Anda di halaman 1dari 32

BAB II

PENGUJIAN TARIK

2.1. Tujuan
1. Mengetahui apa itu Pengujian tarik.
2. Mengetahui tahapan proses Pengujian tarik.
3. Mengetahui dan memahami cara kerja mesin uji tarik kendali beban (mesin
hidrolik) yaitu Universal Testing Machine konvensional.
4. Mengetahui pengaruh pembebanan terhadap spesimen uji tarik termal
alumunium.
5. Mengetahui sifat-sifat mekanik seperti kekuatan tarik, kekuatan luluh dan
keuletan dari spesimen uji tarik termal alumunium.
6. Mengetahui dan memahami kurva apa saja yang berhubungan dengan
Pengujian Tarik dan bagaimana cara pengkonversiannya.
7. Mengetahu fenomena-fenomena patahan pada pengujian tarik.

2.2. Teori Dasar


Pengujian tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji
kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang
sesumbu
[Askeland, 1985]. Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik
dari suatu material. Uji tarik mungkin adalah cara pengujian bahan yang paling
mendasar. Uji tarik rekayasa banyak dilakukan untuk melengkapi informasi
rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi
spesifikasi bahan (Dieter, 1987). Pada uji tarik, benda uji diberi beban gaya tarik
sesumbu yang bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan itu dilakukan
pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda uji (Davis, Troxell, dan
Wiskocil, 1955). Kurva tegangan regangan rekayasa diperoleh dari pengukuran
perpanjangan benda uji.Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan sudah
mengalami standarisasi di seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM E8
dan Jepang dengan JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera

8
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan


mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang.
Alat yang digunakan untuk melakukan uji tarik adalah Universal Testing
Machine (UTM) konvensional. Alat eksperimen untuk uji tarik memiliki
cengkraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff). Mesin uji
tarik untuk material yang terdiri atas beberapa bagian, bagian atas disebut sebagai
crosshead, atau bagian yang bergerak yang menarik benda uji, Sepasang ulir
cylinder akan membawa atau menggerakan bagian crosshead. Sementara itu di
bagian bawah di buat statis. Di bagian crosshead terdapat sensor loadcell yang
akan mengukur besarnya gaya tarik, sedangkan untuk mengukur perubahan
panjang digunakan strain gages atau ekstensometer. Dengan menarik suatu bahan
kita akan mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan
dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang.

Gambar 2.1 Mesin uji tarik

Prinsip pengujian tarik adalah spesimen ditarik dengan laju pembebanan


yang lambat, hingga spesimen itu putus. Mesin uji tarik akan mencatat besarnya
beban tarik yang diberikan  terhadap spesimen setiap saat beserta besarnya
perpanjangan (elongation) yang terjadi pada spesimen setelah dilakukan uji tarik.
Alat pencatat beban tarik adalah load cell. Sedangkan alat pencatat
perpanjangan  yang terjadi pada spesimen adalah ekstensometer.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 9


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Grafik yang dihasilkan dari mesin uji tarik adalah grafik antara gaya atau
beban tarik terhadap perpanjangan yang terjadi. Grafik tersebut harus
dikonversikan menjadi grafik tegangan teknis terhadap regangan teknis, tujuannya
untu meminimalisasi pengaruh faktor geometris.  Tegangan dan regangan teknis
dirumuskan sebagai berikut :
F
σ=
A0
Lf - L0 ∆L
e= =
L0 L0
Uji tarik merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat suatu
bahan. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana
bahan ini bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material
itu bertambah panjang. Pengujian dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis
suatu material, khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui
dari hasil pengujian tarik adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastis dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan.

a. Spesimen uji Tarik


Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8M.
Bentuk dari spesimen penting karena spesimen harus menghindari terjadinya
patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk
spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 10


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Gambar 2.2 Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik

b. Kurva uji tarik

Gambar 2.3 Kurva uji tarik

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung


pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastis, laju regangan, temperatur dan
keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang
digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah
kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan dan
pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan
dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding
lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah
regangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut
daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan
luluh, benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini
bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan
bertambahnya regangan plastis.
Istilah yang berhubungan dengan kurva pengujian tarik yaitu:
a. Batas proporsionalitas (proportionality limit)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 11


