Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS APPENDICITIS


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pengampu : Nila Putri Purwandari., S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Akhmad Agung Sanjaya (2019012162)


2. Aolgya Meisin Rahma Sari (2019012164)
3. Dwi Anggraeni Putri (2019012170)
4. Fuadhatul Maghfiroh (2019012174)
5. Jumita Sari (2019012181)
6. Linda Nur Maulinda Azahro (2019012184)

PSIK 4A

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA
KUDUS
2021

i|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Kasus Appendicitis” secara tepat waktu.

Makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II oleh dosen pengampu Nila Putri Purwandari., S.Kep., Ns., M.Kep. Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak sekali hambatan yang
disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana, serta keterbatasan kami sendiri. Makalah
ini dapat terselesaikan karena beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan ini. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, terutama kepada:

1. Ilham Setyo Budi, S.Kp., M.Kes. selaku kepala STIKES Cendekia Utama Kudus.
2. Heriyanti Widyaningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua prodi S1 Ilmu Keperawatan
dan Ners STIKES Cendekia Utama Kudus.
3. Nila Putri Purwandari., S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah Ii.
4. Orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan doa.
5. Teman-teman seperjuangan, atas perhatiannya semoga kita tetap menjalin serta
menjaga silaturrokhim diantara kita semua, amin.
Kami menyadari bahwasannya banyak sekali kekurangan dan kelemahan dalam
pembuatan makalah ini, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran agar
makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi pembaca secara sempurna.

Kudus, April 2021

Penyusun

ii | P a g e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1


B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Appendicitis........................................................................................3
B. Anatomi Fisiologi Appendicitis............................................................................3
C. Etiologi Appendicitis.............................................................................................4
D. Patofisiologi Appendicitis.....................................................................................5
E. Klasifikasi Appendicitis........................................................................................8
F. Manifestasi Klinik Appendicitis............................................................................8
G. Tanda dan Gejala Appendicitis ............................................................................8
H. Pemeriksaan Penunjang Appendicitis...................................................................9
I. Penatalaksanaan Appendicitis..............................................................................10

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kasus Appendicitis............................11

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan..............................................................................................................30
B. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA

iii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks
dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks
disebut juga umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus
buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan
radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan
limfe, fekalith, tumor apendiks, dan caceing ascaris dapat juga menimbulkan
penyumbatan.
Appendisitis dapat terjadi pada setiap usia, perbandingan antara pria dan
wanita mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita penyakit ini. Namun
penyakit ini paling sering dijumpai pada dewasa muda antar umur 10- 30 tahun. Satu
dari 15 orang pernah menderita apendisitis dalam hidupnya. Insiden tertinggi terdapat
pada laki-laki usia 10-14 tahun dan wanita yang berusia 15-19 tahun. Laki- laki lebih
banyak menderita appendisitis dari pada wanita pada usia pubertas dan pada usia 25
tahun. Appendisitis jarang terjadi pada bayi dan anak-nanak dibawah 2 tahun. Dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan, obstruksi merupakan penyebab yang
dominan dan merupakan pencetus untuk terjadinya apendisitis. Kuman-kuman yang
merupakan flora normal pada usus dapat berubah menjadi patogen, menurut Schwartz
kuman terbanyak penyebab apendisitis akut adalah Bacteriodes Fragilis bersama
E.coli.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Appendisitis?
2. Bagaimana anatomi Fisiologi Appendicitis?
3. Apa saja etiologi dari Appendisitis?
4. Apa patofisiologi Appendisitis?
5. Apa saja manifestasi klinis Appendisitis?
6. Apa saja tanda dan gejala Appendicitis?
7. Bagaimana yang dilakukan dalam pemeriksaan penunjang?
8. Bagaimana cara penatalaksanaan Appendisitis?

1|Page
9. Bagaimana pencegahan Appendicitis?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari makalah “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kasus
Appendicitis” ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II oleh dosen pengampu Ns. Nila Putri Purwandari, S.Kep.,
M.Kep.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian Appendisitis.
b. Dapat menegakan diagnosa keperawatan pada klien dengan Appendisitis.
c. Dapat membuat perencanaan tindakan keperawatan yang sesuai dengan
masalah keperawatan klien dengan Appendisitis.
d. Dapat melakukan intervensi keperawatan pada klien dengan Appendisitis.

