2015 Alu
2015 Alu
ANWAR LUBIS
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul faktor – faktor yang
berhubungan dengan status vitamin D serta dampaknya terhadap gejala stres kerja
pada pekerja perempuan usia subur adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Anwar Lubis
NIM I151130161
RINGKASAN
ANWAR LUBIS. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Status Vitamin D serta
Dampaknya terhadap Gejala Stres Kerja pada Pekerja Perempuan Usia Subur.
Dibimbing oleh DADANG SUKANDAR dan ALI KHOMSAN
Kata kunci: paparan sinar matahari, pekerja perempuan usia subur, vitamin D,
stres kerja
SUMMARY
ANWAR LUBIS. Factors Related To The Status of Vitamin D and Impact on Work
Stress Symptoms in Working Female Of Childbearing Age. Supervised by DADANG
SUKANDAR and ALI KHOMSAN.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
STATUS VITAMIN D SERTA DAMPAKNYA TERHADAP
GEJALA STRES KERJA PADA PEKERJA
PEREMPUAN USIA SUBUR
ANWAR LUBIS
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Faisal Anwar,MS
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhana Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulisan tesis ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang akan dilaksanakan sejak Januari hingga April 2015
adalah “Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Status Vitamin D serta
Dampaknya terhadap Gejala Stres Kerja pada Pekerja Perempuan Usia Subur”.
Ucapan terima kasih dengan penuh hormat penulis ucapkan kepada
Prof Dr Ir Dadang Sukandar, MSc sebagai ketua komisi pembimbing yang selalu
bersedia berdiskusi dan memberikan solusi pada setiap masalah yang penulis hadapi.
Terima kasih dan penuh hormat penulis haturkan kepada Prof Dr Ir Ali Khomsan,
MS selaku anggota komisi pembimbing yang senantiasa membimbing, memberikan
saran, masukan, dan arahannya kepada penulis dalam penulisan tesis ini. Penulis
sampaikan terimakasih juga kepada Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS. Disamping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Neys-van Hoogstraten Foundation-The
Netherland, selaku pemberi dana penelitian ini.
Terima kasih sebesar – besarnya penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu dosen
Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat FEMA IPB, yang telah bersabar dan ikhlas
berbagi ilmu dan inspirasi selama penulis menuntut ilmu di Kampus IPB, tidak lupa
kepada staf dan pengelola yang telah membantu dan memberikan layanan optimal
selama penulis menjadi mahasiswa.
Ungkapan terima kasih dengan penuh kebanggaan penulis haturkan kepada
teman – teman seperjuangan Pasca GMS 2013, atas kebaikan ketulusan dan
dukungannya selama penulis menimba ilmu di IPB.Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada teman-teman Mahasiswa Pascasarjana asal Sulawesi Selatan
(RUMANA IPB), atas kebersamaan selama di bogor. Terima kasih telah menjadi
saudara “sedaerah” yang selalu menghadirkan keceriaan dan obat rindu penulis ketika
kangen rumah di kampung.
Terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada bapak dan ibu saya
tercinta atas, doa, perhatian tulus, kasih sayang dan dukungan moril materil yang
diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan jenjang pendidikan magister.
Semoga ini menjadi bagian dari kebanggaan harapan bapak ibu yang di ijabah lewat
saya. Aamiin.
Penulis sangat menyadari tesis ini masih belum sempurna, saran dan masukan
dari berbagai pihak untuk penyempurnaan hasil penelitian ini sangat diharapkan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Anwar Lubis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
1. PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Tujuan umum 3
Tujuan khusus 3
Hipotesis Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
2. TINJAUAN PUSTAKA 4
Vitamin D 4
Mekanisme Aktivitas Vitamin D 5
Penilaian Status Vitamin D 6
Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Gejala Stres kerja 7
3. KERANGKA PEMIKIRAN 10
4. METODE 13
Desain, Lokasi, dan Waktu 13
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 13
Teknik Pengumpulan Data 13
Pengukuran Serum Vitamin D 14
Pengukuran Gejala Stres kerja 14
Pengolahan dan Analisis Data 16
Definisi Operasional 17
5. HASIL DAN PEMBAHASAN 18
Karakteristik Subjek 18
Karakterstik berdasarkan Status Gizi 20
Gaya Hidup yang Berhubungan dengan Status Vitamin D 22
Pola Konsumsi Pangan 24
Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Status Vitamin D 25
Gejala Stres Kerja 29
Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Gejala Stres Kerja 29
6. SIMPULAN DAN SARAN 32
Kesimpulan dan Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
RIWAYAT HIDUP 53
ii
DAFTAR TABEL
1. Nilai standar status vitamin D berdasarkan konsentrasi 25(OH)D 6
2. Metode pengukuran dan pengumpulan data 14
