Disusun oleh:
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik walaupun masih banyak kekurangan didalamnya. Makalah ini membahas
mengenai “Istidlal Qiasi dan Istiqrai”.
Tiada gading yang tak retak, itu kata pepatah tiada satupun manusia yang
luput dari kesalahan, oleh karena itu kami berharap pemberian maaf yang sebesar-
besarnya. Atas kekurangan dan kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Saran dan kritik sangat kami harapkan agar kami dapat memperbaiki
makalah-makalah selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Istidlal................................................................................3
B. Pembagian Istidlal...............................................................................4
C. Pembahasan Istidlal Qiasi dan Istiqrai.................................................6
A. Kesimpulan ........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, kehidupan manusia sudah sangat kontemporer dan
banyak yang meninggalkan khazanah hakiki yang harus menjadi platform
dalam pijakan kehidupan manusia. Manusia sebagai khayawanun natiq
(makhluk yang berpikir) tidak akan lepas dari berpikir. Namun, saat
berpikir, manusia sering kali dipengaruhi oleh berbagai tendensi, emosi,
subjektivitas, dan lainnya sehingga ia tidak dapat berpikir
jernih, logis, dan obyektif. Mantiq merupakan upaya memelihara pikiran
dari kesalahan berpikir, memperdalam pemahaman, dan menyingkap
selimut kebodohan agar seseorang dapat menggunakan daya pikirnya
dengan cara yang benar dan tidak keliru.
Dalam diri manusia terdapat berbagai potensi kemampuan yang
dimiliki. Dari segala kemampuannya itu, tidak semua manusia mampu
memberikan pengertian, deskripsi, dan analisa yang tepat dari sesuatu hal.
Kebanyakan dari mereka, menggunakan perspektif yang berasal dari
tanggapan panca indra semata. Setelah tanggapan panca indra tersebut
diproses, maka terbentuklah keterangan-keterangan bebas yang berdiri
sendiri dan terpisah dari yang lain. Dengan menggunakan keterangan-
keterangan bebas yang sudah diketahui itu, kita dapat sampai kepada
keterangan tentang sesuatu yang belum diketahui. Jalan pikiran semacam
ini disebut penyimpulan (Istidlal).
Istidlal merupakan pembahasan terpenting dalam ilmu mantiq,
karena mengambil kesimpulan yang benar ialah menjadi fungsi utamanya.
Seseorang baru dikatakan mengerti ilmu mantiq, ketika ia sudah dapat
mengambil kesimpulan yang benar, melalui teknik-teknik pengambilan
kesimpulan mantiqi yang baku dan diakui. Kesimpulan yang benar itu
1
dikatakan kesimpulan mantiqi (logis) karena penarikannya sesuai dengan
kaidah-kaidan mantiqi (logika).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian istidlal?
2. Apa saja pembagian istidlal ?
3. Bagaimana pembahasan istidlal qiasi dan istiqrai?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian istidlal
2. Mengetahui apa saja istidlal
3. Mengetahui pembahasan istidlal qiasi dan istiqrai
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Istidlal
Kata istidlal berasal dari Bahasa Arab. Akar kata istidlal adalah
dari kata “daal”, berarti mengambil dalil atau kesimpulan yang diambil
dari petunjuk yang ada. Sedangkan yang dimaksud dalil adalah petunjuk
yang digunakan untuk mendapatkan suatu kesimpulan. 1 Adapun menurut
istilah, pengertian istidlal adalah sebagai berikut :
1
Syukriadi Sambas, MANTIK, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1996), hlm.112
3
aniya atau dari mu’atsar kepada atsar yang disebut Istiqlal lammiya, atau
dari dua atsar kepada yang lain”.
Jadi, dapat disimpulkan definisi istidlal menurut al-Jurzani,
memuat tiga macam istidlal antara lain :
a. Istidlal ‘aniya, proses memikirkan objek pikir secara
deduktif atau istidlal qiyasi (min al-‘atsar ila al-mu’atsar).
B. Pembagian istidlal.
Istidlal terdiri dari dua macam yaitu:
1. Istidlal Qiyasi.
Secara etimologi, qiyasi berarti ukuran atau mengembalikan
sesuatu kepada persoalan pokoknya. Adapun menurut
terminologi, Istidlal qiyasi adalah upaya akal-pikir untuk memahami
sesuatu yang belum diketahui melalui yang sudah diketahui dengan
menggunakan kaidah-kaidah berpikir (logika) yang telah diterima
kebenarannya.
2
Ibid. hlm.112-113.
4
Contoh:
a) Anda mengutamakan kepentingan negara.
b) Setiap yang mengutamakan kepentingan negara adalah
pembela tanah air.
c) Anda pembela tanah air.
2. Istidlal Istiqra’i.
Secara lughawi, istiqra’i berarti penyelidikan dan penelitian
sesuatu; sedangkan secara istilah, Menurut Al-Jurzani:
االستدالل المبني على تصفح الجزئيات ودرسها درسا وافيا يوصل العقل
Contoh:
5
dilanjutkan kepada benda lainnya dan semuanya sama, jika dipanaskan
memuai. Akhirnya ditarik suatu generalisasi yang menjadi kesimpulan
umum bahwa semua benda padat, jika dipanaskan, memuai.3
D. pembahasan Istidlal Qiasi Istitsna’i.
Istitsna’i secara etimologi adalah pengecualian, dikecualikan.
Kata pengecualian dalam Ilmu Mantiq adalah tetapi ( )لكن. Qias istitsna’i
3
Hasan, M. Ali. 1992. Ilmu Mantiq (Logika). Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
6
merupakan rangkaian dua muqaddimah yang muqaddimah keduanya
dimasuki oleh kata tetapi.
Qias istitsna’i ialah qias yang natijah-nya bersumberkan salah
satu dari dua qadhiyah yang disatukan oleh adat syarat (kondisional) jika,
manakala, betapapun, bagaimanapun, setiap kali, atau yang semacamnya
pada muqaddimah pertama. Sehingga, natijah ditarik dari muqaddam atau
tali yang terdapat dalam muqaddimah pertama tersebut.
Jika qadhiyah I ( )مقدمpada muqaddimah pertama di-istitsna’i
(dikecualikan) maka qadhiyah II-nya (tali) menjadi natijah-nya.
Sebaliknya, jika qadhiyah II (tali) dari muqaddimah itu di-istitsna’i
(dikecualikan) maka qadhiyah I-nya ( )مقدمmenjadi natijah-nya. Lafadz
Atau :
7
a) Pasaran cengkih adakalanya ramai, adakalanya sepi.
b) Tetapi, pasaran cengkih ramai.
c) Pasaran cengkih tidak sepi.
Atau :
4
Dra.Robingatun,M,Pd.I,ILMU MANTIQ (logika),Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Kediri,2011.hal 66-67.
5
Ibid, hlm.56
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata istidlal berasal dari Bahasa Arab. Akar kata istidlal adalah
dari kata “daal”, berarti mengambil dalil atau kesimpulan yang diambil
dari petunjuk yang ada. Istidlal secara terminologi ialah berpindahnya
pikiran, dengan teknik tertentu, dari sesuatu yang sudah diketahui ()معلوم
kepada yang belum diketahui (ولII)مجه, sehingga yang belum diketahui
dapat diketahui.
Pembagian Istidlal terdiri dari dua macam yaitu qiyasi dan istiqra`i,
yang dimaksud istidlal qiyasi yaitu kata kias yang berasal dari bahasa Arab
yang berarti ukuran, Maksudnya adalah mengukur sesuatu dengan sesuatu
yang lain. Qias dalam ilmu mantiq adalah ucapan atau kata yang tersusun
dari dua atau beberapa qadhaliyah, benar yang lain dinamakan natijah.
Tetapi perlu dicatat bahwa bila qadhilyah tidak benar bisa saja natijhanya.
Benar. Tetapi benarnya itu kebetulan.
Sedangkan Istidlal Istiqra’I, juga terbagi menjadi dua yaitu Istidlal
Istiqra’i Tam yang berarti penarikan kesimpulan individu dari hasil
kesimpulan berdasarkan fakta yang ditetapkan keputusan. Dan satunya lagi
Istidlal Istiqra’i Naqish yang berarti penarikan kesimpulan kepada semua
individu yang dikecualikan karena penetapan umum tersebut tidak
diberlakukan kepadanya.
9
DAFTAR PUSTAKA
10