Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat, seiring

dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia mengakibatkan

kebutuhan hidup masyarakat juga meningkat. Dalam pemenuhan kebutuhan

hidup masyarakat senantiasa memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar.

Surfaktan merupakan kompenen terpenting dalam kebersihan lingkungan

karena surfaktan memiliki kegunaan dapat mengikat kotoran. Surfaktan yang

sangat luas penggunaanya adalah detergen, detergen banyak digunakan untuk

keperluan rumah tangga maupun keperluan industri, surfaktan yang paling

banyak digunakan untuk memproduksi detergent adalah Linear Alkylbenzene

Sulfonate (LAS). Linear alkylbenzene sulfonate dapat digunakan dalam

industri sebagai bahan aktif pembuatan detergen dan shampo (Ullmann’s,

2005).

Dalam pendirian sebuah pabrik, analisis peluang pasar merukapak faktor

yang perlu diperhatikan untuk mengetahui layak atau tidak pabrik tersebut

didirikan. Data-data untuk analisa tersebut dilihat pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Data Potensi Kebutuhan linear alkylbenzene sulfonate di Indonesia

Produksi Ekspor Konsumsi Impor


Tahun
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
2020 74.000(1) 2.1446,854(2) 110.400(1) 6.063,082(2)
Sumber : (1) Diambil dari beberapa industri
(2) Badan Pusat Statistik
Berdasarkan tabel 1.1 data konsumsi untuk tahun 2020 diperoleh dari

penjumlahan kapasitas produksi dari Industri-industri yang menggunakan produk

linear alkylbenzene sulfonate di Indonesia yaitu PT. Total Chemindo Loka, PT.

KAO Indonesia, PT. Jaya Baya Raya, PT Lion Wings, PT. Bukit Perak dan PT.

Eco Lab. Sedangkan data produksi diperoleh dari penjumlahan kapasitas produksi

dari industri-industri yang memproduksi linear alkylbenzene sulfonate di

Indonesia yaitu PT. Aktif Indonesia Indah sebesar 70.000 ton/tahun dan PT. KAO

Indonesia sebesar 4.000 ton/tahun.

Berdasarkan pada tabel 1.1 perhitungan peluang permintaan pasar

(market demand) untuk linear alkylbenzene sulfonate pada tahun 2020 sebagai

berikut :

Peluang Permintaan Pasar = (Ekspor+Konsumsi)─(Impor+Produksi) Ton/Tahun

=[(21.446,854+110.400)─(6.063,082+74.000)]

Ton/Tahun

= 51.783,772 Ton/Tahun

Hasil perhitungan diatas menunjukan peluang permintaan pasar untuk

produk linear alkylbenzene sulfonate di Indonesia dapat diperkirakan sebesar

51.783,772 Ton/Tahun.

1.2 Kapasitas Produksi

Berdasarkan data hasil analisa peluang permintaan pasar (market demand)

LAS yang diperoleh sebesar 51.783,772 ton/tahun, menunjukkan bahwa peluang

dalam mendirikan pabrik LAS di Indonesia masih besar. Kapasitas produksi


industri serupa untuk LAS adalah PT. KAO Indonesia yang berada di kabupaten

Karawang, Jawa Barat merupakan pabrik LAS dengan kapasitas 4.000 ton/tahun

(www.daftarperusahaanindonesia.com). Berdasarkan analisa peluang permintaan

pasar dan kapasitas produksi dari pabrik serupa maka dapat ditentukan kapasitas

pabrik LAS yang akan didirikan yaitu 40.000 ton/tahun. Pendirian pabrik LAS ini

bertujuan membantu memenuhi kebutuhan pasar baik industri maupun masyarakat

indonesia dan dapat mengurangi jumlah bahan impor dari negara lain serta

memberikan lapangan pekerjaan baru untuk mengurangi jumlah pengangguran.

1.3 Pemilihan lokasi

Dalam pemilihan lokasi dalam perancangan pabrik LAS dilakukan dengan

metode scoring terhadap 3 (tiga) alternatif lokasi, yaitu Pandeglang (Banten),

Serang (Banten), dan Cilegon (Banten). Dari ketiga alternatif lokasi ditentukan

terlebih dahulu dengan melihat potensi dari aspek ketersediaan bahan baku, tenaga

kerja, transportasi, dan utilitas yang diperlukan. Metode scoring dilakukan

berdasarkan 4 kategori pokok dengan bobot nilai yang berbeda yaitu bahan baku

(1) dengan bobot nilai adalah 40, tenaga kerja (2) 30, transportasi (3) 20, dan

utilitas (4) 10. Ketiga alternatif lokasi tersebut dilakukan penilaian dengan skala

1-5. Berikut penilaian alternatif lokasi pabrik LAS dengan metode scoring yang

disajikan pada tabel 1.2.

tabel 1.2 penilaian alternatif lokasi pabrik LAS dengan metode scoring

Alternatif Faktor-faktor yang dipertimbangkan Jumlah


lokasi (1) (2) (3) (4)

3 × 40 4 × 30 3 × 20 4 × 10
Pandeglang 360
= 120 = 120 = 80 = 40

4 × 40 5 × 30 4 × 20 4 × 10
Serang 430
= 160 = 150 = 80 = 40

5 × 40 4 × 30 5 × 20 4 × 10
Cilegon 460
= 200 = 120 = 100 = 40

Berdasarkan jumlah nilai pada tabel 1.2, alternatif lokasi yang dipilih sebagai

tempat pendirian pabrik adalah di Cilegon, Banten. Pemilihan lokasi pabrik

tersebut dikarenakan ketersediaan sumber bahan baku untuk memproduksi LAS

cukup dekat lokasinya. Untuk bahan baku alkylbenzen diperoleh dari PT. Unggul

Indah Cahaya yang berada di Cilegon dan bahan baku oleum diperoleh dari PT.