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Merupakan daerah batas dimana tegangan dan regangan mempunyai


hubungan proporsionalitas satu dengan lainnya. Setiap penambahan tegangan
akan diikuti dengan penambahan regangan secara proporsional dalam hubungan
linier σ = E.ε
b. Batas elastis (elastic limit)
Daerah elastis adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada panjang
semula bila tegangan luar dihilangkan. Daerah proporsionalitas merupakan
bahagian dari batas elastik ini. Selanjutnya bila bahan terus diberikan tegangan
(deformasi dari luar) maka batas elastis akan terlampaui pada akhirnya sehingga
bahan tidak akan kembali kepada ukuran semula. Dengan kata lain dapat
didefinisikan bahwa batas elastis merupakan suatu titik dimana tegangan yang
diberikan akan menyebabkan terjadinya deformasi permanen (plastis) pertama
kalinya. Kebanyakan material teknik memiliki batas elastis yang hampir
berimpitan dengan batas proporsionalitasnya.
c. Tegangan
Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata
dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi
beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan
seperti dalam persamaan berikut:
F
σ=
A0
Keterangan :
     σ   : besarnya tegangan (kg/mm2)
F   : beban yang diberikan (kg)
A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)
d. Regangan
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah
regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang
dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti
dalam persamaan berikut:
Lf - L0 ∆L
e= =
L0 L0

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 12


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Keterangan :
e   : Besar regangan
Lf   : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Lo : Panjang awal benda uji (mm)
e. Modulus Elastisitas (Kekakukan)
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus
elastisitas. Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan material. Pada kurva uji
tarik modulus ealstisitas ditunjukkan oleh daerah slope atau kemiringan dari kurva
yang didapati dengan persamaan:
σ
E=
e
Keterangan:
E  : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),
e : regangan
σ  : Tegangan (kg/mm2)
Makin besar nilai modulus elastisitas, makin kecil regangan elastis yang
dihasilkan akibat pemberian tegangan. Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya
ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa terjadi perubahan
mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu sifat-sifat
mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya
penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.
f. Kekuatan luluh (Yield Strength)
Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik
adalah kuat luluh (yield strength). Kekuatan luluh (yield strength) merupakan titik
yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter,
1993]. Besar tegangan luluh dituliskan seperti pada persamaan sebagai berikut:
Fy
σy =
A0
Keterangan :
σy  : Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)
Fy  : Besarnya beban di titik luluh (yield) (kg)
Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 13


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Tegangan luluh merupakan tegangan dimana deformasi plastis atau batas


luluh mulai teramati tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian
besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastis yang
berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis mulai terjadi
dan sukar ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan
untuk sifat ini adalah kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan
dengan perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis yang sejajar
dengan elastis offset kurva oleh regangan tertentu.
Di Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1
persen (e = 0,002 atau 0,001). Perhitungan menggunakan persamaan:
F( offset )
S0 =
A0
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji
diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat
beban ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan
0,2%, lebih panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di
Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga
offsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode offset
biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena
metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau
batas proporsional.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 14


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Gambar 2.4 Metode offset pada kurva pengujian tarik

g. Kekuatan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Strength)


Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan
tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength  / UTS) adalah
beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda uji.
F maks
σu=
A0
Keterangan:
 σu : Kuat tarik (kg/mm2)
Fmaks  : Beban maksimum (kg)
Ao : Luas penampang awal (mm2)
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu
uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam
kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan
tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan
beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa
nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali kegunaannya untuk
tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui. Untuk berapa lama,
telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik,
dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.
Kekuatan tarik berguna untuk keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas
bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan
misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan
yang getas, kekuatan tarik merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan
perancangan.
h. Kekuatan Patah (fraacture strength)
Kekuatan patah ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji
putus (Ffracture) dengan luas penampang awal Ao. Untuk bahan yang bersifat

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 15


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

ulet pada saat beban maksimum M terlampaui dan bahan terus terdeformasi
hingga titik putus B maka terjadi mekanisme penciutan (necking) sebagai akibat
adanya suatu deformasi yang terlokalisasi. Pada bahan ulet kekuatan putus adalah
lebih kecil daripada kekuatan maksimum sementara pada bahan getas kekuatan
putus adalah sama dengan kekuatan maksimumnya.
i. Keuletan (e)
Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat
diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula. Keuletan merupakan
sifat bahan mampu deformasi terhadap baban tarik sebelum benar-benar patah
(ruptur). Secara umum pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi
kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]:
1) Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa
terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya
pengerolan dan ekstrusi.
2) Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai
kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.
3) Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi
pengolahan.
j. Ketangguhan (toughness)
Ketangguhan (toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah
plastis untuk menyebabkan patah. Pada umumnya ketangguhan menggunakan
konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan. Salah satu menyatakan
ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan daerah di bawah kurva tegangan-
regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan volum yang dapat
dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah.
k. Reduksi Penampang (q)
Reduction of area merupakan pengecilan penampang ketika mengalami
fracture. Hal ini berguna dalam menentukan seberapa besar suatu material yang
mengalami beban uniaksial akan mengalami pengecilan luas penampang.
Perhitungan reduksi penampang menggunakan persamaan:
A 0 - Af
q=
A0

