DISUSUN OLEH :
Putu Krisna Mirahnda Sari (1707612001)
Sagung Ina Nurachma M. (1707612003)
Anita Suryani (1707612004)
Sunitha Devi (1707612012)
2018
TEORI ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERETIKA
“KASUS FORD PINTO”
A. KasusFord Pinto
Setelah menyelesaikan pendidikan MBA di tahun 1972, Dennis A Gioia
diterima bekerja di perusahaan impiannya, yaitu Ford Motor Company. Sebagai
generasi yang tumbuh di tahun 1960an, ia aktif terlibat dalam demonstrasi anti perang
Vietnam dan berbagai gerakan protes lainnya. Ia tumbuh menjadi orang yang sangat
berprinsip dan siap untuk mengubah dunia. Keputusannya untuk bekerja di Ford
bertujuan untuk mengubah Ford dari dalam agar menjadi perusahaan yang tidak
hanya memikirkan laba semata.
Tak lama kemudian, Gioia terbenam dalam keasyikan bekerja, menaklukan
satu tantangan ke tantangan lain, berlomb dengan pegawai baru lainnya untuk
mendapat pengakuan sebagai “bintang yang cemerlang”. Ia pun dengan cepa
dipromosikan menjad Field Recall Coordinator yang mengumpulkan informasi
terkait dengan kemungkinan terjadinya masalah pada kendaraan dan memberikan
rekomendasi untuk menarik kembali mobil-mobil yang sudah terjual. Jabatan ini
penting karena keputusannya dapat mempengaruhi keselamatan orang banyak.
Awalnya Gioia sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Ia
mempertimbangkan banyak aspek, yang sampai membuatnya susah tidur. Namun,
dengan berjalannya waktu, ia semakin terampil dalam pengambilan keputusan,
dengan menyederhanakan kriteria, hanya memperhatikan beberapa factor kunci.
Kebetulan ketika itu perusahaan menghadapi tekanan persaingan dari Jepang yang
mengakibatkan penurunan produksi yang signifikan dan pengurangan pekerja.
Dengan demikian pertimbangan kelangsungan hidup perusahaan menjadi dominan,
termasuk ketika ia merekomendasikan Ford Pinto, salah satu dari sedikit andalan
perusahaan, tidak perlu ditarik kembali. Padahal telah jatuh beberapa korban yang
terbakar karena adanya kesalahan dalam disain dan penekanan biaya produksi. Kasus
Ford Pinto menjadi suatu kontroversi. Ford dituduh mengorbankan keselamatan
penumpang atas nama efisiensi. Gioia, setelah keluar dari perusahaan, mengakui
keputusannya merupakan keputusan yang tidak etis. Namun semasa ia bekerja di
perusahaan ia tidak memiliki sedikit keraguan. Paket system, organisasi, lingkungan
kerja, dan budaya perusahaan berhasil mengubah Gioia menjadi orang yang
sebetulnya tidak disukainya, tanpa disadarinya.
B. Analisis Kasus Dikaitkan dengan Teori Etika
1. Menurut Brooks dan Dunn (2012) terdapat tiga dasar bagi manusia untuk
melakukan tindakan beretika, yaitu agama, hubungan dengan pihak lain, dan
persepsi tentang diri sendiri. Kasus Ford Pinto jika dikaitkan dengan pandangan
Brooks dan Dunn (2012) tersebut, maka dapat dikatakan bahwa:
a. Keputusan yang diambil dan dijalankan oleh Gioia telah melanggar atau
bertentangan dengan ajaran etika atau dasar tindakan beretika menurut agama.
Keputusan Gioia untuk melakukan tindakan tidak menarik kembali Ford Pinto
yang didesain tidak memenuhi standar safety dengan tujuan untuk dapat
menekan biaya produksi, justru berdampak kerugian bagi orang lain, yaitu
adanya korban yang terbakar saat menggunakan Ford Pinto. Ajaran agama
telah mengatur dan memberi petunjuk mengenai seluruh tindakan manusia di
dunia yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Ajaran agama menekankan
agar manusia bertindak tidak hanya berdasarkan rasionya tetapi juga
berdasarkan rasa yang ada dalam dirinya sehingga manusia tidak akan menjadi
makhluk egois yang hanya mengandalkan rasionya. Keegoisan yang muncul
dari dalam diri Gioia tercermin dari pengambilan keputusannya yang hanya
memberikan manfaat bagi perusahaannya sendiri dan dirinya dengan tidak
memperdulikan kerugian bagi pihak lain. Kepekaan rasa yang ada dalam diri
Gioia untuk memperhatikan kebaikan bagi orang lain yang juga seharusnya
digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan telah
dikalahkan oleh sikap keegoisannya tersebut sehingga Gioia melupakan
eksistensi sosialnya.
b. Keputusan yang diambil dan dijalankan oleh Gioia telah melanggar dasar etika
yang berkaitan dengan hubungan dengan pihak lain. Dasar etika, yaitu
hubungan dengan pihak lain menggambarkan bahwa manusia minimal tidak
merugikan pihak lain dan yang terbaik dilakukan adalah memberikan manfaat
kepada orang lain. Dalam kasus Ford Pinto, keputusan Gioia sangat merugikan
pihak eksternal perusahaan, yaitu para konsumennya atau para pengguna Ford
Pinto. Tidak ada manfaat yang diberikan untuk para konsumen atas keputusan
Gioia, tetapi justru keselamatan konsumen yang dipertaruhkan dalam
keputusannya.
c. Keputusan yang diambil dan dijalankan oleh Gioia telah melanggar dasar etika
yang berkaitan dengan persepsi tentang diri sendiri. Manusia melakukan
tindakan beretika untuk kepentingan diri sendiri (self interest) yang
berdasarkan asumsi bahwa manusia sebetulnya memiliki sifat mementingkan
diri sendiri. Manusia berupaya melakukan tindakan yang memberikan manfaat
bagi dirinya sendiri. Pada kasus Ford Pinto, Gioia telah melanggar dasar etika
yang berkaitan dengan persepsi tentang diri sendiri, apalagi Gioia awalnya
merupakan orang berprinsip yang tadinya aktif dalam gerakan protes demi
kemanusiaan. Gioia telah melakukan pengambilan keputusan yang tidak etis
yang akan berakibat tidak hanya merugikan perusahaan, namun juga merugikan
pihak lainnya termasuk dirinya sendiri secara tidak disadarinya. Lingkungan
kerja dan budaya perusahaan telah mengubah Gioia menjadi orang yang egois
melalui keputusannya yang hanya memberikan manfaat bagi perusahaannya
saja dengan tidak memperdulikan keselamatan pihak lain. Tanpa disadari
perubahan sikap tersebut sesungguhnya berdampak buruk bagi diri Gioia
karena prinsip-prinsip kemanusiaan yang melekat kuat pada diri Gioia menjadi
hilang dan Gioia menjadi orang yang sebetulnya tidak disukainya pada saat itu.
Gioia pun keluar dari perusahaan dengan penuh kesadaran mengakui bahwa
keputusannya merupakan keputusan yang tidak etis.
3. Menurut teori teleologi, suatu keputusan yang secara etika benar akan
memberikan hasil yang positif sedangkan keputusan yang secara etika salah
adalah keputusan dengan hasil negatif. Berdasarkan teori teleologi tersebut dapat
dikatakan bahwa keputusan Gioia merupakan keputusan yang secara etika
memberikan dampak yang negatif atau salah karena hasil dari keputusan Gioia
menyebabkan penderitaan, rasa sakit, ketidakbahagiaan bagi korban yang terbakar
saat menggunakan Ford Pinto, serta hasil keputusannya tidak mencerminkan
kepedulian terhadap konsumen. Keputusan Gioia juga dapat dikatakan
mencerminkan sikap hedonisme, yaitu mengejar kesenangan individual
(kelompok tertentu). Keputusan Gioia tidak mencerminkan utilitarianisme yang
juga seharusnya memperhatikan kesenangan pada tingkat masyarakat. Keputusan
Gioia hanya berfokus untuk kebaikan bagi perusahaannya saja dan mengabaikan
pihak lain yang dipengaruhi oleh keputusannya yaitu masyarakat sebagai
konsumen. Dalam konsep utilitarianisme, kesenangan dari pengambil keputusan
dan pihak lain yang dipengaruhi oleh keputusan tersebut harus diperhatikan,
namun bobot terbesar bukan kesenangan untuk pihak pengambil keputusan.
Utilitarianisme yang disalah artikan hanya berorientasi pada hasil juga dapat
mendorong seseorang untuk menghalalkan segala cara. Keputusan Gioia untuk
tidak menarik kembali Ford Pinto sesungguhnya dapat dikatakan memiliki tujuan
yang mulia, yaitu untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan tetapi Gioia
menggunakan cara yang salah. Tidak ada pembenaran (rasionalisasi) untuk
pemilihan cara yang salah, dan secara etika Gioia bersama-sama dengan seluruh
manajemen seharusnya mengupayakan cara lain untuk menyelamatkan
perusahaan.