajib hadir
pula seorang penuntut umum, kecuali undang-undang menentukan
lain.

d) Pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pidana


dengan hadirnya terdakwa, kecuali undang-undang menentukan
lain. Dalam hal tidak hadirnya terdakwa, sedangkan pemeriksaan

KB 2 PGSD PPKN 135


dinyatakan telah selesai, putusan dapat diucapkan tanpa dihadiri
terdakwa.

e) Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum,


kecuali undang-undang menentukan lain. Tidak dipenuhinya
ketentuan sebagaimana seperti tersebut di atas mengakibatkan
putusan batal demi hukum.

f) Rapat permusyawaratan hakim bersifat rahasia. Dalam sidang


permusyawaratan, setiap hakim wajib menyampaikan
pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang
sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan.

g) Dalam hal sidang permusyawaratan tidak dapat dicapai mufakat


bulat, pendapat hakim yang berbeda wajib dimuat dalam putusan.

h) Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan


hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka dan umum.

5). Hak untuk Banding (Mertokusumo, 2005)


a) Terhadap putusan pengadilan tingkat pertama dapat dimintakan
banding kepada pengadilan tinggi oleh pihak-pihak yang
bersangkutan, kecuali undang-undang menentukan lain.

b) Terhadap putusan pengadilan tingkat pertama, yang tidak


merupakan pembebasan dari dakwaan atau putusan lepas dari
segala tuntutan hukum, dapat dimintakan banding kepada
pengadilan tinggi oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali
undang-undang menentukan lain.

KB 2 PGSD PPKN 136


c) Terhadap putusan pengadilan dalam tingkat banding dapat
dimintakan kasasi kepada Mahkamah Agung oleh pihak-pihak yang
bersangkutan, kecuali undang-undang menentukan lain.

d) Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan


hukum tetap, pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengajukan
peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal
atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-undang.

e) Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang


termasuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan
militer, diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan
peradilan umum, kecuali dalam keadaan tertentu menurut
keputusan Ketua Mahkamah Agung perkara itu harus diperiksa dan
diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.

f) Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar


putusan tersebut, memuat pula pasal tertentu dari peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak
tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.

g) Tiap putusan pengadilan ditandatangani oleh ketua serta hakim


yang memutus dan panitera yang ikut serta bersidang.

6). Kewenangan Mahkamah Konstitusi (Mertokusumo, 2005).


Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk:

a) Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945.

KB 2 PGSD PPKN 137


b) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

c) Memutus pembubaran partai politik.

d) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Selain kewenangan di atas, Mahkamah Konstitusi wajib


memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

D. Telaah kasus
1. Kasus Pertama : Pelanggaran HAM di Sekolah
Apa pelanggaran HAM itu? Baca Kembali Pasal 1 Angka 6 UU No. 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Contoh pelanggaran HAM yang terjadi
di sekolah adalah tindakan kekerasan.

Data dari Susenas memperlihatkan bahwa secara nasional pada tahun


2006 telah terjadi kekerasan sebanyak 2,81 juta kasus dan 2,29 juta dari kasus
tersebut merupakan kekerasan terhadap anak. Jumlah tersebut apabila
dibandingkan dengan jumlah anak menunjukkan besarnya angka korban
kekerasan terhadap anak pada tahun 2006 mencapai 3%, yang berarti setiap
1.000 anak terdapat sekitar 30 anak berpeluang menjadi korban tindak
kekerasan. Di perdesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan yakni 3,2
berbanding 2,8%. Di kalangan anak-anak, angka korban kekerasan lebih tinggi
pada anak laki-laki dibandingkan perempuan, yaitu 3,1% berbanding 2,9%.

KB 2 PGSD PPKN 138


Sementara jumlah kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua
adalah sebanyak 61.4% dari total kekerasan yang terjadi pada anak, sisanya
dilakukan oleh tetangga, rekan kerja, guru dan lain-lain.

Pada tahun 2013 Plan International dan International Center for


Research on Women (ICRW) melakukan riset yang hasilnya menunjukkan 84%
anak di Indonesia mengalami kekerasan di sekolah. Angka tersebut lebih tinggi
dari tren di kawasan Asia yakni 70%. Riset ini dilakukan di 5 negara Asia, yakni
Vietnam, Kamboja, Nepal, Pakistan, dan Indonesia yang diambil dari Jakarta
dan Serang, Banten. Survei diambil pada Oktober 2013 hingga Maret 2014
dengan melibatkan 9.000 siswa usia 12-17 tahun, guru, kepala sekolah,
orangtua, dan perwakilan LSM.

Data pengaduan KPAI Tahun 2015, menunjukkan bahwa anak korban


kekerasan sebanyak 127 siswa, sementara anak menjadi pelaku kekerasan di
sekolah 64 siswa. Anak korban tawuran 71 siswa, sementara anak menjadi
pelaku tawuran 88 siswa.

https://www.komnasham.go.id/files/20170828-sekolah-ramah-ham-solusi-
menghapus-$TSG634Y.pdf

Berdasarkan kondisi yang memprihatinkan diatas kita dapat merancang


kegiatan Sekolah Ramah Hak Asasi Manusia. Perhatikan beberpa petunjuk
berikut ini:

➢ Perhatikan data di atas dikeluarkan tahun berapa dan cari update data saat
ini.
➢ Kemukakan bentuk-bentuk pelanggaran HAM di sekolah
➢ Buat materi inti HAM yang akan dikembangkan di SD.
➢ Wujudkan materi itu itu dalam bentuk mindmapping kegiatan di sekolah.

KB 2 PGSD PPKN 139


➢ Kemukakan pihak yang dilibatkan dan peranannya dalam kegiatan
tersebut.
➢ Rancanglah bagaimana strategi atau metode pembelajarannya.
➢ Tuliskan bagaimana mengevaluasi ketercapaian tujuan beserta
indikatornya.

2. Kasus Kedua : Implementasi Sila-sila Pancasila


Perhatikan isi berita berikut ini

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Penegasan Pancasila sebagai filosofi,


ideologi, jiwa, dan pandangan hidup sudah final. Akan tetapi, dalam tahap
pelaksanaan masih banyak ditemukan pelanggaran-pelanggaran yang
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Dari sekitar 400 pengaduan gugatan
undang-undang (UU) yang masuk ke Mahkamah Konstitusi (MK), periode
Agustus 2003 hingga Mei 2012, sekitar 27 persen di antaranya dibatalkan.
Pembatalan dilakukan karena sebagian besar UU tersebut melanggar nilai-nilai
Pancasila. Ketua MK Mahfud MD mengatakan, yang paling membahayakan saat
ini bukan hanya korupsi uang atau kekayaan negara, melainkan juga korupsi
dalam pembuatan peraturan dan kebijakan. Apabila korupsi seperti ini terjadi,
maka akan timbul kasus korupsi yang berkesinambungan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Banyak Pelanggaran


terhadap Nilai-nilaiPancasila.

https://nasional.kompas.com/read/2012/06/01/00191155/
Banyak.Pelanggaran.terhadap.Nilai-nilai.Pancasila.

Diskusikan bersama peserta PPG lainnya topik berikut ini.

1. Substansi dari Sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan. Menurut Saudara


bagaimana seharusnya implementasi Sila Ketuhanan di Indonesia yang

KB 2 PGSD PPKN 140


majemuk itu? Jelaskan pula tentang kehidupan beragama di Indonesia
saat ini!

2. Substansi dari Sila kedua Pancasila adalah kemanusiaan. Menurut Saudara


bagaimana implementasi perlindungan hak asasi manusia di Indonesia
saat ini? Jelaskan pula peraturan dan lembaga yang terkait dengan
kemanusiaan di Indonesia saat ini!

3. Substansi dari Sila ketiga Pancasila adalah persatuan atau nasionalisme.


Menurut Saudara bagaimana persatuan Indonesia menjadi kuat, di dalam
masyarakat Indonesia yang sangat beragam? Jelaskan pula apa yang harus
diusahakan bangsa Indonesa agar persatuan Indonesia semakin kokoh!

4. Substansi dari Sila keempat Pancasila adalah demokrasi. Menurut Saudara


bagaimana implementasi demokrasi di Indonesia saat ini? Jelaskan plus
dan minusnya demokrasi.

5. Substansi dari Sila kelima Pancasila adalah keadilan sosial. Menurut


Saudara bagaimana implementasi keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia saat ini? Jelaskan bahwa korupsi menghambat keadilan sosial.