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 16


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

l. Kurva tegangan-regangan rekayasa dan sesungguhnya


Kurva tegangan-regangan rekayasa didasarkan atas dimensi awal (luas area
dan panjang) dari benda uji, sementara untuk mendapatkan kurva tegangan-
regangan sesungguhnya diperlukan luas area dan panjang aktual pada saat
pembebanan setiap saat terukur. Perbedaan kedua kurva tidaklah terlampau besar
pada regangan yang kecil, tetapi menjadi signifikan pada rentang terjadinya
pengerasan regangan (strain hardening), yaitu setelah titik luluh terlampaui.
Secara khusus perbedaan menjadi demikian besar di dalam daerah necking. Pada
kurva tegangan-regangan rekayasa, dapat diketahui bahwa benda uji secara aktual
mampu menahan turunnya beban karena luas area awal Ao bernilai konstan pada
saat penghitungan tegangan σ = P/Ao. Sementara pada kurva tegangan-regangan
sesungguhnya luas area aktual adalah selalu turun hingga terjadinya perpatahan
dan benda uji mampu menahan peningkatan tegangan karena σ = P/A.

Gambar 2.5 Perbandingan antara kurva regangan-tegangan teknis dan sebenarnya

Fenomena pada saat proses pengujian tarik:

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 17


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Gambar 2.6 Proses pengujian tarik pada spesimen uji


Fenomena-fenomena metalurgi yang terjadi bila suatu logam ditarik yaitu:
1. Ada fenomena daerah elastis
2. Ada fenomena daerah plastis
3. Terjadi Necking di titik kekuatan tarik maksimum
4. Ada “ Luders Band “ yaitu fenomena yang terjadi pada baja karbon rendah
dimana menghasilkan titik luluh atas dan titik luluh bawah yaitu terjadinya
lock dan unlock oleh atom C dan N yang interfisik.
5. σy berubah ke arah yang lebih tinggi jika logam yang mengalami strain
hardening ditarik kembali.
6. Ketangguhan yaitu Luas grafik yang menandakan besarnya energi yang diserap
dari logam.
Sampel hasil pengujian tarik dapat menunjukkan beberapa tampilan
perpatahan seperti diilustrasikan oleh Gambar 2.7 di bawah ini:

Gambar 2.7 Ilustrasi penampang samping bentuk perpatahan benda uji tarik sesuai dengan tingkat
keuletan/kegetasan

Perpatahan ulet memberikan karakteristik berserabut (fibrous) dan gelap


(dull), sementara perpatahan getas ditandai dengan permukaan patahan yang
berbutir (granular) dan terang. Perpatahan ulet umumnya lebih disukai karena

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 18


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

bahan ulet umumnya lebih tangguh dan memberikan peringatan lebih dahulu
sebelum terjadinya kerusakan.

Siapkan alat dan bahan

Pengambilan gambar spesimen uji tarik


2.3. Tata Cara
Pengukuran dimensi spesimen uji tarik

Pasang dan jepit spesimen uji tarik

Pasang dan jepit milimeter blok

Operasikan mesin Universal Testing Machine

Pemberian beban hingga patah

Pembacaan skala beban

Lepaskan spesimen dari penjepit

Pengukuran dimensi spesimen

Pengumpulan data

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.8 Skema proses pengujian tarik

Praktikum
2.3.1. Skema Proses

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 19


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

2.3.2. Penjelasan Skema Proses

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 20


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Baja yang digunakan
adalah termal alumunium dan mesin yang digunakan adalah Universal
Testing Machine (UTM) konvensional.
2. Mengambil gambar termal alumunium yang dibandingkan skalanya
dengan penggaris.
3. Mengukur dimensi termal alumunium yaitu panjang dan diameter gage
length dan memberikan tanda setiap 5 mm dari tengah gage length.
4. Memasang dan menjepit termal alumunium pada grip mesin UTM
dengan posisi termal alumunium secara vertikal dan memposisikan
daerah gage length berada di tengah daerah pengujian dan posisinya
harus lurus (simetris).
5. Memasang dan menjepit millimeter blok di alat pendeteksi kurva mesin
uji tarik dan setelah itu kalibrasi beban mesin uji tarik sehingga skala
beban menunjukkan angka nol (0).
6. Mengatur mesin UTM dengan beban bandul C (3e) yaitu pembebanan
mesin maksimum 1.5 ton, setelah itu menyalakan mesin uji tarik
dengan menarik tuas hingga kecepatan 60 lalu di kunci.
7. Tuas yang ditarik merupakan pemberian beban tarik secara perlahan
dan kontinyu terhadap termal alumunium hingga termal alumunium
patah.
8. Membaca nilai Fmaks (beban maksimum) yang dapat diterima termal
alumunium pada skala beban mesin uji tarik.
9. Termal alumunium dilepaskan dari penjepit (grip) mesin UTM.
10. Mengukur termal alumunium dengan menyambungkan patahan termal
alumunium menjadi satu bagian yang utuh dengan mengukur panjang
dan diameter akhir gage length.
11. Pengumpulan data praktikum yang telah dilakukan.
12. Menganalisa dan membahas apa yang terjadi selama praktikum.
13. Membuat kesimpulan dari proses praktikum yang telah dilakukan.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 21


