Anda di halaman 1dari 11

TEORI ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERETIKA

“KASUS FORD PINTO”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah EtikaProfesi

DISUSUN OLEH :
Putu Krisna Mirahnda Sari (1707612001)
Sagung Ina Nurachma M. (1707612003)
Anita Suryani (1707612004)
Sunitha Devi (1707612012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA BALI

2018
TEORI ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERETIKA
“KASUS FORD PINTO”

A. KasusFord Pinto
Setelah menyelesaikan pendidikan MBA di tahun 1972, Dennis A Gioia
diterima bekerja di perusahaan impiannya, yaitu Ford Motor Company. Sebagai
generasi yang tumbuh di tahun 1960an, ia aktif terlibat dalam demonstrasi anti perang
Vietnam dan berbagai gerakan protes lainnya. Ia tumbuh menjadi orang yang sangat
berprinsip dan siap untuk mengubah dunia. Keputusannya untuk bekerja di Ford
bertujuan untuk mengubah Ford dari dalam agar menjadi perusahaan yang tidak
hanya memikirkan laba semata.
Tak lama kemudian, Gioia terbenam dalam keasyikan bekerja, menaklukan
satu tantangan ke tantangan lain, berlomb dengan pegawai baru lainnya untuk
mendapat pengakuan sebagai “bintang yang cemerlang”. Ia pun dengan cepa
dipromosikan menjad Field Recall Coordinator yang mengumpulkan informasi
terkait dengan kemungkinan terjadinya masalah pada kendaraan dan memberikan
rekomendasi untuk menarik kembali mobil-mobil yang sudah terjual. Jabatan ini
penting karena keputusannya dapat mempengaruhi keselamatan orang banyak.
Awalnya Gioia sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Ia
mempertimbangkan banyak aspek, yang sampai membuatnya susah tidur. Namun,
dengan berjalannya waktu, ia semakin terampil dalam pengambilan keputusan,
dengan menyederhanakan kriteria, hanya memperhatikan beberapa factor kunci.
Kebetulan ketika itu perusahaan menghadapi tekanan persaingan dari Jepang yang
mengakibatkan penurunan produksi yang signifikan dan pengurangan pekerja.
Dengan demikian pertimbangan kelangsungan hidup perusahaan menjadi dominan,
termasuk ketika ia merekomendasikan Ford Pinto, salah satu dari sedikit andalan
perusahaan, tidak perlu ditarik kembali. Padahal telah jatuh beberapa korban yang
terbakar karena adanya kesalahan dalam disain dan penekanan biaya produksi. Kasus
Ford Pinto menjadi suatu kontroversi. Ford dituduh mengorbankan keselamatan
penumpang atas nama efisiensi. Gioia, setelah keluar dari perusahaan, mengakui
keputusannya merupakan keputusan yang tidak etis. Namun semasa ia bekerja di
perusahaan ia tidak memiliki sedikit keraguan. Paket system, organisasi, lingkungan
kerja, dan budaya perusahaan berhasil mengubah Gioia menjadi orang yang
sebetulnya tidak disukainya, tanpa disadarinya.
B. Analisis Kasus Dikaitkan dengan Teori Etika
1. Menurut Brooks dan Dunn (2012) terdapat tiga dasar bagi manusia untuk
melakukan tindakan beretika, yaitu agama, hubungan dengan pihak lain, dan
persepsi tentang diri sendiri. Kasus Ford Pinto jika dikaitkan dengan pandangan
Brooks dan Dunn (2012) tersebut, maka dapat dikatakan bahwa:
a. Keputusan yang diambil dan dijalankan oleh Gioia telah melanggar atau