E. Penutup
1. Rangkuman
Dengan memperhatikan materi modul dan tautan diatas dapat
dirangkum sebagai berikut:

a. Penghormatan atas hak asasi manusia setiap manusia dengan tetap


mengedepankan kepentingan berbangsa dan bernegara. Hak asasi

KB 2 PGSD PPKN 141


manusia manusia wajib dihormati siapapun namun lebih diberikan
penekanan kepentingan negara dan bangsa.
b. Jika dimensi Hak Asasi Manusia adalah kebebasan, maka dimensi
Kewajiban Asasi Manusia adalah tanggung jawab. Kebebasan yang
bertanggung jawab adalah inti keselarasan dalam masyarakat.
c. Pelanggaran HAM masih banyak terjadi karena ketidak patuhan hukum,
ketidak tahuan, ketidak pedulian terhadap HAM dan belum maksimalnya
kinerja dari pihak pihak yang terlibat dalam masalah HAM.
d. HAM saat ini sarat kepentingan (politik, ekonomi, sosial, pribadi) sehingga
membutuhkan kewaspadaan semua pihak agar tidak terjebak dalam
kepentingan kelompok dari orang orang yang mengatas namakan hak asasi
manusia.
e. Penyelesaian masalah HAM kadang diwarnai kepentingan politik sehingga
kapan penyelesaian dan bagaimana penyelesaiannya juga kadang
bernuansa politik.
f. Dunia internasional sering memanfaatkan isu HAM sebagai isu politik
untuk menekan negara tertentu, termasuk Indonesia.
g. Pancasila yang belum melaksanakan HAM secara murni dan konsekuen
sering dimanfaatkan sebagai sasaran tembak bagi yang anti Pancasila
sekaligus tempat berlindung dari pihak pihak tertentu untuk kepentingan
tertentu.
h. Kriteria yang dapat digunakan untuk mengatasi pelanggaran HAM antara
lain adalah apakah pertikaian itu bertentangan dengan sila-sila Pancasila
atau tidak dan apakah peristiwa itu menimbulkan “kegaduhan” di tengah
masyarakat atau tidak.

KB 2 PGSD PPKN 142


i. Menyadari Indonesia adalah negara majemuk maka pendiri negara
menetapkan Pancasila sebagai titik temu, titik tumpu, dan titik tuju bagi
Indonesia.
j. Pancasila dan negara bangsa telah diterima sebagai kesepakatan nasional.
Pancasila sejatinya mengandung nilai-nilai dasar dan ideologi moderat.
Ketika Pancasila dan Indonesia dibawa ke paradigma ekstrem, maka
berlawanan dengan hakikat Pancasila dan keindonesiaan yang diletakkan
oleh para pendiri negara.
k. Pancasila merupakan kesatuan yang utuh. Kelima sila tidak dapat
dipisahkan dan bersifat organis. Walaupun masing-masing sila berdiri
sendiri tetapi hubungan antar sila merupakan hubungan yang organis.
l. Dalam kehidupan kenegaraan, perwujudan nilai Pancasila harus tampak
dalam produk peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Semua
produk hukum yang berlaku di Indonesia, harus dijiwai oleh nilai-nilai
Pancasila..
m. Pancasila harus dijadikan landasan bagi pembangunan politik, hukum,
ekonomi, serta sosial budaya, yang dalam prakteknya menghindarkan
praktek-praktek tak bermoral dan tak bermartabat sebagai bangsa yang
memiliki cita-cita moral dan budi pekerti yang luhur.

n. Hukum berisi kaidah, bertujuan mengatur kehidupan bersama dalam


masyarakat, dibuat oleh negara, bersifat memaksa, ada sanksi bagi yang
meanggarnya.

o. Dua fungsi hukum yang pokok adalah sebagai sarana kontrol sosial dan
sebagai sarana untuk melakukan perubahan masyarakat.

p. Tujuan utama hukum adalah untuk menciptakan ketertiban. Ketertiban


merupakan suatu syarat utama dari adanya masyarakat yang teratur.

KB 2 PGSD PPKN 143


q. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.

r. Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung meliputi badan


peradilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan
militer, dan peradilan tata usaha negara.

s. Mahkamah Agung merupakan pengadilan negara tertinggi dari keempat


lingkungan peradilan sebagaimana disebut di atas.

Saudara dapat mengembangkan Lesson Learn dari hasil sintesis dan evaluasi
dari berbagai sumber seperti dicontohkan diatas.

2. Tes formatif
Pilihlah alternatif jawaban yang paling benar!

1. Bacalah kasus di bawah ini.

Pada saat persiapan kemerdekaan, keberadaan HAM di dalam UUD


1945 merupakan hasil kompromi dari dua kubu yang berhadapan, sehingga
HAM dimasukkan di dalam UUD 1945 tetapi hanya sedikit yaitu pasal 27
hingga 34. Piagam PBB mengidealkan untuk meningkatkan penghormatan
dan kepatuhan universal terhadap HAM dan kebebasan mendasar bagi
semua orang tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama.
HAM dalam Amandemen UUD 1945 jauh lebih luas daripada yang
disepakati para pendiri bangsa. 1. Bagaimana pendapat anda terhadap
perbedaan antara UUD 1945 dan Amandemen UUD 1945?