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

2.4. Alat dan Bahan


2.4.1. Alat
1. Mesin uji tarik Universal Testing
Machine konvensional : 1 buah
2. Jangka sorong : 1 buah
3. Penggaris : 1 buah
4. Kamera (HP) : 1 buah
5. Kalkulator : 1 buah

2.4.2 Bahan
1. Spesimen uji termal alumunium : 1 buah
2. Milimeter blok : 1 lembar

2.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


2.5.1 Pengumpulan Data
1. Standar Pengujian : ASTM E8-M

2. Data Sebelum Penarikan :

Tabel 2.1 Tabel Data Uji Tarik Sebelum Penarikan


No
Data Keterangan
.
1. Jenis Material Termal Alumunium -
Panjang gage
2. Panjang Awal (l0) 30 mm
length awal
Diameter gage
3. Diameter Awal (d0) 6,45 mm
length awal
Luas Penampang
4. 32,65mm2 A0 = ¼ π d02
Awal (A0)

3. Data setelah penarikan :

Tabel 2.2 Tabel Data Uji Tarik Setelah Penarikan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 22


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

No
Data Keterangan
.
Diperoleh dari hasil
F max = 310 kg
1. F max pengujian pada
F max = 15,5 kotak
mesin
2. Skala (kg/kotak) 1 kotak = 20 kg Skala
Tentukan posisi Fy
Fy = 13,5 kotak dari kurva mesin
3. Fy
Fy = 270 kg lalu hitung
bebannya
Panjang gage
4. Panjang Akhir (lf) lf = 35 mm
length akhir
Diameter gage
5. Diameter Akhir (df) df = 5,4 mm
length akhir
Luas Penampang
6. Af = 22,89 mm2 Af = ¼ π df2
Akhir (Af)
Δl = lf – l0; lalu
Perubahan Panjang Δl = 5 mm bandingkan
7.
(Δl) Δl = 18 kotak skalanya pada
kurva mesin
Kekuatan Tarik σu = 9,49 kg/mm2 =
8. σu = Fmax / A0
(σu) 94,9 Mpa
Kekuatan Luluh σy = 8,26 kg/mm2 =
9. σy = Fy / A0
(σy) 82,6 MPa
10. Keuletan (ε) ε = 17% ε = Δl/l0 x 100%
Modulus Elastisitas E = 48,58 kg/mm2
11. E = σy / ε
(E) = 4,858 GPa
3. Foto Spesimen

sebelum pengujian setelah pengujian


2.5.2 Pengolahan Data
1. Perhitungan
a. Luas penampang awal (A0)
Diketahui : d0 = 5,5 mm

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 23


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Ditanya : A0 =?
1
Jawab : A0 = π d02
4
1
A0 ¿ . 3,14. (6,45 mm)2
4
A0 = 32,65 mm2
b. Skala (kg)
Diketahui : Fmax = 310 kg
Fmax = 15,5 kotak
Ditanya : skala 1 kota (kg) = ?
Fmax (kg)
Jawab : 1 kotak =
Fmax ( kotak )
310 kg
1 kotak =
15,5 kotak
kg
1 kotak = 20
kotak

c. Kekuatan luluh (Fy)


Diketahui : Fy = 13,5 kotak
kg
1 kotak =20
kotak
Ditanya : Fy (kg) =?
Jawab : Fy = jumlah kotak x 1 kotak (kg)
kg
Fy = 13,5 kotak x 20
kotak
Fy = 270 kg
d. Luas penampang akhir (Af)
Diketahui : df = 3,6 mm
Ditanya : Af =?
1
Jawab : Af = π df2
4
1
Af = . 3,14. (5,4 mm)2
4
Af = 22,89 mm2
e. Perubahan panjang (Δl)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 24


