Anda di halaman 1dari 47

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY.R DENGAN

GANGGUAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)

DIRUANG VK RSUD MA SENTOT INDRAMAYU

DISUSUN OLEH :

1. ANITI R200414004
2. ASEP RETNO R200414006
3. ASRI PRIANI R200414007
4. FITRIA R200414017
5. SAHRUL AZIZ A R200414036

YAYASAN INDRA HUSADA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDRAMAYU

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketuban pecah merupakan suatu keadaan dimana kondisi pasien merasakan

pecahnya ketuban disertai dengan tanda inpartu dan setelah satu jam tepat tidak di

ikuti dengan proses inpartu (Susiloswati & Astuti, 2010). Ketuban pecah dini

(KPD) merupakan suatu keadaan dimana pecahnya selaput ketuban sebelum

persalinan. Bila KPD terjadi sebelum kehamilan 37 minggu di sebut dengan

kehamilan premature. Pecahnya selaput ketuban dapat di duga berkaitan dengan

perubahan prosesbiokimiawi yang terjadi dalam kolagen matriks ekstrasel amino

dan apoptosis membran janin yang dapat meningkatkan angkat kematian ibu dan

anak (Lowing, 2015).

Kejadian Ketuban pecah dini (KPD) dapat menimbulkan beberapa masalah

bagi ibu maupun janin misalnya pada ibu akan dapat menyebabkan infeksi

puerpelaris/masa infas, partus lama, pendarahan post partum, peningkatan

morbiditas, mortalitas maternal dan dapat menyebabkan kematian. Resiko

kecacatan dan kematian dan janin juga tinggi pada kejadian ketuban pecah dini

(KPD) (Mudayanti & Maemunah, 2017).

Keberhasilan upaya kesehatan ibu diantaranya dapat dilihat dari indikator

angka kematian ibu (AKI). Sejak tahun 1991 sampai 2015 Angka Kematian Ibu

Indonesia mengalami naik turun, pada tahun 1991 sampai 2007 AKI Indonesia

mengalami penurunan dari 390 kematian menjadi 228 kematian. Pada tahun 2012
mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 359 kematian per 100.000 KH

dan tahun 2015 menurun menjadi 305 kematian per 100.000 KH (Kemenkes RI,

2015).

Data yang diperoleh dari RSUD M.A Sentot pada bulan september 2020

terdapat 40 kasus KPD dan bulan Oktober 2020 terdapat 38 kaus KPD. Persalinan

dengan ketuban pecah dini biasa dijumpai pada kehamilan multipel, trauma,

hidroamnion, dan gemelli. Masa nifas merupakan merupakan hal penting untuk di

perhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Upaya ini

telah menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir yang di

sertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam

keselamatan jiwa. Pada tanggal 06 April 2021 jam 05.00 Ny. R datang ke RSUD

M.A Sentot post natal spontan indikasi KPD dengan keluhan ketuban.

Berdasarkan kejadian tersebut maka kelompok tertarik untuk mengkaji

permasalahan dengan memaparkan seminar kasus dengan judul ” Asuhan

Keperawatan Pada Ny. “R” Post Partum Spontan Dengan Ketuban Pecah Dini

di RSUD MA Sentot tanggal 06 April 2021”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan

keperawata pasien yang mengalami Ketuban Pecah Dini

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian Ketuban Pecah Dini.


b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang etiologi terjadinya Ketuban Pecah

Dini

c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi Ketuban Pecah Dini.

d. Mahasiswa mampu menjelaskantentang tanda dan gejala terjadinya Ketuban

Pecah Dini.

e. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dari Ketuban Pecah Dini.

f. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan dengan Ketuban

Pecah Dini.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian dari Ketuban Pecah Dini.

2. Apakah Etiologi terjadinya Ketuban Pecah Dini.

3. Bagaimana Patofisiologi terjadinya Ketuban Pecah Dini.

4. Bagaimana Tanda dan Gejala terjadinya Ketuban Pecah Dini

5. Bagaimana Komplikasi dari Ketuban Pecah Dini

6. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan dengan Ketuban Pecah Dini.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Ketuban pecah dini atau spontaneous/ early/ premature rupture of the

membrane (PORM) merupakan pecahnya ketuban sebelum in partu yaitu jika

pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm

(Mochtar, 2013).

Ketuban pecah dini yaitu bocornya cairan amnion sebelum mulainya

persalinan terjadi pada kira-kira 7-12% kehamilan. Ketuban pecah dini adalah

pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini

yang terjadi pada umur kehamilan diatas 37 minggu, sedangkan pada umur

kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu banyak.

Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial obstetric dalam

kaitannya dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban sebelum Waktunya

menyebabkan kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas yang

akan meningkatkan kesakitan dan kematian ibu maupun janinnya (Manuaba,

2009).

Dapat disimpulkan dari ketiga definisi diatas bahwa ketuban pecah dini

adalah suatu kondisi dimana ketuban mengalami robekan/pecah sebelum

waktunya.
B. ETIOLOGI

Menurut (Manuaba, 2009) penyebab terjadinya ketuban pecah dini

adalah:

1. Serviks inkompeten yaitu kelainan pada serviks uteri dimana kanalis

servikalis selalu terbuka.

2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda

dan hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas 7

ostium uteri internum pada serviks atau peningkatan intra uterin secara mendadak.

3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan

genetik).

4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut

fase laten.

a. Makin Panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan terjadinya

infeksi.

b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahnya tanpa

menimbulkan morbilitas janin.

c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat

5. Kelainan letak janin dalam Rahim misalnya letak sungsang dan letak

lintang, karena tidak ada bagian rendah yang menutupi pintu atas panggul yang

dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah. Kemungkinan

kesempitan panggul, perut gantung, sepalovelvik, disproporsi.