A. Penyelewengan terhadap semangat para pendiri bangsa.

KB 2 PGSD PPKN 144


B. Seruan HAM sedunia menuntut semua negara untuk mematuhi dengan
mengakomodasikannya dalam jaminan konstitusional.
C. Amandemen UUD 1945 itu hanya rincian dari apa yang sudah ada pada
pasal 27 hingga 34
D. Bukan sekedar menyeleweng namun bertentangan dengan semangat
dan kesepakatan nasional para pendiri bangsa.
E. Perbedaan itu hanya perbedaan tafsir saja. Yang ada pada Amandemen
UUD 1945 dan UUD 1945 awal pada dasarnya sama saja.
2. Magna Carta diratifikasi di Inggris pada 15 Juni 1215 sebagai reaksi atas
kelaliman Raja John. Piagam ini terlahir dari perseteruan antara Raja John,
Paus Innocent III dan para bangsawan Inggris kelas Baron. Selain menjadi
perjanjian damai, fungsi Magna carta ialah meniadakan kekuasaan absolut
seorang raja. Manakah yang bukan merupakan alasan mengapa Magna
Carta dianggap sebagai tonggak sejarah lahirnya HAM dan hukum
konstitusional:
A. Berkat keberadaan Magna Carta, kekuasaan raja tidak absolut dan
sewenang wenang.
B. Sejumlah hak raja dicabut, berganti dengan keputusan berdasarkan
pertimbangan hukum, menghomati prosedur hukum dan asas
kemanusiaan.
C. Tonggak penting dalam pengembangan Inggris yang demokratis di
masa mendatang.
D. Perlindungan HAM yang pertama kali di dunia
E. Menunjukkan makin menguatnya kekuasaan rakyat yang
ditunjukkan melalui parlemen
3. Perhatikan berita sederhana di bawah ini:

KB 2 PGSD PPKN 145


Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan kasus
pelanggaran hak anak yang terjadi selama Januari-April 2019 paling banyak
di sekolah dasar (SD). Ketua KPAI Susanto memaparkan temuan berasal
dari laporan yang diterima lembaganya lewat divisi pengaduan, hasil
pengawasan, serta kasus-kasus yang informasinya menyebar di media
sosial dan pemberitaan media massa. Susanto mencatat KPAI menemukan
25 kasus pelanggaran hak anak di tingkat SD, 5 kasus di tingkat SMP, 6
kasus di tingkat SMA, dan 1 kasus di Perguruan Tinggi. Menurut Susanto,
kasus kekerasan dan perundungan lebih banyak ditemukan di sekolah
dasar daripada jenjang pendidikan lainnya.
Baca selengkapnya di artikel "KPAI Temukan Kasus Pelanggaran Hak Anak
pada 2019 Terbanyak di SD", https://tirto.id/kpai-temukan-kasus-
pelanggaran-hak-anak-pada-2019-terbanyak-di-sd-dnwX
Manakah pernyataan berikut ini yang perlu benar:
A. Penyimpulan KPAI berdasarkan data yang akurat
B. Penyimpulan KPAI ini didasarkan penelitian yang komprehensif.
C. Paparan KPAI perlu dipertimbangkan untuk kewaspadaan
D. Lembaga KPAI melakukan kegiatan proaktif dan preventif
E. Kasus HAM didasarkan atas kajian yang akurat dan autentik.
4. Untuk menyambut seruan PBB dan UU tentang HAM, Komnas HAM
memprogramkan Sekolah Ramah HAM (SR HAM).
Manakah pernyataan ini yang paling benar ?
A. Sekolah Ramah HAM adalah sekolah yang mengintegrasikan nilai-nilai
HAM dalam organisasi dan pengelolaan sekolah, materi dan proses
pembelajaran, dan pengalaman di semua sisi kehidupan sekolah
tersebut

KB 2 PGSD PPKN 146


B. Sekolah Ramah HAM mempunyai konsep pendidikan HAM berperan
sebagai materi pelajaran
C. Sekolah Ramah HAM mempunyai konsep pendidikan HAM berperan
sebagai metode atau pendekatan
D. Sekolah Ramah HAM yang mempraktikkan nilai-nilai HAM dalam
pengelolaan di sekolah.
E. Sekolah Ramah HAM memunculkan mata pelajaran HAM
5. Perhatikan pernyataan berikut ini!

1) Norma yang bersumber pada wahyu Tuhan.

2) Norma yang bersumber pada hati nurani.

3) Bersifat mengatur dan memaksa.

4) Sanksinya lebih tegas dan jelas.

5) Norma yang dibuat oleh lembaga berwenang.

Berdasarkan pernyataan di atas yang dapat dikategorikan sebagai


norma hukum adalah nomor ….

A. 1), 2), dan 3)

B. 1), 3), dan 4)

C. 1), 4), dan 5)

D. 2), 3), dan 4)

E. 3), 4), dan 5)

6. Perhatikan pernyataan berikut ini!

KB 2 PGSD PPKN 147


1) Kumpulan hukum yang mengatur hubungan antar orang.

2) Disebut juga hukum sipil.

3) Contohnya KUH Perdata dan KUH Dagang.

Pernyataan di atas merupakan ciri-ciri suatu jenis hukum, yaitu ….

A. hukum internasional

B. hukum kebiasaan

C. hukum nasional

D. hukum publik

E. hukum privat

7. Perhatikan pernyataan berikut!

1) Perbuatan melawan hukum.

2) Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana.

3) Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau koorporasi.

4) Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi.

5) Menimbulkan kekacauan dalam sektor politik.

Unsur tindak pidana korupsi dilihat dari segi hukum ditunjukkan


oleh pernyataan nomor ….

A. 1), 2), dan 3)

B. 1), 3), dan 4)

KB 2 PGSD PPKN 148


C. 1), 4), dan 5)

D. 2), 4), dan 5)

E. 3), 4), dan 5)

8. Perhatikan pernyataan berikut!

1) Perbuatan penyelewengan uang negara.

2) Pelaku pejabat publik memperkaya diri sendiri.

3) Perbuatan penyalahgunaan uang negara.

4) Memakai uang negara untuk kepentingan pribadi, orang lain, atau


suatu korporasi yang dapat merugikan negara.

5) Penyelewengan tanggungjawab kepada masyarakat.

Pernyataan yang sesuai dengan definisi korupsi menurut Kamus


Besar Bahasa Indonesia ditunjukkan oleh nomor ….

A. 1), 2), dan 4)

B. 1), 3), dan 4)

C. 1), 4), dan 5)

D. 2), 4), dan 5)

E. 3), 4), dan 5)

9. Perhatikan persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek


berikut!

KB 2 PGSD PPKN 149


1) Politik: Setiap warga negara yang telah memenuhi syarat menurut
undang-undang berhak untuk memilih dan dipilih.

2) Ekonomi: Setiap orang berhak melakukan monopoli perdagangan.

3) Sosial: Pemberian bantuan kepada seluruh rakyat Indonesia secara


merata.

4) Budaya: Menjaga dan mengembangkan budaya luar negeri.

5) Hukum: Menjatuhkan sanksi sesuai perbuatan melanggar hukum yang


dilakukan tanpa pandang bulu.

Berdasarkan pernyataan di atas aspek persamaan di bidang


hukum yang sesuai dengan pelaksanaannya ditunjukkan nomor ….

A. 1), 2), dan 3)

B. 1), 2), dan 5)

C. 1), 3), dan 5)

D. 2), 4), dan 5)

E. 3), 4), dan 5)

10. Perhatikan pernyataan berikut!

1) Pasal 27 ayat (2) UUD 1945: mendapatkan pekerjaan yang layak.

2) Pasal 27 ayat (3) UUD 1945: mendapatkan pendidikan.

3) Pasal 32 ayat (1) UUD 1945: ikut kegiatan siskamling.

4) Pasal 32 ayat (2) UUD 1945: ikut memelihara budaya nasional.

KB 2 PGSD PPKN 150


5) Pasal 33 UUD 1945: menjadi anggota koperasi.

Pasal dalam UUD 1945 di atas yang sesuai dengan pelakanaannya


ditunjukkan oleh nomor: ….

A. 1), 2), dan 3)

B. 1), 4), dan 5)

C. 2), 3), dan 4)

D. 2), 4), dan 5)

E. 3), 4), dan 5)

11. Kesadaran masyarakat terhadap hukum dapat dilihat dari sikapnya, yaitu….

A. tidak terdapatnya pelanggaran hukum

B. kepatuhan terhadap hukum yang berlaku

C. pemahaman tentang hukum yang berlaku

D. mengetahui arti hukum dan penggolongannya

E. kepatuhannya terhadap aparat penegak hukum

12. Contoh dari hukum positif di Indonesia, yaitu ....

20. Pancasila

21. UU Sisdiknas

22. Kode Etik Guru

23. Tata Tertib DPR

KB 2 PGSD PPKN 151


24. Empat Pilar Hidup Bernegara

13. Contoh perbuatan yang mencerminkan ketaatan terhadap peraturan


negara adalah ….

A. membayar pajak kendaraan bermotor

B. menolong teman yang kesulitan belajar

C. mengikuti proses pembangunan negara

D. mencermati berbagai fasilitas umum yang ada

E. mengamati kinerja para pejabat negara dalam menjalankan tugasnya

14. Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Pernyataan tersebut membawa


implikasi logis dalam kehidupan bernegara bahwa ....

A. sila-sila Pancasila tecermin dalam realitas masyarakat Indonesia

B. implementasi nilai-nilai Pancasila perlu ditingkatkan secara kontinyu

C. orang Indonesia sudah berPancasila sejak sebelum Indonesia


merdeka

D. hukum di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan nilai- nilai


Pancasila

E. masyarakat Indonesia adalah masyarakat plural memerlukan alat


pemersatu bangsa

15. Nilai-nilai Pancasila yang bersifat umum universal adalah ….

A. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan

KB 2 PGSD PPKN 152


B. Ketuhanan, kebangsaan, demokrasi, kerakyatan dan keadilan

C. kebangsaan, kemanusiaan, demokrasi, persatuan, kesejahteraan

D. Ketuhanan, gotong royong, demokrasi, keadilan dan kesejahteraan


sosial

E. nasionalisme, internasionalisme, demokrasi, musyawarah mufakat,


Ketuhanan yang berkebudayaan

16. Sila-sila Pancasila bersifat hierarkis piramidal. Sila Ketuhanan mendasari


sila kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Sila Kemanusiaan
....

