Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep gerak tidak hanya diartikan sebagai perpindahan tempat saja
akan tetapi gerakan dari bagian-bagian tubuh disebut juga sebagai suatu
gerakan. Contohnya, pada saat kita menulis, kita tidak berpindah tempat
hanya tangan kita saja yang bergerak. Pada saat kita menulus, kita dikatakan
juga sedang bergerak.
Manusia bergerak berpindah tempat atau hanya menggerakkan bagian
tubuhnya saja sesuai dengan keinginananya. Gerakan tubuh manusia terjadi
karena adanya kerjasama anatar tulang dan otot. Tulang tidak mempunyai
kemampuan untuk menggerakkan dirinya, oleh karena itu tulang disebut
sebagai alat gerak pasif. Sedangkan otot mempunyai kemmapuan untuk
berkontraksi dan berelaksasi sehingga dapat menggerakkan tulang, oleh
karena itu otot disebut sebagai alat gerak aktif.
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot
(muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah
jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi
energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri
dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap
dan posisi. Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. Sistem
muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi
oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga
dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Struktur dan Fungsi Muskuloskeletal ?
2. Apa Saja Gangguan pada Muskuloskeletal : Trauma, Infeksi, Kongenital ?
3. Apa Saja Gangguan pada Muskuloskeletal : Metabolik & Reumatik ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui tentang sistem
muskuloskeletal.

2. Tujuan Khusus

a. Dalam penyusunan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu :

b. Mengetahui struktur dan fungsi dari muskuloskeletal

c. Mengetahui gangguan-gangguan pada muskuloskeletal: trauma,


infeksi, kongenital

d. Mengetahui gangguan-gangguan pada muskuloskeletal : metabolik &


reumatik

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Sistem Muskuloskeletal


Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot
(muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Sistem ini
merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap
pergerakan. Komponen utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat.
Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan
jaringan-jaringan khusus yang menghubungkannya.

B. Struktur Sistem Muskuloskeletal.


1. Tulang
Tulang matur terdiri dari 30% materi organik (hidup) dan 70% deposit
garam. Materi organik disebut matriks, dan terdiri atas lebih dari 90%
serabut kolagen dan kurang dari 10% proteogenik (protein plus poli
sakarida). Deposit garam terutrama adalah kalsium dan fosfat dengan
sedikit natrium, kalium karbonat dan ion magnesium. Garam menutupi
matriks dan berkaitan dengan srabut kolagen melalui proteoglikan. Matriks
organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensi (resistensi terhadap
tarikan yang meregangkan). Garam tulang menyebabkan tulang memiliki
kekuatan kompresi /kemampuan menahan kompresi (Elizabet, 2009:327)
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel
yaitu osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang
dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks tulang
atau jarinagn osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika
sedang aktif menghasilakan jaringan osteosid, osteoblas mensekresikan
sejumlah besar fostatase alkali, yang memegang peranan penting dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari
fostafase alkali akan memasuki aliran darah dengan demikian kadarv
fostafase alkali didalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang

3
tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada
kasus metastasis kanker tulang (Slyvia, 2006: 1358).
Tulang diklasifikasikan sebagai panjang, pendek, pipih atau tidak
beraturan. Tulang panjang ditemukan di ekstermitas, sedangkan tulang
pendek dijumpai dipergelangan kaki dan pergelangan tangan. Tulang pipih
ditemukan di tengkorak dan selubung iga. Tulang tidak beraturan
mencakup vertebra, tulang wajah, rahang.
Tulang panjang terdiri atas batang tebal panjang, yang disebut diafisis
dan dua ujung tulang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari setiap
epifisis terdapat metafisis. Diantara epifisis dan metafisis terdapat daerah
kkartilago yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng
pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh dengan cara mengakumulasikan
kartilago dilempeng epifisis. Kartilago digantikan oleh osteoblas, dan
tulang memanjang. Pada akhir usia remaja, kartilago habis, lempeng efisis
berfusi dan testosteron menstimulasi pertumbuhan tualang panjang.
Estrogen bersama dengan testosteron menstimulasi fusi lempeng epifisis.
Batang tulang panjang memiliki rongga di sepanjangkanalis medularis
yang berisi sumsum tulang (Elizabet, 2009:330).
Tulang manusia tersusun dari tulang rawan (kartilago) dan tulang
sejati/ keras (osteon). Tulang rawan bersifat lentur, tersusun dari sel-sel
tulang rawan yang disebut kondrosit. Kondrosit yang matang dibentuk dari
sel-sel tulang rawan muda yang disebut kondroblas. Tulang rawan
diselubungi oleh selaput yang disebut perikardium. Tulang rawan
dibedakan menjadi tulang rawan hialin, fibrosa dan elastin. Tulang sejati
(osteon) tersususn dari sel-sel yang sangat kompak pada permukaannya.
Sel- sel tulang merupakan sel-sel tulang merupakan penyusun jaringan ikat
khusus yang berasal dari sel-sel mesenkim (Koes, 2014: 92-93)
2. Sendi
Sendi adalah tempat bertemunya dua atau lebih tulang. Tulang- tulang
ini dpadukan dengan berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi, pita
fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau otot. Terdapat tiga tipe sendi yaitu

4
sendi fibrosa/ sinartrodial (sendi yang tidak dapat bergerak), sendi
kartilaginosa/ amfiartrodial (sendi yang dapat sedikit digerakkan), sendi
sinovial/ diartrodial (sendi yang dapat digerakkan dengan bebas) (Slyvia,
2006:1360)
Konsep patofisologis meliputi:
a. Atrofi adalah penurunan ukuran suatu sel atau jaringan, terjadi akibat
tidak digunakannnya otot atau terjadi pemutusan saraf yang
mempersarafi otot tersebut.
b. Pertimbangan geriatrik adalah massa otot, kekuatan otot dan dentisitas
berukuran pada lansia, biasanya akibat tidak digunakan. Penurunan ini
dapat diatasi dengan berolahraga.
c. Strain adalah trauma pada suatu otot atau tendon, biasanya terjadi
ketika otot atau tendon teregang melabihi batas normalnya.
d. Sprain adalah trauma pada sendi, biasanya berkaitan dengan cedera
ligamen. Pada sprain yang berat , ligament dapat putus. Sprain dapat
menyebabkan inflamasi, pembengkakan, nyeri.
e. Dislokasi sendi terjadi ketika tulang bergeser dari posisinya pada
sendi. Dislokasi sendi bisa terjadi akibat trauma berat yang
menggunakan kemampuan ligament menahan tulang ditempatnya.
f. Rabdomiolisis adalah adanya sejumlah protein otot di urine.
Rabdominalis biasanya terjadi setelah trauma otot besar, trauma
cedera remuk otot.
g. Rigor mortis (kaku mayat) adalah kekakuan atau kontraksi otot yang
terjadi bebrapa jam setelah kematian. Kondisi ini terjadi akibat deplesi
ATP di sel sel otot (Elizabeth, 2009:332-333)
3. Otot
Otot yaitu jaringan yang mempunyai kemampuan khusus berkontraksi
dan menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tunuh.

5
Terdapat tiga jenis otot: rangka, jantung, dan polos.

a. Otot rangka (otot lurik)


Otot rangka merupakan otot yang melekat dan menggerakkan
tulang rangka. Otot rangka mammpu menggerakkan tulang karena otot
dapat memanjang (relaksasi) dan memendek (kontraksi). Hasil
pergerakan otot menyebabkan tulang-tulang menjadi tempat perlekatan
otot dapat digerakkan. Ciri-ciri otot rangka (otot lurik) yaitu:
1) Bentuk sel silindris, memanjang, mempunyai banyak inti sel.
2) Di lihat dari mikroskop tampak adanya garis-garis melintang yang
tersusun dari daerah gelapdan terang berselang-seling.
3) Bekerja dibawah kesadaran kita, artinya menurut perintah dari otak
kita karena itu otot rangka (otot lurik) disebut otot sadar.

6
b. Otot jantung
Otot jantung hanya di jumpai pada dinding jantung dan vena kava
yang memasuki jantung. Sayatan dinding otot jantung menunjukkan
sel-sel otot jantung menyerupai otot ranggka dengan satu inti sel, setiap
satu sel otot jantung yang membentuk anyaman dengan percabangan
yang disebut sinistium. Pada setiap percabangan sel otot jantung
terdapat jaringan ikat yang disebut diskus interkalaris. Ciri- ciri otot
jantung yaitu:
1) Gerakan otot jantung dikendalikan oleh saraf tak sadar (saraf
otonom).
2) Otot jantungg mampu berkontraksi secara ritmis dan terus-menerus
sebagai akibat dari aktivitas sel otot jantung yang berpautan.
3) Kontraksi pada otot jantung menyebabkan seambi dan bilik jantung
menyempit dan melebar secara berirama yanagg menimbulkan
denyut jantung.

7
c. Otot polos
Pada otot polos jika diamati melalui mikroskop sel otot ini tampak
polos dan tidak bergaris melintang. Otot polos banyak dijumpai pada
organ dalam misalnya pada usus, pembuluh darah, saluran kelamin dan
dinding rahim. Ciri-ciri otot polos yaitu:
1) Bentuknya gelondong, kedua ujungnya meruncing dan di bagian
bawahnya menggelembung.
2) Di dalam sel terdapat satu inti sel.
3) Tidak memiliki garis-garis melintang.
4) Bekerja di luar kesadaran kita, artinya tidak dibawah perintah otak,
karena itu disebut sebagai otot tak sadar (Koes, 2014:108-109).

8
4. Tendon
Tendon adalah berkas serabut kolagen yang melekatkan otot ke
tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh otot yang
berkontraksi ke tulang dan dengan demikian menggerakkan tulang.
Serabut kolagen dianggap sebagai jaringan penyambung dan dihasilkan
oleh sel fibroblast (Elizabeth, 2009; 327).
5. Ligament
Ligament adalah taut fibrosa yang kuat antar tulang. Biasanya
disendi, ligament memungkinkan dan membatasi gerakan sendi (Elizabeth,
2009; 327).
6. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung
disuatu tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak. Misalnya
terjadi antara kulit dan tulang, antara tendon dan tulang atau otot (Koes,
2014: 111).
C. Tanda dan gejala
Ganggua muskulokeletal juga menyebabkan peradangan di banyak
bagian tubuh ynag berbeda,Orang dengan gangguan muskulokeleta
mungkin merasa sakit di seluruh tubuh mereka.Otot-otot mungkin terasa
panas atau berkedut seolah-olah mereka seprti di tarik.Gejala akan
berivariasi pada setiap orang ,tetapi tanda-tanda dan gejala umum
termasuk :
 Nyeri/ngilu
 Kelelahan
 Peradangan,pembengkakan,kemerahan
 Penurunan rentang gerak
 Hilangnya fungsi
 Kesemutan
 Mati rasa atau kekakuan
 Kelemahan otot atau kekuatan cengreman menurun

9
D. Gangguan Pada Sistem Muskuloskeletal
1. Trauma
Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang)
yang biasanya disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara
mendadak. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma
langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah
tulang radius dan ulna, dan dapat berupa tidak langsung, misalnya jatuh
bertumpu pada lengan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius
distal patah.
Derajat Patah Tulang Terbuka
1) Derajat I : laserasi < 2 cm, pada fraktur sederhana, dislokasi fragmen
tulang minimal
2) Derajat II : laserasi > 2 cm, kontusio otot disekitarnya, disklokasi
fragmen jelas.
3) Derajat III : luka lebar, rusak hebat atau hilangnya jaringan
disekitarnya, komunitif, segmental, fragmen tulang ada yang hilang.
a. Gambaran klinis:
1) Riwayat trauma.
2) Nyeri, pembengkakan dan nyeri pada daerah fraktur (tenderness).
3) Perubahan bentuk (deformitas).
4) Hilangnya fungsi anggota badan dan persendian-persendian yang
terdekat.
5) Gerakan-gerakan yang abnormal.
6) Krepitasi.
b. Patofisiologi:
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh
darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut
adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya.
Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi
tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi
fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik

10
adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika
terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan
untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal
penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan
peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang
pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam
pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematon
menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan
kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan
menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini
menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan
ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma
comportement (Koes, 2014: 126-127)
2. Infeksi
Osteomielitis
Oteomielitis adalah suatu bentuk infeksi tulang. Infeksi ini. Infeksi
ini terjadi menyebar infeksi dari darah (osteomelitis hematogen) apa yang
lebih sering setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi bedah
(osteomelitis eksogen). Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang, yang
terjadi akibat gigitan hewan atau manusia atau injeksi intramuskular yang
salah tempat dapat menyebabkan osteomelitis eksogen. Bakteri adalah
penyebab utama osteomelitis akut namun virus, jamur dan
mikroorganisme lain dapat berperan.
Osteomelitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat
terbentuk abses lokal. Absis tulang biasanya memiliki suplai darah yang
buruk dengan demikian pelepasan sel imun dan antibiotik terbatas. Nyeri
hebat dan disabilitas permanen dapat terjadi apabila infeksi tulang tidak
diobati dengan segera dan agresif.
a. Gambar Klinis:
1) Gejala osteomelitis hematogen pada anak-anak adalahdemam,
menggigil dan keengganan menggerakkan ekstremitas tertentu.

11
Pada individu dewasa gejala mungkin samar atau mungkin demam,
keletihan dan malaise. Infeksi saluran nafas, saluran kemih, telinga
atau keluhan sering mendahului osteomelitis hematogen.
2) Gejala osteomelitis eksogen biasanya disertai tanda cidera dan
inflamasi di tempat nyeri. Terjadi demam dan pembesaran nodus
limfe regional.
b. Perangkat Diagnostik
1) Scan tulang dengan menggunakan injeksi nukleutida berlabel radio
aktif dapat memperhatikan tempat infalamsi pada tulang. Resonansi
magnetik/MRI (dapat meningkatakan sensitifitas diagnostik).
2) Analisa darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah
lengkap atau HDL dengan laju endap eritrosit yang menunjukan
adanya infeksi aktif yang sedang berlangsung.
c. Penatalaksanaan
Antibiotik dapat diberikan pada invidu yang mengalami patah
tulang atau luka tusuk yang mengelilingi suatu tulang sebelum tanda-
tanda infeksi timbul. Apabila infeksi tulang terjadi diperlukan
aintibiotik agresif (Elizabeth, 2009:337-338).
3. Metabolik
Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang metabolik yang ditandai oleh
penurunan densitas yang parah sehingga mudah terjadi fraktur tulang.
Osteoporosis terjadi apabila kecepatan responsi tulang sangat melebihi
kecepatan pembentukan tulang. Tulang yang di bentuk normal akan tetapi
karena jumlah tulang terlalu sedikit, tulang menjadi lemah. Semua tulang
dapat mengalami osteoporosis walaupun osteoporosis biasanya terjadi di
tulang pangkal paha, panggul, pergelangan tangan, dan kolumna
vertebralis.
a. Penyebab osteoporosis
Kecepatan pembentukan tulang yang berkurang secara progresif
sejalan dengan usia yang dimulai pada usia sekitar 30 atau 40 tahun.

12
Semakin padat tulang sebelum usia tersebut, ssemakiin kecil
kemungkinan terjadi osteoporosis. Meskipun resporsi tulang mulai
melebihi pembentukan tulang pada usia decade keempat atau kelima,
pada wanita penipisan tulang yang paling signifikan adalah terjadi
selama dan setelah menopause. Untuk pria dan wanita osteoporosis
terjadi akibat penurunan aktivitas fisik, ingesti obat tertentu.
b. Gambaran klinis
1) Walaupun berlanjut secara membahayakan osteoporosis mungkin
tidak berhubungan dengan berbagai gambaran klinis kecuali jika
patah tulang terjadi. Nyeri dan deformitas biasanya menyertai patah
tulang.
2) Dengan melemah dan kolapsnya korpus vertebra, tinggi individu
dapat berkurang atau terjadi kifosis.
c. Komplikasi
1) Fraktur pangkal paha, pergelangan tangan, kolumna vertebralis,
dan panggul.
2) Hospitalisasi, penempatan di nursing home, dan penurunan
kemampuan unttuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari dapat
terjadi setelah fraktur osteoporosis.
d. Penatalaksanaan
1) Kebiasaan olahraga pada masa kanak-kanak dan remaja dengan
pembentukan kebiasaan berolahraga dan nutrisi yang baik
sepanjang hidup untuk memperkuat tulang.
2) Suplemen vitamin D dan kalsiun melalui makanan mengurangi
perkembangan osteoporosis pada lansia dan merupakan komponen
esensial dalam pencegahan.
3) Merokok harus dihindari (Elizabeth, 2009:341-342).
4. Kongenital
Sumbing
Sumbing bibir dan palatum merupakan kelainan kongenital yang
sering kali menyebabkan menurunnya fungsi bicara, pngunyahan, dan

