Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Bagaimana Manusia Mengenal Tuhan”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pembelajaran PAI UNS


DOSEN PENGAMPU PAI :
Rohmi Lestari
(B 19681201 2000801 2 023)

Makalah ini disusun oleh :


Afi Filianti (K3520004)
Muhammad Fikri Wibowo (K3520048)
Zainuri Septian Wahyu A (K3520082)

Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret 2020/2021

2|Page
DAFTAR ISI

Daftar isi........................................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan........................................................................................................... 3
Latar Belakang.................................................................................................................. 3
Rumusan Masalah............................................................................................................. 3
Tujuan Penelitian............................................................................................................... 3
BAB II Pembahasan.......................................................................................................... 4
Konsep Agama.................................................................................................................. 4
Konsep Ketuhanan............................................................................................................ 5
Mengapa manusia menganut agama?................................................................................ 8
BAB III Kesimpulan........................................................................................................ 10
Daftar Pustaka................................................................................................................... 11

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia, terdapat suatu sistem kepercayaan yang disebut dengan
agama. Di dunia ini, terdapat berbagai macam agama. Setiap agama memiliki tatanan dan
sistemnya sendiri dalam mengatur umatnya. Pada dasarnya tujuan utama dari agama adalah
menyembah tuhan dan menyebar berbagai kebaikan.

Manusia memiliki kebebasan dalam memilih agama yang ingin dianutnya. Sebagian besar
manusia memiliki agama dikarenakan turunan dari orang tuanya. Dalam pemikiran manusia,
mereka percaya bahwa agama adalah suatu sumber kebaikan, tatanan, serta jalan menuju
sebuah kesempurnaan dalam menjalani kehidupan dan kematian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu agama?
2. Apa itu Konsep Ketuhanan?
3. Apa yang mendorong manusia untuk menganut suatu agama?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Konsep Agama
2. Mengetahui Konsep Ketuhanan
3. Membangun argumen tentang hal yang mendorong manusia menganut suatu agama

4|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Agama
1. Pengertian Agama

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Agama adalah ajaran, sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya”. Menurut Daradjat (2005), agama adalah proses hubungan manusia yang
dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu lebih tinggi dari pada
manusia. Sedangkan Glock dan Stark mendefinisikan agama sebagai sistem simbol,
sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembaga, yang kesemuanya
terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.

Agama disebut Hadikusuma dalam Bustanuddin Agus sebagai ajaran yang diturunkan
oleh Tuhan untuk petunjuk bagi umat dalam menjalani kehidupannya. Ada juga yang
menyebut agama sebagai suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti
bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang
memenuhi untuk disebut “agama” yang terdiri dari tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan,
dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia menginterprestasikan eksistensi
mereka yang di dalamnya juga mengandung komponen ritual.

Dalam masyarakat Indonesia, selain kata agama, juga dikenal kata din dari bahasa
Arab. din dalam bahasa Semit berarti Undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab,
din berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Artinya agama
memang mempunyai peraturan-peraturan yang harus ditaati. Agama selanjutnya memang
menguasai diri seseorang dan rnembuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan
menjalankan ajaran-ajaran agama.

Beberapa pengertian di atas, rnenunjukkan adanya persamaan antara agama dan din.
Walaupun ada yang membedakan antara dua jenis kata yaitu agama dan Din, dalam
risalah ini tetap memakai kedua-duanya dalam makna yang sama. Penjelasan tersebut,
diperkuat oleh pendapat E.S. Anshari 11 yang menyatakan bahwa antara agama dan din
memiliki makna yang sama. Menurutnya, baik religion (religi), maupun Din, ataupun
agama, masing-masing mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri. Namun dalam
arti terminologis dan teknis, ketiga istilah itu berisi makna yang sama

5|Page
2. Unsur Agama

Secara umum, suatu agama memiliki unsur-unsur yang menjadi pembeda antara satu
sama lain, meliputi :

a. Substansi yang disembah


Dalam setiap agama, esensi dari keagamaan adalah penyembahan terhadap
penguasa dan pencipta dari makhluk tersebut. Substansi yang disembah menjadi ciri
khas agama satu dengan yang lainnya.
b. Kitab suci
Kitab suci merupakan salah satu ciri khas agama. Apabila suatu agama tidak
memiliki kitab suci, maka sulit untuk dikatakan sebagai agama. Karena pada
umumnya kitab suci berisi kisah, aturan, dan pengetahuan dari agama tersebut.
c. Pembawa ajaran
Yang dimaksud pembawa ajaran disini adalah seseorang yang “dipilih” tuhan
untuk membawa dan menyebarkan agama di dunia ini. Sebagai contoh agama Islam
dibawa oleh para rasul.
d. Pokok-pokok ajaran
Setiap agama, baik agama wahyu maupun agama ardi/tabi'i, mempunyai
pokok-pokok ajaran atau prinsip ajaran yang wajib diyakini bagi pemeluknya. Pokok
ajaran ini sering disebut dengan istilah "dogma", yakni setiap ajaran yang baik percaya
atau tidak,
bagi pemeluknya wajib untuk mempercayainya.
e. Aliran
Setiap agama di dunia ini, pada umumnya berkembang dan memiliki
perbedaan pandangan antara penganut satu dengan yang lainnya. Perbedaan
pandangan ini mengakibatkan terjadinya berbagai macam aliran dalam suatu agama.

B. Konsep Ketuhanan
1. Pemikiran manusia tentang Tuhan

Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik
yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah
agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari
kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori
6|Page
tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB
Taylor, Robertson Smith, Lubbock, dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang
Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut:

 Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang
berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh
pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh
negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-
beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah
kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh
karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun mana tidak dapat
diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.
 Animisme
Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga
mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap
benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai
sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap
sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang,
serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh akan senang apabila kebutuhannya
dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari
roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang
sesuai dengan advis dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan
roh.
 Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan
kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang
lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan
kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung
jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang
membidangi angin dan lain sebagainya.
 Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum
cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi,

7|Page
karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan
kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa
hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih
mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa
disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat Nasional).
 Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam
monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat
internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam
tiga paham yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.

2. Konsep ketuhanan menurut Islam

Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang
yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran
konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu)
dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain
dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-
Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

ِ ‫ُون هَّللا ِ أَ ْندَادًا يُ ِحبُّونَهُ ْم َكحُبِّ هَّللا‬


ِ ‫اس َم ْن يَتَّ ِخ ُذ ِم ْن د‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬

Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid
(monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan
yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika
memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum
turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29).
Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab
sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah,
kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan
apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul
karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan

8|Page
keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama
dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam
Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

َ‫س َو ْالقَ َم َر لَيَقُولُ َّن هَّللا ُ فَأَنَّى ي ُْؤفَ ُكون‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
َ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّش ْم‬ َ َ‫َولَئِ ْن َسأ َ ْلتَهُ ْم َم ْن خَ ل‬
ِ ‫ق ال َّس َم َوا‬

Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan
kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti
konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu
Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta,
melainkan juga pengatur alam semestaPernyataan lugas dan sederhana cermin manusia
bertuhan Allah sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah
pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas
tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang
bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta
Rasullullah sebagai Uswah hasanah.

C. Mengapa manusia menganut agama?

Pada hakekatnya, manusia adalah makhluk yang beragama (homo religius) karena salah
satu pembeda manusia dengan hewan adalah manusia memiliki potensi agama. Dalam setiap
diri manusia selalu ada pertanyaan yang selalu muncul dalam dirinya yaitu “dari mana saya
datang?”, “apa yang terjadi ketika saya sudah mati?”. Pertanyaan-pertanyaan ini yang
mengakibatkan manusia selalu mencari jawabannya. Mencari jawaban dan selalu ingin tahu
merupakan fitrah manusia yaitu hal yang sudah ada dan berdasar di dalam hidup manusia.
Para ahli teologi Islam mengatakan bahwa fitrah adalah satu hal yang dibekalkan Allah
kepada setiap manusia. Karenanya, ciri-ciri sesuatu yang bersifat fitri adalah tidak dipelajari,
ada pada semua manusia, tidak terkurung oleh batas-batas teritorial dan masa, dan tidak akan
pernah hilang.

Manusia yang terus mencari jawaban atas untuk apa dia dilahirkan akan mencapai titik
dimana dia percaya bahwa tuhan itu nyata. Manusia adalah makhluk ciptaan-Nya. Makhluk
9|Page
dalam bahasa arab berarti "yang diciptakan", sebagai lawan kata Kholik memiliki arti
"Pencipta.” Manusia yang sadar akan hal ini percaya bahwa asal muasal dari segalanya
adalah dari sang Khalik atau Tuhan. Maka dari itu muncul keinginan untuk mengenal tuhan
lebih dekat. Dari keinginan inilah manusia mulai memeluk suatu agama.

Agama mengambil bagian pada saat- saat yang paling penting dan pada pengalaman-
pengalaman hidup. Agama merayakan kelahiran, menandai pergantian jenjang masa dewasa,
mengesahkan perkawinan serta kehidupan berkeluarga, dan melapangkan jalan dari
kehidupan kini menuju kehidupan yang akan datang. Agama juga memberikan
jawabanjawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan, seperti bagaimana
kehidupan dimulai, mengapa orang menderita, apa yang terjadi terhadap manusia jika sudah
mati. Mengingat semuanya ini kiranya tidak mengherankan jika agama memberikan banyak
inspirasi terhadap karya- karya terbesar dunia ini seperti dalam seni, musik dan literatur.
(Keene : 7)

Faktor lain yang menyebabkan manusia menganut agama karena manusia dalam
kehidupannya menghadapi berbagai tantangan baik yang datang dari dalam amupun dari luar.
Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan (lihat QS 12:5;
17:53). Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya- upaya yang
dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan.
Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga dan pikiran yang dimanifestasikan dalam
berbagai bentuk kebudayaan yang di dalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari
tuhan. Kita misalkan membaca ayat yang berbunyi “ Sesungguhnya orang- orang kafir itu
menafkahkan harta mereka untuk menghalangi orang dari jalan Allah (QS al-Anfal,36).

Berbagai bentuk budaya, hiburan, obat- obat terlarang dan lain sebagainya dibuat dengan
sengaja.” Pada zaman semakin sekuler ini agama memainkan peranan penting terhadap
kehidupan berjuta- juta manusia”.( Keene : 6) Untuk itu upaya mengatasi dan membentengi
manusia adalah dengan mengajarkan mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan
tantangan hidup demikian itu, sangat meningkat, sehingga upaya mengagamakan masyarakat
menjadi penting.

10 | P a g e
BAB III

KESIMPULAN

Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi oleh manusia.
Ikatan ini mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Ikatan itu berasal dari
kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, sebagai fitrah yang diberikan Tuhan kepada hamba-
Nya. Agama sangat berguna dan mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan manusia,
yaitu agama merupakan unsur mutlak dalam pembinaan karakter pribadi dan membangun
kehidupan sosial yang rukun dan damai, mendidik agar memiliki jiwa yang tenang,
membebaskan dari belenggu perbudakan, berani menegakkan kebenaran, memiliki moral
yang terpuji dan agama dapat mengangkat derajat manusia lebih tinggi dari makhluk Tuhan
yang lain.

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid
(monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan yang
mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan
khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-
Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama
Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya
Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-
lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang
dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam
mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika
konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka
yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

11 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia : Pengantar Antropologi


Agama. (Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada : 2006),Hal.33

Daradjat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta : Bulan Bintang, 2005),Hal 10

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi


dan Pendidikan Tinggi. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi.(Jakarta :
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi, 2006) Hal 30 - 48

Imam khanafi Al-jauharie, filsafat Islam,(Yogyakarta: Gama media, 2009)

Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002) Hal 29

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai