Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA OMA.

DENGAN GLUCOMA DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SETUKPA

LEMDIKLAT POLRI

DISUSUN OLEH

RISKA SANDRA

4119213

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Lansia

1. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-
Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan
nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial
masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga
jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif
dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan
pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa. Menua atau menjadi tua
adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).

2. Batasan Lansia

a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :

1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,

2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan

3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.


b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori,
yaitu:

1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,

2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,

3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas

dengan masalah kesehatan.

3. Teori Proses Menua

a. Teori – teori biologi

1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies –
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel
kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)

2) Pemakaian dan rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)

3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)

Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

5) Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

6) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi.

7) Teori rantai silang

Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.

8) Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah


sel-sel tersebut mati. .

b. Teori Psikologis

1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya


setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap

terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses

adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah dan

Ma’rifatul, L., 2011).

2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity pada

lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan

masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, kelurga dan

hubungan interpersonal (Azizah dan Lilik M, 2011).

3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan
tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri
dari pergaulan sekitarnya (Azizah dan Lilik M, 2011).

4. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

1) Hereditas atau ketuaan genetik

2) Nutrisi atau makanan

3) Status kesehatan

4) Pengalaman hidup

5) Lingkungan

6) Stres
5. Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif


yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah dan Lilik M,
2011, 2011).

a. Perubahan Fisik

1) Sistem Indra

Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena


hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.

2) Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.

3) Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan penghubung (kolagen


dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai pendukung
utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago
pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan
sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya
kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga
akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri,
deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat
bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi;
pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.

4) Sistem kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung


bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

5) Sistem respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan
ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.

6) Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi


sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap
menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.

7) Sistem perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.
8) Sistem saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

9) Sistem reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan


uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

b. Perubahan Kognitif

1) Memory (Daya ingat, Ingatan)

2) IQ (Intellegent Quotient)

3) Kemampuan Belajar (Learning)

4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)

6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)

7) Kebijaksanaan (Wisdom)

8) Kinerja (Performance)

9) Motivasi

c. Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :


1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturunan (hereditas)

5) Lingkungan

6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.

9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,

perubahan konsep diri.

d. Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakin


matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari.

e. Perubahan Psikososial

1) Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan


dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut
dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.

3) Depresi

Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi
juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan
adaptasi.

4) Gangguan cemas

Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan
stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan
tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan
sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala
penghentian mendadak dari suatu obat.

5) Parafrenia

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia sering
merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya.
Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan
sosial.

6) Sindroma Diogenes

Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat


mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan
feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah
dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
6. Glaukoma
a. Pengertian

Glaukoma adalah kerusakan saraf mata akibat meningkatnya tekanan pada bola
mata. Meningkatnya tekanan bola mata ini terjadi akibat gangguan pada sistem
aliran cairan mata. Seseorang yang menderita kondisi ini dapat merasakan gejala
berupa gangguan penglihatan, nyeri pada mata, hingga sakit kepala.

Pada dasarnya, mata memiliki sistem aliran cairan mata (aqueous humour) ke
dalam pembuluh darah. Aqueous humour itu sendiri adalah cairan alami yang
berfungsi menjaga bentuk mata, memasok nutrisi, dan membersihkan kotoran pada
mata. Ketika terjadi gangguan pada sistem aliran cairan ini akan menyebabkan
penimbunan cairan aqueous humour dan meningkatkan tekanan pada bola mata
(hipertensi okular). Meningkatnya tekanan pada bola mata kemudian dapat merusak
saraf optik.

b. Berdasarkan gangguan yang terjadi pada sistem aliran cairan mata, glaukoma
terbagi menjadi beberapa jenis, yakni:
1) Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma jenis ini merupakan kondisi yang paling banyak terjadi. Pada
glaukoma sudut terbuka, saluran pengalir cairan aqueous humour hanya terhambat
sebagian karena trabecular meshwork mengalami gangguan. Trabecular
meshwork adalah organ berupa jaring yang terletak di saluran pengalir cairan
aqueous humour.

