Anda di halaman 1dari 7

JKK, Tahun 2017, Vol 6(4), halaman 21-27 ISSN 2303-107

PENENTUAN STABILITAS KIMIA DAN TERMAL MEMBRAN KOMPOSIT


KITOSAN TERCETAK ION LOGAM PADA PERMUKAAN KARBON

Desy Amma Nur Aulia1*, Anis Shofiyani1, Titin Anita Zaharah1


1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, 78124
*email: desyamma@gmail.com

ABSTRAK
Kitosan merupakan polimer yang berasal dari turunan kitin. Pada penelitian ini kitosan
dimodifikasi dalam bentuk membran Kitosan Tercetak Ion (KTI) dan komposit Kitosan Tercetak
Ion pada permukaan Karbon (KTI-C). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas kimia
dan termal membran komposit. Ion logam yang digunakan sebagai cetakan yaitu Cr(III) dan
Fe(III). Membran disintesis dengan penambahan bahan pengikat silang epiklorohidrin. Stabilitas
kimia membran diuji dalam pelarut asam asetat dan stabilitas termal dianalisis menggunakan
TGA-DTA (Thermogravimetry Analysis-Differential Thermal Analysis). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa membran kitosan dan kitosan-karbon dengan proses ikat silang lebih
stabil terhadap asam asetat dibandingkan dengan membran tanpa ikat silang. Membran KTI-
Cr(III) dan KTI-Cr(III)-C lebih stabil terhadap asam asetat dibandingkan dengan membran tanpa
proses imprinting, sedangkan pada KTI-Fe(III) dan KTI-Fe(III)-C proses imprinting
menyebabkan membran tidak stabil terhadap asam asetat. Hasil analisis TGA-DTA
menunjukkan bahwa membran dengan proses imprinting tidak stabil pada suhu tunggi sehingga
mengakibatkan mudah terdekomposisi. Penambahan karbon menyebabkan persen massa
yang hilang pada analisis TGA lebih kecil dibandingkan dengan tanpa penambahan karbon.

Kata Kunci: kitosan, membran, stabilitas kimia, stabilitas termal

PENDAHULUAN meningkatkan kekuatan mekanis kitosan


namun kapasitas adsorpsi berkurang
Seiring dengan perkembangan ilmu
karena sebagian besar gugus -NH2
pengetahuan dan teknologi, laju
telah digunakan untuk bereaksi dengan
pertumbuhan industri di Indonesia semakin
epiklorohidrin (Zaharah et al., 2013).
meningkat. Bertambahnya industri tersebut
Kapasitas adsorpsi dapat ditingkatkan
berpotensi membawa akibat buruk karena
dengan melakukan modifikasi kitosan yaitu
menghasilkan limbah yang dibuang ke
berupa Kitosan Tercetak Ion (KTI).
lingkungan. Diantara pencemar yang
Proses cetak ion ini atau yang biasa
membahayakan lingkungan adalah logam
dikenal dengan imprinting bertujuan untuk
berat. Salah satu bahan alam yang dapat
meningkatkan kemampuan suatu material
digunakan untuk mengatasi pencemaran
untuk mengenali secara spesifik ion logam.
logam berat adalah kitosan.
Telah banyak dikembangkan penelitian
Kitosan dapat berfungsi sebagai
tentang kitosan tercetak ion, tapi umumnya
adsorben terhadap logam karena kitosan
dalam bentuk beads ataupun serbuk. Pada
mempunyai gugus amino bebas (-NH2) dan
penelitian ini dikembangkan adsorben
hidroksil (-OH) yang dapat berfungsi
Kitosan Tercetak Ion (KTI) dan komposit
sebagai situs ikatan koordinasi dengan ion
Kitosan Tercetak Ion pada permukaan
logam untuk membentuk kelat (Santoso,
Karbon (KTI-C) dalam bentuk membran.
2012). Namun, sifat kitosan yang larut
Penambahan karbon sebagai material
dalam asam berpengaruh pada saat
pendukung diharapkan dapat menambah
aplikasi (Bokau, 2012). Hal tersebut dapat
karakter pori, memperbesar luas
diatasi dengan melakukan proses ikat
permukaan membran sehingga memiliki
silang. Bahan pengikat silang yang dapat
daya adsorpsi yang baik (Miranti, 2012).
digunakan salah satunya yaitu
Modifikasi kitosan karbon diharapkan juga
epiklorohidrin. Proses ikat silang mampu