2|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Appendicitis
Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis dan penyebab
nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua umur baik
laki-laki maupun perempuan, akan tetapi lebih sering menyerang laki-laki yang
berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling umum inflamansi akut
pada kuadran bawah kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Smeltzer & Bare, 2013).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbel
cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa
mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah sesegera
mungkin untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. (Wim de Jong et al,
2005)

B. Anatomi Fisiologi Appendicitis


1. Anatomi Appendicitis
Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah
organ berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak
mengandung jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5
inci (8-13 cm). Dasarnya melekat pada permukaan aspek posteromedial caecum,
2,5 cm dibawah junctura iliocaecal dengan lainnya bebas. Lumennya melebar di
bagian distal dan menyempit di bagian proksimal (S. H. Sibuea, 2014).

3|Page
Sumber : anatomy appendix location - Bing images

Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di


region iliaca dextra. Pangkalnya diproyeksikan ke dinding anterior abdomen
pada titik sepertiga bawah yang menghubungkan spina iliaca anterior superior
dan umbilicus yang disebut titik McBurney (Siti Hardiyanti Sibuea, 2014).
Hampir seluruh permukaan apendiks dikelilingi oleh peritoneum dan
mesoapendiks (mesenter dari apendiks) yang merupakan lipatan peritoneum
berjalan kontinue disepanjang apendiks dan berakhir di ujung apendiks.
Vaskularisasi dari apendiks berjalan sepanjang mesoapendiks kecuali di ujung
dari apendiks dimana tidak terdapat mesoapendiks. Arteri apendikular,
derivate cabang inferior dari arteri ileocoli yang merupakan trunkus mesentrik
superior. Selain arteri apendikular yang memperdarahi hampir seluruh
apendiks, juga terdapat kontribusi dari arteri asesorius. Untuk aliran balik,
vena apendiseal cabang dari vena ileocolic berjalan ke vena mesentrik superior
dan kemudian masuk ke sirkulasi portal (Eylin, 2009).
2. Fisiologi Appendisitis
Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml per hari. Lendir
normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalirkan ke sekum.
Hambatan aliran lendir di muara apendiks berperan pada patogenesis apendiks.
Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated
Lympoid Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks
ialah IgA. Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap
infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem
imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan
dengan jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh (Arifin, 2014)

C. Etilogi Appendicitis
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal menjadi faktor
penyebabnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor pencetus disamping
hyperplasia jaringan limfe, batu feses, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat juga
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis yaitu
erosimukosa apendiks karena parasitseperti E.Histolytica (Sjamsuhidajat, 2010).

4|Page
Etiologi Apendisitis dapat dibagi menjadi dua yaitu karena obstruksi dan
infeksi.

1. Obstruksi Apendiks
Obstruksi dalam lumen apendiks dapat diakibatkan oleh hal-hal berikut:
- Hiperplasia folikel limfoid carcinoid atau tumor
- Stasis fekal
- Fekalit
- Parasit
- Benda asing
- Neoplasma,
2. Infeksi
Appendicitis akibat infeksi lebih umum terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda
3. Faktor Risiko
Beberapa hal yang meningkatkan risiko terkena appendicitis adalah jenis kelamin
dan kebiasaan diet. Lalu pada wanita memiliki risiko mendapatkan appendicitis
25% dalam hidupnya, sedangkan pria 12%. Sedangkan pada kebiasaan diet rendah
atau tidak berserat akan meninggikan viskositas feses, dan waktu transit, sehingga
memudahkan pembentukan fekalit.

D. Patofisiologi Appendicitis
Appendis kemungkinan dimulai oleh obstruksi lumen yang disebabkan oleh
fese yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan epidemiologi
bahwa appendicitis berhubungan dengan asupan serat dalam makan yang rendah
(Burkitt, 2007).
Pada stadium awal dari appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa.
Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan
serosa (peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa
dan berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau
dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal (Burkitt, 2007).
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas kedalam lumen,
yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi
bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangrene.

5|Page
Perforasi akan segera terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang
terjadi dibungkus oleh omentum, abses local akan terjadi (Burkitt, 2007).

6|Page
Pathway :

Fekalit Obstruksi pada


lumen apendekeal Appendicitis akut

Benda Asing
oleh apendikolit

Peningkatan tekanan Gangguan Respon sistemik


Tumor Apendiks intraluminal dan peningkatan gastrointesnital
perkembangan bakteri
Hiperplansia jaringan limfoid Mual, muntah, Peningkatan suhu
Menghambat aliran limfe kembung, diare, tubuh

Appendisitis anoreksia
kronis/rekuren Ulserasi dan infeksi bakteri Hipertermi
pada dinding appendik Asupan nutrisi
Respon saraf tidak adekuat
terhadap inflamasi Appendicitis
Perubahan pola
nutrisi pasca
Respon sistemik
keperitonium Thrombosis vena intra luminal bedah

NYERI Peritonitis Pembengkakan Ketidakseimbangan nutrisi


dari iskemia kurang dari kebutuhan
Pembedahan
Distensi abdomen laparatomi

Resiko infeksi Pasca bedah Kerusakan jaringan


Nyeri akut
intergumen

7|Page
E. Klasifikasi Appendicitis
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi 2 yaitu, apendisitis akut dan apendisitis kronik
(Sjamsuhidajat & de jong, 2010):
a. Apendisitis akut
Apendisitis akut sering kali terjadi dengan gejala khas yang didasari oleh
radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai
maupun tidak disertai rangsangan peritonieum local. Gejala apendisitis akut salah
satunya yaitu nyeri samar-samar dan tumpyl yang merupakan nyeri visceral
didaerah epigastrium disekitar umbilicus. Umumnya nafsu makan menurun, lalu
dalam bebebrapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri
dirasakan lebih tajam dan lebih jelas telaknya sehingga merupakan nyeri somatic
setempat.
b. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya:
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendisitis
secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik
merupakan fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total
lumen apendiks, lalu adanya jaringan perut dan ulkus lama dimukosa, serta
adanya sel inflamansi kronik.

F. Manifestasi Klinis Appendicitis


1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
2. Mual dan muntah
3. Anoreksia, malaise
4. Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney
5. Spasme otot
6. Konstipasi, diare

G. Tanda dan Gejala Appendicitis


1. Nyeri perut disekitar pusar yang menjalar ke sisi kanan bawah perut dalam
beberapa jam
2. Nyeri disisi bawah perut yang semakin memberat ketika perut disentuh atau saat
bergerak,batuk, atau bersin
3. Demam

8|Page
4. Gangguan pencernaan, seperti diare, sembelit, mual dan muntah
5. Nafsu makan berkurang
6. Perut kembung
7. Anak tampak rewel dan kesakitan

H. Pemeriksaan Penunjang Appendicitis


1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Akan tampak adanya pembengkakan (Swelling) rongga perut dimana
dinding perut tampak mengencang (distensi).
b. Palpasi
Didaerah perut kanan bagian bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan
apabila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana
merupakan kunci dari diagnosa apendisitis akut
c. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat atau tungkai diangkat
tinngi-tinggi, maka rasa nyeri diperut semakin parah (psoas sign)
d. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan pemeriksaan rectum maupun vagina menimbulkan rasa nyeri
juga
e. Suhu rectal (dubur) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih
menunjang lagi adanya radang usus buntu
f. Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji psoas akan positif dan tanda
perangsang peritoneum tidal begitu jelas, sedangkan bila apendiks terletak
dirongga pelvis maka obturator sign akan positif dan tanda perangsang
peritoneum akan terlihat lebih menonjol.

2. Pemeriksaan laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-18.000/mm3.
Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah
mengalami perforasi (pecah).
3. Pemeriksaan radiologi
a. Foto polos dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu)
b. Ultrasonografi (USG), CT Scan

9|Page
c. Kasus kronik data dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen dan
apendikogram.

I. Penatalaksanaan Appendicitis
Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendetokmi.
Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Teknik
laparoskopik, apendektomi laparoskopik sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca
bedah sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih
rendah. Akan tetapi terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan
pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi
pada pasien dengan akut abdomen, terutama pada wanita. (Birnbaum BA).

10 | P a g e
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS APPENDISITIS

KASUS

Pada tanggal 7 Maret 2021 seorang pasien bernama Ny. A berusia 25 tahun dating ke Rumah
Sakit Keluarga Sehat Pati dengan keluhan nyeri pada perut kanan bagian bawah. Pasien
mengatakan nyeri pada perutnya sudah terasa sejak 2 hari yang lalu, pasien juga mengatakn
nyeri seperti ditusuk-tusuk menjalar kebagian punggung. Pasien mengatakan merasa
meriang. Pasien mual dan muntah saat tiba dirumah sakit. Pasien lalu dibawa ke ruang IGD
dengan diagnose medis Appendisitis. Kemudian dilakukan pembedahan invasive. Dari hasil
pengkajian pemeriksaa fisik didapatkan TD : 130/90 mmHg, Nadi 98x/menit, Suhu : 37,6℃,
RR : 22x/menit. Tidak ditemukan riwayat penyakit keluarga yang memiliki
kecacatan/kelainan.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 22 September 1996
Umur : 25 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Guru
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : S-1
Alamat : Desa Kayen 01/03, Kayen, Pati
Diagnosa Medis : Apendisitis
Keluhan Utama : Nyeri pada perut kanan bagian bawah
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir :Pati, 15 Juli 1976