6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun

asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban biasa menyebabkan

terjadinya ketuban pecah dini.

Menurut (Sinseng, 2008) penyebab terjadinya infeksi pada ibu bersalin

dengan ketuban pecah dini yaitu setelah ketuban pecah maka kuman yang berada

di dalam serviks mengadakan invasi ke dalam saccus amnion dalam waktu 24 jam

cairan amnion akan terinfeksi. Akibat dari infeksi cairan amnion maka akan

terjadi infeksi pada ibu dan janin.

C. PATOFISIOLOGI

Menurut (Manuaba, 2009) mekanisme terjadinya ketuban pecah dini

dimulai dengan terjadinya pembukaan premature serviks, lalu kulit ketuban

mengalami devaskularisasi. Setelah kulit ketuban mengalami devaskularisasi

selanjutnya kulit ketuban mengalami nekrosis sehingga jaringan ikat yang

menyangga ketuban makin berkurang. Melemahnya daya tahan tubuh dipercepat 9

dengan adanya infeksi yang mengeluarkan enxim yaitu enzim proteolotik dan

kolagenase yang diikuti oleh ketuban pecah spontan. Pecahnya ketuban pada saat

persalinan secara umum disebabkan oleh adanya kontraksi uterus dan juga

peregangan yang berulang. Selaput ketuban pecah pada bagian tertentu

dikarenakan adanya perubahan biokimia, yang mengakibatkan berkurangnya

keelastisan selaput ketuban, sehingga menjadi rapuh. Biasanya terjadi pada daerah

inferior (Prawirohardjo, 2010).

Selaput ketuban yang tadinya sangat kuat pada kehamilan muda akan

semakin menurun seiring bertambahnya usia kehamilan, dan puncaknya pada


trimester ketiga. Selain yang telah disebutkan di atas, melemahnya kekuatan

selaput ketuban juga sering dihubungkan dengan gerakan janin yang berlebihan.

Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis

(Prawirohardjo, 2010). Setelah ketuban pecah maka kuman yang berada di dalam

serviks mengadakan invasi ke dalam saccus amnion dalam waktu 24 jam cairan

amnion akan terinfeksi. Akibat dari infeksi cairan amnion maka akan dapat terjadi

infeksi pada ibu. Infeksi yang dapat ditimbulkan yaitu infeksi puerpuralis (nifas),

peritonitis, septicemia dan dry-labor.


Pathway
D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda yang terjadinya ketuban pecah dini adalah merembesnya cairan

air ketuban melalui vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau

amoniak, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus

8 diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala

janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat

kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, berak vagina yang banyak,

nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi.

(Sunarti, 2017).

Ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan seperti air dari

vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini

terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Cairan keluar melalui selaput

ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah usia kehamilan mencapai 28

minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang sebenarnya

dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban

pecah dini. Jadi ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan. (Darma Sari, 2017).

Tanda dan gejala terjadinya infeksi ditandai dengan adanya demam

38°C dan minimal 2 dari kondisi berikut: takikardi pada ibu, takikardi pada janin,

nyeri tekan uterus, cairan ketuban berbau busuk, atau darah ibu mengalami

leukositosis. Roangga ketuban umumnya steril. Invassi mikroba dari rongga

ketuban mengacu pada hasil kultural mikroorganisme cairan ketuban yang positif

(Suwiyoga, 2017).
E. KOMPLIKASI

Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin menurut

(Sunarti, 2017) yaitu:

1. Prognosis Ibu Komplikasi yang dapat disebabkan ketuban pecah dini

pada ibu yaitu infeksi intrapartal/ dalam persalinan. Infeksi peurperalis/ masa

nifas, dry labour/11 partus lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan

operatif obstetric (khususnya SC), morbilitas dan mortalitas maternal.

2. Prognosis Janin Komplikasi yang dapat disebabkan ketuban pecah

dini yaitu prematuritas (sindrom distress pernapasan, hipotermia, masalah

pemberian makanan neonatal), retinopati premturit, perdarahan intraventrikuler,

enterocolitis necroticing, gangguan otak dan risiko celebral palsy,

hiperbillirubinemia, anemia, sepsis, prolapse funiculi/ penurunan tali pusat,

hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolapse uteri, persalinan lama, skor

APGAR rendah, ensefalopati, celebral palsy (perdarahan intrakranial, gagal ginjal,

distres pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hypoplasia

paru, deformitas ekstermitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbilitas dan

mortalitas perinatal.

F. PENATALAKSANAAN

1. Pencegahan

a. Obati infeksi genokokus klamdi

b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan


c. Motivasi untuk menambah berat badan

d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila

ada faktor predisposisi

2. Jelaskan pasiien yang memiliki riwayat saat prenatal bahwa mereka harus

segera melapor bila ketuban pecah

3. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat menyebabkan prolapse

4. Bila ketuban telah pecah

a. Anjurkan pengkajian secara seksama

b. Bila robekan ketuban tampak kasar

1) Pasien terlentang tekan fundus untuk melihat adanya semburan

2) Basahi kapas asupan dengan cairan

3) Sebagian cairan diusapkan ke atas kerta nitrazine

c. Bila pecah ketuban dan/ tanda kemungkinan infeksi tidak jelas lakukan

pemeriksaan perkulum steril

d. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien tejangkit herpes tipe

2 rujuk ke dokter

5. Penatalaksanaan konservatif

a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah

b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan ke

vagina

c. Saat menunggu tetap pantau pasien dengan ketat

6. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah

a. Persalinan spontan
1) Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam

2) Anjurkan pemantauan janin internal

3) Beritahu profesi lain (dokter/sp. Anak/sp. Obstetric)

4) Lakukan kultur semua panduan

b. Indikasi persalinan

1) Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter

2) Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam

3) Pemberian antibiotic

G. PENGKAJIAN

Pemeriksaan fisik : mengkaji keadaan umum pasien terlebih dahulu

seperti GCS tingkat kesadaran, tanda –tanda vital (TTV) dilanjutkan dengan

melakukan pemeriksaan fisik head to toe dari :

1. Kepala : pemeriksaan pada rambut, telinga, mata, mulut dan leher

apakah ada kelainan pada pembagian tertentu adanya benjolan atau tidakada

edema atau tidak

2. Dada : pemeriksaan pada mamae, areola

3. Abdomen : pemeriksaan leopold, tinggi fundus uteri, detak jantung

janin (DJJ)

4. Genitalia dan perineum : pemeriksaan dalam seperti vagina toucher

(VT) status portio, warna air ketuban

5. Ektremitas atas dan bawah : lihat dan raba apabila ada tanda-tanda

edema, varises, dan sebagainya


H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk memperoleh

keterangan yang lebih jelas pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data

penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan ultrasonography

(USG).

I. INFORMASI TAMBAHAN

Setelah ketuban pecah dokter akan memeriksa apakah janin sudah siap

dilahirkan karena menunda kelahiran setelah ketuban pecah beresiko menimbulkan

infeksi apabila belum ada tanda-tanda akan melahirkan maka dokter kandungan

menyarankan induksi untuk mempercepat persalinan namun apabila ketuban pecah

dini dan terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 34 minggu paru-paru janin

belum terbentuk sempurnah sehingga belum siap untuk dilahirkan, pematangan

paru-paru janin agar dapat mempercepat kelahiran untuk mencegah infeksi dokter

memberikan antibiotic, setelah janin dirasa sudah siap untuk dilahirkan baru dokter

akan melakukan proses induksi.


J. ANALISA DATA

MASALAH
DATA SENJANG PENYEBAB
KEPERAWATAN
DS : mengeluh nyeri Agen pencedera fisik Nyeri akut

DO :

1. Tampak meringis

2. Gelisah

3. Tekanan darah

meningkat

4. Frekuensi nadi

meningkat

5. Pola nafas berubah

6. Bersikap protektif
DS : Kurang terpapar ansietas

1. Mengeluh pusing informasi

2. Merasa bingung

3. Merasa khawatir

dengan akibat dan

kondisi yang

dihadapi

DO :

1. Tampak gelisah

2. Sulit tidur

3. Frekuensi nafas
meningkat

4. Frekuensi nadi

meningkat
DS : - Ketidakadekuatan Risiko infeksi

DO : nilai leukosit perlakuan tubuh

melebihi nilai normal primer : ketuban

pecah sebelum

waktunya

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS

1. D.0077 Nyeri Akut berhubungan dengan ketegangan otot Rahim yang

ditandai dengan data senjang

2. D.0142 Risiko Infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini yang

ditandai dengan data senjang

3. D.0080 Ansietas berhubungan dengan persalinan premature/neonates

ditnadai dengan datas senjang


L. INTERVENSI KEPERAWATAN

N RENCANA KEPERAWATAN

o.

D TUJUAN TINDAKAN RASIONAL

x
1 Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk mengetahui

tindakan keperawatan vital perkembangan

selama ….x 24 jam 2. Kaji nyeri secara lebih lanjut

nyeri akut dapat komprehensif mengenai ttv

teratasi dengan kriteria 3. Ajarkan pasien pasien

hasil sebagai berikut : teknik relaksasi 2. Untuk mengetahui

1. Tanda-tanda 4. Kolaborasi penyebab nyeri

vital dalam pemberian obat secara

batas normal analgetik komprehensif

2. Pasien tampak 3. Untuk

tenang mengurangi nyeri

3. Nyeri dengan

berkurang nonfarmakologis

4. Untuk

mengurangi nyeri

dengan pemberian

analgetik
2 Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk mengetahui

tindakan keperawatan infeksi tanda-tanda


selama … x 24 jam 2. Pantau keadaan infeksi dan

diharapkan tidak terjadi umum pasien mencegah

infeksi dengan kriteria 3. Berikan terjadinya

hasil sebagai berikut : lingkungan yang perburukan

1. Tidak ada nyaman 2. Untuk mengetahui

tanda-tanda 4. Kolaborasi keadaan umum

infeksi pemberian obat pasien saat

2. Suhu tubuh antibiotik perawatan

dalam batas 3. Untuk

normal memaksimalkan

3. Leukosit dalam istirahat pasien

batas normal 4. Untuk

mengurangi

penyebaran

mikroorganisme
3 Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui

tindakan keperawatan kecemasan kecemasan pasien

selama … x 24 jam 2. Anjurkan pasien dan

tidak mengalami untuk istirahat total pencegahannya

ansietas dengan kriteria 3. Berikan suasana 2. Membuat pasien

hasil sebagai berikut ; yang tenang dan nyaman serta

1. Pasien tidak ajarkan keluarga meningkatkan

cemas untuk memberikan relaksasi pasien

2. Pasien sudah dukungan 3. Untuk


mengetahui emosional pasien memberikan rasa

keadaan yang nyaman, serta

dialami menurunkan

kecemasan pada

pasien

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY. D

DI RUANG TENGGIRI (MELAHIRKAN) RSUD MA SENTOT PATROL

Nama Mahasiswa : Kelompok 3

Tanggal Pengkajian : 6 April 2021

Tanggal Masuk RS : 6 April 2021

1. IDENTITAS

A. Identitas Klien

Nama Klien : Ny. R

Umur : 20 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Diagnose Medis : G1P0A0 CPD + Post Natal

Alamat : Patrol Baru

B. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. N

Umur : 30 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Patrol Baru

Hub. Keluarga : Suami

2. PENGKAJIAN

a. Keluhan Utama

Nyeri

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan bahwa sudah mulai kerasa kontraksi sejak pukul 04.00

WIB, kemudian pada pukul 04.20 WIB dini hari, saat pasien ke kamar

mandi untuk BAK keluar lender berwarna putih dari jalan lahir. Timbul

secara mendadak pasien mengira lendir tersebut hanya keputihan biasa

selang beberapa saat kaki kiri bayi keluar dari jalan lahir, pasien pun panik

dan memanggil suami dan mertuanya, suami pasien memutuskan untuk

pergi ke RS, Pasien dibawa ke Rumah Sakit pada tanggal 6 April 2021
pukul 05. 00 WIB. Jam 06.00 pasien dilahirkan spontan oleh bidan di IGD

kebidanan. Jam 08.40 pasien dibawa ke ruang Tenggiri. Saat dilakukan

pengkajian pada tanggal 6 april 2021 pukul 10.00 WIB kondisi pasien

baik, kesadaran compos mentis, GCS 15, TD: 110/70 mmHg, N: 88 x /

menit, RR: 20 x / menit, S: 36. Pasien mengeluh nyeri, nyeri dirasakan

seperti ngilu, pada daerah pinggang skala nyeri 6 (0 – 10), nyeri dirasa

hilang timbul, Pasien tampak berkeringat

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan ini merupakan kelahiran yang pertama. Pasien tidak

memiliki riwayat alergi makanan, minuman maupun obat obatan.

d. Riwayat Kehamilan Saat Ini

HPHT : 2 Agustus 2020

HPL : 9 Mei 2021

BB Selama Hamil :

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit

menular dan seperti TB paru dan keturunan diabetes mellitus dan

hipertensi.

3. DATA BIOLOGIS

No. Pola Kehidupan Sehari – Hari Saat Sehat Saat Sakit


1. Pola Nutrisi

a. Makan

1) Jenis Nasi, sayur, lauk Roti, bubur


pauk

2) Frekuensi 3 kali sehari

3) Porsi 1 piring setiap kali

makan

4) Pantangan Tidak ada

5) Keluhan Tidak ada

b. Minum

1) Jenis Air putih, teh dan Teh manis

susu

2) Frekuensi 4 – 7 kali sehari >4 kali sehari

3) Porsi 1 gelas 1 lt

4) Pantangan Tidak ada Kopi, soda

5) Keluhan Tidak ada Haus


2. Pola Eliminasi

a. Urin (BAK)

1) Frekuensi 2 – 4 kali sehari >4 kali sehari

2) Jumlah 250 cc/jam >250 cc

3) Warna Kuning Kuning

4) Bau Khas amoniak Khas amoniak

5) Total produksi 180 cc sekali BAK

6) Keluhan Tidak ada Tidak ada


b. Alvi (BAB)

1) Frekuensi 2 kali sehari 1 kali

2) Warna Kuning kecoklatan kuning

3) Konsistensi Lembek lembek

4) Bau Khas khas

5) Keluhan Tidak ada Tidak ada

3. Pola Istirahat dan Tidur

a. Tidur Siang

1) Lamanya 1 – 4 jam sehari Belum tidur

2) Kualitas Nyenyak siang selama

3) Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada masuk RS

4) Perasaan waktu bangun tidur Segar

5) Keluhan

b. Tidur Malam Tidak ada Lemas

1) Lamanya

2) Kualitas 6 – 7 jam

3) Kebiasaan sebelum tidur Kurang nyenyak

4) Perasaan waktu bangun Tidak ada

5) Keluhan Lesu

Tidak bisa tidur


4. Pola Aktivitas dan Kebersihan

Diri

a. Personal Hygyne
1) Mandi

a) Frekuensi 2 kali sehari Belum mandi

selama masuk

b) Sarana Mandi Sabun, air bersih RS

2) Gosok Gigi

a) Frekuensi 2 kali sehari Belum gosok

gigi selama

b) Sarana gosok gigi Pasta gigi, air bersih masuk RS

dan sikat gigi

3) Keramas

a) Frekuensi 1 kali seminggu

b) Sarana Air bersih dan Belum keramas

shampoo

4) Kuku

a) Keadaan kuku Bersih pendek Bersih pendek

b) Frekuensi potong kuku Seminggu sekali Seminggu sekali

5) Berhias

6) Keluhan Tidak Tidak

Tidak ada Tidak ada


5. Pola Reproduksi Seksual

a Menstruasi pertama 12 tahun

b Lama siklus 1 minggu

c Keputihan Tidak Tidak

d Dismenorea Tidak Tidak


e Masalah hubungan seksual Tidak ada Tidak ada

f Operasi alat reproduksi Tidak pernah Tidak pernah

g Keluhan Tidak pernah Tidak pernah


4. PENGETAHUAN IBU TENTANG

1. Senam Hamil:

Pasien mengatakan bahwa dirinya mengetahui tujuan dari dilakukannya

senam hamil namun jarang dilakukan dan jarang ada kegiatan senam hamil

dari puskesmas daerah.

2. Kesiapan mental ibu dan keluarga:

Pasien mengatakan bahwa seorang perempuan yang telah melahirkan harus

memiliki sikap mental yang siap dan kuat untuk menjadi seorang ibu

3. Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri,

proses persalinan:

Pasien mengatakan belum memahami tentang tanda-tanda melahirkan, cara

menangani nyeri dan proses persalinan

4. Perawatan payudara:

Pasien mengatakan bahwa belum mengerti tentang perawatan payudara

sehingga belum bisa melakukan perawatan payudara dengan baik, benar dan

tepat

5. Perawatan bayi:

Pasien mengatakan sedikit mengerti terkait perawatan bayi karena di ajarkan

langsung oleh ibu kandungnya atau dari ibu mertuannya.

6. Perawatan nifas:
Pasien mengatakan bahwa kurang mengerti terkait perawatan nifas sehingga

pasien belum mampu sepenuhnya dalam melakukan perawatan nifas

dikarenakan rasa tidak nyaman pasca melahirkan sehingga perawatan nifas

dibantu oleh

7. Menyusui:

Pasien mengatakan bahwa masih khawatir dalam memberikan asi terutama

dari segi posisi bayi dikarenakan pasien baru pertama kalinya memiliki

seorang bayi serta pertama kali untuk pemberian asi pada bayi.

5. PEMERIKSAAN FISIK

1. Sistem pernafasan

Tipe pernafasn pasien menggunakan hidung, bentuk dada normal, bentuk

tulang belakang normal, warna kulit putih kekuning-kuningan, pergerakan

dada simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, pergerakan dada simetris,

frekuensi nafas 20x/menit, irama nafas regular. Tidak terdapat nyeri tekan

pada dada, taktil premitus normal, tidak ada pembengkakan didada. Intentitas

dada normal, nada rendah, kualitas normal dan fibrasi yang dihasilkan

normal. Lobus kanan dan kiri atas normal, lobus kanan-kiri bawah normal,

suara nafas normal, jenis nafas normal.

2. Sistem kardiovaskuler

Konjungtiva anemis, sclera ikterik, mukosa bibir lembab, tidak terdapat

sianosis, irama jantung regular, bunyi jantung normal, irama jantung regular,

bunyi jantung normal, tidak ada bunyi jantung tambahan,, CRT <3 detik,

kekuatan nadi kuat, akral dingin kering, TD: 110/70 mmHg ,Nadi: 88x/menit.
3. Sistem persyarafan

Fungsi penciuman baik, bentuk normal, fungsi penglihatan baik, reflek pupil

cepat, pupil isokor, reflek mengunyah baik, wajah klien simetris,fungsi

pendengaran baik, fungsi menelan baik, lidah simetris, fungsi pengecapan

baik, orientasi tempat waktu dan orang adalah baik, kaku kuduk baik, reflek

patella baik.

4. Sistem penglihatan

Bola mata simetris, sclera mata ikterik, reflek cahaya pada pupil cepat, ukran

pupil simetris, reflek lapang pandang baik, tidak ada pembengkakkan pada

mata, tidak ada edema palpebra, tidak terdapat secret dan tidak terdapat

strabismus.

5. Sistem pendengaran

Bentuk telinga dan kiri simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada

pembengkakkan telinga, tes pendengaran tidak dapat dikaji, telinga bersih,

tidak ada nyeri tekan pada tulang mastoid, tidak terdapat secret pada telinga.

6. Sistem perkemihan dam genetalia

Genetalia normal, kebersihan tidak baik, tidak ada pembengkakkan ginjal,

tidak ada distensi kandung kemih, tidak terpang kateter, keluhan BAK hanya

kesulitan saat berjalan karena pasca melahirkan terdapat bercak darah di kain

pasien

7. Sistem pencernaan
Mulut bersih, bibir simetris, mukosa bibir lembab,tidak terdapat stomatitis,

lidah kotor, tidak ada carieses gigi, ada tonsillitis, reflek mengunyah baik,

reflek menelan baik tidak ada nyeri menelan,bentuk abdomen simetris, warna

striae coklat,tidak terdapat jaringan parut, tidak ada lesi dan tidak ada

kemeraha., Ada bising usus 15x/menit. Tidak ada pembengkakkan, tidak ada

nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas, tidak ada pembesaran hepar.

8. Sistem musculoskeletal

Ekstremitas atas: Warna kulit putih kekuning-kuningan ikterus, bentuk

simetris, tidak ada edema, kekuatan otot kiri dan kanan yaitu 4, keutuhan jari-

jari normal, tidak ada fraktur,tonus otot baik, terpasang infusan RL 20 tpm

dibagian ekstremitas atas kanan.

Ekstremitas bawah: bentuk simetris, tidak ada edema kekuatan otot

ekstremitas atas dan bawah kanan-kiri adalah 4, keutuhan jari normal, tidak

ada fraktur, tonus otot baik.

9. Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakkan kelenjar

getah bening, tidak terdapat tremor, tidak ada keringat telapak tangan yang

berlebihan, tidak ada penonjolan mata

10. Sistem integument

Warna kulit putih kekuning-kuningan, turgor kulit baik, kulit lembab, tidak

ada kelainan kulit, keadaan kulit bersih, tidak ada edema, rambut kotor.

11. Genetalia

a. Edema vulva : Tidak


b. Varises : Tidak

c. Keputihan : Ada

d. Kebersihan : Kotor

e. Condiloma : Tidak

f. Pembesaran kelenjar bartolini : Tidak

g. pendarah berwarna merah gelap : ada

6. DATA PENUNJANG

Rontgen, Lab, dll.

No Jenis Tanggal Hasil Nilai normal Interpretasi

pemeriksaan
1 Laboratorium : 06/04/2021
Leukosit 11,200/uL 4,500- Normal

12,500/uL
Eritrosit 4,5 10^6uL 3,8-5,2 Normal

10^6uL
Hemoglobin 8,8 g/dL 11,7-15,5 Menurun

g/dL
Hematokrit 28,1 % 35-47 % Menurun
Trombosit 873,000 uL 154,000- Menurun

386,000 uL
MCV 62,0 fL 80-100 fL Menurun
MCH 19,5 pg 28-33 pg Menurun
MCHC 31,5 g/dL 33-36 g/dL Menurun
Basofil 0% 0-1 % Normal
Eosinofil 3% 2-4 % Normal
Netrofil batang 4% 2-7% Normal
Netrofil segmen 58% 50-70% Normal
Limfosit 31% 25-40% Normal
Monosit 4% 2-8% Normal
Golongan darah B
Golongan rhesus Positif
GDS 103,1 74-180 Normal
mg/dL mg/dL
Screening B20 Non reaktif Non reaktif Normal
TPHA Non reaktif Non reaktif Normal
Anti SARS Non reaktif Non reaktif Normal

CoV-2 IgG
Anti SARS Non reaktif Non reaktif Normal

CoV-2 IgM
2 Radiologi - - - -

7. OBAT OBATAN

No Nama Obat Dosis Waktu Cara Pemberian


1 Ringer Laktat 20 tpm IV
2 Cefotaxim 2x½ 09.00, IV

21.00
VIII.ANALISA DATA

Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan


Tanda mayor Post partum Ketidaknyamanan

Ds : Pasca partum

Pasien mengeluh nyeri pada (D.0075)


Aspekfisiologis
daerah pinggang, nyeri

dirasakan seperti ngilu, nyeri

dirasa hilang timbul, skala Reproduksi

nyeri 6 (0 – 10).

Do :
Involusi uteri, involusi

daerah implantasi
Tanda minor
plasenta serfik
Ds : Perubahan pada vagina
Do : Kencang pada clitoris

Pasien tampak berkeringat Dan labia

Luka perineum

Pengeluaran kolostrum

Ketidak nyamanan
Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
pasca partum
Tanda mayor Duktus dan alveoli Defisit Pengetahuan

(D.0111)
Ds :
efektif
Pasien mengatakan belum

memahami tentang tanda-


Asi Keluar
tanda melahirkan, cara

menangani nyeri dan proses


Ibu tidak tahu cara
persalinan
menyusui
Pasien mengatakan bahwa

kurang mengerti terkait


Defisit Pengetahuan
perawatan nifas sehingga

pasien belum mampu

sepenuhnya dalam melakukan

perawatan nifas dikarenakan

rasa tidak nyaman pasca

melahirkan sehingga

perawatan nifas dibantu

Do :

Ds : Post Partum Resiko Pendarahan

(D. 0012)
- Pasien mengatakan nyeri dan
Robekan
lemas
servik,robekan
Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
Do : perinium

- Pasien Tampak Lemas

- Trombosit Menurun :

873,000
Terputusnya
- Hb Menurun:8,8 G/Dl
kontinuitas pembuluh

darah

Resiko Pendarahan

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS

1. Ketidaknyamanan Pasca Partum b.d ketidak adekuatan sumber daya d.d

Ds :

- Pasien mengeluh nyeri pada daerah pinggang, nyeri dirasakan seperti

ngilu, nyeri dirasa hilang timbul, skala nyeri 6 (0 – 10).

Do :

- Pasien tampak berkeringat

2. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d

Ds :
- Pasien mengatakan belum memahami tentang tanda-tanda melahirkan,

cara menangani nyeri dan proses persalinan

- Pasien mengatakan bahwa kurang mengerti terkait perawatan nifas

sehingga pasien belum mampu sepenuhnya dalam melakukan perawatan

nifas dikarenakan rasa tidak nyaman pasca melahirkan sehingga perawatan

nifas dibantu

Do :

3. Resiko Pendarahan b.d Trombositonia d.d

Ds: Pasien mengatakan nyeri dan lemas

Do :

- Pasien tampak lemas

- Anemis

- Trombosit menurun : 873,000

- HB 8,8 g/dl
9. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Perencanaan Keperawatan
Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor keadaan lokia (mis. warna, 1. Mengetahui kondisi lokhea

keperawatan selama 1 x 24 jam jumlah) 2. Mencegah terjadinya

diharapkan ketidaknyamanan pasca 2. Periksa perineum atau robekan infeksi

partum teratasi dengan (kemerahan, edema, ekimosis, 3. Agar ibu dan keluarga

Kriteria hasil : pengeluaran, penyatuan jahitan) memahami tanda-tanda

Indikator IR ER 3. Jelaskan tanda bahaya nifas pada infeksi


- Lokhea 1 5
ibu dan keluarga 4. Mencegah terjadinya
- Tanda 1 5
4. Ajarkan cara perawatan perineum infeksi
infeksi
yang tepat 5.
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui kesiapan

keperawatan selama 1 x 24 jam kemampuan menerima informasi pasien untuk menerima

diharapkan gangguan deficit tentang menyusui informasi


No Perencanaan Keperawatan
Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Dx pengetahuan teratasi. Kriteria hasil : 2. Sediakan materi dan media 2. Untuk menunjang sebagai

Indicator IR ER pendidikan kesehatan berupa media pendidikan kesehatan


- Perilaku 1 5
leaflet 3. Menyiapkan pasien sesuai
sesuai
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan dengan jadwal
anjuran
tentang menyusui sesuai 4. Untuk meningkatkan
- verbalisasi 1 5
kesepakatan pengetahuan ibu cara
minat dalam
4. Ajarkan pasien cara menyusui menyusui dengan benar
belajar
dengan benar
- Perilaku 1 5

sesuai

pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan 1. Untuk memantau terjadinya

keperawatan selama 1 x 24 jam 2. Dukung ibu untuk melakukan perdarahan

diharapkan resiko perdarahan tidak ambulasi dini 2. Untuk mencegah terjadinya


No Perencanaan Keperawatan
Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Dx terjadi 3. Anjurkan meningkatkan asupan perdarahan yang parah

Kriteria hasil : makanan dan vitamin K 3. Mengurangi resiko

Indicator IR ER 4. Kolaborasi pemberian obat terjadinya perdarah


- Perdarahan 1 5
pengontrol perdarahan, Jika perlu 4. Mencegah terjadinya
vagina
perdarahan
- Tekanan darah 1 5

- Nadi

- Kontraksi uterus 1 5

1 5
10. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

N Tgl Implementasi Ttd Tgl Evaluasi Ttd

o
1 6 april 1. Melakukan monitor 6 april S: Pasien mengeluh nyeri

2021 pada keadaan lokhea 2021 pada daerah pinggang, nyeri

10.00 ibu (mis. warna, 13.14 dirasakan seperti ngilu, nyeri

jumlah) dirasa hilang timbul, skala

Respon : nyeri 6 (0 – 10).

Cairan vagina O:

berwarna merah
Pasien tampak berkeringat
2. Melakuka
A : masalah tertasi sebagian
Pemeriksaan
P: lanjutkan intervensi
perineum atau

robekan (kemerahan,

edema, ekimosis,

pengeluaran,

penyatuan jahitan)

Respon :

Tidak ada

kemerahan, edema,

ekimosis, kondisi

jahitan utuh

3. Ajarkan cara
N Tgl Implementasi Ttd Tgl Evaluasi Ttd

o
perawatan perineum

yang tepat

Respon :

Pasien kooperatif
2 6 april 1. Identifikasi kesiapan dan 6 april S:

2021 kemampuan menerima 2021 - Pasien mengatakan belum

10.20 informasi tentang 10.25 memahami tentang tanda-

menyusui tanda melahirkan, cara

Respon : pasien belum menangani nyeri dan proses

mengetahui teknik persalinan

menyusui yang benar - Pasien mengatakan bahwa

2. Melakukan perawatan kurang mengerti terkait

payudara perawatan nifas sehingga

Respon : pasien pasien belum mampu

kooperatif sepenuhnya dalam

melakukan perawatan nifas

dikarenakan rasa tidak

nyaman pasca melahirkan

sehingga perawatan nifas

dibantu

O: -

A: masalah teratasi sebagian


N Tgl Implementasi Ttd Tgl Evaluasi Ttd

o
P: lanjutkan intervensi
3 6 april 1. Memonitor tanda dan 6 april S:

2021 gejala perdarahan 2021 Pasien mengatakan nyeri dan

10.34 Respon : 10.45 lemas

Tidak ada tanda-tanda O:

perdarahan pasien tampak lemas

2. Mendukung ibu untuk anemis

melakukan ambulasi
trombosit menurun : 873,000
dini
HB menurun: 8,8 g/dl
Respon :
A: masalah teratasisebagian
Pasien mampu miring
P: lanjutkan intervensi
kanan dan kiri

BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Pasien Ny.R berusia 20 tahun berjenis kelamin perempuan pendidikan SMP,

datang ke Rumah Sakit bersama oleh suaminya yaitu Tn. N berusia 30 tahun
seorang wiraswasta beralamat di patrol baru, diagnosa medis pasien CPD + Post

natal. Pasien dibawa ke Rumah Sakit pada tanggal 6 April 2021 pukul 05. 00 WIB

karena nyeri kontraksi. Pasien mengatakan bahwa sudah mulai kerasa kontraksi

sejak pukul 04.00 WIB, kemudian pada pukul 04.20 WIB dini hari, saat pasien ke

kamar mandi untuk BAK keluar lender berwarna putih dari jalan lahir. Timbul

secara mendadak pasien mengira lendir tersebut hanya keputihan biasa selang

beberapa saat kaki kiri bayi keluar dari jalan lahir, pasien pun panik dan

memanggil suami dan mertuanya, suami pasien memutuskan untuk pergi ke RS,

jam 06.00 pasien dilahirkan spontan oleh bidan di IGD kebidanan. Jam 08.40

pasien dibawya ke ruang Tenggiri.

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 6 april 2021 pukul 09.10 WIB kondisi

pasien baik, kesadaran compos mentis, GCS 15, TD: 110/70 mmHg, N: 88 x /

menit, RR: 20 x / menit, S: 36. Pasien mengeluh nyeri pada daerah pinggang,

nyeri dirasakan seperti ngilu, nyeri dirasa hilang timbul, skala nyeri 6 (0 – 10).

Pasien tampak berkeringat. Pemeriksaan fisik didapatkan, Tipe pernafasn pasien

menggunakan hidung, bentuk dada normal, bentuk tulang belakang normal, warna

kulit putih kekuning-kuningan, pergerakan dada simetris, tidak ada pernafasan

cuping hidung, pergerakan dada simetris, frekuensi nafas 20x/menit, irama nafas

regular. Tidak terdapat nyeri tekan pada dada, taktil premitus normal, tidak ada

pembengkakan didada. Intentitas dada normal, nada rendah, kualitas normal dan

fibrasi yang dihasilkan normal. Lobus kanan dan kiri atas normal, lobus kanan-

kiri bawah normal, suara nafas normal, jenis nafas normal.


Konjungtiva ananemis, sclera ikterik, mukosa bibir lembab, tidak terdapat

sianosis, irama jantung regular, bunyi jantung normal, irama jantung regular,

bunyi jantung normal, tidak ada bunyi jantung tambahan,, CRT <3 detik, kekuatan

nadi kuat, akral dingin kering, TD: 110/70 mmHg ,Nadi: 88x/menit. Fungsi

penciuman baik, bentuk normal, fungsi penglihatan baik, reflek pupil cepat, pupil

isokor, reflek mengunyah baik, wajah klien simetris,fungsi pendengaran baik,

fungsi menelan baik, lidah simetris, fungsi pengecapan baik, orientasi tempat

waktu dan orang adalah baik, kaku kuduk baik, reflek patella baik. Bola mata

simetris, sclera mata ikterik, reflek cahaya pada pupil cepat, ukran pupil simetris,

reflek lapang pandang baik, tidak ada pembengkakkan pada mata, tidak ada

edema palpebra, tidak terdapat secret dan tidak terdapat strabismus.