21
JKK, Tahun 2017, Vol 6(4), halaman 21-27 ISSN 2303-107

akan menghasilkan membran dengan selanjutnya diikat silang dengan merendam


ketahanan fisik terhadap suhu yang tinggi. pada larutan epiklorohidrin (pH 10) selama
Salah satu karakteristik membran yang 6 jam. Membran terikat silang kemudian
perlu dipelajari adalah stabilitas kimia dan dicuci dengan menggunakan akuades
termal. Analisis stabilitas kimia dilakukan hingga air netral. Selanjutnya ion Cr(III)
untuk mengetahui kekuatan membran dielusi dari permukaan membran dengan
dalam berbagai konsentrasi pelarut asam menempatkan membran pada kolom, dan
asetat, sedangkan stabilitas termal dialirkan larutan Na2EDTA 0,2 M dengan
dilakukan untuk mengetahui ketahanan menggunakan pompa vakum. Eluat yang
membran pada berbagai perubahan dihasilkan ditampung untuk diukur kadar
temperatur. Penentuan stabilitas termal Cr(III) yang berhasil dilepaskan. Membran
dilakukan dengan analisis TGA-DTA. tersebut diregenerasi dengan mencelupkan
dalam larutan NaOH 0,1 M 2-3 kali, dan
METODOLOGI PENELITIAN dicuci menggunakan akuades hingga netral,
kemudian membran dikeringkan pada suhu
Alat dan Bahan
ruang. Hasil yang diperoleh adalah
Alat-alat yang digunakan dalam
membran KTI-Cr(III)-C. Proses pembuatan
penelitian ini yaitu desikator, seperangkat
membran KTI-Fe(III)-C dilakukan dengan
alat gelas, plat kaca, pompa vakum, kertas
mengganti larutan Cr(III) dengan larutan
saring, kolom, magnetic stirrer, neraca
Fe(III). Pembuatan membran tanpa
analitik, Atomic Absorption Spectroscopy
komposit karbon, dilakukan dengan
(AAS) varian AA 240FS, dan TGA-DTA
prosedur yang sama tanpa penambahan
(Thermogravimetry Analysis-Differintial
karbon, sehingga akan diperoleh membran
Thermal Analysis) varian DTG-60
KTI-Cr(III) dan KTI-Fe(III) (Zaharah et al.,
Shimadzu.
2013; Shofiyani et al., 2015 dengan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
modifikasi).
penelitian ini yaitu akuades, CH3COOH,
CrCl3.5H2O, HCl, FeCl3.5H2O,
Penentuan Stabilitas Kimia Membran
epiklorohidrin, karbon, kitosan dengan
Penentuan stabilitas membran dilakukan
derajat deasetilasi 85%, Na2EDTA, NaOH.
dengan menginteraksikan 0,1 g membran
dalam 25 mL asam asetat dan diaduk
Prosedur Kerja
selama 30 menit. Konsentrasi masing-
Pembuatan Membran KTI dan Komposit
masing asam asetat yang digunakan yaitu
KTI-C
1%, 2,5% dan 5%. Membran tidak terlarut
Karbon ditimbang sebanyak 100 g,
disaring, dikeringkan, dan ditimbang
dipanaskan dalam oven pada suhu 110oC
sebagai persen stabilitas (Zaharah et al.,
selama 2 jam. Selanjutnya dimasukkan ke
2015 dengan modifikasi).
dalam desikator selama 15 menit serta
disimpan dalam tempat tertutup.
Penentuan Stabilitas Termal Membran
Sebanyak 0,5 g kitosan dilarutkan dalam
Penentuan stabilitas termal membran
20 mL asam asetat 2,5 % v/v, diaduk
dilakukan dengan menggunakan alat
menggunakan stirer selama 6 jam dan
TGA/DTA. Analisis dilakukan pada
ditambahkan karbon 0,125 g secara
temperatur 30-300°C dengan laju
perlahan. Setelah itu ditambahkan 5 mL
pemanasan sebesar 1°C/ menit dan laju alir
larutan Cr(III) dengan konsentrasi 5000
30 mL/menit.
mg/L dan dilakukan pengadukan
menggunakan stirer selama 1 jam sehingga
HASIL DAN PEMBAHASAN
diperoleh kompleks kesetimbangan Cr(III).
Larutan kemudian disentrifus selama 1 jam, Karakteristik Membran KTI dan Komposit
hasilnya dituangkan pada plat kaca dan KTI-C
dikeringkan dalam oven pada temperatur Pelarutan kitosan dengan asam asetat
40oC hingga kering. mengakibatkan sebagian ikatan hidrogen
Membran yang telah kering dilepaskan antar molekul putus dan membuat rantai
dari plat kaca dengan merendam dalam polimer teregang, sehingga pori-pori kitosan
larutan NaOH 0,1 M, selanjutnya dicuci terbuka dan meningkatkan fleksibilitas untuk
dengan akuades hingga netral. Membran berinteraksi dengan gugus fungsional