11 | P a g e
Usia : 45 Tahun
Pekerjaan : Pedagang Pakaian
Alamat : Desa Kayen 01/03, Kayen, Pati
Hubungan dengan Pasien : Ibu Kandung
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada perut kakan bagian bawah
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Procovative/palliative
1) Apa penyebabnya :
Ny. A seringkali jajan sembarangan di pinggir jalan.
2) Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Berobat kerumah sakit, istirahat, dan mengurangi aktivitas
b. Quantity/quality
1) Bagaimana dirasakan :
- Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
- Klien mengatakan badannya terasa meriang
- Klien mengatakan tidak nafsu makan karena merasa mual
2) Bagaimana dilihat :
- Pasien terlihat kesakitan karena nyeri diperut
- pasien tampak muntah saat dilakukan pengkajian
c. Region
1) Dimana lokasinya :
Pasien mengatakan lokasi nyeri berada di perut kanan bagian
bawah
2) Apakah menyebar
Nyeri menyebar mulai dari dada sebelah kiri sampai ke belakang.
d. Severity/skala
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakannya sangat mengganggu
aktifitasnya.
- Skala nyeri 6 dilihat dari raut muka pasien
e. Time
- Klien mengatakan merasa nyeri pada perut bagian kanan sejak 2
hari sebelum dibawa ke rumah sakit.

12 | P a g e
- Nyeri dirasa terus menerus.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan tidak pernah menderita suatu penyakit yang berat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
a. Orang tua
Pasien mengatakan bahwa orang tua pasien tidak pernah menderita
penyakit serius.
b. Saudara kandung
Pasien mengatakan saudara kandung pasien tidak pernah menderita
penyakit yang serius.
c. Penyakit keturunan yang ada
Pasien mengatakan tidak ada
d. Anggota keluarga yang meninggal
̶
e. Penyebab meninggal
−¿
5. Genogram

KETERANGAN :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Keluarga

D. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Persepsi tentang penyakitnya

13 | P a g e
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan beraktifitas seperti biasanya.
2. Konsep diri
- Gambaran diri : Pasien mengatakan menyukai seluruh bagian
tubuhnya
- Ideal diri : Pasien mengatakan berharap bisa sembuh.
- Harga diri : Pasien mengatakan selama sakit, orang-orang
terdekatnya selalu mendukung pasien untuk tetap semangat untuk
cepat sembuh.
- Peran diri : Pasien adalah seorang anak kedua dari 2 bersaudara
- Identitas : Pasien merasa puas dengan yang ada didalam dirinya.
3. Keadaan emosi
Pasien mengatakan mampu mengendalikan emosinya dengan baik.
4. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Pasien mengatakan orang yang sangat berarti
baginya adalah ayah, ibu, dan kakak laki-lakinya.
b. Hubungan dengan keluarga : Pasien mengatakan hubungan dengan
keluarga baik.
c. Hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan hubungan dengan
orang lain baik.
d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien
mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain.
E. PERSONAL HYGINE DAN KEBIASAAN
a. Saat Dirumah
Saat dirumah klien memiliki kebiasaan mandi 3x sehari, sikat gigi
sebanyak 3 kali sehari dan keramas sebanyak 1x sehari, memotong
kuku seminggu sekali.
b. Saat dirumah sakit
Selama dirumah sakit klien mengatakan di seka menggunakan tissue
basah dan menikat gigi 2x sehari dan mengganti baju pada pagi hari.
F. SPIRITUAL
- Sebe;um sakit, klien sering beribadah
- Selama sakit klien tidak beribadah
II. PEMERIKSAAN FISIK

