LEMDIKLAT POLRI
DISUSUN OLEH
RISKA SANDRA
4119213
BANDUNG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-
Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan
nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial
masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga
jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif
dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan
pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa. Menua atau menjadi tua
adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).
2. Batasan Lansia
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies –
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel
kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
5) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi.
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
8) Teori program
b. Teori Psikologis
terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah dan
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity pada
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan
tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri
dari pergaulan sekitarnya (Azizah dan Lilik M, 2011).
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres
5. Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
2) Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
4) Sistem kardiovaskuler
5) Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan
ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
7) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.
8) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9) Sistem reproduksi
b. Perubahan Kognitif
2) IQ (Intellegent Quotient)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
c. Perubahan mental
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
d. Perubahan spiritual
e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi
juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan
adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan
stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan
tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan
sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala
penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia sering
merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya.
Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan
sosial.
6) Sindroma Diogenes
Glaukoma adalah kerusakan saraf mata akibat meningkatnya tekanan pada bola
mata. Meningkatnya tekanan bola mata ini terjadi akibat gangguan pada sistem
aliran cairan mata. Seseorang yang menderita kondisi ini dapat merasakan gejala
berupa gangguan penglihatan, nyeri pada mata, hingga sakit kepala.
Pada dasarnya, mata memiliki sistem aliran cairan mata (aqueous humour) ke
dalam pembuluh darah. Aqueous humour itu sendiri adalah cairan alami yang
berfungsi menjaga bentuk mata, memasok nutrisi, dan membersihkan kotoran pada
mata. Ketika terjadi gangguan pada sistem aliran cairan ini akan menyebabkan
penimbunan cairan aqueous humour dan meningkatkan tekanan pada bola mata
(hipertensi okular). Meningkatnya tekanan pada bola mata kemudian dapat merusak
saraf optik.
b. Berdasarkan gangguan yang terjadi pada sistem aliran cairan mata, glaukoma
terbagi menjadi beberapa jenis, yakni:
1) Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma jenis ini merupakan kondisi yang paling banyak terjadi. Pada
glaukoma sudut terbuka, saluran pengalir cairan aqueous humour hanya terhambat
sebagian karena trabecular meshwork mengalami gangguan. Trabecular
meshwork adalah organ berupa jaring yang terletak di saluran pengalir cairan
aqueous humour.
Pada tipe ini, saluran pengalir cairan aqueous humour tertutup sepenuhnya.
Glaukoma sudut tertutup akut atau yang terjadi secara tiba-tiba merupakan kondisi
darurat dan membutuhkan penanganan dengan segera.
Glaukoma menjadi penyebab kebutaan terbanyak kedua di dunia setelah
katarak. Data yang dihimpun WHO pada 2010 menunjukan, 39 juta orang di
dunia menderita kebutaan dan 3,2 juta di antaranya disebabkan oleh glaukoma.
Glaukoma dapat terjadi pada orang dewasa dan juga pada bayi. Glaukoma yang
terjadi pada bayi baru lahir ini disebut glaukoma kongenital.
c. Gejala Glaukoma
Penglihatan kabur
Terdapat lingkaran seperti pelangi ketika melihat ke arah cahaya terang
Memiliki sudut buta (blind spot)
Kelainan pada pupil mata, seperti ukuran pupil mata tidak sama.
d. Penyebab Glaukoma
Glaukoma
Hambatan Aliran
TIO Aquos
Meningkat
Humor
Pembedahan
Serat saraf optik Rusaknya sel
terdesak jaringan
Gangguan Nyeri
lapangan pandang Trabeculectomy
- Nyeri
- Resiko infeksi
g. Penatalaksanaan Glaukoma
DI RS BHAYANGKARA SETUKPA
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Oma. N
Umur : 83 Tahun
Alamat : Selabintana
Pendidikan Terakhir : SMA
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Tidak Menikah
No.RM : 00028020
Diagnosa Medis : Glaukoma
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Ny.N mengeluh tidak dapat melihat dengan jelas, pandangan buram/ tidak
jelas melihat jarak jauh dan dekat.
b. Riwayat kesehatan saat ini
Ny.N mengatakan tidak dapat melihat dengan jelas pandangan buram.