bertentangan dengan ajaran etika atau dasar tindakan beretika menurut agama.
Keputusan Gioia untuk melakukan tindakan tidak menarik kembali Ford Pinto
yang didesain tidak memenuhi standar safety dengan tujuan untuk dapat
menekan biaya produksi, justru berdampak kerugian bagi orang lain, yaitu
adanya korban yang terbakar saat menggunakan Ford Pinto. Ajaran agama
telah mengatur dan memberi petunjuk mengenai seluruh tindakan manusia di
dunia yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Ajaran agama menekankan
agar manusia bertindak tidak hanya berdasarkan rasionya tetapi juga
berdasarkan rasa yang ada dalam dirinya sehingga manusia tidak akan menjadi
makhluk egois yang hanya mengandalkan rasionya. Keegoisan yang muncul
dari dalam diri Gioia tercermin dari pengambilan keputusannya yang hanya
memberikan manfaat bagi perusahaannya sendiri dan dirinya dengan tidak
memperdulikan kerugian bagi pihak lain. Kepekaan rasa yang ada dalam diri
Gioia untuk memperhatikan kebaikan bagi orang lain yang juga seharusnya
digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan telah
dikalahkan oleh sikap keegoisannya tersebut sehingga Gioia melupakan
eksistensi sosialnya.
b. Keputusan yang diambil dan dijalankan oleh Gioia telah melanggar dasar etika
yang berkaitan dengan hubungan dengan pihak lain. Dasar etika, yaitu
hubungan dengan pihak lain menggambarkan bahwa manusia minimal tidak
merugikan pihak lain dan yang terbaik dilakukan adalah memberikan manfaat
kepada orang lain. Dalam kasus Ford Pinto, keputusan Gioia sangat merugikan
pihak eksternal perusahaan, yaitu para konsumennya atau para pengguna Ford
Pinto. Tidak ada manfaat yang diberikan untuk para konsumen atas keputusan
Gioia, tetapi justru keselamatan konsumen yang dipertaruhkan dalam
keputusannya.
c. Keputusan yang diambil dan dijalankan oleh Gioia telah melanggar dasar etika
yang berkaitan dengan persepsi tentang diri sendiri. Manusia melakukan
tindakan beretika untuk kepentingan diri sendiri (self interest) yang
berdasarkan asumsi bahwa manusia sebetulnya memiliki sifat mementingkan
diri sendiri. Manusia berupaya melakukan tindakan yang memberikan manfaat
bagi dirinya sendiri. Pada kasus Ford Pinto, Gioia telah melanggar dasar etika
yang berkaitan dengan persepsi tentang diri sendiri, apalagi Gioia awalnya
merupakan orang berprinsip yang tadinya aktif dalam gerakan protes demi
kemanusiaan. Gioia telah melakukan pengambilan keputusan yang tidak etis
yang akan berakibat tidak hanya merugikan perusahaan, namun juga merugikan
pihak lainnya termasuk dirinya sendiri secara tidak disadarinya. Lingkungan
kerja dan budaya perusahaan telah mengubah Gioia menjadi orang yang egois
melalui keputusannya yang hanya memberikan manfaat bagi perusahaannya
saja dengan tidak memperdulikan keselamatan pihak lain. Tanpa disadari
perubahan sikap tersebut sesungguhnya berdampak buruk bagi diri Gioia
karena prinsip-prinsip kemanusiaan yang melekat kuat pada diri Gioia menjadi
hilang dan Gioia menjadi orang yang sebetulnya tidak disukainya pada saat itu.
Gioia pun keluar dari perusahaan dengan penuh kesadaran mengakui bahwa
keputusannya merupakan keputusan yang tidak etis.