14 | P a g e
A. Keadaan umum
Pasien tampak lemas, tampak terpasang infus, RL pada tangan sebelah kiri
B. Tanda-tanda vital
- Kesadaran : Compos Mentis
- Suhu tubuh : 37,6℃
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Nadi : 98 x/menit
- RR : 22 x/menit
- Skala nyeri : 6
- TB : 150 cm
- BB : 55 kg
C. Pemeriksaan Fisik head to toe
1. Pemeriksaan Kepala
a. Rambut :
Bentuk kepala oval, tidak ditemuakn adanya penonjolan pada tulang
kepala klien, kulit kepala bersih, penyebaran rambut merata, warna
hitam, tidak mudah patah, tidak bercabang.
b. Mata :
Mata lengkap dan simetris kanan dan kiri, tidak ada pembengkakan
pada kelopak mata,
Sclera : putih
Konjungtiva : tidak anemia
palpebra : tidak ada edema
kornea : jernih
reflek :+
pupil : isokor
c. Hidung :
Tidak ada pernapasan cuping hidung, posisi septum nasi ditengah,
tidak ada secret atau sumbatan dilubang hidung, ketajaman
penciuman normal, dan tidak ada kelainan.
d. Rongga Mulut :
Bibir berwarna merah muda, lidah berwarna merah muda, mukosa
lembab, tonsil tidak membesar.
e. Telinga :

15 | P a g e
Telinga simetris kanan dan kiri, ukuran sedang, kanalis telinga bersih
kanan dan kiri, tidak ada benda asing dan bersih pada lubang telinga,
klien dapat mendengar suara gesekan jari.
2. Pemeriksaan Leher
Tidak ada lesi jaringan perut, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,
tidak terasa adanya massa diarea leher, tidak ada teraba pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada terba pembesaran kelenjar limfe.
3. Pemeriksaan Thorak
Tidak ada sesak, tidak ada batuk.
Bentuk dada simetris, pola nafas cepat, frekuensi pernapasan 22x/nebit,
tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada otot bantu nafas. Vocal
premitus teraba sama kanan dan kiri saat klien mengucapkan tujuh-tujuh,
tidak terdapat krepitasi.
4. Pemeriksaan Jantung : Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada nyeri dada, CRT <2 detik, ujung jari tidak tabuh. Bunyi
jantung I terdengar lup dan bunyi jantung II terdengar dup.
Tidak ada bunyi jantung tambahan.
5. Pemeriksaan Sistem Pencernaan dan Status Nutrisi
BB : 55 kg
TB : 150 cm
IMT : 24,4 (kategori berlebih)
Klien BAB 1x selama sakit, jenis diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP),
nafsu makan baik dengan frekuensi 3x sehari, porsi makan habis.
Klien mual dan muntah saat pertama kali dating kerumah sakit.
Abdomen :
- Bentuk abdomen datar dan simetris.
- Tidak ada benjolan/masa
- Tidak ada bayangan vena
- Peristaltic usus 8x/menit terdengar lambat
- Palpasi abdomen teraba lunak
- Tidak ada pembesaran hepar
- Suara abdomen tympani
- Tidak ada asites
6. Pemeriksaan Sistem Perkemihan

16 | P a g e
Bersih, tidak ada kleuhan berkemih. Produksi urine ± 900 ml/hari, warna
kuning jernih dan bau khas urine.
7. Pemeriksaan Sistem musculoskeletal dan Integumen
Pergerakan sendi bebas, otot simetris kanan dan kiri. Pada pemeriksaan
tangan kanan, tangan kiri dan kaki kanan, kaki kiri didapatkan kekuatan
otot 5.
5 5
5 5
Tidak ada edema ekstremitas dan tidak ada piting edema.
Tidak terdapat peradangan dan ruam pada kulit.
8. Sistem Endokrin
- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening bagian leher.
- Tidak terdapat hipoglikemia dan hiperglikemia.
- Tidak terdapat riwayat luka sebelumnya dan tidak terdapat
riwayat amputasi sebelumnya.
9. Seksualitas dan Reproduksi
Tidak ada benjolan pada payudara, tidak ada kelainan pada genetalia.

III. DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


- Klien mengatakan nyeri pada - Klien tampak meringis
perut kanan bagian bawah pasca - keadaan umum sedang,
insisi pembedahan. kesadaran composmentis.
- Klien mengatakan nyeri seperti - Suhu tubuh : 37,6℃
ditusuk-tusuk. Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Klien mengatakan nyeri saat Nadi : 98 x/menit
bergerak. RR : 22 x/menit
- Klien mengatakan tidak nyaman - Klien Nampak kesakitan karena
saat nyeri terasa. nyeri.
- Klien mengatakan sulit - Skala nyeri 6 dilihat dari raut
bergerak karena sakit di area wajah klien.
luka jahitan. Klien tampak tidak biasa

