Anda di halaman 1dari 10

TS-009 p - ISSN : 2407 – 1846

e - ISSN : 2460 – 8416


Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Manajemen Resiko Kebakaran Untuk Keberlangsungan Fungsi Bangunan

Hary Agus Rahardjo1*, Nurrul Hafizh1, Morry Prihanton1


1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Persada Indonesia Y.A.I, Jakarta
*Corresponding Author : haryagus30@yahoo.co.id

Abstrak
Keberlangsungan fungsi bangunan tidak saja hanya berkaitan dengan aspek pemeliharaan,
namun juga perlu diperhatikan ancaman bahaya yang mungkin timbul akibat bahaya
kebakaran. Selain mengakibatkan kerugian harta benda dan bahkan nyawa, bahaya
kebakaran dapat berakibat terhentinya fungsi bangunan baik secara temporer maupun secara
permanen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor resiko utama terkait bahaya
kebakaran pada bangunan tinggi dan langkah pengelolaannya, dalam upaya untuk
mempertahankan keberlangsungan fungsi bangunan tersebut. Metoda yang digunakan adalah
observasi langsung di lapangan dengan menerapkan system penilaian sesuai dengan
ketentuan Dinas Kebakaran DKI Jakarta. Obyek penelitian adalah sebuah Gedung apartemen
berlantai 36 yang berlokasi di Jakarta. Gedung ini dipilih karena fungsinya sebagai hunian
vertical, yang dihuni secara permanen hampir selama 24 jam terus menerus. Berbeda dengan
Gedung kantor atau Gedung komersial lainnya seperti mall, yang hanya dimanfaatkan
secara masal pada selang waktu tertentu, misalnya hanya selama jam kerja saja. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara menyeluruh, gedung apartment ini termasuk dalam
kategori andal dengan angka penilaian 85,14, lebih besar dari 80. Namun faktor resiko utama
terkait dengan bahaya kebakaran adalah aspek jalan masuk atau akses untuk pemadam
kebakaran. Manfaat penelitian ini adalah sebagai pembelajaran bagi pengambil keputusan,
perencana arsitek dan pengelola gedung serta pemilik gedung untuk menyadari pentingnya
tata letak bangunan sebagai upaya perlindungan terhadap bahaya kebakaran.

Kata kunci: Kelangsungan bangunan, bahaya kebakaran, proteksi kebakaran, manajemen


resiko

Abstract
The sustainability of building functions is not only related to maintenance aspects, but also
needs to be considered the danger that might arise due to fire hazards. In addition to causing
loss of property and even lives, fire hazards can stop the building functions temporarily or
permanently. The purpose of this study is to examine the main risk factors related to fire
hazards in high buildings and their management steps, in an effort to maintain the
sustainability of the functions of the building. The object of the research is a 36-storey
apartment building located in Jakarta. This building was chosen because of its function as a
vertical dwelling, which is permanently inhabited almost 24 hours continuously. It is
different from office buildings or other commercial buildings such as malls, which are only
inhabited in bulk at certain intervals, for example only during working hours. The results of
the study show that overall, the apartment building is in the decent category. However, the
main risk factors associated with fire hazards are aspects of the access road or access to
firefighters. The benefits of this study are as learning for decision makers, planners of
architects and building managers and building owners to realize the importance of building
layout as an effort to protect against fire hazards.

Keywords : Building sustainability, fire hazard, fire protection, risk management

