Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERBANKAN SYARIAH

DISUSUN:

NAMA : MUHAMAD FENDI

NIM : 022020082

AKADEMI AKUNTASI KEUANGAN DAN PERBANKAN INDONESIA

(AAKPI)
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan makalah yang berjudul Perbankan Syariah.

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Saepi,S.Ab, yang telah membantu Saya baik secara
moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Saya menyadari, bahwa laporan Makalah yang Saya buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, Saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan Makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................ ..................................... ii

Daftar Isi ....................................................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan ...................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................. 1

C. Tujuan ............................................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan ..................................................................................................................... 3

A. Pengertian Bank Syari’ah ................................................................................................. 3

B. Falsafah Operasional Bank Syari’ah ................................................................................ 3

C. Prinsip-Prinsip Bank Syari’ah .......................................................................................... 4


D. Dasar Hukum Bank Syari’ah Di Indonesia ...................................................................... 4

E. Produk -Produk Bank Syari’ah ......................................................................................... 5


F. Pandangan Ulama’ Mengenai Bank Syari’ah ................................................................... 9

BAB III Penutup ........................................................................................................................... 10


A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................................. 10

Daftar Pustaka............................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Melakukan kegiatan ekonomi adalah merupakan tabiat manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dengan kegiatan itu ia memperoleh rizki, dan dengan rizki ia dapat
melangsungkan kehidupannya. Bagi orang Islam, Al Qur’an adalah petunjuk untuk memenuhi
kebutuhn hidupnya yang berkebenaran absolute. Sunnah Rasulullah Muhammad SAW berfungsi
menjelaskan kandungan Al Qur’an. Terdapat banyak ayat Al Qur’an dan hadits Nabi yang
merangsang manusia untuk rajin bekerja dan mencela orang menjadi pemalas. Tetapi tidak setiap
kegiatan ekonomi dibenarkan oleh Al Qur’an. Apabila kegiatan itu punya watak yang merugikan
banyak orang dan menguntungkan sebagian kecil orang pasti akan ditolak seperti halnya riba.
Al Qur’an telah jelas melarang riba. Selain itu juga agama –agama lainpun melarangnya,
bukan hanya etika agama yang mengutuknya, tetapi juga etika filosofis, seperti filsafat yunani.
Dengan demikian, disamping diketahui bahwa al Qur’an tidak sendirian dalam menampilkn
sikap kerasnya terhadap riba.
Salah satu lembaga perekonomian yang sampai saat ini menggunakan system riba ialah
bank. Menurut catatan sejarah, usia perbankan sudah dikenal kurang lebih 2500 SM dalam
masyarakat Mesir Purba dan Yunani Kuno, kemudian masyarakat Romawi. Istilah perbankan
dalam masyarakat modern pada umumnya disebut dengan bank konvesional. Bank konvensional
melaksanakan pembagian keuntungan dengan system bunga (persentase) tetap. Bank tidak mau
melihat, apakah wiraswastawan peminjam mendapat kerugian atau laba. Hal ini membuat
sekelompok orang islam untuk mendirikan bank islam dengan ciri tanpa bunga yang disebut
dengan bank syari’ah, seperti apakah bank syari’ah? Berikut akan diulas dalam makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun rumusan masalah dalam
pembahasan ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan bank syari’ah?
2. Bagaimana filosofi operasional bank syari’ah?
3. Apa saja prinsip-prinsip bank syari’ah?
4. Apa saja dasar hukum bank syari’ah di Indonesia?
5. Apa saja produk-produk Bank Syari’ah?
6. Bagaimana pandangan para ulama’ mengenai bank syari’ah?
C. TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan pembahasan. Adapun
tujuannya yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian bank syari’ah
2. Mengetahui falsafah operasional bank syari’ah
3. Mengetahui prinsip-prinsip bank syari’ah
4. Mengetahui dasar hukum bank syari’ah di Indonesia
5. Mengetahui produk-produk bank syari’ah
6. Mengetahui berbagai macam pandangan ulama’ mengenai bank syari’ah
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BANK SYARI’AH