17 | P a g e
- Klien mengatakan aktivitasnya bergerak dengan bebas seperti
terganggu akibat nyeri yang biasanya.
dirasakan. - luka Nampak masih basah.
- Klien mengatakan bahwa masih - Panjang luka 15cm.
terasa nyeri dan basah diluka - Luka bersih, dan balutan luka
bekas operasi. masih rapi.
- Klien mengatakan merasa mual - Tidak tampak tanda kemerahan
dan tidak nafsu makan. pada luka.
- Klien mengatakan - Klien tampak muntah saat tiba
demam/panas sejak 2 hari yang dirumah sakit dan saat dilakukan
lalu. pengkajian.
- klien mengatakan badannya - Kulit teraba panas
meriang. - Suhu tubuh : 37,6℃
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 98 x/menit
- RR : 22 x/menit

IV. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


.
1. Data Subjektif : agen pencedera fisiologis Nyeri akut
- klien mengatakan nyeri (inflamasi dan infeksi)
saat bergerak.
- Klien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk.
- Klien mengatakan nyeri
menjalar ke bagian
belakang.
- Skala nyeri 6 dilihat dari
raut muka klien.
- Nyeri mengatakan dirasa
terus menerus.
Data Objektif :
- Klien tampak meringis

18 | P a g e
- keadaan umum sedang,
kesadaran
composmentis.
- Suhu tubuh : 37,6℃
Tekanan darah : 130/90
mmHg
Nadi : 98 x/menit
RR : 22 x/menit

2. Data Subjektif : gejala terkait penyakit Gangguan rasa nyaman :


- Klien mengatakan nyeri nyeri
seperti ditusuk tusuk.
- Klien mengatakan nyeri
saat bergerak.
- Klien mengatakan
aktivitasnya terganggu
akibat nyeri yang
dirasakan.
- Klien mengatakan sulit
bergerak karena luka
jahitan.
Data Objektif :
- Klien Nampak kesakitan
karena nyeri.
- Skala nyeri 6 dilihat dari
raut wajah klien.
- Klien tampak tidak bias
bergerak dengan bebas
seperti biasanya.
3. Data Subjektif : tidak adekuatnya Resiko infeksi
- Klien mengatakan bahwa pertahanan tubuh
masih terasa nyeri dan appendicitis
basah diluka bekas
operasi

19 | P a g e
Data Objektif :
- luka Nampak masih
basah.
- Panjang luka 15cm
- Luka bersih, dan balutan
luka masih rapi
- Tidak tampak tanda
kemerahan pada luka
4. Data Subjektif : factor biologis Ketidakseimbangan
- Klien mengatakan nutrisi kurang dari
merasa mual dan tidak kebutuhan
nafsu makan.
Data Objektif :
- Klien tampak muntah
saat tiba dirumah sakit
dan saat dilakukan
pengkajian.
5. Data Subjektif : respon sistemik dari Hipertermia
- Klien mengatakan inflamasi gastrointestinal
demam/panas sejak 2
hari yang lalu.
- klien mengatakan
badannya meriang.
Data Objektif :
- Kulit teraba panas
- Suhu tubuh : 37,6℃
Tekanan darah : 130/90
mmHg
Nadi : 98 x/menit
RR : 22 x/menit

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas Masalah)

No Diagnosa Keperawatan (Sesuai Prioritas Masalah)

20 | P a g e
.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi dan infeksi)
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan gejala terkait penyakit
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh appendicitis
4. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan factor biologis
5. Hipertermia berhubungan dengan respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal

21 | P a g e
VI. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC Intervensi TTD

1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Lakukan pengkajian nyeri Dwi
dengan agen pencedera selama 3x24 jam diharapkan masalah secara komprehensif
fisiologis (inflamasi dan Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi termasuk lokasi,
infeksi) dan infeksi dapat teratasi dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualitas, dan factor
 Mampu mengontrol nyeri ( tahu presipitasi.
penyebab nyeri, mampu  Observasi reaksi nonverbal
menggunakan teknik non dari ketidaknyamanan
farmakologi untuk mengurangi  Gunakan teknik komunikasi
nyeri, mencari bantuan) terapeutik untuk mengetahui
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang pengalaman nyeri pada
dengan menggunakan manajemen pasien
nyeri  Kaji kultur yang
 Mampu mengenali nyeri (skala mempengaruhi respon nyeri
ansietas, frekuensi dan tanda nyeri)  Ajarkan tentang teknik non
 Menyatakan rasa nyaman setelah farmakologi
nyeri berkurang  Berikan analgetik untuk