3. Metode pengukuran dan pengumpulan data (lanjutan) 15
4. Statistik pekerja perempuan menurut status sosial demografi 18
5. Statistik pengeluaran rumah tangga pekerja perempuan (Rp/bulan) 19
6. Statistik pekerja perempuan berdasarkan pekerjaan 19
7. Sebaran pekerja perempuan berdasarkan status gizi 21
8. Sebaran pekerja perempuan status vitamin D 22
9. Gaya hidup yang berhubungan dengan status vitamin D 23
10. Sebaran pekerja perempuan berdasarkan pola konsumsi pangan 24
11. Analisis regresi linear berganda faktor – faktor yang berhubungan dengan
status serum vitamin D 25
12. Sebaran pekerja perempuan berdasarkan gejala Stres kerja 29
13. Analisis linear berganda faktor faktor yang berhubungan dengan gejala stres
kerja pekerja perempan usia subur 30
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner 37
2. Ringkasan analisis data 42
3. Naskah penjelasan peneliti untuk mendapat informed consent dari subjek
penelitian 44
4. Surat Persetujuan untuk Penelitian (Informed consent) 46
5. Penjelasan Rinci Tentang Tata Cara Pengukuran Status Gizi 47
6. Prosedur Pengambilan Serum Vitamin D 51
7. Ethical Clearence 52
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Stres adalah masalah kesehatan masyarakat yang diprediksi menjadi
penyebab kedua kejadian disabilitas di dunia pada tahun 2020 nanti (Murray
dan Lopez 1997). Tren ini diikuti dengan makin melambungnya biaya
pengobatan dan menurunnya produktivitas kerja. Etiologi dan patofisiologi
stres kerja belum sepenuhnya diuraikan secara teoritis. Penelitian dasar dan
penelitian klinis terkini menjelaskan peran potensial faktor biologis terbaru
bahwa kondisi kejiwaan dipengaruhi oleh kimia saraf dan mekanisme neuro
endokrin. Berdasarkan riskesdas 2013 disebutkan bahwa prevalensi penderita
gangguan mental emosional di Indonesia 6,0%. Di Jawa Barat sendiri
prevalensi penderita gangguan mental emosional 9.3% yang melebihi
prevalensi nasional.
Vitamin D diduga berhubungan dengan menurunnya kemampuan
kognitif dan kesehatan mental. Dugaannya adalah hipovitaminosis D mampu
memperbesar terjadinya stres kerja. Penelitian - penelitian pada manusia
memperlihatkan adanya Vitamin D Reseptor (VDR) dan 1α-hidroksilase
mengkatalisis sintesa 1,25- dihidroksivitamin D (kalsitriol, bentuk bioaktif
vitamin D) dalam struktur otak seperti korteks prefrontal, amygdala dan
hipocampus (Eyles et al. 2005).
Vitamin D merupakan salah satu vitamin yang fungsinya di dalam
tubuh cukup unik karena mirip dengan fungsi hormon. Fungsi biologis utama
dari vitamin D adalah mempertahankan konsentrasi kalsium dan fosfor serum
dalam kisaran normal dengan meningkatkan efisiensi usus halus untuk
menyerap mineral-mineral tersebut dari makanan. Salah satu dampak dari
kekurangan vitamin D dan kalsium meningkatkan risiko fraktur.
Hoang et al. (2011) menemukan bahwa rendahnya tingkat serum
vitamin D berhubungan dengan gejala stres kerja di Kota Dallas Amerika.
Selain itu pada penelitian Milaneschi et al. (2010) mengambil sampel lansia
531 wanita dan 423 pria, menemukan bahwa hipovitaminosis D adalah faktor
risiko yang tumbuhnya gejala stres kerja pada lansia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, pekerja di Indonesia
mencapai 100.316.007 orang dimana 64,63% pekerja laki-laki dan 35.37%
pekerja perempuan, dan mengalami peningkatan pada tahun 2015, pekerja
perempuan mencapai 36,03%. Peningkatan ini selain dipandang sebagai hal
positif karena bertambahnya tenaga produktif, juga merupakan tantangan
dilakukan perbaikan SDM pekerja tersebut. Terlebih, Sebagian besar pekerja
tersebut adalah Perempuan Usia Subur, yang berasal dari golongan ekonomi
menengah ke bawah, yang tidak terbebas dari masalah kesehatan. Kondisi
ekonomi keluarga yang lemah menyebabkan pekerja perempuan sulit
memenuhi kebutuhan zat gizi mikro. Dari data tersebut dapat diduga populasi
orang yang berpotensi terkena stres, terutama bagi perempuan yang bekerja
dengan variasi statusnya dalam keluarga.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap orang tidak dapat
menghindarkan diri dari stres. Pada suatu saat, peristiwa-peristiwa kehidupan
tertentu yang dialami orang mengakibatkan timbulnya stres. Setiap orang, baik
2
yang berasal dari kelas sosial atas, menengah, maupun bawah pernah
mengalami stres. Hanya jenis, tingkatan atau bobot stresnya berbeda-beda dan
kemampuan dalam mengelola stres pun berbeda-beda. Kondisi-kondisi yang
dapat menyebabkan stres, disebut stressor, dapat bersifat fisik (misalnya polusi
udara), fisiologis (seperti kekurangan oksigen), dan bersifat sosial (seperti
interaksi interpersonal). Berbagai peristiwa dalam kehidupan juga dapat
menimbulkan stres, seperti peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam pekerjaan
dan keluarga, termasuk yang berkaitan dengan kondisi ekonomi.