22
JKK, Tahun 2017, Vol 6(4), halaman 21-27 ISSN 2303-107

(Zaharah et al., 2015). Gugus karboksil ketahanan membran agar membran tidak
yang terdapat pada asam asetat cepat rusak. Membran yang telah
memudahkan pelarutan kitosan karena diregenarasi dikeringkan kembali pada suhu
terjadi interaksi hidrogen antara gugus ruang.
karboksil dengan gugus amina dari kitosan.
Hal ini juga mengakibatkan terjadinya reaksi
protonasi pada gugus amina sehingga
kitosan larut (Noralia dan Maharani, 2013).
Pembuatan membran komposit KTI
dilakukan dengan penambahan karbon.
Karbon berfungsi untuk meningkatkan daya
tahan pada suhu yang tinggi, dan
meningkatkan karakteristik pori membran.
Proses imprinting diharapkan dapat menata
ulang situs aktif kitosan dan menyiapkan
cetakan yang sesuai untuk ion Cr(III) atau
Fe(III). Menurut Qaddafi (2012),
pembentukan ikatan kompleks logam terjadi
melalui mekanisme ikatan hidrogen dan
koordinasi. Pelepasan membran dari plat
kaca dilakukan dengan merendam pada
larutan NaOH. Larutan NaOH akan berdifusi
ke bagian bawah membran dan berhimpitan
dengan permukaan cetakan sehingga
membran akan terdorong ke atas dan
terlepas (Kusumawati dan Tania, 2012).
Proses ikat silang dapat meningkatkan
stabilitas kimia dan fisika membran. Pada
pH basa, reaksi ikat silang antara kitosan
dan epiklohidrin terjadi pada gugus –OH
kitosan yang berikatan dengan gugus
epiklohidrin (Qaddafi et al, 2012). Proses
elusi membran dengan Na2EDTA bertujuan
untuk menyiapkan cetakan pada membran,
sehingga membran yang dihasilkan
diharapkan memiliki cetakan yang spesifik
serta selektif terhadap ion logam tertentu.
Eluat yang dihasilkan dari proses elusi
ditampung dan kadar logam yang berhasil
dikeluarkan diukur menggunakan SSA.
Hasil analisis disajikan melalui Tabel 1.
Dalam proses elusi, larutan Na2EDTA
berfungsi sebagai ligan sehingga akan
membentuk ikatan koordinasi dengan ion
logam. Skema lengkap proses
pembentukan kompleks logam, crosslinking,
hingga elusi ion logam dengan teknik cetak
ion dapat dilihat pada Gambar 1.
Membran hasil KTI dan KTI-C
diregenerasi dengan menggunakan NaOH
encer dan dicuci kembali dengan akuades
hingga netral. Proses regenerasi bertujuan Gambar 1. Metode imprinting pada
untuk menghilangkan kadar asam dari membran KTI (Chen et
Na2EDTA dan mengembalikan situs aktif al, 2011)
kitosan sehingga dapat bereaksi dengan ion
logam, serta untuk meningkatkan