Indonesian Acids Industry yang berada di Bekasi. Sedangkan bahan baku NaOH

diperoleh dari PT. Asahimas yang berada di Banten. Cilegon menjadi lokasi

alternatif yang tepat karena memiliki jarak yang lebih dekat dengan sumber bahan

baku yaitu bahan baku alkylbenzene dari PT. Unggul Indah Cahaya yang berada

tepat di kawasan Cilegon sedangkan bahan baku oleum dari PT. Indonesian Acids

Industry ke Cilegon berjarak berkisar ± 121 km, Pandeglang ± 129 km dan Serang

± 104 km. Dan bahan baku NaOH diperoleh dari PT. Asahimas ke Cilegon

berjarak berkisar ± 14 km dibandingkan Pandeglang ± 64 km dan Serang ± 39 km.


Kemudian dilihat dari tenaga kerja, penduduk di wilayah tersebut dilihat dari

segi pendidikan cukup menjanjikan untuk direkrut menjadi tenaga kerja. Untuk

pendidikan  minimal SMA / sederajat terdapat sebanyak 137.594 jiwa dan 

perguruan tinggi baik Diploma maupun Sarjana sebanyak 34.381 jiwa sehingga

total sebanyak 171.975 jiwa (BPS Cilegon, 2021).

Kemudian untuk lokasi pabrik, kawasan Cilegon juga memiliki sarana

transportasi darat dan laut yang memadai. Aspek transportasi merupakan salah

satu penilaian dalam pemilihan lokasi untuk mempermudah dalam proses

distribusi bahan baku dan produk. Kawasan tersebut berdekatan dengan

Pelabuhan Merak, Pelabuhan Cigading Habeam Centre, dan Pelabuhan Indonesia

II serta berada dalam jalur transportasi darat Merak-Jakarta yang merupakan pintu

gerbang pulau Jawa dan Sumatera, sehingga mempermudah pendistribusian

produk maupun bahan baku.

Dan faktor utilitas, ketersediaan bahan pendukung dilokasi pabrik tersebut

seperti air, listrik, steam, dan pendingin sangat mudah untuk diperoleh. Kawasan

Cilegon berdekatan dengan sungai Grogol dimana sungai tersebut merupakan

sungai terbesar yang dibutuhkan untuk sistem utilitas, maka keperluan air (air

proses, air pendingin atau penghasil steam, perumahan dan lain-lain) dapat

diperoleh dengan mudah. Selain itu kawasan tersebut memiliki beberapa

pembangkit listrik yaitu PLTU Suralaya dan PLTU Krakatau Daya Listrik yang

dapat memenuhi kebutuhan listrik pabrik

1.4 Informasi Umum Proses


Proses yang digunakan untuk pembuatan linear alkylbenzene sulfonate adalah

proses sulfonasi, proses sulfonasi adalah reaksi kimia yang melibatkan

penggabungan gugus fungsi asam sulfonat (-SO3H) ke dalam suatu molekul

ataupun ion. Terdapat tiga cara yang digunakan untuk proses sulfonasi, yaitu

reaksi sulfonasi dengan H2SO4, gas SO3 dan Oleum 20%. Proses sulfonasi dengan

menggunakan H2SO4 tidak menggunakan katalis dan alkylbenzene direaksikan

langsung dengan H2SO4 100% dengan perbandingan mol H2SO4 dan alkylbenzene

1,6:1,8. Pembuatan linear alkylbenzene sulfonate dengan gas SO3 terdiri dari

empat tahap yaitu proses pengeringan udara, produksi gas SO2, konversi gas SO2

dan proses sulfonasi (Kirk and Othmer, 1998). Sedangkan pada proses sulfonasi

dengan oleum yaitu oleum yang digunakan adalah oleum 20% dengan

perbandingan mol alkylbenzene dan oleum 20% adalah 1:1,25 (Peters and

Timmerhaus, 1991).

Dari ketiga cara tersebut pada proses sulfonasi, dalam perancangan ini cara

yang dipilih adalah reaksi sulfonasi dengan menggunakan oleum 20% karena

proses ini penanganannya mudah, biaya produksi relatif lebih murah jika

dibandingkan dengan proses lain, warna dari produk yang dihasilkan terang dan

dihasilkan produk samping H2SO4 yang masih dapat dijual di pasaran (Kirk and

Othmer, 1983). Pada proses ini terjadi di dalam reaktor alir tangki berpengaduk

(RATB). Reaksi yang terjadi:

- Reaksi Sulfonasi

C6H5C12H25 + H2SO4.xSO3 C12H25C6H4SO3H + H2SO4

(Groggins, 1958)
- Reaksi Netralisasi

C12H25C6H4SO3H + NaOH C12H25C6H4SO3Na + H2O

(Peters and Timmerhaus, 1991)

Pada Proses sulfonasi berlangsung pada keadaan eksotermis, dengan suhu reaksi

36-80℃ dan tekanan 1 atm dengan konversi sebesar 98,4%, perbandingan mol

alkylbenzen dan oleum 20% adalah 1:1,25 sedangkan untuk proses netralisasi

menggunakan NaOH 20-50% dengan suhu 51,67 ℃ dan tekanan 1 atm (Peters

and Timmerhaus, 1991).

Anda mungkin juga menyukai