Pekerja perempuan merupakan irisan dari kelompok Wanita Usia
Subur (WUS) yang dinilai perlu mendapatkan perhatian karena rentan
terhadap masalah gizi. Masalah gizi tersebut bisa disebabkan peran fisiologis
WUS menstruasi dan melahirkan. Pada beberapa hasil penelitian menunjukkan
walaupun sinar matahari yang melimpah, prevalensi hipovitaminosis D pada
WUS meningkat di negara – negara Asia dan telah menjadi epidemi. Studi
terbaru Arabi et al. (2010) tentang pengukuran konsentrasi serum 25(OH)D
pada wanita dewasa berusia di bawah 50 tahun menemukan prevalensi
kekurangan vitamin D yang tinggi di beberapa negara yaitu Tunisia (47.6%),
Maroko (91%) Yordania (62.3%), Chili (27%), dan Indonesia – Malaysia
(60%). Penyebabnya antara lain, pertama pekerja perempuan bekerja pada
ruangan tertutup sehingga jarang terpapar sinar matahari, kedua aktivitas luar
ruangan terbatas karena jam bekerja dimulai dari pagi sampai sore hari. Ketiga
pekerja perempuan menggunakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh serta
kurangnya konsumsi sumber vitamin D dan kalsium (Islam et al. 2008; Looker
et al. 2008; Islam et al. 2010)
Defisiensi vitamin D mengakibatkan penurunan efisiensi penyerapan
kalsium dan posfor sehingga meningkatkan Paratiroid Hormon (PTH). Selain
itu, berdasarkan hasil studi terbaru, defisit vitamin D meningkatkan risiko
diabetes melitus tipe 2, gangguan kardiovaskular yang disebabkan hipertensi,
obesitas dan gangguang profil lipid. Defisiensi vitamin D juga berkaitan
dengan resistensi insulin, diabetes melitus, disfungsi sel beta, penyakit
outoimun, arthritis, multipel sclerosis, kanker kolon, kanker payudara , kanker
prostat, hipertensi dan penyakit kardiovaskular (Stroud et al. 2008). Penelitian
Forman et al. (2007) pada kelompok wanita berusia 40-43 tahun menemukan
dua pertiga wanita mengalami kekurangan vitamin D, dan proporsi kejadian
hipertensi pada wanita muda dapat dikaitkan dengan kekurangan vitamin D.
Pada penelitian Hanwell et al. (2010) menjelaskan pengaruh paparan sinar
matahari terhadap kadar serum vitamin D pada pekerja rumah sakit di Italia.
Hasilnya adalah rata – rata serum 25(OH)D lebih tinggi pada musim panas
daripada pada musim dingin dengan nilai serum masing – masing 58.6±16.5
nmol/ L dan 38.8±29.0 nmol/L (p = 0.003). Selain itu pada hasil penelitian Pilz
et al. (2012) pada penderita hipertensi berusia 34 – 64 tahun di Austria dengan
pemberian paparan sinar matahari pada musim panas dan musim dingin
menunjukkan bahwa ada peningkatan serum 25(OH)D yang lebih tinggi pada
musim panas dibandingkan dengan musim dingin disertai menurunnya
paratiroid hormon (PTH). Paparan sinar matahri menjadi penting dalam
menjaga fisiologi vitamin D dan status PTH.
Vitamin D banyak yang tertarik menghubungkannya dengan kesehatan
mental. Reseptor Vitamin D ditemukan pada beberapa jenis sel. Termasuk sel
3
saraf dan sel glial. (Eyles et al. 2005). Vitamin D sekarang ditemukan
berpengaruh pada aktivitas neurosteroid dan berdampak pada serotonin otak
(Bertone-Johnson 2009), vitamin D juga berperan dalam regulasi mood. Bukti
empiris menunjukkan bahwa rendahnya serum 25-hidroksivitamin D
(25(OH)D), berhubungan dengan gangguan kejiwaan , termasuk gangguan
stres kerja, gangguan afeksi , dan gangguan premenstruasi berat. (Bertone-
Johnson et al. 2011). Pada studi meta-analisis Anglin et al. (2013) menemukan
bahwa vitamin D konsentrasi rendah berhubungan dengan stres kerja (HR =
1.31).
Berdasarkan uraian di atas ditambah saat ini belum banyak penelitian
yang dilakukan terkait defisiensi vitamin D di Indonesia, maka perlu dilakukan
penelitian ini yang mengidentifikasi faktor – faktor yang berhubungan dengan
status vitamin D dan dampaknya terhadap gejala stres kerja pada pekerja
perempuan usia subur.
Perumusan Masalah
1. Faktor – faktor apakah yang mempengaruhi status serum vitamin D pada
pekerja perempuan usia subur?
2. Apakah ada hubungan defisiensi vitamin D dengan gejala stres kerja pada
pekerja perempuan usia subur?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi status vitamin D dan dampaknya terhadap gejala stres kerja
pada wanita usia subur.
Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik pekerja perempuan.