23
JKK, Tahun 2017, Vol 6(4), halaman 21-27 ISSN 2303-107

Tabel 1. Persen Ion Imprinting yang Terelusi oleh Na2EDTA


Konsentrasi (mg/L)
Membran % total elusi
Awal Akhir
KTI-Cr(III) 4221,601 3525 83,50%
KTI-Cr(III)-C 4221,601 2886,8 68,36%
KTI-Fe(III) 4123,8830 1881 45,61%
KTI-Fe(III)-C 4123,8830 2591,7 62,85%

Tabel 2. Persentase Stabilitas Kimia Membran terhadap Asam Asetat


Asam asetat 1 % Asam asetat 2,5 % Asam asetat 5%
Membran NCL CL IM NCL CL IM NCL CL IM
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Kitosan 0 90,09 - 0 93,77 - 0 93,02 -
Kitosan-Karbon 0 74,26 - 0 84,26 - 0 76,37 -
Kitosan-Cr 100 91,56 100 100 97,20 100 95,40 92,83 99,67
Kitosan- Cr-
100 100 100 100 100 100 84,94 98,70 99,35
Karbon
Kitosan-Fe 0 100 0 0 100 0 0 100 0
Kitosan- Fe-
77,62 100 88,44 78,26 100 88,03 77,68 100 92,50
Karbon
Keterangan: NCL: Non-Crosslinking, CL: Crosslinking, IM: Imprinting, (-): tidak dilakukan

Stabilitas Kimia Membran dalam Pelarut Membran dengan penambahan ion


Asam Asetat logam Cr(III) pada proses imprinting
Hasil stabilitas kimia membran kitosan mengalami peningkatan stabilitas kimia
dan komposit kitosan pada permukaan dibandingkan dengan membran
karbon pada Tabel 2 menujukkan bahwa crosslinking. Hal ini membuktikan bahwa
stabilitas kimia membran crosslinking lebih membran imprinting memiliki ketahanan
tinggi dibandingkan dengan membran lebih kuat terhadap asam dibandingkan
non-crosslinking. Ikatan crosslinking dengan membran non-crosslinking dan
tersebut membuat gugus –OH kitosan crosslinking. Membran kitosan-Fe(III) pada
berikatan dengan gugus epiklohidrin. proses imprinting mengalami penurunan
Menurut Li dan Bai (2005), crosslinking stabilitas kimia terhadap asam asetat
membuat ikatan intramolekul dan atau dibandingkan dengan membran
intermolekul melalui jembatan crosslinker crosslinking. Hasil tersebut juga didukung
dengan gugus aktif kitosan sehingga oleh hasil analisis DTA pada Tabel 3,
struktur kitosan menjadi lebih kuat dan dimana membran KTI-Fe(III) lebih cepat
meningkatkan stabilitasnya dalam medium mengalami dekomposisi kitosan yang
asam. Hasil tersebut sesuai dengan ditunjukkan melalui puncak eksotermik pada
penelitian Qaddafi et al. (2014) yang suhu 208°C sedangkan pada membran KTI-
menyatakan bahwa proses crosslinking Cr(III) puncak eksotermik terjadi pada suhu
dengan menggunakan epiklorohidrin dapat 261°C. Selain itu, ketidakstabilan membran
meningkatkan stabilitas kimia membran. KTI-Fe(III) dalam larutan asam asetat
Pada membran kitosan-karbon stabilitas dimungkinkan karena proses crosslinking
kimia yang dihasilkan lebih rendah yang belum berjalan dengan baik, sehinnga
dibandingkan dengan membran kitosan, hal ikatan antara gugus epiklorohidrin dengan
ini diperkirakan penambahan karbon kitosan belum kuat. Selain itu, diduga telah
tersebut menyebabkan gugus aktif kitosan terjadi perubahan pH sehingga mengubah
berinteraksi dengan karbon sehingga bentuk dari ion Fe3+ menjadi bentuk molekul
stabilitas kimia membran terhadap asam yang lain seperti Fe(OH)3 yang
yang dihasilkan menurun. berhubungan dengan diagram distribusi
spesies Fe.