2. Thomas Hobbes (1588-1679) dan Adam Smith (1723-1790)berargumen bahwa


enlightened self interest merupakan dasar untuk tindakan beretika. Thomas
Hobbes dan Adam Smith memiliki keyakinan bahwa pada dasarnya manusia
memiliki sifat self interest dan harus dimanfaatkan untuk kebaikan. Jika untuk
mempertahankan kehidupannya manusia berupaya untuk menghalalkan segala
cara maka yang terjadi adalah konflik dan kekacauan, tetapi jika dengan
menciptakan perdamaian kehidupan akan lebih baik dalam jangka yang lebih
panjang, lebih aman, dan lebih pasti. Setiap orang harus menerima aturan yang
membatasi kebebasan dan tidak lagi mengejar tujuan pribadi jika tujuan tersebut
memberikan dampak negatif bagi orang lain. Kasus Ford Pinto jika dikaitkan
dengan pandangan Thomas Hobbes dan Adam Smith tersebut maka dapat
dikatakan bahwa:
Keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh Gioia mencerminkan keputusan
dan tindakan yang hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek. Tanpa
disadari keputusannya untuk melakukan tindakan tidak menarik kembali
Ford Pinto yang didesain tidak memenuhi standar safety sehingga berdampak
kerugian bagi orang lain, yaitu adanya korban yang terbakar saat
menggunakan Ford Pinto justru dapat menimbulkan ketidakpercayaan
konsumen terhadap kualitas seluruh produk yang dihasilkan oleh Ford Motor
Company. Ketidakpercayaan konsumen terhadap kualitas produk Ford Motor
Company justru akan menyebabkan Ford Motor Company ditinggalkan oleh
konsumen sehingga untuk perkembangan perusahaan jangka panjang justru
hal ini akan mengancam going concern perusahaan. Sifat self interest yang
dimiliki oleh Gioia tidak dimanfaatkan untuk kebaikan banyak orang. Self
interest tersebut seharusnya mendorong terciptanya kerjasama ekonomi.
Untuk dapat memenangkan persaingan dan memaksimumkan keuntungan
jangka panjang, Gioia seharusnya mempertimbangkan etika dalam
membatasi perilaku oportunistiknya yang akan mengawasi sikap egoisme
yang tidak terkendali. Gioia seharusnya menggunakan semua keterampilan
dan pengalamannya dalam mempertimbangkan atau memikirkan solusi
terbaik dalam keputusannya untuk mengatasi permasalahan perusahaan
dengan meninjau berbagai aspek, yaitu tidak hanya dari sudut pandang
perusahaan tetapi juga memandang dari segi aspek kepentingan untuk banyak
orang termasuk konsumen. Apalagi keputusan awal Gioia bekerja di Ford
Motor Company adalah untuk mengubah dari dalam agar perusahaan tidak
hanya memikirkan laba semata. Perusahaan dapat melakukan efisiensi
melalui spesialisasi dan kerjasama ekonomi antara perusahaan sebagai
penjual dengan konsumen. Pihak manajemen dapat memikirkancara untuk
memproduksi barang yang terbaik sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
konsumen dengan kualitas yang baik, serta juga dapat memikirkan desain
spesialisasi produk/ kekhasan produk yang menjadi daya tarik konsumen,
dengan harga jual yang dapat dijangkau oleh konsumen, sehingga dengan
cara ini perusahaan dapat bertahan dalam persaingan. Ketika konsumen telah
memperoleh kepuasan yang sebesar-besarnya maka disinilah sesungguhnya
kunci bagi perusahaan penjual untuk memperoleh laba yang sebesar-
besarnya. Kepuasan konsumen adalah salah satu kunci penggerak
pertumbuhan laba perusahaan.

3. Menurut teori teleologi, suatu keputusan yang secara etika benar akan
memberikan hasil yang positif sedangkan keputusan yang secara etika salah
adalah keputusan dengan hasil negatif. Berdasarkan teori teleologi tersebut dapat
dikatakan bahwa keputusan Gioia merupakan keputusan yang secara etika
memberikan dampak yang negatif atau salah karena hasil dari keputusan Gioia
menyebabkan penderitaan, rasa sakit, ketidakbahagiaan bagi korban yang terbakar
saat menggunakan Ford Pinto, serta hasil keputusannya tidak mencerminkan
kepedulian terhadap konsumen. Keputusan Gioia juga dapat dikatakan
mencerminkan sikap hedonisme, yaitu mengejar kesenangan individual
(kelompok tertentu). Keputusan Gioia tidak mencerminkan utilitarianisme yang
juga seharusnya memperhatikan kesenangan pada tingkat masyarakat. Keputusan
Gioia hanya berfokus untuk kebaikan bagi perusahaannya saja dan mengabaikan
pihak lain yang dipengaruhi oleh keputusannya yaitu masyarakat sebagai
konsumen. Dalam konsep utilitarianisme, kesenangan dari pengambil keputusan
dan pihak lain yang dipengaruhi oleh keputusan tersebut harus diperhatikan,
namun bobot terbesar bukan kesenangan untuk pihak pengambil keputusan.
Utilitarianisme yang disalah artikan hanya berorientasi pada hasil juga dapat
mendorong seseorang untuk menghalalkan segala cara. Keputusan Gioia untuk
tidak menarik kembali Ford Pinto sesungguhnya dapat dikatakan memiliki tujuan
yang mulia, yaitu untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan tetapi Gioia
menggunakan cara yang salah. Tidak ada pembenaran (rasionalisasi) untuk
pemilihan cara yang salah, dan secara etika Gioia bersama-sama dengan seluruh
manajemen seharusnya mengupayakan cara lain untuk menyelamatkan
perusahaan.

