Anda di halaman 1dari 3

(MATERI) BAHAGIA MENJADI HAMBA

QqT2Q

Saya memahami, diantara hijrah yang paling penting dalam hidup ini adalah hijrah untuk berpindah dari
menghamba kepada selain Allah, menjadi hanya menghamba kepadaNya.

‫ ومن جور االديان إلى عدل االسالم‬،‫ ومن ضيق الدنيا إلى سعتها‬،‫هلل ابتعثنا لنخرج من شاء من عبادة العباد إلى عبادة هللا‬
Allah memilih kami untuk mengeluarkan siapa-siapa yang dia kehendaki dari penghambaan kepada
sesama, menjadi penghambaan kepada Allah
Dari kesempitan dunia kepada keluasannya (bentangan luas tiada bertepi)
Dari kedzoliman agama-agama (system/tirani penguasa) kepada keadilan islam
(perkataan Sa’ad bin Abi Waqqas kepada Rustum – panglima Persia)

Karena disanalah sumber kebahagiaan, kita tidak akan bisa menemukan sebenar-benarnya kebahagiaan
sampai kita menyadari bahwa kita ini hamba Allah.

Menghamba;
• Menaruh perhatian
• Mengejar mati-matian
• Menyandarkan dan menggantungkan harapan
• Menyerahkan
• Menghamba kepada selain Allah artinya kita menjadikan pusat perhatian, mengejar mati-
matian, bersandar, bergantung, berharap, dan berserah kepada selain Allah, dan ini menjadikan
mereka pribadi2 yang rapuh.

‫ط‬ ِ ‫س َع ْب ُد ْال َخ ِم ْيلَ ِة إِ ْن أُ ْع ِط َي َر‬


َ ‫ض َي َوإِ ْن لَ ْم يُ ْعطَ َس ِخ‬ َ ‫س َع ْب ُد ْال َخ ِم ْي‬
َ ‫ص ِة تَ ِع‬ َ ‫ ت َِع‬،‫س َع ْب ُد الدِّرْ ه َِم‬ ِ ‫س َع ْب ُد ال ِّد ْين‬
َ ‫َار ت َِع‬ َ ‫ت َِع‬
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamisah dan khamilah (sejenis
pakaian yang terbuat dari wool/sutera). Jjika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah”
(HR. Bukhari).

Menjelaskan Hirarki of Needs Abraham Maslow

Bahagia Menjadi HambaNya;


1. Hidup yang lepas dari kecenderungan terhadap apapun kecuali kecenderungan kepada Allah…

• Mereka-mereka yang tujuannya dunia, seberapapun banyak nya harta mereka, dan
seberapapun luasnya asset property yang mereka punya, tidak akan pernah bisa menghilangkan
rasa sempit dalam hidupnya
• Banyak-sedikit vs lapang-sempit
• Karakter utama hamba-hamba Nya Allah adalah clarity of purpose, punya tujuan yang jelas.
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, everything comes from Allah & shall return to Allah.

• Orang-orang yang mudah kecewa, sakit hati, sedih berlebihan, adalah mereka2 yang tujuannya
dunia.
• Orang2 yang akhirat tujuannya, akan menjadi pribadi2 yang penuh dan puas (fulfillment),
tenang, damai (peaceful). – haunan -
• Hatinya luas/lapang… mudah memaafkan orang lain. – qoolu salaama -
• Tenang; tidak memikirkan apa yang tak perlu dipikirkan, kekhawatiran yang tak perlu
• Perasaan kekurangan (scarcity) vs perasaan cukup
• Satu-satunya kekhawatiran terbesar; Allah tidak memaafkan.. Karena ketika Allah memaafkan
beres sudah. (Perkataan Ibnul Qoyyim)

2. “Hidup tanpa tendensi” berarti bersikap zuhud, zero mind process. Mengosongkan hati kita
selain Allah. Memerdekakan hati kita dan mengisinya selain apa pada keinginan Tuhan. “Hidup
tanpa tendensi” berarti merdeka, merdeka dari apapun selain Allah.

“Hidup tanpa tendensi” bukan berarti kita dilarang berkeinginan. Kalau memang maknanya seperti
itu, lalu untuk apa doa disyariatkan? seperti halnya dalam Kitab Suci, “ud’uuni astajib lakum’,
berdoalah maka Tuhan akan mengijabahnya, untuk apa ada hadits yang mengatakan Tuhan
mencintai ummatNya yang terus menerus memperbaiki diri? untuk apa ada hadits dimana jika hari
ini tidak lebih baik dari hari sebelumnya, seorang manusia dikatakan “merugi”? untuk apa ada
hadits bahwa mukmin yang kuat lebih dicintai daripada mukmin yang lemah? Dan seterusnya.

“Hidup tanpa tendensi” berarti tak terpengaruh lingkungan dan persepsi alam semesta (makhluk).
Segala persepsi kita hanyalah dikaitkan dengan persepsi Tuhan. Inilah konsepsi syukur dan ikhlas
yang mesti tertancap kuat menghunjam, tak dipengaruhi situasi lingkungan. Adalah niscaya kita
meyakini dan mensyukuri bahwa ketentuanNya adalah yang pasti terbaik bagi kita. Tuhan benar-
benar mengatur segalanya “bi qadar”, sesuai dengan takaran atau kadarnya, precisely and
proportionally. Karena Tuhan itu Lathif dan Khabir, Maha Teliti.

Tugas seorang hanya meminta dan memaksimalkan ikhtiar sebagai jalan ibadah, selebihnya;
bahagia tanpa syarat, membahagiakan apapun hasilnya. Karena semua pasti baik dari Allah.

3. Menyadari bahwa kita ini butuh Allah, menjadikan semua hajat-hajat kita sebagai sarana
untuk mendekat kepadaNya. Sungguh2 dalam memohon petunjuk dariNYa.
4. Menyadari bahwa kita ini lemah dan banyak dosa, sangat mengharapkan ampunan dan
kemaafan dariNya.

5. Menjadi hamba berarti sungguh2 dalam meneladani akhlak2 RasulNya. Berkasih sayang
pada sesama, menjadikan orang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Tiada
membiarkan rasa yang lain ada di hati kecuali cinta dan kasih sayang pada sesama.

6. Mudah memaafkan sesama, karena butuh maafNya.

Arab-Latin: Wa lā ya`tali ulul-faḍli mingkum was-sa'ati ay yu`tū ulil-qurbā wal-masākīna


wal-muhājirīna fī sabīlillāhi walya'fụ walyaṣfaḥụ, alā tuḥibbụna ay yagfirallāhu lakum,
wallāhu gafụrur raḥīm

Terjemah Arti: Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di
antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum
kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah,
dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa
Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,

Referensi: https://tafsirweb.com/6150-surat-an-nur-ayat-22.html

Anda mungkin juga menyukai