13
penelanan yang sangat berat. Sering kali terjadi peningkatan prevalensi
gangguan yang berhubungan dengan malformasi kongenital seperti
ketidakmampuan bicara sekunder serta menurunnya fungsi pendengaran.
a. Patofisiologi:
Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan
karena tidak terbentuknya suatu jaringan di daerah tersebut. Semua
yang mengganggu pembelahan sel pada masa kehamilan bisa
menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan zat besi, obat-obat
tertentu, radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing sering ditemukan di
desa terpencil dengan kondisi ibu hamil tanpa perawatan kehamilan
yang baik serta gizi yang buruk. Kelainan bawaan yang timbul saat
pembentukan janin ini menyebabkan adanya celah di antara kedua sisi
kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas, dapat mencapai
langit-langit bahkan sampai dengan merusak estetika cuping hidung.
Secara medis, hal ini diakibatkan adanya inkompetensi dari
velofaringeal clossure, dimana seharusnya aliran rongga hidung ke
saluran nafas itu terpisah dengan saluran makan dari rongga mulut.
Secara anatomis normalnya kita memiliki langit-langit mulut yang
membatasinya. Sehingga saat sedang makan atau minum anak akan
bingung, kadang terlihat seperti berhenti bernafas, malas makan,
padahal anak itu takut menelan karena dia tahu pasti akan tersedak
(Koes, 2014:130).

5. Rematik
Osteoartritis
Osteoartritis adalah penyakit tulang degenerative yand ditandai
oleh pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago
sebagai penyangga, tulang dibawahnya mengalami iritasi yang
menyebabkan degenerasi sendi. Osteoartritis terjadi secara idiopatik atau
dapat terjadi setelah trauma, dengan strees berulang seoerti yang dialami
oleh pelari jarak jauh. Individu yang mengalami hemophilia atau kodisi

14
lain yang ditandai oleh pembengkakan sendi kronis dan edema, dapat
mengaalami osteoarthritis.
a. Gambaran Klinis
1) Nyeri dan kekakuan pada satu atau lebih sendi
2) Pembengkakan sendi yang terkena, disertai penurunan rentang
gerak.
3) Nodus Heberden, pertumbuhan tulang disendi interfalangeal distal
pada jari tangan, dapat terbentuk.
b. Perangkat Diagnostik
1) Artroskopi (visualisasi sendii melalui instrument serabut optik),
MRI, dan CT scan dapat mendukung diagnostic klinis.
2) Keseimbangan antara kerja dan istirahat sendi yang diarahkan
untuk meminimalkan inflamasi, tetapi mempertahankan rentang
gerak, sangat membantu.
3) Obat-obatan analgesic dan anti inflamasi untuk mengurangi
pembengkakan dan inflamasi.
Pembedahan mungkin diperlukan untuk memperbaiki
(Elizabeth, 2009: 346)

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot
(muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah

15
jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi
energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari
tulang-tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan
posisi. Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. Sistem
muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi oleh
tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum
thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2013. Pathophysiology : Clinical


conceps of disease processes. Jakarta : EGC.

Fyler, Donald C. Nadas Pediatric Cardiology. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press.

16
Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba
Medika.

Tambayong, Jan. 2000. Patofisologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Corwin, Ellizabeth J. 2009. Handbook of Pathophisiology. Jakarta : EGC.

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2003. Buku Ajar Kardiologi.


Jakarta : Gaya Baru.

17

Anda mungkin juga menyukai