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Diketahui : l0 = 30 mm
lf = 35 mm
Ditanya : Δl =?
Jawab : Δl = lf – l0
= 35 mm – 30 mm
Δl = 5 mm
f. Kekuatan tarik (σu)
Diketahui : Fmax = 310 kg
A0 = 32,65 mm2
Ditanya : σu =?
Fmax
Jawab : σu =
A0
310 kg
σu =
32,6 5 mm2
kg m
σu = 9,49 2 x 10 2
mm s
N
σu = 94,9 = 94,9 MPa
mm 2

g. Kekuatan luluh (σy)


Diketahui : Fy = 270 kg
A0 = 32,65 mm2
Fy
Ditanya : σy =
A0
270 kg
σy =
32, 65 mm2
kg m
σy = 8,26 2 x 10 2
mm s
N
σy = 82,6 = 82,6 MPa
mm 2
h. Keuletan (ε)
Diketahui : lf = 35 mm
l0 = 30 mm
Ditanya :ε =?

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 25


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Δl
Jawab :ε = x 100%
l0
l f - l0
ε = x 100%
l0
35 - 3 0
ε = x 100%
30
ε = 17 %
i. Modulus elastisitas (E)
kg
Diketahui: σy = 8,26
mm 2
Δl 5 mm
ε = = = 0,167
l0 3 0 mm
Ditanya :E =?
σy
Jawab :E =
ε
kg
8,26
E = mm2
0 ,167
kg m
E = 49,461 2 x 10 2
mm s
N
E = 494,61 = 494,61 MPa
mm 2
10-3 GPa
E = 494,61 MPa x
1 MPa
E = 0,49461 GPa

2. Konversi kurva mesin ke kurva teknis


1. Kurva mesin

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 26


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Gambar 2.9 Kurva mesin pengujian tarik


2. Perhitungan konversi kurva mesin ke kurva teknis
1) Titik 1
kg
Diketahui : F1 = 3 kotak x 20 = 60 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2
Δl1 = 1 kotak = 0,27 mm
l0 = 30 mm
Ditanya : S1 dan e1 ?
Jawab :
F1 60 kg kg
S1 = = 2 = 1,8376
A0 32,65 mm mm 2
∆l 1 0,27 mm
e1 = = = 0.009
l0 3 0 mm
2) Titik 2
kg
Diketahui : F2 = 4,1 kotak x 20 = 82 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2
Δl2 = 2 kotak = 2 x 0,27 = 0,54 mm
l0 = 30 mm
Ditanya : S2 dan e2 ?
Jawab :
F2 82 kg kg
S2 = = 2 = 2,511
A0 23,74625 mm mm 2
∆l 2 0 0,54 mm
e2 = = = 0,018
l0 3 0 mm
3) Titik 3
kg
Diketahui : F3 = 5,2 kotak x 20 = 104 kg
kotak

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 27


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

A0 = 32,65mm2
Δl3 = 3 kotak = 3 x 0,27 = 0,81mm
l0 = 30 mm
Ditanya : S3 dan e3 ?
Jawab :
F3 1 0 4 kg kg
S3 = = 2 = 3,1852
A0 32,65 mm mm 2
∆l 3 0,81 mm
e3 = = = 0,027
l0 3 0 mm
4) Titik 4
kg
Diketahui : F4 = 6,1 kotak x 20 = 122 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2
mm
Δl4 = 4kotak x 0,27 = 1,08 mm
kotak
l0 = 30 mm
Ditanya : S4 dan e4 ?
Jawab :
F 4 122 kg kg
S4 = = 2 = 3,736
A0 32,65 mm mm 2
∆l 4 1,08 mm
e4 = = = 0,036
l0 3 0 mm
5) Titik 5
kg
Diketahui : F5 = 7,2 kotak x 20 = 144 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2
mm
Δl5 = 5 kotak x 0,27 = 1,35 mm
kotak
l0 = 30 mm
Ditanya : S5 dan e5 ?
Jawab :
F5 144 kg kg
S5 = = 2 = 4,4164
A0 32,65 mm mm 2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 28


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

∆l 5 1,35 mm
e5 = = = 0,045
l0 3 0 mm
6) Titik 6
kg
Diketahui : F6 = 9,2 kotak x 20 = 184 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2
mm
Δl6 = 6 kotak x 0,27 = 1,62mm
kotak
l0 = 30 mm
Ditanya : S6 dan e6 ?
Jawab :
F6 184 kg kg
S6 = = 2 = 5,635 2
A0 32,65 mm mm
∆l 6 1,62 mm
e6 = = = 0,054
l0 30 mm

7) Titik 7
kg
Diketahui : F7 = 12 kotak x 20 = 240 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2
mm
Δl7 = 7 kotak x 0,27 = 1,84 mm
kotak
l0 = 30 mm
Ditanya : S7 dan e7 ?
Jawab :
F7 240 kg kg
S7 = = 2 = 7,35
A0 32,65 mm mm 2
∆l 7 1,84 mm
e7 = = =0,063
l0 3 0 mm
8) Titik 8
kg
Diketahui : F8 = 13,4 kotak x 20 = 268 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 29