2) Glaukoma sudut tertutup. 

Pada tipe ini, saluran pengalir cairan aqueous humour tertutup sepenuhnya.
Glaukoma sudut tertutup akut atau yang terjadi secara tiba-tiba merupakan kondisi
darurat dan membutuhkan penanganan dengan segera.
Glaukoma menjadi penyebab kebutaan terbanyak kedua di dunia setelah
katarak. Data yang dihimpun WHO pada 2010 menunjukan, 39 juta orang di
dunia menderita kebutaan dan 3,2 juta di antaranya disebabkan oleh glaukoma.
Glaukoma dapat terjadi pada orang dewasa dan juga pada bayi. Glaukoma yang
terjadi pada bayi baru lahir ini disebut glaukoma kongenital.

Meskipun glaukoma bukanlah kondisi yang dapat dicegah, tapi gejalanya


akan lebih mudah diredakan jika kondisi tersebut dapat dideteksi dan ditangani
lebih awal.

c. Gejala Glaukoma

Gejala yang muncul akan berbeda-beda pada setiap penderita glaukoma.


Akan tetapi penderita glaukoma umumnya mengalami gangguan penglihatan.
Beberapa gangguan penglihatan yang muncul dapat berupa:

 Penglihatan kabur
 Terdapat lingkaran seperti pelangi ketika melihat ke arah cahaya terang
 Memiliki sudut buta (blind spot)
 Kelainan pada pupil mata, seperti ukuran pupil mata tidak sama.

d. Penyebab Glaukoma

Diduga kelainan gen merupakan faktor utama terjadinya glaukoma.


Ditambah lagi ada beberapa faktor sekunder yang menjadi penyebab glaukoma
seperti:

 Cedera akibat paparan zat kimia


 Infeksi
 Peradangan
 Penyumbatan pembuluh darah
e. Pathway Glaukoma

Glaukoma

Hambatan Aliran
TIO Aquos
Meningkat
Humor

Pembedahan
Serat saraf optik Rusaknya sel
terdesak jaringan

Gangguan Nyeri
lapangan pandang Trabeculectomy

- Nyeri
- Resiko infeksi

Gangguan persepsi Interpretasi salah Cemas


sensori visual

Kurangnya Resiko cidera


pengetahuan
f. Manifestasi Klinis Glaukoma

Manifestasi klinis glaukoma menurut Tamsuri (2010) meliputi :

 Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga)


 Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu
 Mual, muntah, berkeringat
 Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar
 Visus menurun
 Edema kornea
 Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada
 glaukoma sudut terbuka)
 Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya
 TIO meningkat

g. Penatalaksanaan Glaukoma

Penatalaksanaan glaukoma menurut Tamsuri (2010) meliputi :

1) Pengobatan bagi pasien glaukoma

Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka


sudut yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif
(mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya
sudut tertutup ulang serta mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).
Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik
seperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor
aqueus ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide
(Acetazolam, Diamox), dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane).
Penurunan humor aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens
penyekat beta adrenergic seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau
levobunolol (Begatan). Untuk melancarkan aliran humor aqueus, dilakukan
konstriksi pupil dengan miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap
3-6 jam. Miotikum ini menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam
penggunaan.
Pemberian miotikum dilakukan apabila telah terdapat tanda-tanda
penurunan TIO. Penanganan nyeri, mual, muntah dan peradangan dilakukan
dengan memberikan analgesic seperti pethidine (Demerol), antimuntah atau
kortikosteroid untuk reaksi radang.

Jika tindakan pengobatan tidak berhasil, dilakukan operasi untuk membuka


saluran Schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan
mudah. Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser
trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi
(pemasangan selaput beku).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N

DI RS BHAYANGKARA SETUKPA

Tanggal Pengkajian :27-09-2020

Dikaji Oleh :RISKA SANDRA

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Oma. N
Umur : 83 Tahun
Alamat : Selabintana
Pendidikan Terakhir : SMA
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Tidak Menikah
No.RM : 00028020
Diagnosa Medis : Glaukoma

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. L
Umur : 40 Tahun
Alamat : Selabintana
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Keponakan

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Ny.N mengeluh tidak dapat melihat dengan jelas, pandangan buram/ tidak
jelas melihat jarak jauh dan dekat.
b. Riwayat kesehatan saat ini
Ny.N mengatakan tidak dapat melihat dengan jelas pandangan buram.
Tidak jelas melihat jarak jauh dan dekat.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Ny. N mengatakan mempunyai penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit
Diabetes Melitus.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Ny.N mengatakan dikeluarganya terdapat anggota keluarga yang
mengalami tekanan darah tinggi sama dengan Ny.N .
e. Riwayat pekerjaan
Pernah bekerja disuatu perusahaan

4. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum
Kesadaran klien compos mentis, terlihat kurang rapi, tampak lemas, jika
melihat sesuatu yang tampak jauh Ny.N mengerutkan dahi.
b. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 120/70 MMHG Respirasi : 20x/menit
Nadi : 92x/ menit Suhu : 36c
c. Antopometri
BB : 59kg
TB : 157cm
Usia : 83 Tahun
d. Siklus Gizi
TB = 75 + (1.91 x T2) – (0,17 x Usia )
BBI = ( Tb – 100 ) – 10%BB
= ( 156 – 100) – 10%(59)
= 56 – 5.9
= 50,1
IMT = BB (Kg)
TB (m) x TB (m)
59 : 59 = 24,5
1.56x1.56 2.4

IMT
< 18,5 Berat badan kurang
18,5 – 22,9 Berat badan normal
>23,0 Kelebihan berat badan
23,0 – 24,9 Beresiko menjadi obesitas
25,0 – 29,9 Obesitas I
 30,0 Obesitas II

Interpretasi : Ny. N termasuk kedalam beresiko menjadi obesitas dengan skor IMT
metris, 24,5 .

e. Pemeriksaan Fisik Persistem


1) Sistem penglihatan
Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, terdapat putih dibagian pupil,
mengeluh tidak dapat melihat jelas pandangan buram, ketika berjalan ny.n
memegangi pegangan tembok.
2) Sistem pedengaran
Bentuk telinga simetris, telinga tidak bersih, terdapat keluaran serumen, tidak
terdapat nyeri tekan ditelinga kanan dan kiri.
3) Sistem pencernaan
Bentuk bibir simetris, kebersihan mulut tidak bersih, mukosa bibir lembab,
lidah kurang bersih, terdapat karies gigi, gigi tidak lengkap, tidak ada nyeri
saat menelan, tidak ada nyeri tekan saat pada seluruh area abdomen, BAB
1x/hari konsistensi semi padat.

4) Sistem pernafasan
Frekuensi nafas 20x/menit, irama nafas teratur, pengembangan dada simetris,
tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada suara nafas tambahan, distribusi
bulu hidung merata.
5) Sistem kardiovaskuler
TD : 120/70mmhg, N : 90x/menit, irama jantung teratur, CRT < 3detik, akral
hangat, tidak ada pembesaran JVP.
6) Sistem integument
Kulit tampak keriput, kulit kurang bersih, rambut sebagian besar berwarna
putih, tidak ada lesi tidak ada benjolan, distribusi rambut merata, rambut
rontok.
7) Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas atas : bentuk kedua tangan simetris, tidak ada edema, akral
hangat, tidak terdapat luka, kekuatan otot 5/5.
Ekstremitas bawah : bentuk kedua kaki simetris, tidak ada edema, akral
hangat, klien dapat berjalan tanpa bantuan, kekuatan otot 5/5.
8) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada tanda tanda kelainan
endokrin.
9) Sistem saraf
a. Saraf olfaktorius : klien masih bias membedakan bau
b. Saraf optikus : klien tidak mampu melihat dengan jelas
c. Saraf okulolotorius : reaksi pergerakan mata dan pupil terganggu
d. Saraf troklearis : klien tidak bias menggerakan mata keatas
dan kebawah
e. Saraf trigeminus : klien masih bias mengunyah
f. Saraf abdusen : klien tidak mampu menggerakan mata keatas dan
kebawaah
g. Saraf facialis : ekspresi wajah klien dapat menunjukan sesuai
dengan keadaan hati
h. Saraf vestibulokoklearis : klien tidak mampu mendengar dengan baik
i. Saraf glosofaringeus : klien masih bisa menelan dengan baik
j. Saraf vagus : proses menelan dan berbicara masih baik
k. Saraf asesorius : klien masih mampu melakukan rotasi kepala dan
bahu
l. Saraf hipoglosus : pergerakan lidah baik