2. Menilai status gizi dan pola konsumsi pangan pekerja perempuan.
3. Menganalisis faktor – faktor yang berhubungan dengan status vitamin
D dan gejala stres pekerja WUS
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan signifikan status
vitamin D dengan gejala stres kerja pada pekerja perempuan usia subur.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
tambahan dalam rangka mencegah masalah kesehatan masyarakat khususnya
penyakit tidak menular terutama yang berkaitan dengan vitamin D. Selain itu
diharapkan hasil penelitian ini juga mampu memfasilitasi perbaikan dan
peningkatan sumber daya manusia baik yang diprogramkan oleh pemerintah
maupun perusahaan – perusahaan swasta.
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
Vitamin D
serum 25(OH)D antara 12.0 sampai 19.9 ng/mL, dan dikatakan cukup jika
seseorang memiliki kadar serum 25(OH)D lebih dari atau sama dengan 20
ng/mL.
jenis pekerjaan itu sendiri yang bersifat stressful, dan tanggungjawab bagi
kehidupan manusia, seperti pekerjaan dokter.
Michael (1998) memandang stres pekerjaan sebagai diakibatkan oleh
interaksi pekerjaan dengan kondisi-kondisi pekerjaan. Terdapat suatu
pandangan bahwa karakteristik-karakeristik pekerja versus kondisi-kondisi
pekerjaan merupakan penyebab utama stres pekerjaan. Perbedaan-perbedaan
karakteristik individual, seperti personality dan coping style merupakan hal
yang paling penting dalam memprediksi apakah kondisi pekerjaan tertentu
akan mengakibatkan stres. Dengan kata lain, sesuatu yang menyebabkan stres
bagi seseorang mungkin tidak menyebabkan stres bagi yang lain. Meskipun
demikian, bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa kondisi-kondisi pekerjaan
tertentu menyebabkan stres atau bersifat stressful bagi sebagian besar orang,
misalnya tuntutan beban kerja yang berlebihan dan konflik harapan.
Vitamin D memiliki fungsi penting pada otak manusia. Banyak peneliti
menilai Vitamin D sebagai neurosteroid pada sistem saraf manusia, dan
kemungkinan hal ini terkait dengan kejadian stres kerja (Garcion et al 2002).
Eyles menemukan bahwa Vitamin D Receptor (VDR) banyak ditemukan pada
hampir semua bagian otak manusia, termasuk korteks prefrontal,
hippocampus, thalamus, hypothalamus, gyrus cingulate , yang terkait dengan
patofisiologi stres kerja (Drevets et al 2008)
Pada daerah – daerah tersebut terjadi reaktivitas immuno sustansial
dimana ada enzim 1 alpha hydroxylase mampu melakukan metabolisme
25(OH)D menjadi 1,25 (OH)D (Eyles et al 2005 ; Zehnder et al 2001).
Wilayah otak yang memiliki 1,25 (OH)D kemungkinan terjadi aktivitas
autokrin dan parakrin, sehingga metabolisme vitamin D mampu melewati
barier darah dan otak ( eyles et al 2005). Penelitian pada hewan menunjukkan
bahwa pada proses metabolisme vitmamin D di bagian otak terjadi sedikit
penyerapan 1,25 (OH)D (Gascon – Barre et al 1983; Pardridge et al 1985).
Sejumlah penelitian penting terkait vitamin D memperkuat dugaan
adanya peran vitamin D pada perkembangan otak dan perilaku yang diperoleh
dari studi pada hewan yang melibatkan percobaan mencit yang dikondisikan
kekurangan vitamin D selama dalam kandungan atau setelah lahir agar
mengalami kekurangan fungsi VDR.
Pada penelitian tentang pengaruh defisiensi vitamin D pada
perkembangan otak mencit, anak anjing dalam rahim yang sangat kekurangan
vitamin D, otak berkembang dengan kondisi neokorteks menipis,
perkembangbiakan sel lebih besar, bobot lebih berat, faktor pertumbuhan sel
saraf dengan GDNF (Glial cell line – Derived Neurotrophic Factor) menurun,
dibandingkan dengan kelompok kontrol cukup vitamin D (McGrath et al
2004). Hal ini menunjukkan bahwa bobot otak meningkat sebagai akibat dari
proses menurunnya apoptosis.
3. KERANGKA PEMIKIRAN
Lingkungan
karakteristik sosial sosial
ekonomi (umur, Kondisi keluarga
pendidikan, Status kesehatan
pendapatan, jumlah Konflik
anggota keluarga, Bencana alam
pengeluaran) Stres kerja
Status Gizi
(lingkar pinggang,
persen lemak,
lemak viseral,
IMT)
Keterangan :
Variabel yang diamati
Variabel yang tidak diamati
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran faktor-faktor yang berhubungan dengan
status vitamin D serta dampaknya terhadap gejala stres kerja pada
pekerja perempuan usia subur
13
4. METODE
lama bekerja, jumlah hari kerja, jam kerja/hari, jarak tempat tinggal ke tempat
kerja, dan lama waktu perjalanan dari tempat tinggal ke tempat kerja. Data
konsumsi pangan diambil dengan menggunakan metode Food Frecuency
Questionairy (FFQ). Pengumpulan data gejala stres kerja menggunakan
kuesioner terstruktur yang telah di uji validitas dan reabilitasnya dengan alfa
cronbarch (Sapp dan Jensen 1997).