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

mm
Δl8 = 8 kotak x 0,27 = 2,16 mm
kotak
l0 = 30mm
Ditanya : S8 dan e8 ?
Jawab :
F 8 268 kg kg
S8 = = 2 = 8,208
A0 32,65 mm mm 2
∆l 8 2,16 mm
e8 = = = 0,072
l0 3 0 mm
9) Titik 9
kg
Diketahui : F9 = 15 kotak x 20 = 300 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2
mm
Δl9 = 9 kotak x 0,27 = 2,43 mm
kotak
l0 = 30 mm
Ditanya : S9 dan e9 ?
Jawab :
F 9 300 kg kg
S9 = = 2 = 9,188
A0 32,65 mm mm 2
∆l 9 2,43 mm
e9 = = = 0,081
l0 3 0 mm

10) Titik 10
kg
Diketahui : F10 = 15,3 kotak x 20 = 306 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2
mm
Δl10 = 10 kotak x 0,27 = 2,7 mm
kotak
l0 = 30 mm
Ditanya : S10 dan e10 ?
Jawab :
F10 306 kg kg
S10 = = 2 = 9,37
A 0 32,65 mm mm 2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 30


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

∆l 1 0 2,7 mm
e10 = = = 0,09
l0 3 0 mm
11) Titik 11
kg
Diketahui : F11 = 15 kotak x 20 = 300 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2
mm
Δl11 = 11 kotak x 0,27 = 2,97 mm
kotak
l0 = 30 mm
Ditanya : S11 dan e11 ?
Jawab :
F11 300 kg kg
S11 = = 2 = 9,188 2
A0 32,65 mm mm
∆l 11 2 ,27 mm
e11 = = = 0,09
l0 3 0 mm
12) Titik 12
kg
Diketahui : F12 = 15 kotak x 20 = 300 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2
mm
Δl12 = 12 kotak x 0,27 = 3,24 mm
kotak
l0 = 30 mm
Ditanya : S12 dan e12 ?
Jawab :
F12 300 kg kg
S12 = = 2 = 9,188
A0 32,65 mm mm 2
∆l 12 3,24 mm
e12 = = = 0,108
l0 3 0 mm

13) Titik 13
kg
Diketahui : F13 = 14,8 kotak x 20 = 296 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 31


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

mm
Δl13 = 13 kotak x 0,27 = 3,51 mm
kotak
l0 = 30 mm
Ditanya : S13 dan e13 ?
Jawab :
F13 296 kg kg
S13 = = 2 =9,065
A 0 32,65 mm mm 2
∆l 13 3, 51 mm
e13 = = = 0,117
l0 3 0 mm
14) Titik 14
kg
Diketahui : F14 = 14,1 kotak x 20 = 282 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2
mm
Δl14 = 14 kotak x 0,27 = 3,78 mm
kotak
l0 = 30 mm
Ditanya : S14 dan e14 ?
Jawab :
F14 282 kg kg
S14 = = 2 = 8,637
A0 32,65 mm mm 2
∆l 14 3, 78 mm
e14 = = = 0,126
l0 3 0 mm
15) Titik 15
kg
Diketahui : F15 = 14 kotak x 20 = 280 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2
mm
Δl15 = 15 kotak x 0,27 = 4,05 mm
kotak
l0 = 30 mm
Ditanya : S15 dan e15 ?
Jawab :
F15 280 kg kg
S15 = = 2 = 8,57
A 0 32,65 mm mm 2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 32


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

∆l 15 4,05 mm
e15 = = = 0,135
l0 3 0 mm

16) Titik 16
kg
Diketahui : F16 = 12 kotak x 20 = 240 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2
mm
Δl16 = 16 kotak x 0,27 = 4,32 mm
kotak
l0 = 30 mm
Ditanya : S16 dan e16 ?
Jawab :
F16 240 kg kg
S16 = = 2 = 7,35
A0 32,65 mm mm 2
∆l 16 4, 32 mm
e16 = = = 0,144
l0 3 0 mm
17) Titik 17
kg
Diketahui : F17 = 11 kotak x 20 = 220 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2
mm
Δl17 = 17 kotak x 0,27 = 4,59 mm
kotak
l0 = 30 mm
Ditanya : S17 dan e17 ?
Jawab :
F17 220 kg kg
S17 = = 2 = 6,738
A0 32,65 mm mm 2
∆l 17 4,59 mm
e17 = = = 0,153
l0 30 mm
18) Titik 18
kg
Diketahui : F18 = 10 kotak x 20 = 200 kg
kotak
A0 = 32,65 mm2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 33