A. mendasari persatuan, kerakyatan dan keadilan

B. didasari dan dijiwai oleh empat sila lainnya secara integral

C. mendasari sila persatuan, kerakyatan dan kesejahteraan sosial

D. didasari oleh sila ketuhanan, persatuan, kerakyatan dan keadilan

E. didasari sila ketuhanan, dan mendasari sila persatuan, kerakyatan


dan keadilan

17. Pribadi yang mencerminkan karakter Pancasilais adalah orang yang ....

A. takwa, mandiri, nasionalis, cendekia, adil

B. seimbang antara kehidupan individual dan sosial

C. mendahulukan kehidupan dunia daripada akhirat

D. religius, humanis, nasionalis, demokratis dan adil

KB 2 PGSD PPKN 153


E. takwa, adil, cinta tanah air, merakyat dan peduli sesama.

18. Sila Pancasila yang paling luas cakupannya adalah ....

A. Persatuan Indonesia

B. Ketuhanan Yang Maha Esa.

C. Kebangsaan atau nasionalisme

D. Kemanusiaan yang adil dan beradab

E. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

19. Sila-sila Pancasila bersifat hirarkis piramidal, sila Ketuhanan mendasari sila
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Sila Persatuan
Indonesia ....

A. mendasari sila kerakyatan dan keadilan sosial

B. mendasari sila Ketuhanan, kemanusiaan, kerakyatan dan keadilan

C. didasari oleh sila ketuhanan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan

D. didasari sila Ketuhanan, dan kemanusiaan, mendasari sila kerakyatan


dan keadilan

E. mendasari dan didasari oleh sila Ketuhanan, kemanusiaan,


kerakyatan dan keadilan sosial

20. Sila Pancasila yang paling sempit cakupannya adalah ....

A. Persatuan Indonesia

B. Ketuhanan Yang Maha Esa

KB 2 PGSD PPKN 154


C. Kemanusiaan yang adil dan beradab

D. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

E. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan

21. Makna Pancasila sebagai paradigma pembangunan di bidang pendidikan


dapat dijelaskan sebagai berikut ….

A. filsafat pendidikan yang dianut Indonesia sejalan dengan filsafat


pendidikan yang bersifat universal

B. teori-teori pendidikan yang telah teruji di barat menjadi acuan utama


praktik pendidikan kita

C. pengintegrasian teori atau ajaran pendidikan luar negeri ke dalam


sistem pendidikan nasional mutlak dilakukan

D. teori, ajaran, praktik pendidikan barat hanya sebagai pembanding,


pembantu, pelengkap, dan pemerkaya sistem pendidikan kita

E. kalau ingin maju, maka pengadopsian teori, ajaran, dan praktik


pendidikan negara-negara maju merupakan keniscayaan

22. Pancasila sebagai kerangka acuan pembangunan Indonesia dapat


dijelaskan sebagai berikut….

A. Pancasila merupakan dasar visi yang memberi inspirasi dan arah


pembangunan Indonesia

B. Pancasila mengilhami para perumus kebijakan pembangunan


nasional Indonesia

KB 2 PGSD PPKN 155


C. Pancasila menjadi kriteria keberhasilan pembangunan Indonesia

D. Pancasila merupakan ciri khas pembangunan nasional Indonesia

E. Pancasila menjadi dasar evaluasi pembangunan nasional Indonesia

23. Contoh penerapan nilai-nilai Pancasila dalam pembangunan di bidang


hukum adalah ….

A. menciptakan hukum yang menjamin terciptanya keadilan bagi rakyat


kecil

B. menciptakan hukum yang memihak rakyat kecil saja

C. mengangkat para penegak hukum dari partai politik

D. menjamin tidak ada bantuan hukum bagi koruptor

E. politik hukum diserahkan kepada penguasa

24. Menurut Ir. Soekarno, nasionalisme tidak dapat tumbuh subur kecuali di
dalam taman sarinya internasionalisme. Makna dari pernyataan tersebut
adalah ....

