AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Dosen Pengampu :
Dr. Drs. Agus Samekto, SE, M.Si, AK, CA
Kelas GA
Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Nurul Angraini 2018310151
2. Aulya Cahya Ramadani 2018310299
3. Lois Margaretha 2018310339
4. Shintia Nagare Y.P. 2018310340
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Akuntansi Keperilakuan dengan judul “Konsep - Keperilakuan Individu Dalam
Organisasi Perspektif Akuntansi”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen pengampu mata kuliah ini yang telah membimbing kami selama
proses perkuliahan berlangsung.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 3 PENUTUP............................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan.................................................................................................11
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan
yang digunakan oleh para pemakainya dalam pengambilan keputusan.
Keterampilan matematis sekarang ini telah berperan dalam menganalisis
permasalahan keuangan yang kompleks. Begitu pula dengan kemajuan dalam
tehnologi komputer akuntansi yang memungkinkan informasi dapat tersedia
dengan cepat. Tetapi, seberapa canggih pun prosedur akuntansi yang ada,
informasi yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan tujuan akhir.
Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk untuk memilih tindakan
yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas
bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan keputusan tersebut
melibatkan berbagai aspektermasuk perilaku dari para pengambil keputusan.
Dengan demikian akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku
manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi akuntansi. Kesempurnaan
teknis tidak pernah mampu mencegah orang untuk mengetahui bahwa tujuan jasa
akuntansi bukan hanya sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari
segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada bagaimana perilaku orang-
orang di dalam organisasi.
1
c. Dapat mengetahui serta memahami apa saja yang termasuk lingkup dan
tujuan dari akuntansi keperilakuan.
d. Dapat mengetahui serta memahami apa saja perbedaan antara ilmu
keperilakuan dan akuntansi keperilakuan.
e. Dapat mengetahui serta memahami bagaimana pengaruh organisasi
terhadap perilaku manusia.
f. Dapat mengetahui serta memahami arti sikap dan motivasi.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Akuntansi
a. Definisi
Akuntansi keperilakuan adalah ilmu akuntansi yang dikombinasikan
dengan ilmu sosial. Akuntansi keperilakukan membahas bagaimana
perilaku manusia dapat mempengaruhi informasi akuntansi serta
pengambilan keputusan usaha/bisnis.
b. Lingkup
Akuntansi keperilakuan berada dibalik peran akuntansi tradisional
yang berarti mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan
informasi keuangan. Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan
hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, menceminkan
3
dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu organisasi. Ruang lingkup
akuntansi keprilakuan sangat luas yang meliputi antara lain:
Aplikasi dari konsep ilmu keprilakuan terhadap desain kontruksi
sistem akuntansi.
Studi reaksi manusia terhadap format dan isi laporan akuntansi.
Dengan cara mana informasi diproses untuk membantu pengambilan
keputusan.
Pengembangan teknik pelaporan yang dapat mengkomunikasikan
perilaku-perilaku para pemakai data.
Pengembangan strategi untuk motivasi dan mempengaruhi perilaku,
cita-cita serta tujuan dari orang-orang yang menjalankan organisasi
pemakaian data.
Adapun lingkup dari akuntansi keperilakuan dapat dibagi menjadi
tiga bidang besar yaitu:
Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, kontruksi, dan
penggunaan sistem akuntansi, hal ini terlihat pada bagaimana sikap
serta fiolosofis dari bagian manajemen dalam mempengaruhi secara
alami terhadap budgeting control atau pengendailan keuangan serta
memaksimalkan fungsi setiap bagian dalam organisasi/perusahaan.
Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia, hal ini ditandai
dari perubahan emosi, motivasi, produktivitas, kepuasan kerja,
pengambilan keputusan serta kerjasama tim.
Metode untuk memprediksi dan strategi unuk mengubah perilaku
manusia, yang mana menekankan pada cara agar sistem akuntansi
dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi habit atau perilaku manusia.
c. Tujuan
Akuntansi keperilakuan bertujuan untuk mengukur dan mengevaluasi
faktor-faktor keperilakuan yang relevan dan mengkomunikasikan
informasi mengenai hasilnya kepada para pembuat keputusan internal dan
eksternal sehingga dapat melengkapi informasi relevan yang disajikan
dalam laporan keuangan.
4
Informasi dimensi keperilakuan organisasi digunakan untuk
melengkapi informasi keuangan dan menyediakan informasi bagi pembuat
keputusan agar memiliki wawasan yang lebih baik. Informasi akuntansi
menjadi tidak lengkap dan para pembuat keputusan tidak memperoleh
informasi relevan penting yang diperlukannya jika tidak disertai informasi
akuntansi keperilakuan.