Bank syari’ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan operasionalissinya
pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank tanpa bunga, adalah lembaga
keuangan/perbangkan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al
Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syari’at Islam.
Antonio dan perwataadmadja membedakannya menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam
dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariat Islam. Bank Syari’ah adalah
1) Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’at Islam
2) Bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentun Al qur’an dan Hadits
Sementara Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syari’ah Islam adalah Bank yang
dalam operasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syari’at Islam, khususnya yang menyangkut
tata cara bermuamalah secara Islam. Dikatakan lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalah itu
harus dijahui oleh hal-hal dan praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsure riba
untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan
perdagangan.
B. FALSAFAH OPERASIONAL BANK SYARI’AH
Setiap lembaga keuangan syari’ah mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah SWT
untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat . Oleh karena itu , setiap kegiatan lembaga
keuangan yang di khawatirkan menyimpang dari tuntutan agama , harus di hindari.
1) Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya:
a) Menghindari penggunaan system yang menetapkan di muka secara pasti keberhasilan
suatu usaha (QS. Luqman, ayat: 34)
b) Menghindari penggunaan system prosentasi untuk pembebanan biyayaa terhadap hutang
atau pemberian imbalan terhdap simpanan yang mengandung unsure meliputi gandakan
secara otomatis hutang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu (QS. Al
Imron: 130)
c) Menghindari penggunaan system perdagangan atau penyewaan barang ribawi dengan
imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun
kualitas (HR. Muslim Bab Riba No.1551 s.d 1567)
d) Menghindari penggunaan system yang menetapkan di muka tambahan atas hutang yang
bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela (HR. Muslim, Bab Riba
No.1569 s.d 1572)
2) Menetapkan system bagi hasil dan perdagangan, dengan mengacu pada Al Qur’an surat Al
Baqqrah ayat 275 dan An Nisa’ ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syari’ah harus
dilandasi atas dasar system bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh
adanya pertukaran antara uang dengan barang. Akibatnya pada kegiatan mu’amalah berlaku
prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong produksi barang/jasa,
mendorong kelancaran arus barang/jasa, dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit,
spekulasi dan inflasi.
C. PRINSIP-PRINSIP BANK SYARI’AH
Prinsip syari’ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
sesuai dengan syari’ah.
Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syari’ah antara lain

 Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan
nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
 Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha
institusi yang meminjam dana.
 Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya merupakan
media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik.
 Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus
mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.
diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh
perbankan syariah.