4. Teori deontologi mengevaluasi perilaku beretika berdasarkan motivasi dari


pengambil keputusan. Immanuel Kant (1724-1804) yang merupakan tokoh utama
dalam teori deontologi berpendapat bahwa kebaikan yang tidak terbantahkan
adalah niat baik dan niat baik terwujud jika suatu tindakan dilakukan hanya untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban yang didalamnya terdapat kesadaran dan
ketaatan terhadap hukum dan aturan. Hukum pertama yang diperkenalkan oleh
Kant adalah categorical imperative, yang merupakan prinsip utama dari moralitas.
Hukum ini menuntut kita untuk bertindak dengan mempertimbangkan bahwa
orang lain yang berada dalam situasi yang sama akan melakukan tindakan yang
sama. Dalam teori deontologi juga diperkenalkan hukum practical imperative
yang menyatakan bahwa kita harus bertindak positif untuk mencapai tujuan kita
namun kita memiliki tugas atau kewajiban untuk menolong orang lain mencapai
tujuannya. Berdasarkan teori deontologi tersebut dapat dikatakan bahwa
keputusan Gioia merupakan keputusan yang tidak berdasarkan motivasi yang baik
atau niat baik karena di dalam keputusannya tersebut tidak mencerminkan
kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan aturan yang harus ditaati, bersifat
tidak bersyarat dan absolut. Secara hukum dan aturan, produk yang secara nyata
dan terbukti telah menyebabkan adanya korban dan berdampak buruk bagi
keselamatan banyak orang seharusnya segera ditarik kembali agar tidak
menimbulkan lebih banyak lagi korban. Gioia justru mempertahankan peredaran
produk Ford Pinto tersebut meskipun telah menyebabkan beberapa korban yang
terbakar karena adanya kesalahan dalam desain dan penekanan biaya produksi.
Keputusan Gioia memang dapat dikatakan sebagai tindakan positif untuk
mempertahankan perusahaan tetapi Gioia tidak menjalankan tugas dan
kewajibannya untuk menolong orang lain mencapai tujuannya yaitu menolong
konsumen untuk mendapatkan kepuasan yang maksimum dengan kualitas yang
baik dan terhindar dari bahaya. Atas dasar tersebut maka keputusan Gioia dapat
dikatakan menyimpang dari hukum categorical imperativemaupunpractical
imperative.

5. Menurut teori Justice and Fairness, masyarakat dibentuk dengan sikap


mementingkan diri sendiri tetapi tidak dapat menghidupi diri sendiri sehingga
harus bekerjasama dengan orang lain untuk dapat bertahan hidup dan
meningkatkan kesejahteraan (David Hume, 1711-1776). Berdasarkan filosofi
tersebut seharusnya dalam mengambil keputusan Gioia tidak hanya
memperhatikan faktor internal untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan karena masih terdapat faktor eksternal yang juga harus diajak
bekerjasama untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan
untuk membantu meningkatkan kesejahteraan. Faktor eksternal tersebut seperti
pemasok dan konsumen atau pelanggan. Perusahaan seharusnya dapat bersinergi
dengan para pemasoknya sehingga didapatkan pemasok terbaik dengan harga
paling bersaing dan dengan kualitas terbaik untuk membantu dalam hal efisiensi
biaya bahan. Perusahaan juga harus memperhatikan kepuasan pelanggan yang
akan menjadi sumber income perusahaan. Perhatikan hal-hal yang dapat
membantu mempertahankan pelanggan lama bahkan memikirkan cara untuk
menarik pelanggan baru. Jika pelanggan lama dikecewakan maka pelanggan baru
pun tidak akan berdatangan atau tidak akan bertahan lama.
6. Virtue ethics berasal dari pemikiran Aristoteles yang menggambarkan kebahagiaan
sebagai kegiatan jiwa bukan kegiatan fisik. Kebahagiaan akan tercapai dengan
kehidupan yang penuh kebajikan. Virtue ethics berfokus pada karakter moral dari
pengambil keputusan bukan konsekuensi dari keputusan atau motivasi dari
pengambil keputusan. Sebuah virtue yang menjadi kunci dalam bisnis adalah
integritas yang meliputi kejujuran dan ketulusan. Pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh Gioia tidak mencerminkan virtue ethics karena tidak
mencerminkan karakter moral yang baik atau tidak ada kebajikan atau kebaikan
yang tercermin dari keputusannya. Fokus Gioia terhadap kelangsungan hidup
perusahaan telah membuat Gioia kehilangan virtue yang sebenarnya ada dalam
dirinya dan telah terpengaruh oleh keadaan internal yang ada di dalam organisasi
tempatnya bekerja.