24
JKK, Tahun 2017, Vol 6(4), halaman 21-27 ISSN 2303-107

TGA DTA

a a

b
b

c
c

Suhu (°C) Suhu (°C)


Gambar 2. Hasil analisis TGA-DTA a) kitosan, b)kitosan-karbon, c) KTI-Cr(III), d) KTI-Cr(III)-C,
e) KTI-Fe(III), f) KTI-Fe(III)-C

Tabel 3. Hasil Analisis TGA-DTA


Suhu awal
Puncak Massa yang
Membran dekomposisi
eksotermik (°C) hilang (%)
(°C)
Kitosan
254 201 35,23
crosslinking
Kitosan-karbon
233 255 15,47
crosslinking
KTI-Cr(III) 189 261 41,49
KTI-Cr(III)-C 120 44 16,77
KTI-Fe(III) 190 208 43,82
KTI-Fe(III)-C 275 140 40,97

25
JKK, Tahun 2017, Vol 6(4), halaman 21-27 ISSN 2303-107

Stabilitas Termal Membran KTI dan Cr(III) 261°C, KTI-Cr(III)-C 44°C, KTI-Fe(III)
Komposit KTI-C 208°C, dan KTI-Fe(III)-C 140°C.
Hasil analisis TGA pada Gambar 2 dan
Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadi SIMPULAN
penurunan massa sampel pada
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
peningkatan suhu. Hasil ini diperkirakan
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
karena terjadi dekomposisi kitosan yang
1. Stabilitas kimia membran terhadap asam
dimulai dari perpecahan secara acak pada
asetat menunjukkan bahwa membran
ikatan glikosida (Pieróg et al, 2008).
kitosan dan kitosan-karbon dengan
Membran KTI-Cr(III) dan KTI-Fe(III)
proses crosslinking lebih stabil terhadap
memperlihatkan penurunan massa pada
asam asetat dibandingkan dengan
suhu yang lebih rendah dibanding membran
membran tanpa crosslinking. Pada
kitosan crosslinking maupun kitosan-karbon
membran KTI-Cr(III) dan KTI-Cr(III)-C
crosslinking. Hal ini diperkirakan karena
proses imprinting lebih stabil terhadap
pada membran KTI, terdapat cetakan ion
asam asetat, sedangkan pada membran
logam yang membuat struktur kitosan
KTI-Fe(III) dan KTI-Fe(III)-C proses
kurang stabil pada suhu tunggi.
imprinting menyebabkan membran tidak
Dekomposisi kitosan terjadi pada suhu lebih
stabil terhadap asam asetat.
dari 200°C. Massa sampel yang hilang dari
2. Hasil analisis TGA-DTA, membran
analisis TGA menunjukkan bahwa membran
dengan proses imprinting tidak stabil
kitosan dengan penambahan komposit
pada suhu tunggi sehingga
karbon lebih stabil dibandingkan dengan
mengakibatkan mudah terdekomposisi.
tanpa penambahan karbon. Hal ini dapat
Membran dengan penambahan karbon
dilihat pada massa sampel yang hilang dari
membuat persen massa yang hilang
analisis TGA pada membran kitosan
pada analisis TGA lebih kecil
crosslinking sebesar 35,227%, kitosan-
dibandingkan dengan tanpa
karbon crosslinking sebesar 15,466%, KTI-
penambahan karbon.
Cr(III) 41,49%, KTI-Cr(III)-C 16,773%, KTI-
Fe(III) 43,824%, dan KTI-Fe(III)-C 40,972%.
DAFTAR PUSTAKA
Hasil analisis DTA pada Gambar 2 dan
Tabel 3 menunjukkan bahwa membran Bokau, N.S., 2013, Sintesis Membran
kitosan crosslinking, kitosan-karbon Kitosan Termodifikasi Silika Abu Sekam
crosslinking, KTI-Cr(III), KTI-Cr(III)-C, KTI- Padi untuk Proses Dekolorisasi,
Fe(III), dan KTI-Fe(III)-C teridentifikasi Universitas Negeri Semarang, Fakultas
puncak endotermik dibawah suhu 100°C Matematika dan Ilmu Pengethuan Alam,
yang berhubungan dengan dekomposisi air Semarang, (Skripsi).
dan puncak eksotermik yang berhubungan Chen, C,Y., Yang, C,Y., and Chen, A,H.,
dengan dekomposisi kitosan. Hasil 2011, Biosorption of Cu(II), Zn(II), Ni(II)
penelitian menunjukkan bahwa pada and Pb(II) Ions by Cross-linked Metal-
penambahan karbon membuat membran Imprinted Chitosans with
kitosan karbon terbentuk puncak eksotermik Epichlorohydrin, J. Environmental
lebih lama dibandingkan membran kitosan Management 92: 796-802.
crosslinking. Setelah penambahan ion Kusumawati N. dan Tania S., 2012,
logam, pada membran KTI-Cr(III)-C dan Pembuatan dan Uji Kemampuan
KTI-Fe(III)-C terjadi penurunan puncak Membran Kitosan sebagai Membran
eksotermik yang lebih tinggi. Hasil tersebut Ultrafiltrasi untuk Pemisahan Zat Warna
sesuai dengan hasil analisis TGA, dimana Rhodamin B, J. Molekul, 7(1): 43-52.
penambahan ion logam diperkirakan dapat Li, N and Bai, R., 2005, Copper Adsorption
menurunkan stabilitas termal, karena on Chitosan Cellulose Hydrogel
adanya cetakan pada membran membuat Beads:Behaviors and Mechanisms, J.
membran memiliki struktur yang lebih lemah Separation and Purification Technology
dibandingkan dengan membran tanpa 42: 237–247.
penambahan ion logam. Puncak eksotermik Miranti, S.T., 2012, Pembuatan Karbon Aktif
pada DTA membran kitosan terlihat pada dari Bambu dengan Metode Aktivasi
suhu 201°C, kitosan-karbon 255°C, KTI- Terkontrol Menggunakan Activating
Agent H3PO4 dan KOH, Universitas