22 | P a g e
mengurangi nyeri
2 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Gunakan pendekatan yang Dwi
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan masalah menenangkan
gejala terkait penyakit Gangguan rasa nyaman berhubungan  Jelaskan semua prosedur dan
dengan gejala terkait penyakit dapat apa yang dirasakan selama
teratasi dengan kriteria hasil : prosedur
 Mampu mengontrol kecemasan  Dorong pasien untuk
 Status lingkungan nyaman mengungkapkan perasaan,
 Mengontrol nyeri ketakutan, persepsi
 Agresi pengendalian diri  Intruksikan pasien
 Status kenyamanan meningkat menggunakan teknik
relaksasi
 Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Bersihkan lingkungan setelah Dwi
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan masalah dipakai pasien lain
apendisitis Resiko infeksi berhubungan dengan  Pertahankan teknik isolasi
apendisitis dapat teratasi dengan kriteria  Batasi pengunjung bila perlu
hasil :  Gunakan sabun anti mikrobia
 Klien bebas dari tanda dan gejala untuk cuci tangan
infeksi  Cuci tangan setiap sebelum
 Mendeskripsikan proses penularan dan sesudah tindakan

23 | P a g e
penyakit, factor yang keperawatan
mempengaruhi penularan serta  Pertahankan lingkungan
penatalaksanaannya. antiseptic selama
 Menunjukkan kemampuan untuk pemasangan alat
mencegah timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas normal
4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Kaji adanya alergi makanan Dwi
nutrisi kurang dari selama 3x24 jam diharapkan masalah  Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari untuk menentukan jumlah
berhubungan dengan kebutuhan tubuh berhubungan dengan kalori dan nutrisi yang
faktor biologis faktor biologis dapat teratasi dengan dibutuhkan pasien
kriteria hasil :  Anjurkan pasien untuk
 Adanya peningkatan berat badan meningkatkan intake Fe
sesuai dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk
 Berat badan ideal sesuai dengan meningkatkan protein dan
tinggi badan vitamin C
 Mampu mengidentifikasi  Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi  Berikan makanan yang
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi terpilih ( ssudah
dikonsultaskan dengan ahli
gizi )
5 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Monitor suhu sesering Dwi

24 | P a g e
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan masalah mungkin
respon sistemik dari Hipertermia berhubungan dengan respon  Monitor warna dan suhu kulit
inflamasi sistemik dari inflamasi gastrointestinal  Monitor tekanan darah, nadi,
gastrointestinal dapat teratasi dengan kriteria hasil : dan RR
 Suhu tubuh dalam rentang normal  Monitor intake dan output
 Nadi dan RR dalam rentang normal  Selimuti pasien
 Tidak ada perubahan warna kulit  Berikan antipiretik
 Tidak ada pusing

VII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Implementasi Respon Formatif TTD


1 Nyeri akut berhubungan  Melakukan pengkajian nyeri secara Subyektif : Dwi
dengan agen pencedera komprehensif termasuk lokasi, Klien mengatakan nyeri sudah
fisiologis (inflamasi dan karakteristik, durasi, frekuensi, berkurang.
infeksi) kualitas, dan factor presipitasi.
 Mengobservasi reaksi nonverbal Obyektif :
dari ketidaknyamanan Nyeri klien berkurang
 Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pada pasien
 Mengkaji kultur yang

25 | P a g e
mempengaruhi respon nyeri
 Mengajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
2 Gangguan rasa nyaman  Menggunakan pendekatan yang Subyektif : Dwi
berhubungan dengan menenangkan Klien mengatakan sudah mulai
gejala terkait penyakit  Menjelaskan semua prosedur dan merasakan nyaman.
apa yang dirasakan selama
prosedur Obyektif :
 Mendorong pasien untuk Klien merasa nyaman
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Mengintruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
 Memberikan obat untuk
mengurangi kecemasan
3 Resiko infeksi  Membersihkan lingkungan setelah Subyektif : Dwi
berhubungan dengan dipakai pasien lain Klien mengatakan sudah bisa
apendisitis  Mempertahankan teknik isolasi mencegah timbulnya resiko infeksi.
 Membatasi pengunjung bila perlu
 Menggunakan sabun anti mikrobia Obyektif :