Prinsip perbankan syariah pada akhirnya akan membawa kemaslahatan bagi umat karena
menjanjikan keseimbangan sistem ekonominya
D. DASAR HUKUM BANK SYARI’AH DI INDONESIA
Bank syari’ah di tanah air mendapatkan pijakan yang kokoh setelah adanya deregulasi
sector perbankan pada tahun 1983. Kemudian posisi perbankan syari’ah semakin pasti setelah
disahkan UU Perbankan Indonesia No.7 tahun 1992, dimana bank diberikan kebebasan untuk
menentukan jenis imbalan yang akan diambil dari nasabahnya baik bunga ataupun keuntungan-
keuntungan bagi hasil.
Dengan terbitnya PP No. 72 tahun 1992 tentang bank bagi hasil yang secara tegas
memberikan batasan bahwa “bank bagi hasil tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang tidak
berdasarkan prinsip bagi hasil (bunga) sebaliknya pula bank yang kegiatan usahanya tidak
berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip bagi hasil” (pasal 6), maka jalan bagi operasional perbankan syari’ah semakin luas.kini
titik kulminasi telah tercapai dengan disahkannya UU No.10 Thn 1998 tentang perbankan yang
membuka kesempatan bagi siapa saja yang akan mendirikan bank syari’ah maupun yang ingin
mengkonfersi dari system konvensional menjadi system syari’ah
UU No.10 ini sekaligus menghapus pasal 6 pada PP No 72/1992 yang melarang dual `
system. Dengan tegas pasal 6 UU No10/1998 membolehkan bank umum yang melakukan
kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip syari’ah.[9] .Selain itu dasar perbankan syari’ah juga
terdapat dalam UU Perbankan No 10 thn 1998 ( pasal 1 ayat 12,13; pasal 6 huruf m dan pasal 13
huruf c) yang merupakan UU Perbankan No 7 Tahun 1992.
Untuk menjalankan undang-undang tersebut selanjutnya dikeluarkan Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia tentang Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat tahun 1999
dilengkapi bank umum berdasarkan prinsip syari’ah dan bank perkreditan rakyat berdasarkan
prinsip syariah. Aturan yang berkaitan dengan Bank Umum berdasarkan prinsip syari’ah diatur
dalam Surat Keputusan direksi bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tgl. 12 Mei 1999.[10]
E. PRODUK -PRODUK BANK SYARI’AH
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga
bagian besar yaitu produk penyaluran dana, produk penghimpunan dana dan produk jasa.
1) Produk Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah
terbagi kedalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaan yaitu:
 Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang yang dilakukan dengan
prinsip jual beli.
 Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip
sewa.
 Transaksi pembiyaan untuk usaha kerja sama yang dituju guna mendapatkan sekaligus
barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan
menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok
ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli seperti murabahah, salam dan istishna
serta produk yang menggunakan prinsip sewa atau ijarah. Sedangkan kategori ketiga, tingkat
keuntungan bank ditentukan dari besarnya usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada produk
bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati dimuka. Produk
perbankan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah musyarakah dan mudhrabah.
Prinsip jual beli (Ba’i)
Prinsip jual beli diadakan sehubung diadanya perpindahan kepemilikan barang atau benda
(transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga
atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan
waktu penyerahan barang seperti :
a) Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli, dimana bank mendapat sejumlah keuntungan.
Dalam hal ini, bank menjadi penjual dan nasabah menjadi pembeli. Kedua pihak harus
menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam
akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad.
b) Salam
Salam adalah transaksi jual beli, dimana barangnya belum ada, sehingga
barang yang menjadi objek transaksi tersebut diserahkan secara tangguh.
Dalam transaksi ini, bank menjadi pembeli dan nasabah menjadi penjual.
c) Istishna
Alur trankasksi Istishna mirip dengan Salam, hanya saja dalam Istishna, Bank dapat
membayar harga pembelian dalam beberapa kali termin pembayaran. Skim istishna
dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan
konstruksi.
d) Prinsip Sewa (Ijarah)
Secara prinsip, Ijarah sama dengan transaksi jual beli. Hanya saja yang menjadi objek
dalam transaksi ini adalah dalam bentuk manfaat. Pada akhir masa sewa dapat saja
diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa akan dijual
belikan antra Bank dan nasabah yang menyewa (Ijarah muntahhiyah bittamlik/sewa yang
diikuti dengan berpindahnya kepemilikan)
e) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan dengan prinsip bagi hasil adalah :
a) Musyarakah
Musyarakah adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil. Dalam kerjasama ini para pihak
secara bersama-sama memadukan sumber daya baik yang berwujud ataupun tidak berwujud
untuk menjadi modal proyek kerjasama, dan secara bersama-sama pula mengelola proyek
kerjasama tersebut.
b) Mudarabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai
pemilik modal, dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan Bank
untuk melakukan pembiayaan murabahah atau ijarah seperti yang dijelaskan terdahulu.
Dapat pula dana tersebut digunakan oleh bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah.
Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati.
Akad Pelengkap
Untuk memudahkan pelaksanan pembiyaan, biasanya diperlukan juga akad pelengkap.
Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembiyaan. Meskipu tidak ditujukan mencari keuntungan, dalam
akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan akad ini. Besarnya biaya pengganti ini sekedar untuk menutupi biaya yang benar
benar timbul.
a) Hiwalah (Alih Utang Piutang)
a) Hiwalah adalah transaksi pengalihan utang piutang. Dalam praktek perbankan syariah,
fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksinya, sedangkan bank mendapat ganti biaya atas jasa.
b) Rahn
Rahn, dalam bahasa umum lebih dikenal dengan Gadai. Tujuan akad Rahn adalah untuk
memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
c) Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Misalnya dalam hal seorang calon haji membutuhkan dana
pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Bank
memberikan pinjaman kepada nasabah calon haji tersebut dan si nasabah melunasinya
sebelum keberangkatan Hajinya.
d) Wakalah
Wakalah dalam praktek Perbankan syariah terjadi apabila nasabah memberikan kuasa
kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan
L/C, inkaso dan transfer uang.
e) Kafalah
Kafalah dalam bahasa umum lebih dikenal dengan istilah Bank Garansi, yang ditujukan
untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan
nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai Rahn. Bank dapat
pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadi’ah. Bank mendapatkan pengganti biaya
atas jasa yang diberikan.
2) Produk Penghimpunan Dana
Produk penghimpunan dana dibank syariah dapat berupa giro, tabungan, dan deposito.
Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah
wadi’ah dan mudharabah.
a) Wadi’ah
Prinsip Wadi’ah yang diterapkan dalam Perbankan syariah adalah Wadiah Yad Dhamanah
yang diterapkan pada produk rekening giro. Dalam konsep Wadi’ah Yad Dhamanah, Bank
dapat mempergunakan dana yang dititipkan, akan tetapi bank bertanggung jawab penuh atas
keutuhan dari dana yang dititipkan.
b) Mudharabah
 Mudarabah Mutlaqah
 Mudarabah Mutlaqah adalah Mudarabah yang tidak disertai dengan pembatasan
penggunaan dana dari Sahibul Mal.
 Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet
 Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet adalah Aqad Mudarabah yang disertai dengan
pembatasan penggunaan dana dari Sahibul Mal untuk investsi-investasi tertentu.
 Mudarabah of Balance Sheet
 Dalam Mudarabah of Balance Sheet, Bank bertindak sebagai arranger, yang
mempertemukan nasabah pemilih modal dan nasabah yang akan menjadi mudharib.
c) Wakalah
Wakalah dalam praktek perbankan syariah dilakukan apabila nasabah memberikan kuasa
kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti inkaso dan
transfer uang.
3) Produk Jasa
Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan
mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa :
a) Sharf (jual beli valuta asing)
Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip Sharf, sepanjang dilakukan
pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.
b) Ijarah (Sewa)
Jenis kegiatan Ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan jasa tata-
laksana administrasi dokumen (custodian). Bank mendapat imbalan sewa dari jasa
tersebut.[11]
F. PANDANGAN ULAMA’ MENGENAI BANK SYARI’AH
1) Majlis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah
Majlis Tarjih Muhammadiyah pada tahun 1968 memutuskan bahwa bunga bank milik
pemerintah termasuk masalah shubhat dan bahkan pada tahun 2006 memutuskan fatwa haram.
Adapun masalah keputusan Tarjih sebagai berikut;
1. Hasil keputusan hukum harus ditaati namun keputusan masalah sosial ekonomi, Majlis
Tarjih harus melibatkan pada para ekonom supaya hasilnya bisa membumi dan fatwa
haramnya bunga bank tidak perlu ditanfidh.
2. Bank dibutuhkan dalam dunia perekonomian, berfungsi sebagai intermediary tetapi tidak
setuju dengan sistem bunga karena riba dan menimbulkan eksploitasi. Sedangkan adanya
bank syari’ah sangat ditunggu umat Islam untuk menghindari bunga.
3. Masih dibolehkannya menjadi nasabah bank konvensional selama bank syari’ah belum
benar-benar siap dan dengan dasar keterpaksaan/dharurat.[12]
2) Nahdlatul Ulama’
Dalam musyawarah nasional alim ulama NU pada 1992 di Lampung, para ulama NU tidak
memutus hukum bunga bank haram mutlak. Memang ada beberapa ulama yang mengharamkan,
tetapi ada juga yang membolehkan karena alasan darurat dan alasan-alasan lain. Namun
demikian, dalam Munas saat itu, ulama NU sudah merekomendasikan kepada negara agar segera
memfasilitasi terbentuknya perbankan syariah atau perbankan yang menggunakan asas-asas dan
dasar hukum Islami dalam bertransaksi.

3) Majlis Ulama’ Indonesia


MUI mengharamkan bunga bank sejak th 2003, Menurut Kiai Ma'ruf, agar masyarakat
terhindar dari hukum haram bunga bank, sementara tetap bisa menyimpan uangnya dengan
aman, bank syariah bisa menjadi solusinya. Sebab, hukum keharaman bunga bank itu tidak
sekedar adanya timbal-balik dari simpanan kita, tetapi juga dana yang kita simpan di bank yang
juga digunakan untuk upaya riba. "Dulu, sebelum ada bank syariah, kita menyimpan dana di
bank karena alasan darurat. Kalau hukumnya ya tetap saja sama, bunga bank itu ya haram. Kalau
sekarang, setelah ada bank syariah, harus dipindahkan ke bank syariah, bank tanpa bunga,"
terangnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1) Bank Syari’ah merupakan implementasi dari Bank Islam dengan ciri tanpa bunga/riba
2) Bank Syari’ah sebenarnya sama dengan Bank Konvensional pada umumnya, yang
membedakannya kalau Bank Syari’ah memakai system bagi hasil sedangkan bank
Konvensional memakaisistem bunga.
3) Dasar hukum Bank syari’ah di Indonesia:
 UU Perbankan Indonesia No.7 tahun 1992
 Pasal 6 PP No. 72 tahun 1992 yang kemudian dihapus oleh pasal 6 UU No.10 Thn 1998
 UU Perbankan No 10 thn 1998 ( pasal 1 ayat 12,13; pasal 6 huruf m dan pasal 13 huruf c)
 Surat Keputusan direksi bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tgl. 12 Mei 1999.
4) Produk yang ditawarkan perbankan syariah banyak sekali, secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu produk penyaluran dana, produk penghimpunan dana dan produk
jasa.
5) MUI dan Muhammadiyah mengharamkan adanya bunga bank karena hal ini sama dengan
riba sedangkan NU masih khilafiyah, ada sebagian yang membolehkan dengan alasan
dharurat ada juga yang mengharamkannya, akan tetapi semuanya mendukung adanya bank
syari’ah sebagai lembaga perekonomian yang berdasarkan syari’at Islam (tidak ada unsur
riba di dalamnya)

B. SARAN
“Setelah kita semua mengetahui apa itu bank syari’ah, bagaimana system, prinsip dan
falsafah operasional bank syari’ah, diharapkan agar kita lebih memilih menggunakan jasa bank
syari’ah dan alangkah baiknya yang sudah menggunakan bank konvensional pindah ke bank
syari’ah”
DAFTAR PUSTAKA

Al Khotib, Muhammad ‘Ajaj. 1989. Ushul Al Hadits Wa Musthalahu. Beirut: Dar al Fikri
Al Zuhaili, Wahbah. 1985. Al Fiqih Al Islami wa Adillatuh. Beirut: Dar Al Fikri
American Institute of banking. 1960. Principle of Bank Operation. New York: AIB
Muhammad. 2005. Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syari’ah. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta
Sadeli, Hasan. (ed). Ensiklopedia Indonesia
Zuhri, Muh, Dr. 1996. Riba dalam al- Qur’an dan Masalah Perbankan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
www.voa-islam.com/news/indonesia/2010/04/05/4722
Http://Hasanismilr.blogspot.com/2009/06/produk-produk-bank-syari’ah
Http://eprints.sunan-ampel.ac.id/id/eprint/54
Http://ekiszone.co.cc/category/perbankan-islam
https://www.academia.edu/30194169/Makalah_Bank_Syariah_Umum_ ( diunduh pada pukul
17:21 WIB tanggal 08 April 2021)

Anda mungkin juga menyukai