5
kelompok yang dinamis. Percobaan dibuat untuk memahami bagaimana individu
berpikir, merasa, dan tindakan yang sebenarnya, atau kehadiran orang lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia seperti
kebutuhan individu dan motivasi, tekanan organisasi, permintaan organisasi,
sejaran personal, latar belakang yang unik dari individu-individu, konflik dari
dalam dan luar organisasi, waktu permintaan, tanggungjawab personal dan sosial,
dan sebagainya. Faktor-faktor ini dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori
yaitu:
1. Struktur karakter mengacu pada ciri-ciri kepribadian, kebiasaan, dan pola
perilaku individu. Psikolog umumnya terkait dengan studi struktur karakter.
2. Struktur sosial mengacu pada sistem hubungan antara orang-orang, termasuk
ekonomi, politik, militer, dan kerangka kelembagaan agama yang menetapkan
perilaku yang dapat diterima, perilaku kontrol dan mengabadikan tatanan
sosial. Ini adalah domain dari sosiolog.
3. Dinamika kelompok dapat dilihat sebagai sintesis atau kombinasi struktur
karakter dan struktur social, mengacu pada perkembangan pola interaksi
manusia, proses interaksi sosial, dan hasil interaksi itu. Psikolog sosial
terlibat dalam studi dinamika kelompok.
6
2.6 Sikap
Sikap (attitudes) adalah kecenderungan manusia untuk merespon secara
konsisten terhadap orang, objek, ide, atau situasi yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan.
a. Komponen Sikap
1. Komponen kognitif, terdiri atas ide-ide, persepsi, dan keyakinan
tentang objek sikap. Hal ini juga mengacu pada satu informasi
memiliki objek sikap dan stereotip atau generalisasi dengan informasi
tersebut akurat atau tidak akurat.
2. Komponen emosional, menunjukan perasaan seseorang terhadap objek
sikap. Perasaan positif termasuk kesukaan, perhatian atau empati,
sedangkan perasaan negatif termasuk tidak suka, takut, dan jijik.
3. Komponen perilaku, mengacu pada bagaimana seseorang dapat
bereaksi terhadap objek sikap.
b. Fungsi Sikap
1. Pemahaman atau pengetahuan membantu seseorang memberi makna
atau menilai kelogisan peristiwa atau situasi baru. Dengan demikian,
memungkinkan seseorang untuk menilai situasi baru dengan cepat
tanpa perlu mengumpulkan semua informasi yang relevan mengenai
situasi tertentu.
2. Kepuasan kebutuhan, orang cenderung untuk membentuk sikap positif
terhaadap objek yang memenuhi kebutuhannya dan sikap negatif
terhadap hal-hal yang menghambat pemuasan kebutuhan. Sebuah
empati dapat membentuk sikap positif atau negatif terhadap hal yang
diusulkan.
3. Pertahanan ego, dengan melakukan pengembangan guna melindungi
manusia dari pengetahuan yang berlandaskan kebenaran mengenai
dasar manusia itu sendiri atau dunianya.
4. Nilai ekspresi agar orang dapat mengekspresikan perasaannya dari
sikap yang mereka tunjukkan.
7
2.7 Motivasi
Motivasi adalah proses memprakarsai kesadaran dan tindakan yang penuh
arti. Motivasi adalah kunci penting untuk mengawali, mengendalikan,
mendukung, dan mengarahkan perilaku. Motivasi juga berkaitan dengan reaksi
subjektif yang muncul selama proses ini.
Motivasi merupakan suatu konsep yang penting untuk membahas masalah
perilaku karena efektivitas organisasi bergantung pada manusia yang melakukan
pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan mereka untuk melakukannya. Para
akuntan dan manajer harus memotivasi karyawan pada level pekerjaan yang
diharapkan agar perusahaan dapat mencapai tujuannya.
Motif adalah faktor tunggal yang menumbuhkan proses motivasi. Motif
bersifat personal. Seseorang yang berasal dari keluarga kaya biasanya mencari
pekerjaan yang memberikan makna penerimaan dan kesejahteraan diri, sedangkan
orang lain yang berasal dari keluarga miskin biasanya mencari pekerjaan yang
memberikan kebebasan dari jeratan ekonomi dan meningkatkan martabat
keluarganya. Motivasi dipengaruhi oleh kebutuhan dan harapan. Di bawah ini
dibahas teori kebutuhan dan teori pengharapan.
a. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sudah dikenal adalah teori hierarki kebutuhan
Maslow. Teori hierarki kebutuhan mengatakan bahwa manusia termotivasi
oleh hasratnya untuk memuaskan serangkaian hierarki kebutuhan, antara lain
kebutuhan psikologis dasar (makanan, minuman dan udara), kebutuhan
keamanan (keamanan fisik dan psikologis), kebutuhan sosial dan kebutuhan
untuk memiliki (persahabatan dan cinta), kebutuhan akan penghargaan (harga
diri, kesadaran diri, kekuasaan, dan status), serta kebutuhan aktualisasi diri
(pemenuhan potensi diri).
Menurut teori Maslow, setelah seseorang memenuhi kebutuhan dari yang
lebih rendah, kebutuhan yang lebih tinggi menjadi penting dalam
mengarahkan perilaku. Tidaklah penting bahwa kebutuhan dengan urutan
yang lebih rendah telah benar-benar terpenuhi dahulu sebelum kebutuhan
selanjutnya yang lebih tinggi di depan mata. Teori tersebut juga mengatakan
8
bahwa sekali kebutuhan terpenuhi maka kebutuhan tersebut sudah tidak
menjadi motivator lagi.
Konsep ERG (Existence, Relatedness, and Growth) merupakan perbaikan
dari hierarki kebutuhan tersebut. Teori ERG mengajukan tiga kategori
kebutuhan, yaitu eksistensi (kebutuhan fisik dan material), pergaulan
(persahabatan, memiliki) dan pertumbuhan (perkembangan personal dan
pemenuhan diri sendiri). Konsep ini berbeda dengan hierarki kebutuhan
Maslow karena tidak diperlukannya penentuan derajat kebutuhan-kebutuhan
yang tingkat lebih tinggi dan lebih rendah. Meskipun suatu kebutuhan telah
terpenuhi, kebutuhan yang sama masih menjadi motivator yang dominan.
Teori motivasi yang ketiga adalah teori kebutuhan berprestasi dari
McClelland. Teori kebutuhan berprestasi mengatakan bahwa semua motif
termasuk kebutuhan berprestasi perlu dipelajari. Jika kebutuhan berprestasi
penting untuk keberhasilan dalam bisnis maka manusia dengan posisi
eksekutif yang tinggi juga memiliki satu kebutuhan yang kuat akan
kekuasaan. Jadi, teori kebutuhan berprestasi tidak membantu kita
menjelaskan motivasi untuk semua orang dan harus digunakan dalam
kombinasinya dengan teori-teori lain untuk memahami motivasi secara
penuh.
Teori dua faktor oleh Hersberg memfokuskan pada dua kelompok
penghargaan yang dihasilkan dari pekerjaan atau tugas, yaitu yang berkaitan
dengan kepuasan kerja (motivator-motivator) dan yang berkaitan dengan
ketidakpuasan kerja (faktor-faktor kesehatan). Motivator berkaitan dengan isi
dari pekerjaan termasuk promosi, kesadaran, tanggung jawab, pekerjaan itu
sendiri, dan potensi untuk aktualisasi diri. Faktor kesehatan berkaitan dengan
konteks pekerjaan atau lingkungan tempat pekerjaan itu dilakukan termasuk
keamanan kerja, gaji, kebijakan perusahaan, kondisi kerja, dan hubungan
antarkaryawan di tempat kerja.
Teori ini berpendapat bahwa motivator-motivator berkaitan dengan
kepuasan kerja, tetapi tidak berhubungan dengan ketidakpuasan kerja. Faktor-
faktor kesehatan dikaitkan dengan ketidakpuasan kerja bukan dengan faktor
kepuasan kerja. Jadi, para karyawan termotivasi melalui hal-hal seperti
9
kesadaran dan kemajuan dalam perusahaan. Peningkatan gaji tidak akan
memotivasi, kenaikan gaji hanya berfungsi mencegah ketidakpuasan kerja.
b. Teori Pengharapan
Teori pengharapan adalah teori motivasi yang mengasumsikan bahwa
tingkat motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan bergantung pada
keyakinan seseorang terhadap struktur penghargaan atau balas jasa (reward)
untuk pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, motivasi muncul ketika seseorang
berharap untuk mendapatkan satu penghargaan dalam melakukan satu
pekerjaan tertentu.
Teori tersebut membedakan antara penghargaan intrinsik dan ekstrinsik.
Penghargaan intrinsik tercipta secara internal dan dihasilkan dari melakukan
pekerjaan sendiri. Penghargaan tersebut mencakup perasaan yang dirasakan
oleh seseorang dari pelaksanaan pekerjaan yang baik atau perasaan puas yang
diperoleh ketika suatu proyek berhasil diselesaikan. Penghargaan ekstrinsik
mencakup bayaran, pengenalan, keamanan kerja, dan promosi yang
mencerminkan pembayaran atas prestasi atau kinerja. Motivasi merupakan
fungsi balas jasa intrinsik dan ekstrinsik.
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12