Tidak jelas melihat jarak jauh dan dekat.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Ny. N mengatakan mempunyai penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit
Diabetes Melitus.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Ny.N mengatakan dikeluarganya terdapat anggota keluarga yang
mengalami tekanan darah tinggi sama dengan Ny.N .
e. Riwayat pekerjaan
Pernah bekerja disuatu perusahaan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum
Kesadaran klien compos mentis, terlihat kurang rapi, tampak lemas, jika
melihat sesuatu yang tampak jauh Ny.N mengerutkan dahi.
b. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 120/70 MMHG Respirasi : 20x/menit
Nadi : 92x/ menit Suhu : 36c
c. Antopometri
BB : 59kg
TB : 157cm
Usia : 83 Tahun
d. Siklus Gizi
TB = 75 + (1.91 x T2) – (0,17 x Usia )
BBI = ( Tb – 100 ) – 10%BB
= ( 156 – 100) – 10%(59)
= 56 – 5.9
= 50,1
IMT = BB (Kg)
TB (m) x TB (m)
59 : 59 = 24,5
1.56x1.56 2.4
IMT
< 18,5 Berat badan kurang
18,5 – 22,9 Berat badan normal
>23,0 Kelebihan berat badan
23,0 – 24,9 Beresiko menjadi obesitas
25,0 – 29,9 Obesitas I
30,0 Obesitas II
Interpretasi : Ny. N termasuk kedalam beresiko menjadi obesitas dengan skor IMT
metris, 24,5 .
4) Sistem pernafasan
Frekuensi nafas 20x/menit, irama nafas teratur, pengembangan dada simetris,
tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada suara nafas tambahan, distribusi
bulu hidung merata.
5) Sistem kardiovaskuler
TD : 120/70mmhg, N : 90x/menit, irama jantung teratur, CRT < 3detik, akral
hangat, tidak ada pembesaran JVP.
6) Sistem integument
Kulit tampak keriput, kulit kurang bersih, rambut sebagian besar berwarna
putih, tidak ada lesi tidak ada benjolan, distribusi rambut merata, rambut
rontok.
7) Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas atas : bentuk kedua tangan simetris, tidak ada edema, akral
hangat, tidak terdapat luka, kekuatan otot 5/5.
Ekstremitas bawah : bentuk kedua kaki simetris, tidak ada edema, akral
hangat, klien dapat berjalan tanpa bantuan, kekuatan otot 5/5.
8) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada tanda tanda kelainan
endokrin.
9) Sistem saraf
a. Saraf olfaktorius : klien masih bias membedakan bau
b. Saraf optikus : klien tidak mampu melihat dengan jelas
c. Saraf okulolotorius : reaksi pergerakan mata dan pupil terganggu
d. Saraf troklearis : klien tidak bias menggerakan mata keatas
dan kebawah
e. Saraf trigeminus : klien masih bias mengunyah
f. Saraf abdusen : klien tidak mampu menggerakan mata keatas dan
kebawaah
g. Saraf facialis : ekspresi wajah klien dapat menunjukan sesuai
dengan keadaan hati
h. Saraf vestibulokoklearis : klien tidak mampu mendengar dengan baik
i. Saraf glosofaringeus : klien masih bisa menelan dengan baik
j. Saraf vagus : proses menelan dan berbicara masih baik
k. Saraf asesorius : klien masih mampu melakukan rotasi kepala dan
bahu
l. Saraf hipoglosus : pergerakan lidah baik
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban ya
Interpretasi :
Berdasarkan hasil pengkajian Barthel Indeks, bahwa ny.N berada pada kategori
ketergantungan sebagian, dimana ny.N mendapatkan hasil 155 dari 130 nilai yang
ditentukan.
Keterangan :
0-2 : Fungsi intelektual utuh
3-4 : Kerusakan intelektual ringan
5-7 : Kerusakan intelektual sedang
8-10 : Kerusakan intelektual berat
Interpretasi :
Berdasarkan hasil SPMSQ, bahwa Ny.N menjawsab salah dengan skor 2 dimana Ny.N
termasuk kedalam kategori “ fungsi intelektual utuh “
c. Kemampuan melakukan
perintah :
Ambil kertas dari tangan saya
Lipat 2
Taruh dilantai
Perintahkan klien untuk
berbuat hal berikut (bila
aktivitas sesuai perintah nilai 1
point).
Total Nilai 18
Keterangan :
Nilai 0-17 : Gangguan kognitif berat
Nilai 18-23 : Gangguan kognitif ringan
Nilai 24-30 : Gangguan kognitif
Interpretasi : Gangguan kognitif ringan
c. Keseimbangan
KESEIMBANGAN SKOR
BISA (0) TIDAK
(1)
1. Bangun dari kursi 0
2. Duduk ke kursi 0
3. Menahan dorongan pada sternum 1
4. Duduk dengan mata tertutup 1
5. Perputaran leher 0
6. Gerakan menggapai sesuatu 0
7. Membungkuk 1
GAYA BERJALAN BISA (0) TIDAK
(1)
8. Berjalan sesuai perintah 0
9. Kemampuan mengangkut kaki saat berjalan 1
10. Kontinuitas langkah kaki saat berjalan 0
11. Kesimetrisan langkah 1
12. Penyimpangan jalur pada saat berjalan 1
13. Berbalik 0
JUMLAH 6
Keterangan :
Skor 0-5 : Resiko Jatuh
Skor 6-10 : Resiko Jatuh Sedang
Skor 11-13 : Resiko Jatuh Tinggi
Interpretasi :
Berdasarkan hasil pengkajian pada tes keseimbangan pada Ny.N mendapat nilai
keseimbangan “ 6 “ dimana Ny.N termasuk kedalam “ Resiko Jatuh Sedang “.