C. Analisis Kasus Dikaitkan dengan Pengambilan Keputusan Beretika


Gioia seharusnya dapat menggunakan beberapa pedoman agar keputusannya
tetap mempertahankan nilai etika yaitu dengan menggunakan pedoman:
1. Sniff Tests yaitu melalui beberapa tes pertanyaan seperti :
a. Apakah saya (Gioia) merasa nyaman jika keputusannya yang menyebabkan
banyak korban terbakar muncul di halaman pertama surat kabar nasional
maupun internasional?
b. Apakah saya (Gioia) bangga akan keputusan ini yang mengancam
keselamatan banyak orang?
c. Apakah orang tua atau ibu saya (Gioia) akan bangga dengan keputusannya?
d. Apakah keputusan saya (Gioia) telah sesuai dengan kode etik perusahaan?
e. Apakah saya (Gioia) nyaman dengan keputusan ini?
Selain itu juga dapat digunakan Rules of Thumb yang terdiri dari: golden rule
(jangan perlakukan orang lain buruk jika anda tidak ingin diperlakukan buruk),
disclosure rule (apakah anda tidak keberatan jika orang lain atau keluarga anda
mengetahui tindakan anda?), intuition ethics (lakukan apa yang kata hati anda
lakukan), categorical imperative (prinsip ini secara konsisten juga diterapkan
orang lain), proffesional ethics (lakukan yang hanya dapat dijelaskan dan
dipertanggungjawabkan dengan komite), prinsip utilitarian (lakukan yang terbaik
dan paling bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang) prinsip virtue (lakukan apa
yang dapat menggambarkan virtue yang diharapkan).
2. Stakeholder impact analysis yang terdiri dari :
a. Analisis kepentingan dari masing-masing pemangku kepentingan (hal ini tidak
diperhatikan Gioia karena kepentingan konsumen diabaikan).
b. Hitung dampak yang dapat dikuantifikasi :
1. Laba, terutama laba yang akan berkurang karena reputasi Ford Motor
Company yang menjadi turun dengan produk Ford Pinto yang
membahayakan konsumennya.
2. Dampak yang tidak tercakup dalam laba namun dapat diukur langsung
seperti biaya kerusakan lingkungan akibat tidak dilakukan pengolahan
limbah
3. Dampak yang tidak tercakup dalam laba dan tidak dapat diukur langsung
seperti dalam keputusan Gioia tidak memperhatikan biaya pengobatan atas
kondisi kesehatan yang mungkin terjadi kepada konsumen akibat terbakar
oleh penggunaan Ford Pinto)
4. Hitung net present value dari selisih present value dari benefit (keuntungan
dari tidak menarik kembali Ford Pinto yang didesain dengan sangat
efisien) dengan present value dari biaya akibat tindakan yang sedang
dipertimbangkan akan dilakukan (contohnya biaya pengobatan atas kondisi
kesehatan yang mungkin terjadi kepada konsumen akibat terbakar oleh
penggunaan Ford Pinto)
5. Hitung risk benefit analysis, antara besar biaya penarikan kembali produk
Ford Pinto dibandingkan dengan besar biaya penggantian ataupun klaim
pengobatan konsumen yang menjadi korban terbakar oleh penggunaan
Ford Pinto.
6. Identifikasi pemangku kepentingan yang berpotensi terkena pengaruh dari
keputusan dan buat peringkat (dalam keputusan Gioia kepentingan
konsumen diabaikan)
c. Lakukan penilaian terhadap dampak yang tidak dapat dikuantifikasi
1. Keadilan dan kesetaraan antar pemangku kepentingan (dalam kasus Finto
Ford, kepentingan konsumen diabaikan sehingga tidak ada keadilan dan
kesetaraan untuk kepentingan konsumen)
2. Hak-hak dari pemangku kepentingan (dalam kasus Finto Ford, hak-hak
konsumen diabaikan seperti hak untuk dilindungi keselamatannya/ hak
safety saat menggunakan Ford Pinto)
D. Kesimpulan
Keputusan yang diterapkan oleh Gioia untuk tidak menarik kembali Ford
Pinto meskipun telah menyebabkan adanya beberapa korban yang terbakar dan
mengancam keselamatan banyak orang dikatakan sebagai pengambilan keputusan
yang tidak beretika jika dihubungkan dengan seluruh teori etika yang ada. Tindakan
manajemen yang berdampak pada kesalahan desain atas dasar efisiensi juga tidak
mencerminkan tindakan etis jika dihubungkan dengan seluruh teori etika yang ada.
Prinsip dasar etika yang dilanggar dalam kasus Ford Pinto adalah etika berdasarkan