Data berat badan (kg) diperoleh dengan menggunakan timbangan
digital dengan kapasitas 200 kg dan ketelitian 0.1 kg. Data tinggi badan (cm)
diukur dengan microtoise dengan kapasitas 200 cm dan ketelitian 0.1 cm. Data
komposisi lemak tubuh dan lemak viseral dengan mengunakan BIA
(Bioelectrical Impedance Analysis).
Keterangan:
1. Y1= status serum vitamin D (ng/mL)
2. X1 = umur subjek (tahun)
X2 = lama pendidikan (tahun)
X3 = pendapatan perbulan perkapita (Rp)
X4 = paparan sinar matahari (menit)
X5 = penggunaan jilbab (0=ya; 1=tidak)
X6 = konsumsi suplemen (0=ya;1=tidak)
X7 = lingkar perut (cm)
X8 = lemak viseral (skala lemak)
X9 = persen lemak tubuh (%)
X10 = Indeks Massa Tubuh (Kg/m2)
X11 = konsumsi ikan segar (frekuensi/hari)
X12 = konsumsi ikan air tawar/lele (frekuensi/hari)
X13 = konsumsi daging/daging sapi (frekuensi/hari)
X14 = konsumsi jeroan/hati sapi (frekuensi/hari)
17
Keterangan:
1. Y2 = Gejala stres kerja (1=sangat tertekan; 2=tertekan; 3=agak
tertekan; 4=tidak tertekan)
2. X1 = Pengeluaran nonpangan/bulan (Rp)
X2 = lama bekerja (tahun)
X3 = lingkar pinggang (cm)
X4 = serum vitamin 25(OH)D (ng/mL)
3. β0= Parameter intercept
4. β1, β2, β3 ...... βi = Parameter koefisien regresi
5. ϵ = Galat (error)
Definisi Operasional
Karakteristik Subjek
Pada penelitian ini, subjek merupakan pekerja perempuan pada salah satu
pabrik garmen di Kabupaten Sukabumi. Data karakteristik subjek dapat dilihat
pada Tabel 3 sekitar separuh (50.8%) subjek berusia ≥ 30 tahun. Secara
keseluruhan rata – rata usia subjek adalah 29.7 tahun dengan simpangan baku
5.5 tahun. Hasil ini sejalan dengan penelitian Briawan et al 2013 dimana
pekerjan garmen berusia rata – rata 41 tahun atau diatas 30 tahun.
Berdasarkan kategori pendidikan, hampir separuh subjek tingkat
pendidikannya hanya lulusan sekolah dasar (40.0%), dengan rata – rata lama
pendidikan 8.5 tahun dan simpangan baku 2.5 tahun. hal ini hampir sama
hasilnya dari penelitian Solechah et al 2014 bahwa sebagian besar (81.4%)
pekerja WUS garmen memiliki tingkat pendidikan rendah. Apabila dilihat
pada kategori status pernikahan, sebagian besar subjek statusnya menikah
(80.0%) dan sebagian kecil (20.0%) subjek status cerai.
Peran utama vitamin D yang selama ini paling banyak diketahui adalah
menjaga mineralisasi tulang disebut sebagai efek kalsiotropik, mengatur
metabolisme kalsium dan fosfat di usus kecil, osteoblast, ginjal dan kelenjar
paratiroid. Studi terbaru diketahui bahwa VDR juga ditemukan pada hampir
seluruh sel dan jaringan tubuh seperti otak, jantung, kulit, pankreas, payudara,
kolon dan sel imun dan sekaligus diketahui juga adanya produksi
1,25(OH)2D3 ekstrarenal di sel-sel tersebut (Holick 2003).
Penurunan vitamin D merusak homeostasis kalsium dan posfor dalam
tubuh. Vitamin D terutama bertanggung jawab untuk mengatur efisiensi
penyerapan kalsium di usus. Defisiensi vitamin D menurunkan penyerapan
kalsium dari usus kecil. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi dan
pelepasan PTH ke dalam sirkulasi, sehingga mengembalikan homeostasis
kalsium dengan meningkatkan reabsorpsi tubular kalsium di dalam ginjal,
meningkatkan mobilisasi kalsium tulang dari tulang, dan meningkatkan
produksi 1,25(OH)2D3. Ligan 1,25(OH)2D3 berikatan dengan reseptor vitamin
D (VDR) dan memicu peningkatan penyerapan kalsium dan fosfor di usus.
konsumsi suplemen, dan status serum 25(OH)D. Sebaran gaya hidup subjek
disajikan pada Tabel 8.
Menurut Hollick (2008) paparan sinar matahari merupakan sumber
vitamin D yang paling baik dan tidak terdapat kasus intoksikasi vitamin D
akibat paparan sinar matahri berlebihan Berdasarkan paparan sinar matahari,
sebagian besar subjek (76.9%) terpapar sinar matahari kurang dari 30 menit,
rata – rata subjek terpapar hanya 17.7 menit dengan simpangan baku 15.3
menit. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Looker et al. (2008) bahwa
pekerja perempuan sering kali jarang terpapar sinar matahari karena terkait
dengan jam bekerja dimulai dari pagi hingga sore hari. Selain itu pekerja
perempuan juga bekerja diruangan sehingga berisiko terjadinya kekurangan
vitamin D yang didapatkan dari sinar matahari.
1 kali/ bulan. Begitu pula pangan olahan (sosis sapi), produk susu dan
mentega/ margarin masing-masing dikonsumsi kali/ bulan oleh lebih dari
separuh subjek.
Berdasarkan kategori kelompok konsumsi pangan sering, kelompok
telur, buah dan sayur dikonsumsi rutin 2-4 kali per minggu. Kelompok telur
yang ditanyakan adalah telur ayam dan telur puyuh, hanya 3,1% subjek yang
jarang mengkonsumsi telur, dan hampir semua (96.9%) subjek mengkonsumsi
telur 2 – 4 kali/ minggu. Kelompok selanjutnya adalah buah. Buah yang
dimasukkan dalam kelompok ini adalah yang diketahui memiliki kandungan
sumber vitamin D tinggi yaitu jeruk, pisang, pepaya, dan jambu biji.
Berdasarkan kelompok buah, diketahui bahwa sebagian besar (75.4%) subjek
mengkonsumsi buah 2-4 kali/ minggu.
Kelompok pangan lain yang masuk kategori sering adalah kelompok
sayur. Jenis sayur yang dimasukkan adalah jamur, buncis, kacang panjang,
brokoli, bayam dan kangkung. Berdasarkan Tabel 9, ditemukan bahwa lebih
dari separuh subjek (67.7%) mengkonsumsi sayur 2 – 4 kali/ minggu.
Asupan vitamin D yang berlebihan akan menyebabkan hiperkalsemia
dan hiperkalsiurea yang berakibat kurang nafsu makan, haus berlebihan,
kencing terus, mual, muntah, lemas, diare dan pertumbuhan terlambat.
Toksisitas akan terjadi apabila kadar kalsidiol (25(OH)D) >160 ng/mL.
Tolerable upper intake level untuk orang dewasa sekitar 50 mcg atau 2000 IU
per hari (Gallagher 2008; Gropper dan Groff 2009; Kulie et al. 2009).
faktor pengeluaran non pangan per bulan, lama bekerja, lingkar perut, dan
status serum 25(OH)D. Hasil uji regresi linear berganda antara variabel diatas
terhadap gejala stres kerja disajikan pada Tabel 12.
Uji regresi linear berganda dilakukan terhadap semua variabel
penelitian sehingga diperoleh nilai R square 0.148. Artinya sebanyak 14.8%
variabel gejala stres kerja dipengaruhi oleh variabel yang diteliti, sedangkan
sisanya (85.2%) dipengaruhi oleh variabel-variabel diluar penelitian.
Berdasarkan hasil uji koefisien regresi, pengeluaran non pangan (p = 0.023)
berpengaruh nyata terhadap gejala stres kerja.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Gropper SS, Smith JL. 2012. Advanced nutrition and human metabolism:
Cengage Learning
Forman JP, Giovannucci E, Holmes MD, Bischoff-Ferrari HA, Tworoger SS,
Willet, Walter C, Curhan, C G . 2007. Plasma 25 – hydroxyvitamin D
levels and risk of incident hypertension. Hypertension 49(5) : 1063 –
1069.
Hanwell H, Vieth R, Cole D, Scillitani A, Modoni S, Frusciante V, Ritrovato
G, Chiodini I, Minisola S, Carnevale V. 2010. Sun exposure
questionnaire predicts circulating 25-hydroxyvitamin D concentrations
in Caucasian hospital workers in Southern Italy. The Journal of Steroid
Biochemistry and Molecular Biology 121(1): 334-337.
Hekimsoy Z, Dinc G, Kafesciler S, Onur E, Guvenc Y, Pala T, Guclu F,
Ozmen B. 2010. Vitamin D status among adults in the Aegean region of
Turkey. BMC Public Health.10:782.
Hoang MT, Defina LF, Willis BL, Leonard DS, Weiner MF, Brown ES. 2011.
Association between low serum 25-Hydroxyvitamin D and depression
in a large sample of healthy adults: the cooper center longitudinal study.
Mayo Clin Proc;86(11):1050-1055.
Hoogendijk WJG, Lips P, Dik MG, Deeg DJH, Beekman ATF, Penninx
BWJH. 2008. Depression is associated with decreased 25-
Hydroxyvitamin D and increased parathyroid hormone levels in older
adults. Arch Gen Psychiatry;65(5):508-512.
Islam MZ, Shamim AA, Kemi V, Nevanlinna A, Akhtaruzzaman M,
Laaksonen M, Jehan AH, Jahan K, Khan HU, Lamberg –Allardt C.
2008. Vitamin D deficiency and low bone status in adult female
garment factory workers in Bangladesh. British Journal of Nutrition 99
(06): 1322-1329.