5. Pengkajian Psikososial dan Spiritual


a. Psikososial
Identifikasi masalh pasien

No Pertanyaan Tahap 1 Ya Tidak


1. Apakah klien mengalami susah tidur 
2. Apakah klien sering merasa gelisah 
3. Apakah klien sering murung/menangis sendiri? 

4. Apakah klien sering was was / khawatir 


Jumlah 1

Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban ya

No Pertanyaan Tahap 2 Ya Tdk


1. Lakukan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1x dalam 1 
bulan
2. Ada masalah atau banyak fikiran 

3. Ada gangguan atau masalah dengan keluarga yang lain 

4. Menngunakan obat / penenang/ anjuran dokter 

5. Cenderung mengurung diri ? 

Interpretasi hasil : Setelah dilakukan penelitian psikososial dengan


mengidentifikasi masalah emosional.
b. Spiritual
Beragama islam, selalu beribadah setiap harinya (berdoa) serta melakukan
aktivitas dengan bantuan :
1. Masalah keagamaan
Klien tidak mempunyai masalah dalam melakukan kegiatan keagamaan.
2. Kegiatan keagamaan
Klien selalu beribadah setiap harinya
3. Keyakinan/ konsep tentang kematian
Menurut klien keyakinan tentang kematian itu sudah merupakan takdir yang
sudah ditentukan tuhan
4. Harapan klien
Harapan yang diinginkan klien agar selalu sehat
.
6. Pengkajian KATZ Indeks, Barthel Indeks dan keseimbangan :
a. Katz Indeks
Menentukan kriteria lansia menggunakan indeks berikut :
A : Mandiri, dalam makan, konsistensi (BAB/BAK), menggunakan pakaian, pergi
ke toilet, berpindah, mandi
B. Mandiri, kecuali salah satu fungsi diatas
C. Mandiri, kecuali mandi dan salah satu fungsi diatas
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan salah satu fungsi diatas
E. Mandiri, kecuali mandi, fungsi diatasberpakaian, pergi ke toilet, dan salah
satu.
F. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan salah satu fungsi
diatas.
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
Interpretasi :berdasarkan hasil KATZ oma N termasuk kedalam kategori A
yaitu dapat melakukan aktifitas secara mandiri tanpa bantuan
b. Pengkajian tingkat kemandirianBarthel Indeks

No Kriteria Dengan Mandiri Hasil Keterangan


Bantuan
1. Makan 5 10 10 Frekuensi 3x/hari
Jumlah 1 porsi
Jenis nasi lauk pauk
2. Minum 5 10 10 Frekuensi sering
Jumlah 4-5 gelas
Jenis air putih
3. Berpindah dari kursi 5-10 15 15 Klien bisa berpindah
roda ke tempat akan tetapi stabil
tidur/sebaliknya dibantu
4. Personal toilet ( cuci 0 5 5 Klien dapat melakukan
muka, gosok gigi, sisir personal toilet
rambut).
5 Keluar masuk toilet 5 10 10 Klien dapat melakukan
(cuci pakaian, menyeka dengan mandiri
tubuh da menyira)
6. Mandi 5 15 15 Frekuensi 2x/hari,
mandiri
7. Jalan dipermukaan 0 5 5 Dilakukan secara
datar mandiri
8. Naik turun tangga 5 10 5 Dibantu
9. Mengenakan pakaian 5 10 10 Dilakukan secara
mandiri
10 Control Bowl 5 10 10 Frek.1x/hari
Konsistensi : semi
padat
11 Control bledder 5 10 10 Frek : 3-5x/hari
Konsitensi kuning
jernih
12 Olahraga / latihan 5 10 5 1x/hari
13 Rekreasi/ pemanfaatan 5 10 5 Jenis : Menonton TV
waktu
115
Keterangan
Skor 130 : Mandiri
Skor 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
Skor 55 – 60 : Ketergantungan Total

Interpretasi :
Berdasarkan hasil pengkajian Barthel Indeks, bahwa ny.N berada pada kategori
ketergantungan sebagian, dimana ny.N mendapatkan hasil 155 dari 130 nilai yang
ditentukan.

Pengkajian setatus mental


a. Status pemental ( SPMSQ ( Short Portabel Mental Status Questionare )

No PERTANYAAN Benar Salah


1. Tanggal berapa hari ini ? 
2. Hari apa sekarang ? 
3. Apa nama tempat ini ? 
4. Dimana alamat rumah anda ? 
5. Berapa umur anda ? 
6. Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir ) 
7. Siapa presiden Indonesia sekarang ? 
8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya ? 
9. Siapa nama ibu anda ? 
10. Kurangi 3 dari 30 dan tetap pengurangan 3 dari 
setiap angka baru semua secara menurun
8 2

Keterangan :
0-2 : Fungsi intelektual utuh
3-4 : Kerusakan intelektual ringan
5-7 : Kerusakan intelektual sedang
8-10 : Kerusakan intelektual berat

Interpretasi :
Berdasarkan hasil SPMSQ, bahwa Ny.N menjawsab salah dengan skor 2 dimana Ny.N
termasuk kedalam kategori “ fungsi intelektual utuh “

b. Pengkajian kongnitif fungsi mental ( MMSE ( Mini Mental Status Examination )


 Orentasi
 Resgitrasi
 Perhatian
 Kalkulasi
 Mengingat kembali
 Bahasa

No Aspek Kognitif Nilai Nilai Kriteria


Max Klie
n
1`. Orientasi waktu 5 4 Menyebutkan dengan benar
Tahun Hari
Tanggal Musim
Bulan

Orienntasi Tempat 5 3 Dimana kita sekarang berada


Negara Provinsi
Kota PSTW
RS. Bhayangkara
2. Registrasi 3 2 Sebutkan nama 3 objek ( oleh
pemeriksa ) 1 detik untuk
mengatakan masing masing objek
kemudian tanyakan pada klien
ketiga objek tadi :
 1 Buku
 2 Ballpoint
3 Handuk
3. Perkalian dan kalkulasi 5 2 Minta klien untuk mengurangi
angka 100 dengan angka 7 sampai
5x secara berurutan
93
79
86
72
65
4. Mengingat 3 3 Meminta klien untuk mengulangi
ketiga objek pada nomor 2, jika
benar beri 1 poin untuk masing-
masing objek.
Buku
Balpoint
Handuk
5. Bahasa 9 2 a. Menyebutkan nama benda
yang ditunjukan minimal 2
benda :
Sendal
1
Tong samapah
1
b. Kemampuan mengulang kata
(1 point), tidak ada, jika, dan
atau, tetapi. Anjurkan klien
untuk mengulang kata-kata
tersebut secara berurutan dan
lengkap.

c. Kemampuan melakukan
perintah :
Ambil kertas dari tangan saya
Lipat 2
Taruh dilantai
Perintahkan klien untuk
berbuat hal berikut (bila
aktivitas sesuai perintah nilai 1
point).

d. Kemampuan menutup mata


(1point). Anjurkan klien untuk
membaca kalimat perintah “
Tutup Mata Anda “ yang
tertera pada kertas dan
langsung melakukannya saat
itu juga.

1 e. Kemampuan menulis 1 kalimat


(1point). Anjurkan klien untuk
menulis 1 kalimat apa saja
yang bermakna (minimal 2
subjek dan predikat)

f. Kemampuan mengeluh gambar


(1pont) anjurkan klien untuk
menyalin gambar berikut :

Total Nilai 18

Keterangan :
Nilai 0-17 : Gangguan kognitif berat
Nilai 18-23 : Gangguan kognitif ringan
Nilai 24-30 : Gangguan kognitif
Interpretasi : Gangguan kognitif ringan

c. Keseimbangan

KESEIMBANGAN SKOR
BISA (0) TIDAK
(1)
1. Bangun dari kursi 0
2. Duduk ke kursi 0
3. Menahan dorongan pada sternum 1
4. Duduk dengan mata tertutup 1
5. Perputaran leher 0
6. Gerakan menggapai sesuatu 0
7. Membungkuk 1
GAYA BERJALAN BISA (0) TIDAK
(1)
8. Berjalan sesuai perintah 0
9. Kemampuan mengangkut kaki saat berjalan 1
10. Kontinuitas langkah kaki saat berjalan 0
11. Kesimetrisan langkah 1
12. Penyimpangan jalur pada saat berjalan 1
13. Berbalik 0
JUMLAH 6

Keterangan :
Skor 0-5 : Resiko Jatuh
Skor 6-10 : Resiko Jatuh Sedang
Skor 11-13 : Resiko Jatuh Tinggi

Interpretasi :
Berdasarkan hasil pengkajian pada tes keseimbangan pada Ny.N mendapat nilai
keseimbangan “ 6 “ dimana Ny.N termasuk kedalam “ Resiko Jatuh Sedang “.

d. Pengkajian Apgar Keluarga

No Items Penilaian Nilai


Tidak pernah Kadang Selalu (2)
(0) kadang (1)
1. A : Adaptasi 1
Saya puas bahwa saya dapat
kembali pada keluarga ( teman-
teman ) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan
saya.
2. P : Partnership 1
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan
masalah saya

3. G : Growth 2
Saya puas bahwa keluarga
(teman-teman) saya menerima
dan mendukung keinginn saya
untuk melakukan aktivitas atau
arah baru
4. A : Afek 1
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman)
saya mengeksepresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi
saya, seperti marah sedih atau
mencintai
5. R : Resolve 1
Saya puas dengan cara teman-
teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama
sama mengekspresikan afek dan
berespon
Jumlah 6

Keterangan :
Skor 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Skor 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
Skor 7-10 : Disfungsi keluarga rendah

Interpretasi :
Berdasarkan hasil pengkajian apgar keluarga pada Ny.N mendapat nilai
keseimbangan “ 6 “ dimana keluarga Ny.N termasuk kedalam “ Disfungsi keluarga
sedang “.

B. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


DS : Klien mengatakan Proses Penuaan Penurunan resepsi sensori
tidak dapat melihat penglihatan b.d
dengan jelas. Pandangan peningkatan intraokuler
buram tidak jelas melihat Penurunan Produksi
jarak jauh dan dekat. Humor Aqueous

DO : Visus berkurang,
penurunan ketajaman Penurunan ketajaman
penglihatan, dan terdapat penglihatan
putih pada bagian pupil .
DS : Klien mengatakan Proses Penuaan
ketika berjalan Resiko Cedera Jatuh
rmemegangi pegangan di Penurunan Produksi
tembok karena klien Humor Aqueous
tidak dapat melihat
dengan jelas
Penurunan ketajaman
DO : Pada saat penglihatan
pengkajian
keseimbangan klien tidak
dapat menahan dorongan Ketidakmampuan
sternum, tidak dapat mengenal keadaan
duduk dengan mata lingkungan sekitar
tertutup. Tidak dapt
mengangkat kaki saat
berjalan, langkah tidak Resiko cedera jatuh
simetris, terdapat
penyimpangan jalan pada
saat berjalan

C. Diagnosa Keperawatan
1. penurunan persepsi sensori : penglihatan
2. Resiko tinggi Cedera Jatuh

D. Intervensi Keperawatan

No RENCANA TINDAKAN Nama


Jelas
Intervensi Rasional Paraf
1. Penurunan TUPAN : 1. Kaji ketajaman 1. Mengatasi
persepsi Setelah dilakukan penglihatan kemampuan
sensori : tindakan klien penglihatan
penglihatan keperawatan selama klien.
24 jam klien dapat 2. Identifikasi
menggunakan alternative 2. Membantu
penglihatan secara untuk klien dalam
optimal optimalisasi mendapatkan
sumber penglihatan
TUPEN : rangsang
Setelah dilakukan 3. Membantu
tindakan 3. Orientasikan klien dalam
keperawatan selama klien terhadap mengenal
1x24 jam klien dapat lingkungan lingkungan
menggunakan sekitar
penglihatan secara 4. Letakan alat
optimal ditandai yang sering 4. Mempermudah
dengan : digunakan klien dalam
 Klien akan dekat klien melakukan
berpartisipasi aktivitas
dalam program
pengobatan 5. Berikan 5. Cahaya yang
 Klien akan pencahayaan menyilaukan
mempertahankan yang cukup akan
lapang ketajaman memperburuk
penglihatan tanpa funssi
kehilangan lebih penglihatan
lanjut
2. Resiko cedera TUPAN : 1. Kaji 1. Mengukur
jatuh Setelah dilakukan pengoptimalan kemampuan
tindakan penglihatan melakukan
keperawatan selama untuk aktivitas
24 jam resiko jatuh melakukan
tidak terjadi. aktivitas 2. Menghindari
resiko jatuh

TUPEN : 2. Dampingi klien 3. Mengukur skor


Setelah dilakukan saat melakukan keseimbangan
tindakan aktivitas
keperawatan selama 4.Melatih otot
1x24 jam resiko 3. Kaji klien agar tidak
jatuh teratasi dengan keseimbangan kaku
kriteria :
 Skor 4. Anjurkan klien
keseimbangan 2 untuk
 Dapat mengikuti
mengoptimalkan senam pagi dan
penglihatan didampingi

E. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Implementasi Nama Evaluasi Nama


paraf Paraf
1. Penurunan Tgl : 28-9-2020 Jam :
persepsi Jam : S:
sensori : 1. Mengkaji ketajaman  Klien mengatakan
penglihatan penglihatan klien tidak dapat
R/klien tidak dapat melibatkan melihat
melihat dengan jelas dengan jelas dalam
dalam jarak 1 meter jarak 1 meter.
 Klien mengatakan
2. Mengidentifikasi cahaya yang tidak
alternative untuk terlalu terang dapat
optimalisasi sumber membantu dalam
rangsang penglihatannya.
R/klien mengatakan
cahaya yang tidak O:
terlalu terang dapat  Klien dapat mengikuti
membantu dalam keadaan lingkungan
penglihatannya sekitar
 Klien meletakan
3. Mengorientasikan barang-barang yang
klien terhadap sering digunakan
lingkungan didekatnya.
R/klien dapat  Klien tampak nyaman
mengikuti keadaan dengan pencahayaan
lingkungan kamarnya sekarang

4. Meletakan alat yang A:


sering digunakan  Penurunan fungsi
didekat klien persepsi sensori
R/klien meletakan penglihatan
barang yang sering P:
digunakan didekat  Masalah teratasi
tempat tidur sebagian

5. Memberikan I :Intervensi no.1,2,3


pencahayaan yang dilanjutkan
cukup
R/klien nyaman
dengan pencahayaan
dalam kamarnya.

2. Resiko
cedera jatuh 1. Mengkaji penglihatan S:
untu melakukan  Klien mengatakan
aktivitas tidak dapat melihat
R/klien mengatakan dalam jarak 1 meter
tidak dapat melihat dan ketika berjalan
dalam jarak 1meter menyusuri tembok.
dan ketika berjalan  Klien merasa
menyusui tembok. nyaman saat dibantu
dalam melakukan
2. Mendampingi klien aktivitas.
saat melakukan
aktivitas
R/klien merasa O:
nyaman saat dibantu  Klien tampak tidak
melakukan aktivitas. dapat melakukan
mengangkat kaki
3. Mengkaji saat berjalan
keseimbangan  Klien tampak tidak
R/klien tampak tidak mampu menahan
dapat menahan dorongan sternum .
dorongan sternum,  Skor keseimbangan
tidak dapat 6 termasuk “ Resiko
melakukan angkat Cedera Ringan “
kaki, saat berjalan  Klien bersedia
skor keseimbangan 6, mengikuti senam
termasuk resiko pagi
cedera ringan
A : Resiko Cedera Jatuh
4. Menganjurkan klien P : Masalah teratasi
untuk mengikuti sebagian
senam pagi dan I : Intervensi no.1,2,3
didampingi. dilanjutkan
R/ klien bersedia
mengikuti senam
pagi
RESUME ( DAR )

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa : Riska Sandra

NPM : 4119213
Praktik Klinik Keperawatan : RS Bhayangkara ( R. Melati )

HARI/TGL/JA IDENTITAS DAR ( DATA ACTION RANGE )


M PASIEN
Tgl : 28-9-2020 Ny. O Data Subjektif :
Jam :08.00 Usia : 83 Tahun  Klien mengatakan tidak dapat melihat
JK :P dengan jelas. Pandangan buram tidak
Alamat: jelas melihat jarak jauh dan dekat.
Selabintana  Klien mengatakan ketika berjalan
DX Medis rmemegangi pegangan di tembok karena
Glaukoma klien tidak dapat melihat dengan jelas
Ruangan Data Objektif :
Merlati  Visus berkurang, penurunan ketajaman
penglihatan, dan terdapat putih pada
bagian pupil .
 Pada saat pengkajian keseimbangan
klien tidak dapat menahan dorongan
sternum, tidak dapat duduk dengan mata
tertutup. Tidak dapt mengangkat kaki
saat berjalan, langkah tidak simetris,
terdapat penyimpangan jalan pada saat
berjalan

Diagnosa Keperawatan :
1. Penurunan persepsi sensori : penglihatan
2. Resiko tinggi Cedera Jatuh

Data penunjang :
GDS : 250
Therapy : Metformin 500mg 3x1 tab
Inf Nacl 20 Tpm
Tetes mata
Action :
1. Mengkaji ketajaman penglihatan
klien
2. Mengidentifikasi alternative untuk
optimalisasi sumber rangsang
3. Mengorientasikan klien terhadap
lingkungan
4. Meletakan alat yang sering
digunakan didekat klien
5. Memberikan pencahayaan yang
cukup
6. Mendampingi klien saat melakukan
aktivitas
7. Mengkaji keseimbangan
8. Menganjurkan klien untuk mengikuti
senam pagi dan didampingi.

Response :
2. Klien tidak dapat melihat dengan
jelas dalam jarak 1 meter
3. Klien mengatakan cahaya yang tidak
terlalu terang dapat membantu dalam
penglihatannya
4. Klien dapat mengikuti keadaan
lingkungan
5. Klien meletakan barang yang sering
digunakan didekat tempat tidur
6. Klien nyaman dengan pencahayaan
dalam kamarnya.
7. Klien merasa nyaman saat dibantu
melakukan aktivitas.
8. Klien tampak tidak dapat menahan
dorongan sternum, tidak dapat
melakukan angkat kaki, saat berjalan
skor keseimbangan 6, termasuk
resiko cedera ringan
9. Klien bersedia mengikuti senam pagi

Anda mungkin juga menyukai