26
JKK, Tahun 2017, Vol 6(4), halaman 21-27 ISSN 2303-107

Indonesia, Fakultas Teknik, Depok, Adsorben Logam Berat, Universitas


(Skripsi). Indonesia, Fakultas Teknik, Depok,
Noralia E. dan Maharani D.K, 2013, Filtrasi (Skripsi).
Ion Logam Cr6+ dengan Membran Shofiyani, A., Narsito, N., Santosa, S. J.,
Komposit Kitosan Silika, Journal of Noegrohati, S., Zaharah, T.A., and
Chemistry, 2(1): 24-28. Sayekti, E., 2015, Cadmium Adsorption
Pieróg, M., Ostrowska-Czubenko, J., and on Chitosan/Chlorella Biomass Sorbent
Gierszewska-Drużyńska, M., 2012, Prepared by Ionic-Imprinting Technique,
Thermal Degradation of Double Indones. J. Chem, 15(2): 163-171.
Crosslinked Hydrogel Chitosan Zaharah, T.A., Shofiyani, A., dan Sayekti,
Membranes, Progress on Chemistry and E., 2013, Kinetika Adsorpsi Ion Cr(III)
Application of Chitin and its Derivatives, pada Biomassa-Kitosan Imprinted Ionik,
17: 67-74. Prosiding Semirata FMIPA Universitas
Qaddafi, M., Wahab, W., Nafie, N.L., dan Lampung: 413-417.
Taba, P., 2014, Penggunaan Zaharah, T.A., Shofiyani, A., and Sayekti,
Epiklorohidrin dalam Meningkatkan E., 2015, Characteristics of Chlorella Sp
Stabilitas Adsorben Kitosan Berikatan Biomass Immobilized on Chitosan (Chlo-
Silang dan Kitosan Tercetak Ion Kobal, Kit) for Adsorption of Chromium (III)
J. Penelitian Sains Kimia, 2(2): 1-12. Solution, Alchemy J. Penelitian Kimia,
Santoso, 2012, Preparasi dan Aplikasi 11(1):15-28
Komposit Hidroksiapatit/Kitosan sebagai

27

Anda mungkin juga menyukai