Lakukan pengukuran skala komponen struk sesuai dengan urutan.
Skor harus mencerminkan apa yang
klien lakukan bukan apa yang dokter kira klien bisa lakukan. Klien tidak boleh di bombing kecuali ketika ada indikasi untuk hal tersebut (misalnya, mengulalngi permintaan kepada klien untuk membuantnya melakukan usaha tertentu). Untuk skor total 0-pemeriksaan normal >4 seringkali menggambarlkan struk akut dan > 20 menggambarkan penurunan neurologic yang berat
petunjuk Penjelasan skala
1a. Tingkat kesadaran 0= Sadar/waspada, respon sepenuhnya Pemeriksaan harus memilih respon bahkan juka 1= Tidak waspada tapi mampu bergerak dengan evaluasi yang lengkap tidak bisa di lakukan karena stimulasi minor untuk mematuhi, menjaab, atau beberapa hambatan seperti adanya selang merespon endotrakeal, hambatan bahasa trauma orotrakea 2= Tidak waspada, membutuhkan stimulus atau baluta. Skor 3 diberikan hanya jika klie tidak berulang atau stimulus rasa nyeri untuk membuat membuat gerakan apapun (selain dari reflex gerakan (bukan streotipe/ atau gerakan berulang postur) dalam respon stimulus yang tidak yang konstatn tapi memiliki arti) menyenangkan. 3= Merespons hanya dengan reflex motoric atau efek autonom atau tidak merespons sama sekali, lemah, tidak ada refleks 1b. Pertanyaan Tingkat Kesadaran 0=melakukan kedua pertanyaan dengan benar Tanyakan pada klien bulan apa saat ini dan 1=menjawab 1 pertanyyan dengan benar usianya, jawaban harus benar tidak ada nilai untuk 2=tidak menjawab kedua pertanyaan dengan jawaban yang hampir benar.klien dengan benar afasiadan stufor yang tidak memahami pertanyaan diberikan skor 2. Klien yang tidak dapat berbicara karena intubasi endotrakeal, trauma orotrakeal, disartria yang parah karena berbagai sebab, kendala bahasa atau masalah lainya yang bukan akbat dari afasia diberi skor 1. Pentik untuk diketaui bahwa hanya jawaban pertama yang dinilai dan penguji tidak akan “membantu” klien dengan isyarat verbal atau pun non verbal 1c.Perintah Tingkat Kesadaran 0= melakukan kedua tugas dengan benar Klien diminta untuk membuka dan menutup mata, 1= Melakukan satu tugas dengan benar serta kemudian untuk menggenggam dan 2= Tidak melakukan kedua tugas tersebut melepaskan genggaman pada tangan yang tidak paresis. Ganti perintah yang lain jika tangan tidak bisa digunakan. Nilai diberikan jika terlihat usaha yang yata dilakukan tapi tidak selesai karena kelemahan. Jika klien tidak merespons terhadap perintah, perintah tersebut harus diperagakan (dengan gerakan) dan catat hasilnya (misalnya tidak mengikuti sama sekali, mengikuti satu atau dua perintah). Klien dengan trauma, amputasi, atau dengan hambatan fisik harus diberikan perintah yang sesuai dengan kondisi mereka. Hanya usaha pertama yang akan dinilai. 2. Pandangan 0= Normal Hanya gerakan mata horizontal yang akan diuji. 1= Gangguan pandangan sebagian: skor ini Adanya gerakan volunter atau reflektif diberikan jika pandangan tersebut abnormal pada (okulosefalik) dari mata yang akan dinilai, tapi tes salah satu atau kedua mata, tapi tidak terdapat kalorik tidak akan dilakukan. Jika klien memiliki penyimpangan yang dipaksa atau kelumpuhan devisiasi konjugasi pada mata yang dapat pandangan total melakukan aktivitas volunteer atau reflektif, diberi 2= Penyimpangan yang dipaksa atau kelumpuhan skor 1. Jika klien memiliki paresis pada saraf tepi pandangan total tidak dapat diatasi dengan yang terisolasi (SK IIII.IV, atau VI), diberi skor 1. maneuver okulosefalik Tatapan bisa diperiksa pada semua klien dengan afasia. Klien dengan trauma ocular, adanya balutan, kebutaan yang sudah ada sebelumnya. Gangguan ketajaman penglihatan, atau lapanagn pandangan lainnya harus diperiksa dengan gerakan refleksif, dan pilihan dtentukan oleh pemeriksa. Mempertahankan kontak mata dengan klien. Kemudian bergerak dari sisi satu ke sisi lainnya pada klien biasanya akan memperjelas adanya gangguan pada kemampuan pandangan
3. Penglihatan 0=tidak ada gangguan penglihatan
Lapang pandang (kuadran atasdan bawah ) diuji 1=hemianopia seagian dengan saling berhadapan,menggunakan jari 2=hemianopia lengkap tangan, atau perlakuan pada penglihatan uang 3=hemianopia bilateral (kebutaan, termasuk sesuai. Klien haus didukung, tapi jika dia melihat kebutaan pada korteks) dengan benar ke bagian sisi jari-jari yang bergerak. Hal ini bisa diberi skor normal. Jika terjadi kebutaan unilateral atau enukleasi, lapang pandang pada mata yang tidak mengalami kebutaan yang akan dinilai. Skor 1 jika asimetri yang nyata termasuk kuadrantanopia ditemukan. Jika klien buta karena penyebab lain, diberi skor 3. Stimulasi rangkap berulang dilakukan pada tahap ini. Jika ada extinction (gangguan penglihatan neurologis). Klien menerima skor 1 dan hasil digunakan untuk menjawab pertanyaan 11 4. kelumpuhan pada wajah 0= gerakan simetrikal normal Minta klien dengan kalimat atau gerakan untuk 1= kelumpuhan minor ( lipatan nasolabial menjadi memperlihatkan gigi atau senyum dan menutup datar, asimetris pada saat tersenyum) mata. Kali kesimetrisan ekspresi meringis terhadap 2= kelumpuhan sebagian (kelumpuhan total atau tespon pada stimulus yang tidak menyenangkan hampir total pada wajah bagian bawah) pada klien dengan kemampuan merespon yang 3= kelumpuhan total (tidak adanya gerakan pada buruk atau tidak punya kemampuan memahami. wajah bagian atas dan bawah) Jika terdapat trauma atau balutan. Selang orotrakea, plester, atau halangan fisik lainya pada wajah klien, benda-benda tersebut harus disingkirkan sebisa mungkin untuk tidak menghalangi. 5 dan 6 gerakan lengan dan tungkai 0= tidak ada perubahan gerakan: lengan menahan Anggota gerak di letakkan pada posisi yang benar 90 derajat (atau 45 derajat) selama 10 detik penuh ekstensi bagian lengan 90 derajat (jika duduk) atau 1= terjadi perubahan gerak, lengan menahan 90 45 derajat (jika berbaring) dan tungkai 30 derajat derajat (atau 45 derajat) tapi bergerak turun (harus selalu dalam kondisi berbaring). Perubahan sebelum 10 detik penuh, tidak menenai tempat yang terjadi di nilai jika lengan terjatuh sebelum 10 tidur atau pendukung lainnya. detik dan tungkai sebelum 5 detik. Ketika 2=terjadi beberapa usaha menahan grafitasi: melakukan pemeriksaan ini pada klien dengan lengan tidak dapat atau mempertahankan (jika ada afasia, di lakukan dengan penekanan suara atau indikasi) 90 derajat (atau 45 derajat); bergerak gerakan tubuh tapi tidak dengan stimulus yang turun ke arah tempat tidur tapi terlihat pada usaha tidak menyenangkan. Setiap anggota gerak di untuk melawan grafitasi periksa secara berurutan, di mulai dengan lengan 3= tidak ada usaha melawan grafitasi; lengan yang tidak lumpuh. Hanya dalam kasus amputasi terjatuh ke bawah atau persambungan sendi pada bahu dan panggul 4= tidak ada gerakan yang di berikan skor 9. Pemeriksa harus dengan 9= amputasi, ada sambungan sendi jelas menuliskan penjelasan untuk pemberian skor 5a= lengan kiri 9 ini. 5b= lengan kanan 0= tidak ada perubahan gerakan; tungkai menahan 30 derajat selama 5 detik penuh. 1= terjadi perubahan gerak tungkai terjatuh pada akhir 5 detik tapi tidak mengenai tempat tidur. 2= terjadi beberapa usaha menahan grafitasi; tungkai terjatuh ke tempat tidur tapi terlihat ada usaha untuk melawan grafitasi 3= tidak ada usaha melawan grafitasi; tungkai terjatuh ke tempat tidur dengan cepat. 4= tidak ada gerakan 9= amputasi, ada sambungan sendi (jelaskan). 6a= tungkai kiri 6b= tungkai kanan 7 kehilangan control gerakan (ataksia) pada anggota gerak tubuh bagian atas (lengan) Bagian ini di tujukan untuk menemukan bukti adanya lesi serebelar unilateral. Cara pemeriksan dengan mata terbuka. Seandainya terdapat gangguan penglihatan, pastikan pemeriksaan di lakukan pada lapang pandang yang normal. Tes jari-hidung-jari dan tumit- tulang depan, tungkai di lakukan pada kedua sisi, ataksia di nilai hanya jika tidak terdapat kelemahan. Ataksia tidak terjadi pada klien yang tidak dapat memahami atau hemiplegia; hanya dalam kasus amputasi atau penyambungan sendi yang bisa di beri skor 9 dan pemeriksa harus dengan jelas menuliskan alas an tidak melakukan penilaian. Dalam kasus kebutaan, lakukan tes dengan menyentuh hidung dari posisi lengan yang ekstensi.