26 | P a g e
untuk cuci tangan Klien mampu mencegah timbulnya
 Mencuci tangan setiap sebelum dan resiko infeksi.
sesudah tindakan keperawatan
 Mempertahankan lingkungan
antiseptic selama pemasangan alat
4 Ketidakseimbangan  Mengkaji adanya alergi makanan Subyektif : Dwi
nutrisi kurang dari  Berkolaborasi dengan ahli gizi Klien mengatakan berat badan mulai
kebutuhan tubuh untuk menentukan jumlah kalori meningkat.
berhubungan dengan dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
faktor biologis  Menganjurkan pasien untuk Obyektif :
meningkatkan intake Fe Berat Badan klien meningkat

 Menganjurkan pasien untuk


meningkatkan protein dan vitamin
C
 Memberikan substansi gula
 Memberikan makanan yang terpilih
( ssudah dikonsultaskan dengan
ahli gizi )
5 Hipertermia  Memonitor suhu sesering mungkin Subyektif : Dwi
berhubungan dengan  Memonitor warna dan suhu kulit Klien mengatakan sudah tidak
respon sistemik dari  Memonitor tekanan darah, nadi, merasakan pusing.
inflamasi dan RR

27 | P a g e
gastrointestinal  Memonitor intake dan output Obyektif :
 Menyelimuti pasien Klien sudah tidak merasa pusing.

 Memberikan antipiretik

VIII. EVALUASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Evaluasi TTD


1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera S : Klien mengatakan bahwa nyeri sudah berkurang Dwi
fisiologis (inflamasi dan infeksi) O : Nyeri berkurang
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipetahankan

2 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan S : Klien mengatakan sudah merasa nyaman Dwi
gejala terkait penyakit O : Klien merasa nyaman
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan

3 Resiko infeksi berhubungan dengan apendisitis S : Klien mengatakan sudah bisa mencegah timbulnya Dwi
resiko infeksi
O : Klien mampu mecegah resiko infeksi
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan

28 | P a g e
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan S : Klien mengatakan berat badan meningkat Dwi
tubuh berhubungan dengan faktor biologis O : Berat badan klien meningkat
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan

5 Hipertermia berhubungan dengan respon sistemik S : Klien mengatakan sudah tidak pusing Dwi
dari inflamasi gastrointestinal O :Klien sudah tidak merasakan pusing
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

29 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis dan penyebab
nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua umur baik
laki-laki maupun perempuan, akan tetapi lebih sering menyerang laki-laki yang
berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling umum inflamansi akut
pada kuadran bawah kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal menjadi
faktor penyebabnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor pencetus disamping
hyperplasia jaringan limfe, batu feses, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat juga
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis yaitu
erosimukosa apendiks karena parasite seperti E.Histolytica. Tanda dan gejala pada
Apendisitis nyeri perut, nyeri disisi bawah perut, demam, Gangguan pencernaan,
seperti diare, sembelit, mual dan muntah, Nafsu makan berkurang, Perut kembung,
Anak tampak rewel dan kesakitan

B. SARAN
Pengenalan dini akan manifastasi klinis yang timbul akibat perubahan
histopatologis berdasarkan atas etiopatogenesis yang terjadi dapat lebih diperhatikan
dalam menegakkan diagnosis dinidari suatu Apendisitis akut, yang tidak hanya
berdampak bagi penalaksanaan tetapi juga pada penurunan morbiditas maupun
mortalitasnya.

30 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Kevin. 2020. Kenali Gangguan, Gejala, dan Penanganan Penyakit Usus Buntu pada
Anak. https://www.alodokter.com/ini-ciri-dan-gejala-usus-buntu-pada-anak-yang-
harus-anda-ketahui. (Diunduh pada 30 Maret 2021)

Burkit, and R. (2007). Appendiciti. In : Essential Surgery Problems, Diagnosis &


Managemen. (4th end). London: Elsevier Ltd.

Hidayat, Erwin. 2020. Karya Tulis Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Appendisitis
yang di Rawat di Rumah Sakit. http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1053/1/KTI
%20ERWIN%20HIDAYAT.pdf. (Diunduh pada 28 Maret 2021)

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.

Sibuea, S. H. (2014). Perbedaan Antara Jumlah Leukosit Darah Pada Klien Appendicitis
Akut Dengan Appendisitisperforasi Di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Sibuea, Siti Hardiyanti. (2014). Perbedaan Antara Jumlah Leukosit Darah Pada Klien
Appendicitis Akut Dengan Appendisitisperforasi Di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Warsinggih. 2016. Appendisitis Akut. APPEDISITIS-AKUT.pdf. (Diunduh Pada 26 Maret


2021)

31 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai