PENDAHULUAN
2005).
yang perlu diperhatikan untuk mengetahui layak atau tidak pabrik tersebut
didirikan. Data-data untuk analisa tersebut dilihat pada tabel 1.1 berikut:
linear alkylbenzene sulfonate di Indonesia yaitu PT. Total Chemindo Loka, PT.
KAO Indonesia, PT. Jaya Baya Raya, PT Lion Wings, PT. Bukit Perak dan PT.
Eco Lab. Sedangkan data produksi diperoleh dari penjumlahan kapasitas produksi
Indonesia yaitu PT. Aktif Indonesia Indah sebesar 70.000 ton/tahun dan PT. KAO
(market demand) untuk linear alkylbenzene sulfonate pada tahun 2020 sebagai
berikut :
=[(21.446,854+110.400)─(6.063,082+74.000)]
Ton/Tahun
= 51.783,772 Ton/Tahun
51.783,772 Ton/Tahun.
Karawang, Jawa Barat merupakan pabrik LAS dengan kapasitas 4.000 ton/tahun
pasar dan kapasitas produksi dari pabrik serupa maka dapat ditentukan kapasitas
pabrik LAS yang akan didirikan yaitu 40.000 ton/tahun. Pendirian pabrik LAS ini
indonesia dan dapat mengurangi jumlah bahan impor dari negara lain serta
Serang (Banten), dan Cilegon (Banten). Dari ketiga alternatif lokasi ditentukan
terlebih dahulu dengan melihat potensi dari aspek ketersediaan bahan baku, tenaga
berdasarkan 4 kategori pokok dengan bobot nilai yang berbeda yaitu bahan baku
(1) dengan bobot nilai adalah 40, tenaga kerja (2) 30, transportasi (3) 20, dan
utilitas (4) 10. Ketiga alternatif lokasi tersebut dilakukan penilaian dengan skala
1-5. Berikut penilaian alternatif lokasi pabrik LAS dengan metode scoring yang
tabel 1.2 penilaian alternatif lokasi pabrik LAS dengan metode scoring
3 × 40 4 × 30 3 × 20 4 × 10
Pandeglang 360
= 120 = 120 = 80 = 40
4 × 40 5 × 30 4 × 20 4 × 10
Serang 430
= 160 = 150 = 80 = 40
5 × 40 4 × 30 5 × 20 4 × 10
Cilegon 460
= 200 = 120 = 100 = 40
Berdasarkan jumlah nilai pada tabel 1.2, alternatif lokasi yang dipilih sebagai
cukup dekat lokasinya. Untuk bahan baku alkylbenzen diperoleh dari PT. Unggul
Indah Cahaya yang berada di Cilegon dan bahan baku oleum diperoleh dari PT.
Indonesian Acids Industry yang berada di Bekasi. Sedangkan bahan baku NaOH
diperoleh dari PT. Asahimas yang berada di Banten. Cilegon menjadi lokasi
alternatif yang tepat karena memiliki jarak yang lebih dekat dengan sumber bahan
baku yaitu bahan baku alkylbenzene dari PT. Unggul Indah Cahaya yang berada
tepat di kawasan Cilegon sedangkan bahan baku oleum dari PT. Indonesian Acids
Industry ke Cilegon berjarak berkisar ± 121 km, Pandeglang ± 129 km dan Serang
± 104 km. Dan bahan baku NaOH diperoleh dari PT. Asahimas ke Cilegon
segi pendidikan cukup menjanjikan untuk direkrut menjadi tenaga kerja. Untuk
perguruan tinggi baik Diploma maupun Sarjana sebanyak 34.381 jiwa sehingga
transportasi darat dan laut yang memadai. Aspek transportasi merupakan salah
II serta berada dalam jalur transportasi darat Merak-Jakarta yang merupakan pintu
seperti air, listrik, steam, dan pendingin sangat mudah untuk diperoleh. Kawasan
sungai terbesar yang dibutuhkan untuk sistem utilitas, maka keperluan air (air
proses, air pendingin atau penghasil steam, perumahan dan lain-lain) dapat
pembangkit listrik yaitu PLTU Suralaya dan PLTU Krakatau Daya Listrik yang
ataupun ion. Terdapat tiga cara yang digunakan untuk proses sulfonasi, yaitu
reaksi sulfonasi dengan H2SO4, gas SO3 dan Oleum 20%. Proses sulfonasi dengan
langsung dengan H2SO4 100% dengan perbandingan mol H2SO4 dan alkylbenzene
1,6:1,8. Pembuatan linear alkylbenzene sulfonate dengan gas SO3 terdiri dari
empat tahap yaitu proses pengeringan udara, produksi gas SO2, konversi gas SO2
dan proses sulfonasi (Kirk and Othmer, 1998). Sedangkan pada proses sulfonasi
dengan oleum yaitu oleum yang digunakan adalah oleum 20% dengan
perbandingan mol alkylbenzene dan oleum 20% adalah 1:1,25 (Peters and
Timmerhaus, 1991).
Dari ketiga cara tersebut pada proses sulfonasi, dalam perancangan ini cara
yang dipilih adalah reaksi sulfonasi dengan menggunakan oleum 20% karena
proses ini penanganannya mudah, biaya produksi relatif lebih murah jika
dibandingkan dengan proses lain, warna dari produk yang dihasilkan terang dan
dihasilkan produk samping H2SO4 yang masih dapat dijual di pasaran (Kirk and
Othmer, 1983). Pada proses ini terjadi di dalam reaktor alir tangki berpengaduk
- Reaksi Sulfonasi
(Groggins, 1958)
- Reaksi Netralisasi
Pada Proses sulfonasi berlangsung pada keadaan eksotermis, dengan suhu reaksi
36-80℃ dan tekanan 1 atm dengan konversi sebesar 98,4%, perbandingan mol
alkylbenzen dan oleum 20% adalah 1:1,25 sedangkan untuk proses netralisasi
menggunakan NaOH 20-50% dengan suhu 51,67 ℃ dan tekanan 1 atm (Peters