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

mm
Δl18 = 18 kotak x 0,27 = 4,86 mm
kotak
l0 = 30 mm
Ditanya : S18 dan e18 ?
Jawab :
F18 200 kg kg
S18 = = 2 = 6,125
A 0 32,65 mm mm 2
∆l 18 4,86 mm
e18 = = = 0,162
l0 30 mm

3. Konversi kurva teknis ke kurva sebenarnya


1. Kurva teknis

10 Kurva Teknis

7
S (Stres) (kg/mm2)

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18

e (Strain)

Gambar 2.10 Kurva teknis pengujian tarik

2. Perhitungan konversi kurva teknis ke kurva sebenarnya


1) Titik 1
ε1 = ln (e1 + 1 ) = ln (0,009 + 1) = ln (1) = 0,00895
2) Titik 2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 34


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

ε2 = ln (e2 + 1) = ln (0,018 + 1) = 17,8 x 10-3


3) Titik 3
ε3 = ln (e3 + 1) = ln (0,027 + 1) = 26,6 x 10-3
4) Titik 4
ε4 = ln (e4 + 1) = ln (0,036 + 1) = 35,3 x 10-3
5) Titik 5
ε5 = ln (e5 + 1) = ln (0,045 + 1) = 44,01 x 10-3
6) Titik 6
ε6 = ln (e6 + 1) = ln (0,054 + 1) = 52,65 x 10-3
7) Titik 7
ε7 = ln (e7 + 1) = ln (0,063 + 1) = 61,09 x 10-3
8) Titik 8
ε8 = ln (e8 + 1) = ln (0,072 + 1) = 69,52 x 10-3
9) Titik 9
ε9 = ln (e9 + 1) = ln (0,081 + 1) = 78,81 x 10-3
10) Titik 10
ε10 = ln (e10+ 1) = ln (0,09 + 1) = 86,17 x 10-3
11) Titik Fracture
F f 200 kg kg
σf= = 2 = 30,30
Af 6,6 mm mm 2
F f 32,65
εf= = = 1,59 atau 1590 x 10-3
Af 6,6

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 35


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

3. Kurva
Kurva Sebenarnya
0.1

0.09

0.08

0.07

0.06
σ (kg/mm2)

0.05

0.04

0.03

0.02

0.01

0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1

Regangan (ε)

Sebenarnya

Gambar 2.11 Kurva sebenarnya pengujian tarik

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 36


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

2.6 Analisa dan Pembahasan


Pengujian tarik adalah salah satu metode pengujian yang bersifat merusak
spesimen uji yang bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik
logam/spesimen uji seperti kekuatan tarik, kekuatan luluh, modulus elastisitas,
perpanjangan dan reduksi penampang.
Praktikum pengujian tarik yang dilakukan menggunakan standar ASTM
E8-M yang diuji menggunakan mesin uji tarik “Universal Testing Machine”
(UTM) konvensional. Mesin uji tarik “Universal Testing Machine” yang
digunakan diatur dengan beban bandul C (3 e), dimana kapasitas beban
maksimum mesin adalah 1,5 ton. Baja termal aluminium yang telah dilakukan
pembebanan tarik lama kelamaan akan patah dan didapatkan beban maksimal
yang tertera serta dapat dibaca pada skala beban mesin dan dari pengujian tarik
akan diperoleh kurva mesin uji tarik pada millimeter blok yang telah dipasang
sebelumnya.
Berdasarkan kurva mesin yang diperoleh, kurva menunjukkan hubungan
antara F (beban) dan Δl (perpanjangan). Dari kurva ini akan diperoleh tiga titik
utama dalam pengujian tarik yaitu titik luluh, titik beban maksimum dan titik
beban patah.
Beban luluh yang diperoleh merupakan titik dimana menunjukkan titik luluh
bawah pada fenomena luderband yang berada di kurva, dipilih titik luluh bawah
karena lebih aman dan memiliki nilai 82,6 MPa. Beban maksimum yang diperoleh
adalah titik dimana menunjukkan titik teratas dari kurva dan memiliki nilai
sebesar 306 kg yang berarti merupakan beban maksimum yang dapat ditahan
termal aluminium sebelum patah. Beban patah yang diperoleh dari pengujian tarik
yaitu sebesar 310 kg yang merupakan beban akhir yang dapat diterima termal
aluminium hingga patah.
Pada kurva mesin yang telah diperoleh juga menunjukkan perubahan
panjang yang terjadi selama pengujian yang ditandai dengan perubahan pada
panjang dan diameter dari gage length. Fenomena ini sering disebut dengan
necking yang terjadi saat proses uji tarik. Necking adalah pengecilan luas
permukaan termal aluminium yang terjadi saat beban mencapai batas maksimum
dimana terjadi pengecilan permukaan/penampang setempat dan pertambahan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 37