Islam MZ, Shamim AA, Viljakainen HT, Akhtaruzzaman M, Jehan AH, Khan
HU, Al-Arif FA, Lamberg –Allardt C. 2010. Effect of vitamin D,
Calsium and multiple micronutrient suplementation on vitamin D and
bone status in Bangladeshi premenopausal garment factory workers
with hypovitaminosis D: a double-blinded, randomised, placebo-
controlled 1-year intervention. British Journal of Nutrition 104(02):
241 – 247.
Jacobson D, Mavrikiou PM, Minas C. 2010. Household size, income and
expenditure on food: The case of Cyprus. The Journal of
SocioEconomics.39: 319–328. doi:10.1016/j.socec.2009.12.009
Jaddou HY, Batieha AM, Khader YS, Kanaan SH, El-Khateeb MS, Ajlouni
KM. 2012. Depression is associated with low levels of 25-
hydroxyvitamin D among Jordanian adults: results from national
population survey. Eur Arch Psychiatry Clin Neurosci 262:321-327.
Doi:10.1007/s00406-011-0265-8.
Jago R, Baranowski T, Baranowski JC. 2007. Fruit and vegetable availability:
a micro environmental mediating variable?. Public Health Nutrition.
10(7): 681–689.doi: 10.1017/S1368980007441441
Ju SY, Lee YJ, Jeong SN. 2013. Serum 25-hydroxyvitamin D levels and the
risk of depression: A systematic review and meta-analysis. The Journal
of Nutrition,Health & Aging 17(5)
35
Lampiran 1 Kuesioner
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
38
B. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Lama bekerja di pabrik B1 B11___________ tahun B12 ________ bulan
2. Jumlah hari kerja di garmen B2 _______________ hari/minggu
3. Lama waktu (jam) kerja di B3 ________________ jam/hari
garmen/hari
4. Unit kerja B4 ______________________
5. Jarak dari tempat tinggal (rumah) ke B5 ___________ km
tempat kerja
6. Lama waktu perjalanan dari tempat B6 ___________ menit
tinggal (rumah) ke tempat kerja
7. Cara pergi kerja (yang paling sering) B7 1. Jalan kaki
2. Motor
3. Angkot
4. Mobil Pribadi
8. Cara Pulang kerja (yang paling B8 1. Jalan kaki
sering) 2. Motor
3. Angkot
4. Mobil Pribadi
9. Bila menggunakan sepeda motor, B91 Sarung tangan: 1. Ya 2. Tidak
apakah ibu menggunakan: B92 Jaket: 1. Ya 2. Tidak
39
No Responden : __________________________________
E1
Jawaban
Tidak
Membuat
Membuat saya Membuat saya membuat
Pertanyaan saya agak
No sangat tertekan tertekan saya
tertekan
(nilai 1) (nilai 2) tertekan
(nilai 3)
(nilai 4)
1 Bagaimana kondisi
lingkungan fisik tempat ibu
bekerja, seperti luas
ruangan, pertukaran udara,
pencahayaan , kebersihan,
dll ?
4 Bagaimana kondisi
keuangan (pendapatan dan
pengeluaran) ibu (dalam
setahun terakhir)?
Keterangan :
Nilai 5 – 10 : stres berat
Nilai 11 – 15 : stres sedang
Nilai 16 – 20 : stes ringan
Nilai > 20 : tidak stres
42
Variable Β T Sig
Intercept -15.161 -0.908 0.369
Umur -0.044 0.318 0.752
Lama pendidikan 0.315 1.156 0.254
Pendapatan ibu per bulan -9.965 -0.062 0.951
Paparan UVB 0.008 0.209 0.836
Penggunaan jilbab 3.337 2.632 0.012*
Konsumsi suplemen -0.271 -0.203 0.840
Lingkar perut 0.221 2.061 0.044*
Lemak viseral -0.807 -0.831 0.410
Persen lemak tubuh 0.522 2.238 0.029*
IMT 0.372 0.453 0.653
Ikan segar 0.075 0.208 0.836
Ikan air tawar (lele) 0.010 0.034 0.973
Daging (daging sapi) -0.050 -0.427 0.671
Jeroan (hati sapi) 0.436 -1.284 0.206
Daging olahan (sosis) -0.099 -0.663 0.511
Telur 0.029 0.771 0.445
Produk susu -0.090 -2.157 0.035*
Buah -0.195 -1.334 0.189
Sayur 0.164 0.902 0.372
Mentega/margarin -0.049 0.519 0.606
Adjusted R Square
F (p)
Keterangan: *signifikan pada p<0.05
43
Data stres
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Parameter Standard
Variable Label DF Estimate Error t Value Pr > |t|
J_TOTAL5 A11_A
Tujuan penelitian
Menganalisis prevalensi defisiensi vitamin D dan faktor-faktor yang
mempengaruhi defisiensi vitamin D pekerja WUS.
Kerahasiaan data
Data yang diperoleh dari kegiatan ini akan diperlakukan secara rahasia,
hanya peneliti yang bertanggungjawab atas kegiatan ini yang dapat
memperoleh dan menggunakan informasi yang didapatkan dari kegiatan ini.
INFORMED CONSENT
Nama : .........................................................................................
Alamat : ...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
Telpon/HP : ...........................................................................................
Sukabumi,................2015
Menyaksikan, Yang menyetujui:
(...................................) (...................................)