agama, hubungan dengan pihak lain, dan persepsi tentang diri sendiri. Keeogisan yang
muncul dari dalam diri Gioia tercermin dari pengambilan keputusannya yang hanya
memberikan manfaat bagi perusahaanya sendiri dengan tidak memperdulikan
kerugian bagi pihak lain. Keeogisan pihak manajemen Ford Motor Company
tercermin dari adanya kesalahan desain demi terciptanya efisiensi dengan tidak
memperdulikan keselamatan penggunanya. Kepekaan rasa yang ada dalam diri Gioia
untuk memperhatikan kebaikan bagi orang lain yang juga seharusnya digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan telah dikalahkan oleh
sikap keegoisannya tersebut sehingga Gioia melupakan eksistensi sosialnya.Tidak ada
manfaat yang diberikan untuk para konsumen atas keputusan Gioia, tetapi justru
keselamatan konsumen yang dipertaruhkan dalam keputusannya. Teori-teori etika
seperti enlightened self interest, teori teleologi, teori deontologi, justice, dan virtue
ethics juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan bahwa keputusan Gioia
dan sikap manajemen Ford Motor Company tersebut mencerminkan keputusan dan
sikap yang tidak beretika.
Gioia seharusnya dapat menggunakan beberapa pedoman agar keputusannya
tetap mempertahankan nilai etika yaitu dengan menggunakan pedoman sepertiSniff
TestsdanRules of Thumbyaitu melalui beberapa tes pertanyaan etika, serta melalui
Stakeholder impact analysis yang menganalisis kepentingan dari masing-masing
pemangku kepentingan, dampak yang dapat dikuantifikasi dan dampak yang tidak
dapat dikuantifikasi.
Etika seharusnya tetap diterapkan dalam dunia bisnis dan harus sejalan dengan
tujuan bisnis. Tindakan Ford Motor Company dan keputusan Gioia yang tidak
memperhatikan keselamatan pengguna dengan alasan untuk efisiensi biaya dan
menjaga kelangsungan hidup perusahaan justru dapat menyebabkan kemungkinan
timbulnya biaya lain yaitu biaya ganti rugi untuk korban kecelakaan jika ada tuntutan
dari masyarakat. Tanpa disadari keputusan Gioia untuk melakukan tindakan tidak
menarik kembali Ford Pinto yang didesain tidak memenuhi standar safety telah
melanggar prinsip etika selaku Field Recall Coordinator sehingga dapat menimbulkan
ketidakpercayaan konsumen terhadap kualitas seluruh produk yang dihasilkan oleh
Ford Motor Company. Ketidakpercayaan konsumen terhadap kualitas produk Ford
Motor Company justru akan menyebabkan Ford Motor Company ditinggalkan oleh
konsumen sehingga untuk perkembangan perusahaan jangka panjang justru hal ini
akan mengancam going concern perusahaan. Untuk dapat memenangkan persaingan
dan memaksimumkan keuntungan jangka panjang, Gioia ataupun pihak perusahaan
seharusnya mempertimbangkan etika dalam membatasi perilaku oportunistiknya yang
akan mengawasi sikap egoisme yang tidak terkendali. Manajemen perusahaan dan
juga Gioia seharusnya dapat memikirkan cara lain untuk mengatasi masalah
perusahaan tanpa harus melanggar nilai etika, seperti misalnya perusahaan dapat
melakukan efisiensi melalui spesialisasi dan kerjasama ekonomi antara perusahaan
sebagai penjual dengan konsumen. Pihak manajemen dapat memikirkan cara untuk
memproduksi barang yang terbaik sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
konsumen dengan kualitas yang baik, serta juga dapat memikirkan desain spesialisasi
produk/ kekhasan produk yang menjadi daya tarik konsumen, dengan harga jual yang
dapat dijangkau oleh konsumen, sehingga dengan cara ini perusahaan dapat bertahan
dalam persaingan. Ketika konsumen telah memperoleh kepuasan yang sebesar-
besarnya maka disinilah sesungguhnya kunci bagi perusahaan penjual untuk
memperoleh laba yang sebesar-besarnya karena konsumen adalah sumber income
perusahaan. Perhatikan hal-hal yang dapat membantu mempertahankan pelanggan
lama bahkan memikirkan cara untuk menarik pelanggan baru. Jika pelanggan lama
dikecewakan maka pelanggan baru pun tidak akan berdatangan atau tidak akan
bertahan lama.

Anda mungkin juga menyukai