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

panjang mulai terjadi. Pada saat necking terjadi, spesimen termal alumunium
mulai menunjukkan gejala-gejala patah yaitu berupa retakan disekitar daerah yang
mengalami pengecilan penampang. Retakan-retakan tersebut akan membesar dan
akhirnya termal aluminium patah. Dari kurva mesin yang diperoleh juga dapat
diperoleh besarnya reduksi penampang (q).
Dari kurva mesin yang diperoleh dari mesin uji tarik selanjutnya dikonversi
ke kurva teknis dan kurva sebenarnya untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari
spesimen termal aluminium seperti kekuatan tarik maksimum yaitu tegangan
maksimum yang bisa ditahan oleh sebuah bahan ketika ditarik sebelum terjadinya
perpatahan (fracture). Kekuatan tarik maksimum ini berhubungan dengan beban
maksimum material, semakin besar beban maksimum (Fmax) maka akan semakin
besar kekuatan tarik maksimumnya (σUTS). Dari hasil pengolahan data, nilai
kekuatan tarik maksimum yang diperoleh yaitu sebesar 94,9 MPa.
Nilai lain yang diperoleh yaitu nilai kekuatan luluh, keuletan dan modulus
elastisitas. Kekuatan luluh adalah kekuatan/tegangan untuk menahan material
terhadap deformasi plastis. Kekuatan luluh berhubungan dengan beban luluh yang
merupakan beban maksimal sebelum material mengalami deformasi plastis. Nilai
kekuatan luluh yang diperoleh yaitu sebesar 82,6 MPa. Keuletan adalah sifat yang
menggambarkan kemampuan material dalam hal ini termal aluminium untuk
mengalami deformasi plastis hingga patah. Nilai keuletan yang diperoleh sebesar
17%. Modulus elastisitas yang berhubungan dengan sifat mekanik material yaitu
kekakuan. Modulus elastisitas merupakan ukuran kekakuan suatu material. Nilai
modulus elastisitas yang diperoleh sebesar 4,858 GPa.
Dari kurva teknis uji tarik, didapat bentuk kurva yang tidak terlalu berbeda
dari kurva mesin karena nilai tegangan yang didapat berasal dari beban pada
kurva mesin, hal yang berbeda adalah nilai keuletan. Pada kurva sebenarnya
diketahui nilai kekuatan sebenarnya terutama kekuatan patah karena bentuk kurva
dari kekuatan patahnya berbeda dari kurva mesin dan kurva teknis dikarenakan
pada kurva teknis tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya karena selama
proses penarikan terhadap termal aluminium, panjang spesimen selalu bertambah
dan luas penampang selalu berkurang.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 38


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Berdasarkan spesimen termal aluminium hasil pengujian, dapat dilihat hasil


patahan spesimen uji sehingga dapat diketahui karakteristik material seperti
adanya reduksi penampang akibat deformasi plastis. Jika permukaan patahannya
berserabut maka karakteristik tersebut dapat diketahui sebagai jenis patahan yang
termasuk patah ulet dan bentuk patahannya adalah cup and cone. Daerah patahan
seharusnya berada pada daerah gage length karena pada daerah tersebut
merupakan daerah dimana konsentrasi tegangan terpusat.

2.7 Kesimpulan
1. Pengujian tarik yang dilakukan dapat mengetahui sifat-sifat mekanik
spesimen termal aluminium yaitu kekuatan tarik maksumum (σUTS) sebesar
94,9 MPa, kekuatan luluh (σy) sebesar 82,6 MPa, keuletan (ε) sebesar 17%
dan modulus elastisitas sebesar 4,858 GPa.
2. Proses pengujian uji tarik yang dilakukan dapat mengetahui nilai beban
maksimum spesimen uji baja tulangan polos yaitu sebesar 310 kg.
3. Semakin besar nilai beban maksimum, semakin besar nilai kekuatan tarik
maksimumnya.
4. Pengujian tarik dilakukan dengan pembebanan secara perlahan dan kontinyu.
5. Dari hasil patahan pengujian tarik yang berserabut dapat diketahui bahwa
termal aluminium bersifat ulet.
6. Dari kurva mesin yang diperoleh dari pengujian tarik dapat dikonversikan
menjadi kurva teknis dan sebenarnya sehingga diketahui nilai kekuatan dari
spesimen uji termal aluminium.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 39

Anda mungkin juga menyukai