3 PB
3 PB
1 Januari 2016
Oleh:
Wasisto Raharjo Jati
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis mengenai cyberspace sebagai ruang publik
baru bagi kelas menengah Indonesia. Konsep lama ruang publik berasal dari Habermas
yang menilai ruang tersebut merupakan bagian dari proses komunikasi dan advokasi
publik. Ruang tersebut dipahami sebagai ruang inklusif, deliberatif, dan juga partisipatif
yang mendorong publik untuk berdiskusi satu sama lain. Kemunculan cyberspace
melalui sosial media ini menarik untuk dicermati karena mampu mentransformasi
ruang publik dalam bentuk digital. Dibandingkan dengan ruang publik, cyberspace
mampu menarik perhatian bagi setiap segmen publik untuk komunikasi dan
berinteraksi kapanpun dan dimanapun. Dari situlah kemudian proses kesadaran politik
kelas menengah kemudian tercipta. Artikel ini akan mengelaborasi lebih lanjut
mengenai aktivisme politik online di Indonesia.
Abstract
Article aims to analyze cyberspace as new public sphere among Indonesian middle class.
Previous public sphere concet came from Habermas who argued sphere is a manifestation
of public communication and advocacy process. This sphere is understood in favour of
inclusice, deliberative, and participatory sphere which endorsed public to discuss each
other. The emergence of cyberspace through social media is interesting to discuss,
especially in order to analyze the transformation of public sphere in digital form.
Compared with pybluc sphere, cyberspace is able to attract mass attention for
communicating and participating in everytime and everywhere resulted in political
awareness. This article seeks to elaborate more deeply on the case of online activism
among Indonesian middle class.
Keywords: Online Activism, Indonesian Middle Class, Political Awareness.
25
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Wasisto Raharjo Jati
Cyberpsace, Internet dan Ruang Publik Baru: Aktivisme Online Politik Kelas Menengah Indonesia
26
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Wasisto Raharjo Jati
Cyberpsace, Internet dan Ruang Publik Baru: Aktivisme Online Politik Kelas Menengah Indonesia
28
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Wasisto Raharjo Jati
Cyberpsace, Internet dan Ruang Publik Baru: Aktivisme Online Politik Kelas Menengah Indonesia
30
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Wasisto Raharjo Jati
Cyberpsace, Internet dan Ruang Publik Baru: Aktivisme Online Politik Kelas Menengah Indonesia
32
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Wasisto Raharjo Jati
Cyberpsace, Internet dan Ruang Publik Baru: Aktivisme Online Politik Kelas Menengah Indonesia
yang sifatnya hiburan daripada berita kelas menengah politis, dimensi lesiure
politik. Dengan demikian sebenarnya and pleasure yang dimiliki oleh kelas
terdapat dua pola aktivisme kelas menengah apolitis lebih tinggi. Mereka
menengah yang bisa dibaca dalam kasus lebih menggunakan sosial media
media sosial sebagai cyberspace,melalui sebagai sarana untuk memperkuat
tabulasi berikut ini. konsolidasi dan eksklusifitas kelompok
dibandingkan untuk membentuk
Tabel 2: Komparasi Aktivisme Online
Kelas Menengah Indonesia gerakan politik. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat
No Parameter Kelas Kelas
Aktivisme Menengah Menengah
berbagai tahapan dalam menganalisis
Politis Apolitis gerakan politik kelas menengah politis
tersebut. Adapun analisis mengenai
1 Tema dan Isu Isu-Isu Politis Gaya Hidup &
Pembentuk dan Ekonomi Hiburan tahapan geraka kelas menengah politis
Gerakan disesuaikan dengan kasus gerakannya
2 Orientasi Kelompok Kelompok
dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
Gerakan Penekan Kepentingan
(pressure (interest Pertama¸ kesadaran politik
groups) groups) (political awareness) dalam kasus kelas
3 Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
menengah Indonesia sebenarnya bisa
Membentuk akan prestasi akan eksis dilacak dari kasus Prita vs Omni yang
Gerakan (need to (need to exist) mengemuka pada tahun 2009-2010.
achievement)
Kasus tersebut begitu meyita perhatian
4 Sifat Gerakan Inklusif dan Esklusif dan netizen, terlebih lagi karena alasan
Komunal Elitis penangkapan Prita dikarenakan keluhan
5 Relasi Oposisi- Dependen atas pelayanan medis rumah sakit yang
dengan Konstuktif buruk. Prita dijerat melalui Pasal 27
Negara
ayat 3 dalam UU ITE dengan tuduhan
Sumber: Diolah berbagai sumber data melakukan pencemaran nama baik.
Kondisi diskriminasi yang dialami oleh
Tabulasi tersebut mengindikasikan
Prita itulah yang kemudian mendorong
bahwa cyberspace berbasis media sosial
netizen membentuk adnaya gerakan
telah menciptakan adanya digital devide
moral untuk melawan kesewenang-
dan juga digital sectionalism dalam kelas
wenangan tersebut. Adanya gerakan
menengah Indonesia. Munculnya kelas
politik dengan tagar #KoinCintaPrita
menengah politis lahir dikarenakan
tersebut mengindikasikan sosial media
adanya kesadaran politik yang
tampil sebagai pemantik gerakan yang
dilahirkan dari proses sosialisasi dan
cukup efektif dalam menarik atensi
komunikasi isu-isu kritis di media sosial.
kelas menengah Indonesia. Semula
Sedangkan kelas menengah apolitis
gerakan #KoinCintaPrita sendiri hanya
merupakan bagian dari proses
bernuansa gerakan moral berkembang
kontinuitas, atau mungkin bisa
menjadi gerakan politik yang kemudian
dikatakan sebagai digitalisasi konsumsi
mampu untuk menekan proses
yang didorong oleh sosial media.
peradilan bahwa Prita sendiri tidak
Konsumsi komoditas merupakan bentuk
bermasalah/ Hasilnya kemudian adanya
manifestasi identitas bagi kelompok
PK (Peninjauan Kembali) oleh
yang kemudian menghasilkan
Mahkamah Agung pada September 2012
segeregasi kelas menengah tersebut
membebaskan Prita dari segela
antara yang kelas menengah atas, kelas
tuduhan.
menengah-menengah, dan juga kelas
menengah bawah. Dibandingkan dengan
33
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Wasisto Raharjo Jati
Cyberpsace, Internet dan Ruang Publik Baru: Aktivisme Online Politik Kelas Menengah Indonesia
34
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Wasisto Raharjo Jati
Cyberpsace, Internet dan Ruang Publik Baru: Aktivisme Online Politik Kelas Menengah Indonesia
35