3. G : Growth 2
Saya puas bahwa keluarga
(teman-teman) saya menerima
dan mendukung keinginn saya
untuk melakukan aktivitas atau
arah baru
4. A : Afek 1
Saya puas dengan cara keluarga
(teman-teman)
saya mengeksepresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi
saya, seperti marah sedih atau
mencintai
5. R : Resolve 1
Saya puas dengan cara teman-
teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama
sama mengekspresikan afek dan
berespon
Jumlah 6
Keterangan :
Skor 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Skor 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
Skor 7-10 : Disfungsi keluarga rendah
Interpretasi :
Berdasarkan hasil pengkajian apgar keluarga pada Ny.N mendapat nilai
keseimbangan “ 6 “ dimana keluarga Ny.N termasuk kedalam “ Disfungsi keluarga
sedang “.
B. ANALISA DATA
DO : Visus berkurang,
penurunan ketajaman Penurunan ketajaman
penglihatan, dan terdapat penglihatan
putih pada bagian pupil .
DS : Klien mengatakan Proses Penuaan
ketika berjalan Resiko Cedera Jatuh
rmemegangi pegangan di Penurunan Produksi
tembok karena klien Humor Aqueous
tidak dapat melihat
dengan jelas
Penurunan ketajaman
DO : Pada saat penglihatan
pengkajian
keseimbangan klien tidak
dapat menahan dorongan Ketidakmampuan
sternum, tidak dapat mengenal keadaan
duduk dengan mata lingkungan sekitar
tertutup. Tidak dapt
mengangkat kaki saat
berjalan, langkah tidak Resiko cedera jatuh
simetris, terdapat
penyimpangan jalan pada
saat berjalan
C. Diagnosa Keperawatan
1. penurunan persepsi sensori : penglihatan
2. Resiko tinggi Cedera Jatuh
D. Intervensi Keperawatan
2. Resiko
cedera jatuh 1. Mengkaji penglihatan S:
untu melakukan Klien mengatakan
aktivitas tidak dapat melihat
R/klien mengatakan dalam jarak 1 meter
tidak dapat melihat dan ketika berjalan
dalam jarak 1meter menyusuri tembok.
dan ketika berjalan Klien merasa
menyusui tembok. nyaman saat dibantu
dalam melakukan
2. Mendampingi klien aktivitas.
saat melakukan
aktivitas
R/klien merasa O:
nyaman saat dibantu Klien tampak tidak
melakukan aktivitas. dapat melakukan
mengangkat kaki
3. Mengkaji saat berjalan
keseimbangan Klien tampak tidak
R/klien tampak tidak mampu menahan
dapat menahan dorongan sternum .
dorongan sternum, Skor keseimbangan
tidak dapat 6 termasuk “ Resiko
melakukan angkat Cedera Ringan “
kaki, saat berjalan Klien bersedia
skor keseimbangan 6, mengikuti senam
termasuk resiko pagi
cedera ringan
A : Resiko Cedera Jatuh
4. Menganjurkan klien P : Masalah teratasi
untuk mengikuti sebagian
senam pagi dan I : Intervensi no.1,2,3
didampingi. dilanjutkan
R/ klien bersedia
mengikuti senam
pagi
RESUME ( DAR )
NPM : 4119213
Praktik Klinik Keperawatan : RS Bhayangkara ( R. Melati )
Diagnosa Keperawatan :
1. Penurunan persepsi sensori : penglihatan
2. Resiko tinggi Cedera Jatuh
Data penunjang :
GDS : 250
Therapy : Metformin 500mg 3x1 tab
Inf Nacl 20 Tpm
Tetes mata
Action :
1. Mengkaji ketajaman penglihatan
klien
2. Mengidentifikasi alternative untuk
optimalisasi sumber rangsang
3. Mengorientasikan klien terhadap
lingkungan
4. Meletakan alat yang sering
digunakan didekat klien
5. Memberikan pencahayaan yang
cukup
6. Mendampingi klien saat melakukan
aktivitas
7. Mengkaji keseimbangan
8. Menganjurkan klien untuk mengikuti
senam pagi dan didampingi.
Response :
2. Klien tidak dapat melihat dengan
jelas dalam jarak 1 meter
3. Klien mengatakan cahaya yang tidak
terlalu terang dapat membantu dalam
penglihatannya
4. Klien dapat mengikuti keadaan
lingkungan
5. Klien meletakan barang yang sering
digunakan didekat tempat tidur
6. Klien nyaman dengan pencahayaan
dalam kamarnya.
7. Klien merasa nyaman saat dibantu
melakukan aktivitas.
8. Klien tampak tidak dapat menahan
dorongan sternum, tidak dapat
melakukan angkat kaki, saat berjalan
skor keseimbangan 6, termasuk
resiko cedera ringan
9. Klien bersedia mengikuti senam pagi