A. nasionalisme Indonesia adalah chauvinisme

B. nasionalisme Indonesia berdasarkan internasionalisme

C. rasa berbangsa bernegara Indonesia memperkuat peri kemanusiaan


universal

D. nasionalisme Indonesia mengakui persamaan derajat bangsa-bangsa


lain di dunia

KB 2 PGSD PPKN 156


E. nasionalisme Indonesia perlu bekerja sama dan saling menghormati
bangsa-bangsa di dunia

25. Bagaimana sikap yang sebaiknya kita tunjukkan kepada sesama warga
negara Indonesia yang ingin mengubah dasar negara Pancasila dengan
hukum agama tertentu?

A. Sangat setuju karena hal tersebut akan menjadikan Indonesia lebih


baik dan religius.

B. Setuju saja asalkan dalam mewujudkannya tanpa kekerasan dan


pertumpahan darah.

C. Sangat tidak setuju karena akan membuat bangsa Indonesia menjadi


kurang toleran terhadap perbedaan.

D. Sangat tidak setuju karena negara Indonesia yang telah diperjuangkan


selama ini akan bubar karena berganti dasar negara.

E. Sangat tidak setuju karena penduduk Indonesia multietnis dan multi


agama belum siap untuk diatur oleh agama tertentu meskipun.

26. Perlakuan Indonesia terhadap pengungsi Myanmar selama ini telah


menunjukkan pada dunia internasional bahwa bangsa Indonesia ....

A. adalah bangsa yang humanis-religius

B. mempunyai peri kemanusiaan yang adil dan beradab

C. bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur sejak dulu

D. menghormati bangsa-bangsa lain di dunia atas dasar


internasionalisme

KB 2 PGSD PPKN 157


E. bangsa yang bersimpati pada penderitaan kelompok masyarakat yang
terpinggirkan

Catatan:

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan, apakah Saudara telah


menguasai kegiatan belajar 1 tentang Hak Azasi Manusia, ada baiknya hasil
evaluasi yang telah Saudara lakukan, perhatikan rumus berikut. Cocokkanlah
jawaban Saudara dengan kunci jawaban tes formatif kegiatan belajar 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang tepat. Kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pemahaman Saudara
terhadap materi Kegiatan Belajar ini.

Tingkat Pemahaman = Jumlah Jawaban yang Tepat X 100%


Jumah Soal

Arti tingkat pemahaman: 90 – 100% = baik sekali

80 – 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila tingkat pemahaman Saudara mencapai 80% atau lebih,


Saudara dapat melanjutkan dengan kegiatan belajar 2. Akan tetapi, apabila
masih di bawah 80%, Saudara harus mengulangi materi kegiatan belajar 1
terutama bagian yang belum dipahami. Jangan cepat berpuas diri, teruslah

KB 2 PGSD PPKN 158


belajar supaya tingkat pemahaman Saudara terhadap materi ini semakin
meningkat!

3. Refleksi
Jawablah pertanyaan reflektif berikut:

a. Apa yang sudah Saudara pahami dalam materi modul ini?


b. Materi apa dalam modul ini yang belum Saudara pahami?
c. Berikan penjelasan mengapa Saudara belum memahami materi ini!
d. Berikan penjelasan apa yang dapat Saudara lakukan agar menjadi paham
materi ini?
e. Hal-hal apa saja yang Saudara sukai/menarik dan penting dari modul ini?
f. Hal-hal apa yang disukai/menarik dalam modul ini namum tidak penting
menurut Saudara?
g. Informasi apa yang ingin Saudara ketahui lebih lanjut dari materi modul
ini?

4. Rujukan

Budihardjo, Miriam. (1983). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.


Chodhry. Z.I. (1992). Introducing Human Rights: Concept and Practice, International
Denny Indrayana. (2007). Amandemen UUD 1945 Antara Mitos dan Pembongkaran.
Bandung: Penerbit Mizan Media Utama.
Friedmann, Wolfgang. (1959). ‘Law in a Changing Society’. Berkeley and Los Angeles:
University of California Press.
Haedar Nashir (2020). Republika, Sabtu 22 Februari 2020.
Hartono Hadisoeprapto. (2008). Pengantar Tata Hukum Indonesia. Yogyakarta:
Penerbit Liberty.

KB 2 PGSD PPKN 159


Heru Santoso, dkk. (2002). Sari Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Jimli Asshiddiqie. (2007). Konstitusi dan Ketatanegaraan Indonesia Kontemporer.
Jakarta: The Biography Institute.
Kaelan. (2001). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.
Manan, Bagir. (2001). Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi Manusia di
Indonesia. Bandung: Alumni.
Moh. Mahfud MD. (2009). Konsitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu. Jakarta:
Penerbit Rajawali Press.
Moh. Mahfud MD. (2013). Perdebatan Hukum Tata Negara Pascaamandemen
Konstitusi. Jakarta: Penerbit Rajawali Press.
Morsink, Johannes. (1999). The Universal Declaration Human Rights, Origins, Drafting
& Intent. Philadelphia: Penn University of Pennsylvania.
Mukthie Fadjar. (2013). Teori-Teori Hukum Kontemporer. Malang: Penerbit Setara
Press.
Muhtaj, Majda El. (2005). Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, Prenada
Media, Jakarta, 2005, hal. 23.
Ni’matul Huda. (2005). Negara Hukum, Demokrasi, dan Judicial Review. Yogyakarta:
Penerbit UII Press
Notonagoro. (1987). Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Pantjuran Tujuh.
Pranarka. (1985). Sejarah Pemikiran Pancasila. Jakarta: CSIS.
Review of Humanism and Human Rights, Vol-1, p, 49.
Rukiyati dkk. (2016). Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.
Sidharta, B. Arief. (2004). “Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum”, dalam Jentera
(Jurnal Hukum), “Rule of Law”, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK),
Jakarta, edisi 3 Tahun II, November 2004, hal.124-125.
Sjafroedin Bahar, dkk. (1995). Risalah Sidang-sidang BPUPKI dan PPKI. Jakarta:
Sekretariat Negara RI.

KB 2 PGSD PPKN 160


Soekarno. (1966). Indonesia dan Masyarakat baru Indonesia. Jakarta: PP dan K.
Soerjanto Poespowardojo. (1989). Filsafat Pancasila: Sebuah Pendekatan Sosio-
Budaya, Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Soewoto Mulyosudarmo. (2004). Pembaharuan Ketatanegaraan Melalui Perubahan
Konstitusi. Malang: Penerbit Asosiasi Pengajar HTN dan HAN.
Sudikno Mertokusumo. (2005). Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta:
Penerbit Liberty.
Suhrawardi K.Lubis. (2014). Etika Profesi Hukum. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika.
Swasono, Sri Edi. (1992). Demokrasi Ekonomi: Keterkaitan Usaha Partisipatif VS
Konsentrasi Ekonomi. Jakarta: Perum Percetakan Negara
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Hasil Amandemen.

Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Ichtiar, Jakarta, 1962,


Yamin, Moh. (1992). Risalah Sidang BPUPKI-PPKI. Jakarta: Sekretariat Negara

https://id.wikipedia.org/wiki/Koresh_Agung
https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_Ur-Nammu.
https://id.wikipedia.org/wiki/Urukagina.
https://id.wikipedia.org/wiki/Hammurabi
https://news.detik.com/kolom/d-4331309/pendidikan-inklusi-bagi-anak-difabel
https://news.okezone.com/read/2017/06/15/18/1716483/historipedia-magna-carta-
lahir-dari-perseteruan-antara-raja-john-paus-dan-baron
https://nasional.kompas.com/read/2012/06/01/00191155/Banyak.Pelanggaran.terh
adap.Nilai-nilai.Pancasila
https://www.openglobalrights.org/the-future-of-human-rights/
https://pojoksatu.id/news/berita-nasional/2020/03/07/siswi-smp-bunuh-bocah-
secara-sadis-di-taman-sari-ternyata-ini-yang-jadi-penyebabnya/

http://www. docudesk.com, diakses pada tanggal 3 April 2020, pukul 14:51 Wib.

KB 2 PGSD PPKN 161


https://id.wikipedia.org/wiki/ Abad_Pertengahan#Terminologi_dan_periodisasiI)

https://id.wikipedia.org/wiki/ Pemberontakan_Rakyat_Tolitoli_1919 diakses 2 April


2020 pukul 10.39

https://id.wikipedia.org/wiki/Hammurabi
https://id.wikipedia.org/wiki/Koresh_Agung
https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_Ur-Nammu.
https://id.wikipedia.org/wiki/Urukagina.
https://nasional.kompas.com/read/2012/06/01/00191155/Banyak.Pelanggaran.terh
adap.Nilai-nilai.Pancasila
https://news.detik.com/kolom/d-4331309/pendidikan-inklusi-bagi-anak-difabel
https://news.okezone.com/read/2017/06/15/18/1716483/historipedia-magna-carta-
lahir-dari-perseteruan-antara-raja-john-paus-dan-baron
https://pojoksatu.id/news/berita-nasional/2020/03/07/siswi-smp-bunuh-bocah-
secara-sadis-di-taman-sari-ternyata-ini-yang-jadi-penyebabnya/

https://www.openglobalrights.org/the-future-of-human-rights/
https://www.youtube.com/watch?v=Q3qXpMoVkVY

KB 2 PGSD PPKN 162


Kunci Jawaban tes Formatif

1. B 4. A 7. A 10. B 13. A 16. E 19. D 22. A 25. D

2. D 5. E 8. B 11. B 14. D 17. D 20. D 23. A 26. B

3. C 6. E 9.C 12. B 15. A 18. B 21. D 24. E

KB 2 PGSD PPKN 163

Anda mungkin juga menyukai