47
SASARAN:
Wanita Usia Subur (WUS) yang berusia 18-40 tahun.
ALAT:
Timbangan berat badan digital dengan kapasitas 200 kg dan ketelitian 0,1 kg;
menggunakan baterai alkaline.
PERSIAPAN:
1. Ambil timbangan dari kotak karton dan keluarkan dari bungkus plastiknya.
2. Pasang baterai pada bagian bawah alat timbang (PERHATIKAN POSISI
BATERAI).
3. Perhatikan 4 (empat) kaki timbangan pada bagian bawah alat timbang
harus lengkap (KAKI TIMBANGAN HARUS TERPASANG DAN
TIDAK BOLEH HILANG).
4. Letakan alat timbang pada lantai yang datar.
5. Sampel yang akan ditimbang diminta membuka alas kaki dan jaket serta
mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci.
SASARAN:
Wanita Usia Subur (WUS) yang berusia 18-40 tahun
ALAT:
Pengukur tinggi badan: MICROTOISE dengan kapasitas ukur 2 meter dan
ketelitian 0,1 cm.
(ke bawah). Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis
merah, sejajar dengan mata petugas.
8. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri di
atas bangku agar hasil pembacaannya benar.
9. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka di belakang
koma (0,1 cm). Contoh 157,3 cm; 160,0 cm; 163,9 cm. Isikan pada kolom
Tinggi Badan pada kuesioner.
10. Untuk mengukur tinggi badan sampel berikutnya, ulangi prosedur 1 s/d 9.
Demikian pula untuk sampel berikutnya.
SASARAN:
Wanita Usia Subur (WUS) yang berusia 18-40 tahun
ALAT:
- Pengukur lingkar perut dengan meteran kain dengan kapasitas 150 cm,
ketelitian 0.1 cm. dan spidol
PERSIAPAN:
Memberikan penjelasan pada sampel tujuan dari pengukuran lingkar perut dan
tindakan apa saja yang akan dilakukan dalam pengukuran
PROSEDUR PENGUKURAN LINGKAR PERUT:
1. Minta sampel untuk membuka pakaian bagian atas atau menyingkap
pakaian bagian atas. Jika sampel tidak mau maka, boleh menggunakan
pakaian yang sangat tipis (kain nilon, silk, dll)
2. Raba tulang rusuk terakhir sampel untuk menetapkan titik pengukuran.
3. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah
4. Tetapkan titik tengah di antara titik tulang rusuk terakhir dengan titik ujung
lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik tengah tersebut
dengan alat tuli.
5. Sampel diminta untuk berdiri tegak dan bernapas dengan normal (ekspirasi
normal)
6. Lakukan pengukuran lingkar perut dengan dimulai/diambil dari titik tengah
kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut kembali
menuju titik tengah diawal pengukuran.
7. Jika sampel memliki perut yang besar/gendut ke bawah, pengukuran
50
mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah
tersebut lagi.
8. Pita pengulur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang/perut
mendekati angka 0.1 cm.
Tujuan
Pengambilan darah dilakukan untuk mengukur konsentrasi serum 25(OH)D
dalam darah sampel.
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah bungsu dari enam bersaudara keluarga Bapak Haji Mangkala
dan Ibu Mari yang dilahirkan di Jeneponto, 13 Agustus 1989. Penulis melewati masa
pendidikannya mulai dari TK sampai SMA di Kabupaten yang sama di Jeneponto.
Tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin, Kota Makassar. Tahun 2010 penulis
menamatkan pendidikan strata satu sebagai sarjana kesehatan masyarakat (S.KM).
Setelah lulus sarjana, penulis pernah bekerja sebagai Program Director di
salah satu radio swasta di Kota Makassar. September 2011 sampai Maret 2013,
penulis mengikuti program Sekolah Guru Indonesia – Dompet Dhuafa. Tahun 2013,
penulis diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana di Departemen Ilmu Gizi
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah,
penulis juga pernah mengajar di Pondok Pesantren Husnayain, Sukabumi (Januari –
Juni 2014) dan Home Schooling Keluarga Muslim (September 2014 – Februari 2015).
September 2014, Penulis pernah meraih juara 3 lomba menulis Essay bertemakan
“Bangga Menjadi Indonesia” yang diadakan oleh Metro TV Road to Campus. Selain
mengikuti perkuliahan formal, penulis juga aktif sebagai pengurus Forum Mahasiswa
Pascasarjana (RUMANA) IPB asal Sulawesi Selatan.
Selama mengikuti pendidikan program magister, penulis pernah
berpartisipasi sebagai Oral Presenter pada International Conference on Quality
Improvement and Development of Food Product (QID-Food 2015), dengan judul
makalah “Vitamin D status among Women Workers at Textile Factory” yang
diadakan pada tanggal 18 April 2015, di Kota Bukittinggi – Sumatera Barat. Sebuah
artikel berjudul “Hubungan paparan sinar matahari dan status gizi terhadap status gizi
pekerja perempuan” telah diterima dan sedang proses review pada jurnal Media
Kesehatan Masyarakat Indonesia Universitas Hasanuddin (terakreditasi DIKTI).