Anda di halaman 1dari 6

BAB I

BUDAYA PERUSAHAAN

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu


buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai kultur dalam bahasa Indonesia.Budaya secara harfiah berasal dari
Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah,
memelihara ladang (Soerjanto Poespowardojo,1993).
Jadi budaya adalah semua bentuk yang menjadi hasil ciptaan
manusia, semua hal yang menjadi kebijakan atau pegangan hidup
bermasyarakat umat manusia, serta semua yang dirasakan oleh manusia,
baik yang bersifat positif maupun negatif.
Perusahaan adalah unit terkecil rumah tangga ekonomi yang
melakukan proses produksi riil atau jasa dengan motif profit, kepuasan
bathin, yang dijalankan tunduk pada kaidah - kaidah ekonomi didalam
sistemnya.
Budaya perusahaan terdiri dari serangkaian nilai danpraktek kerja
yang disumbangkan oleh anggota group atauperusahaan yang memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku anggotanya. Sehingga budaya
perusahaan berupa nilai-nilai yang menjadi pegangan pegawai sebagai
anggota organisasi dalam menjalankan kewajiban dan perilakunya di dalam
organisasi.

ETIKA DAN BUDAYA

1
Hubungan antara Etika dengan Kebudayaan : Meta-ethical cultural
relativism merupakan cara pandang secara filosofis yang yang menyatkan
bahwa tidak ada kebenaran moral yang absolut, kebenaran harus selalu
disesuaikan dengan budaya dimana kita menjalankan kehidupan soSial kita
karena setiap komunitas sosial mempunyai cara pandang yang berbeda-
beda terhadap kebenaran etika.
Etika erat kaitannya dengan moral. Etika atau moral dapat digunakan
okeh manusia sebagai wadah untuk mengevaluasi sifat dan perangainya.
Etika selalu berhubungan dengan budaya karena merupakan tafsiran atau
penilaian terhadap kebudayaan. Etika mempunyai nilai kebenaran yang
harus selalu disesuaikan dengan kebudayaan karena sifatnya tidak absolut
danl mempunyai standar moral yang berbeda-beda tergantung budaya yang
berlaku dimana kita tinggal dan kehidupan social apa yang kita jalani.
Baik atau buruknya suatu perbuatan itu tergantung budaya yang
berlaku. Prinsip moral sebaiknya disesuaikan dengan norma-norma yang
berlaku, sehingga suatu hal dikatakan baik apabila sesuai dengan budaya
yang berlaku di lingkungan sosial tersebut. Sebagai contoh orang Eskimo
beranaggapan bahwa tindakan infantisid (membunuh anak) adalah tindakan
yang biasa, sedangkan menurut budaya Amerika dan negara lainnya
tindakan ini merupakan suatu tindakan amoral.
Suatu premis yang disebut dengan “Dependency Thesis” mengatakan
“All moral principles derive their validity from cultural acceptance”.
Penyesuaian terhadap kebudayaan ini sebenarnya tidak sepenuhnya harus
dipertahankan dan dibutuhkan suatu pengembangan premis yang lebih
kokoh.

Membangun Budaya Perusahaan Yang Berdasarkan Nilai-Nilai

2
Sebuah perusahaan tidak bisa dibangun sendirian, tapi dibangun oleh
tim yang kuat. Dengan segala keterampilan yang dimiliki setiap individu di
dalam tim, mereka bisa saling melengkapi kekurangan individu lainnya.

Memang bukan perkara mudah mendapatkan karyawan yang sesuai


dengan karakter perusahaan. Setelah menjadi karyawan, kemampuan juga
harus senantiasa ditingkatkan. Sehingga tercipta tim kerja yang hebat.
Bagaimana cara untuk menciptakan budaya kerja yang hebat, sehingga
terbentuk tim kerja yang handal?
1. Memberikan peluang bagi karyawan untuk membangun karirnya
CEO Placemeter.com, Alexander Winter mengatakan bahwa ketika
perusahaan mempekerjakan karyawan bukan berarti semata-mata untuk
memakai pikiran dan tenaga mereka saja. Sehingga segala kebutuhan dan
tugas perusahaan bisa diselesaikannya. Merekrut karyawan tidak hanya
sekedar tujuan tersebut, tapi lebih kepada memberikan peluang kepada
karyawan untuk menciptakan dan membangun karirnya.
Memikirkan karir setiap karyawan sangat penting, karena berpengaruh
besar pada kinerja kerja mereka dan kemajuan perusahaan. Karena
bagaimanapun karyawan adalah aset tak bernilai bagi setiap perusahaan.
Biarkan karyawan beradaptasi dengan lingkungan kerjanya, agar tercipta
tanggung jawab untuk melakukan segala kewajibannya dengan sebaik-
baiknya.
2. Merangsang karyawan untuk bermental wirausaha
Semua karyawan pastinya ingin menikmati kesuksesan, baik di
perusahaan tempat kerjanya sekarang atau di luar perusahaan. Tidak sedikit
dari mereka yang berpikir untuk menjalani dunia wirausaha, disamping
berstatus karyawan. Mereka mencari penghasilan dari bisnis tertentu yang
dilakukannya secara paruh waktu. Menurut Caroline Ghosn, CEO dan co-

3
founder Levo League menyatakan kalau di saat awal bekerja, seorang
karyawan harus juga berpikir seperti pengusaha atau pemilik perusahaan.
Tujuannya untuk merangsang kepada semua karyawan agar
keinginannya menjadi wirausaha bisa terwujud dengan baik. Tentunya cara
ini tidak diterapkan dengan memaksakan setiap karyawan untuk
melakukannya. Cukup dengan memberikan saran dan dukungan bagi
mereka yang memang bertekad kuat untuk berwiraswasta.
3. Memimpin dengan memberikan contoh
Kebiasaan pemimpin tentunya menyuruh bawahannya untuk
melakukan pekerjaan atau tindakan sesuai keinginannya. Sayangnya
terkadang bawahan tidak selamanya menurut apa yang diperintahkan
pemimpinnya. Kalau Anda ingin bawahan selalu melakukan semua perintah,
sangat tepat kalau Anda juga memberikan contoh tindakan tersebut.
Co-founder Unroll.me, Joyo Hedaya mengatakan kalau pemimpin
yang ideal harus bisa memberikan contoh kepada bawahannya. Sehingga
budaya perusahaan yang baik akan tercipta dengan mudah.
Tindakan pemimpin akan menjadi contoh terbaik bagi karyawan untuk
bisa bertindak lebih baik dari pemimpinnya. Pemimpin harus juga menjadi
rekan bagi bawahannya, sehingga bisa mengetahui segala kondisi, kendala
dan segala yang mereka perlukan. Sehingga karyawan juga bisa
menjalankan tugasnya dengan baik dan menikmatinya. Sehingga tidak
merasa terpaksa, tapi justru menyenangkan baginya.

BAB II
Pengaruh Budaya Dalam Mendorong Pembentukan Kinerja

Jika suatu organisasi menerapkan budaya kuat maka itu akan


mendorong terjadinya peningkatan keefektifan pada organisasi tersebut,
menurut Stephen Robbins “Budaya yang kuat dicirikan oleh nilai inti dari

4
organisasi yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik, dan dirasakan
bersama-sama secara luas”.
budaya organisasi merupakan hasil interaksi antara:
a. Bisa dan asumsi para pendirinya, dan
b. Apa yang dipelajari oleh para anggota pertama organisasi, yang
dipekerjakan oleh para pendiri, dari pengalaman mereka sendiri.
Jika ingin membuat perubahan budaya organisasi maka sebaiknya
dilakukan atas dasar konsep “representasif” dan “aspiratif” serta
ditindaklanjuti dengan sosialisasi. Dengan tujuan agar pembuatan konsep
pengubahan budaya organisasi tersebut dapay berjalan dengan baik dan
sukses.
para pegawai akan dapat lebih menerima perubahan budaya jika:
a. rekor keberhasilan organisasi tersebut sebelumnnya hanya sedang-
sedang saja,
b. para pegawai umumnya tidak puas, dan
c. citra dan reputasi pendiri dipertanyakan”.
Suatu organisasi memiliki karakteristiknya masing-masing, dan
karakteristik tersebutlah yang membedakan suatu organisasi dengan
prganisasi lainnya. karakteristik utama yang menjasi pembeda budaya
organisasi, yaitu:
a. inisiatif individual;
b. toleransi terhadap tindakan berisiko;
c. arah;
d. integrasi;
e. dukungan dari manajemen;
f. kontrol;
g. identitas;
h. sistem imbalan;
i. toleransi terhadap konflik;

5
j. pola-pola komunikasi”.

Anda mungkin juga menyukai