Bentuk telinga dan kiri simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada

pembengkakkan telinga, tes pendengaran tidak dapat dikaji, telinga bersih, tidak

ada nyeri tekan pada tulang mastoid, tidak terdapat secret pada telinga. Genetalia

normal, kebersihan tidak baik, tidak ada pembengkakkan ginjal, tidak ada distensi

kandung kemih, tidak terpang kateter, keluhan BAK hanya kesulitan saat berjalan

karena pasca melahirkan. Mulut bersih, bibir simetris, mukosa bibir lembab,tidak

terdapat stomatitis, lidah kotor, tidak ada carieses gigi, ada tonsillitis, reflek

mengunyah baik, reflek menelan baik tidak ada nyeri menelan,bentuk abdomen

simetris, warna striae coklat,tidak terdapat jaringan parut, tidak ada lesi dan tidak

ada kemeraha., Ada bising usus 15x/menit. Tidak ada pembengkakkan, tidak ada

nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas, tidak ada pembesaran hepar. Ekstremitas atas:

Warna kulit putih kekuning-kuningan ikterus, bentuk simetris, tidak ada edema,
kekuatan otot kiri dan kanan yaitu 4, keutuhan jari-jari normal, tidak ada

fraktur,tonus otot baik, terpasang infusan RL 20 tpm dibagian ekstremitas atas

kanan. Ekstremitas bawah: bentuk simetris, tidak ada edema kekuatan otot kanan-

kiri adalah 4, keutuhan jari normal, tidak ada fraktur, tonus otot baik.

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakkan kelenjar

getah bening, tidak terdapat tremor, tidak ada keringat telapak tangan yang

berlebihan, tidak ada penonjolan mata Warna kulit putih kekuning-kuningan,

turgor kulit baik, kulit lembab, tidak ada kelainan kulit, keadaan kulit bersih, tidak

ada edema, rambut kotor. Tidak ada Edema vulva, tidak ada varises, Keputihan

ada, Kebersihan Kotor, Condiloma Tidak ada, Pembesaran kelenjar bartolini :

Tidak ada

B. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA

a. Ketidaknyamanan Pasca Partum b.d ketidak adekuatan sumber daya d.d

Ds :

- Pasien mengeluh nyeri pada daerah pinggang, nyeri dirasakan seperti

ngilu, nyeri dirasa hilang timbul, skala nyeri 6 (0 – 10).

Do :

- Pasien tampak berkeringat

b. Defisit Pengetahuan tentang menyusui b.d kurang terpapar informasi d.d

Ds :

- Pasien mengatakan belum memahami tentang tanda-tanda melahirkan,

cara menangani nyeri dan proses persalinan


- Pasien mengatakan bahwa kurang mengerti terkait perawatan nifas

sehingga pasien belum mampu sepenuhnya dalam melakukan perawatan

nifas dikarenakan rasa tidak nyaman pasca melahirkan sehingga perawatan

nifas dibantu

Do : -

c. Resiko Pendarahan b.d Trombositonia d.d

Ds:

- Pasien mengatakan nyeri dan lemas

Do :

- Pasien tampak lemas, anemis

- Trombosit menurun : 873,000

- HB 8,8 g/dl

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa ketidaknyamanan post partum

yaitu Monitor keadaan lokia (mis. warna, jumlah), Periksa perineum atau

robekan (kemerahan, edema, ekimosis, pengeluaran, penyatuan jahitan),

Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan keluarga, Ajarkan cara perawatan

perineum yang tepat

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa deficit pengetahuan, Identifikasi

kesiapan dan kemampuan menerima informasi tentang menyusui, Sediakan

materi dan media pendidikan kesehatan berupa leaflet, Jadwalkan pendidikan

kesehatan tentang menyusui sesuai kesepakatan, Ajarkan pasien cara

menyusui dengan benar.


Intervensi yang dilakukan pada diagnosa risiko perdarahan, Monitor tanda

dan gejala perdarahan Dukung ibu untuk melakukan

ambulasi dini, Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K,

Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, Jika perlu.

BAB V

A. Kesimpulan

Ketuban pecah dini yaitu bocornya cairan amnion sebelum mulainya

persalinan terjadi pada kira-kira 7-12% kehamilan. Ketuban pecah dini adalah

pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini

yang terjadi pada umur kehamilan diatas 37 minggu, sedangkan pada umur

kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu banyak..

Ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan seperti air dari

vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini

terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Cairan keluar melalui selaput

ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah usia kehamilan mencapai 28

minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang sebenarnya

dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban

pecah dini. Jadi ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan. (Darma Sari, 2017).

Pasien dengan gangguan sistem reproduksi yaitu KPD atau ketuban

pecah dini pada pasien My. R didapatkan 3 diagnosa prioritas yang pertama yaitu

ketidaknyamanan pasca partum , kedua defisit pengetahuan dan ketiga yaitu


resiko perdarahan. Sehingga pada masalah ini perlu dilakukan pengukuran suhu

tubuh pasien setiap 2 jam, anjurkan pemantauan janin internal, beritahu profesi

lain (dokter/sp. Anak/sp. Obstetric) dan lakukan kultur semua panduan.

B. Saran

1. Bagi Pasien

Bagi pasien diharapkan dapat memahami anjuran yang sudah di

berikan oleh bidan dan dokter baik dari segi pola makan, istirahat dan obat-obatan

yang diberikan agar dapat di lakukan sebagaimana mestinya.

2. Bagi Keluarga Pasien

Bagi keluarga pasien diharapkan dapat memberikan dukungan dan

support sistem kepada pasien guna membantu dalam proses pemulihan baik secara

psikologis, fisiologis dan biologis.

2. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa diharapkan dapat mengimplementasikan teori

keperawatan khususnya di sistem reproduksi kepada pasien dengan tetap

memperhatikan kode etik keperawatan dan dapat mendokumentasikan hasil

belajar atau evaluasi yang telah di lakukan.

Anda mungkin juga menyukai