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 1


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
TS-009 p - ISSN : 2407 – 1846
e - ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek
PENDAHULUAN Salah satu penyebab kegagalan
penanganan kebakaran pada gedung bertingkat,
Bahwa ancaman bahaya kebakaran baik rendah, menengah maupun tinggi, bukan
merupakan suatu bahaya yang dapat membawa karena tidak ada proteksi kebakaran yang
bencana yang besar dengan akibat yang luas, dipasang di gedung tersebut, memang secara
baik terhadap keselamatan jiwa maupun harta fisik proteksi itu terpasang namun dari hasil
benda yang secara langsung akan menghambat pemeriksaan dan ujicoba Dinas Penanggulangan
kelancaran pembangunan khususnya di Provinsi Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Oleh karena itu ternyata banyak sekali temuan ketidak sesuaian
perlu ditanggulangi secara lebih berdaya guna sistem proteksi yang terpasang pada gedung
dan terus-menerus. tersebut bahkan tidak berfungsi sama sekali,
sebagai contoh kebakaran dimulai pada api kecil
pada suatu ruangan yang tersembunyi di dalam
Latar Belakang
gedung. Akibat salah satu sistim proteksi
Data Dinas Penanggulangan Kebakaran kebakaran tidak berfungsi optimal maka api
dan Penyelamatan Provimsi DKI Jakarta di yang kecil akan berkembang menjadi api yang
bulan januari sampai dengan Maret tahun 2017 besar dalam hitungan menit. Dalam fenomena
mencatat adanya musibah 242 kejadian pengembangan api didapat intensitas
kebakaran, dengan 555 unit rumah yang terbakar pengembangan apai pada api awal hanya
dengan luas areal 38.919 m². Jumlah keluarga berkisar 3 – 10 menit pertama. Bilamana pada
yang menjadi korban sebanyak 21.462 jiwa waktu tersebut api tidak dapat dideteksi dan
kehilangan tempat tinggal dengan taksiran total dipadamkan dikarenakan tidak berfungsinya
kerugian musibah kebakaran mencapai Rp 146,5 proteksi kebakaran terpasang berakibat api akan
miliar. sulit untuk dikendalikan yang berujung pada
Sementara itu, musibah kebakaran kegagalan pemadaman awal. Oleh karena itu
sepanjang tahun 2016 di seluruh wilayah DKI maka api berpotensi menyebabkan terjadinya
Jakarta, meliputi Wilayah Jakarta Timur ( 156 kebakaran besar, berakibat pada kerugian yang
kali ), Jakarta Barat ( 319 kali ), Jakarta Selatan ( tidak sedikit, dikarenakan kegagalan dalam
314 kali ), Jakarta Utara ( 217 kali ), Jakarta memproteksi kebakaran pada bangunan. Suatu
Pusat ( 156 kali ), Kepulauan Seribu ( 1 kali ). kejadian kebakaran biasanya diawali dari api
Untuk korban jiwa, dari petugas pemadam kecil (api awal), jika api kecil dapat dikuasai
kebakaran tidak ada yang meninggal, sedang dengan baik, maka tidak akan pernah terjadi
yang luka 23 orang atau lebih besar kebakaran besar. Sebaliknya jika api kecil tidak
dibandingkan tahun 2011 yang hanya 12 orang. dapat dikuasai, maka dalam waktu yang relatif
Dari pihak warga yang menjadi korban sebanyak singkat api akan berubah menjadi kebakaran
94 orang dan yang meninggal 35 orang. Dari besar.
data Dinas Penanggulangan kebakaran dan Pesatnya pembangunan gedung baru
Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta penyebab
umumnya tidak disertai dengan peningkatan
terjadinya kebakaran terbesar adalah kosleting
listrik atau dikenal dengan Arus Pendek listrik, kegiatan pemeliharaan, baik pada bangunan
dikarenakan para warga tidak mentaati standar gedung yang bersifat komersial maupun gedung
pemasangan jaringan listrik dan penggunaan untuk pelayanan masyarakat. Salah satu
secara berlebihan pada bangunan. Dari data di penyebabnya adalah keterbatasan dana yang
atas terlihat bahwa kerugian yang terjadi akibat dialokasikan untuk pemeliharaan. Hal inilah
dari kebakaran sangat berdampak pada ekonomi yang memicu timbulnya resiko kebakaran pada
sosial dan lingkungan. Semua itu tidak terlepas bangunan Gedung.
dari pada faktor tata bangunan atau dikenal
dengan bangunan padat hunian, akses menuju Tujuan Penelitian
lokasi, sumber air yang sangat sulit di jangkau Tujuan penelitian ini adalah untuk
serta kemacetan di jalan raya. mengetahui faktor resiko utama yang
berpengaruh terhadap bahaya kebakaran,

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 2


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
TS-009 p - ISSN : 2407 – 1846
e - ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek
melalui evaluasi sistim proteksi kebakaran yang studi, yang dikelompokan sebagai berikut :
ada dalam Gedung bertingkat yang 1. Studi Literatur
dimanfaatkan sebagai hunian vertikal. Dari Untuk studi literatur yaitu dengan cara
penelitian ini juga akan diketahui apakah mencari dan mempelajari tinjauan
proteksi aktif dan pasif yang terpasang pada pustaka dan peraturan serta standart
bangunan sudah bekerja secara optimal dan proteksi kebakaran pada bangunan
gedung, baik melalui buku buku, media
sesuai dengan standar keselamatan kebakaran
cetak, media elektronik dan referensi
sebagai upaya pencegahan kebakaran pada
referensi yang berhubungan dengan
bangunan gedung bertingkat tersebut. proteksi kebakaran pada bangunan
Manfaat Penelitian gedung.
Manfaat dari penelitian ini adalah: 2. Pengumpulan Informasi
Pengumpulan informasi dilakukan
1. Melakukan manajemen resiko terkait melakukan wawancara atau Tanya
bahaya kebakaran guna jawab pada pihak-pihak yang terkaid
mempertahankan kelangsungan fungsi dan berkompenten
bangunan, melalui identifikasi faktor 3. Observasi Lapangan
resiko utama dan pengelolaannya. Pengamatan di lapangan dilakukan
2. Memberikan rekomendasi teknis dengan cara pengamatan langsung ke
tentang penerapan sistem proteksi lokasi gedung dan melakukan ujicoba
kebakaran pada gedung bertingkat yang sistem proteksi kebakaran terpasang
sesuai SNI keselamatan gedung. pada bangunan gedung, lalu
3. Mengevaluasi kembali kekurangan dari menganalisa dan menghitung hasil
sistem proteksi yang ada untuk diperoleh langsung di lapangan.
dilakukan perbaikan maupun Dari hasil pengumpulan data yang diperoleh di
penambahan. atas, kemudian dilakukan Analisa data sesuai
4. Mengembangkan faktor pendukung dan dengan pedoman yang telah diatur dalam
penghambat serta mencari solusi peraturan dan standar yang ada. Hasil analisa
mengatasi kebakaran. data tersebut selanjutnya dibahas untuk pada
5. Memberikan rekomendasi terhadap akhirnya dibuatkan kesimpulan dan
semua peralatan proteksi kebakaran rekomendasi yang diperlukan.
yang masih layak pakai dan yang sudah
mengalami kerusakan. Manajemen Resiko
6. Membuat rencana tindakan mengatasi Secara umum risiko dapat berarti peluang
masalah jika terdapat kerusakan atau timbulnya kerugian (probability of loss),
ketidak sesuaian pada sistem proteksi kesempatan timbulnya kerugian (chance of loss)
yang ada pada gedung tersebut. atau sesuatu yang tidak pasti (uncertainty),
penyimpangan dari hasil yang diharapkan (the
dispersion of actual from the expected result).
METODE
Jadi risiko dihubungkan dengan kemungkinan
terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak
Metode penelitian yang digunakan yaitu metoda
diinginkan atau tidak terduga,dengan kata lain
kualitatif yang dilakukan melalui observasi
kemungkinan itu akibat adanya ketidakpastian
langsung di lapangan. Metode penelitian ini
dimana ketidakpastian itu merupakan kondisi
berusaha menggambarkan objek sesuai dengan
yang menyebabkan timbulnya risiko yang
apa adanya. Dalam melakukan penelitian,
bersumber dari berbagai aktifitas.
penulis melakukan studi kasus pada salah satu
Manajemen risiko adalah proses
Gedung di Jakarta. Penelitian ini dilakukan
pengukuran atau penilaian risiko serta
dengan pengumpulan data yang diperoleh dari
pengembangan strategi pengelolaannya.
berbagai sumber, yakni: study literature;
Strateginya mulai dari mengidentifikasi risiko,
wawancara dan pengamatan langsung di lokasi
mengukur dan menentukan besarnya risiko

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 3


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
TS-009 p - ISSN : 2407 – 1846
e - ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek
kemudian mencari jalan bagaimana menangani
risiko tersebut. Untuk melakukan pengambilan
keputusan terhadap risiko-risiko, Flanagan dan
Norman (1993) mengemukakan kerangka dasar
langkah-langkah seperti berikut :

Gambar 1. Kerangka Umum Manajemen Risiko


(Sumber: Flanagan dan Norman, 1993)

Identifikasi dan klasifikasi Faktor Resiko


Identifikasi dan klasifikasi faktor resiko tingkat hingga saat ini di Indonesia. Adapun faktor resiko
pertama beserta pembobotannya dilakukan tingkat pertama seperti tertera pada Tabel 1 berikut
berdasarkan peraturan dan standar yang berlaku ini.

Tabel 1. Faktor Resiko Tingkat Pertama


No. Faktor Resiko Bobot (%)

1 Kelengkapan Tapak 15
2 Sarana Jalan Keluar 25
3 Sistem Proteksi Pasif 15
4 Sistem Proteksi Aktif 30
5 Managemen Keselamatan Kebakaran Gedung 15

Selanjutnya, untuk sub faktor resiko, kepentingan dari masing masing kriteria dan sub
perhitungan pembobotannya dilakukan dengan kriteria. Dengan menerapkan metoda AHP untuk
menggunakan analiasa hierarchy proses (AHP). melakukan evaluasi kinerja dapat diketahui
Analisis hirarki proses biasa digunakan untuk besarnya bobot dari criteria dan sub criteria
mengetahui bagaimana hubungan antara criteria dimaksud. Kriteria dan sub kriteria seringkali
dan sub kriteria berdasarkan struktur hirarkhinya tersusun dalam suatu tingkatan seperti tergambar
dan sekaligus juga untuk mengetahui tingkat dibawah ini.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 4


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
TS-009 p - ISSN : 2407 – 1846
e - ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Faktor Resiko Kebakaran

Level 1 X1 X2 X5
Kriteria Induk

Level 2 X11 X15 X21 X24 X51 X57


Sub Kriteria

Alternative B1 B2 B3 B50
yang ditinjau

Gambar 2. Analisa AHP

Hasil pembobotan selengkapnya untuk seluruh Pengumpulan informasi


faktor resiko adalah seperti terlihat pada table 2
berikut ini. Pada penelitian ini, pengumpulan informasi
dilakukan terhadap bangunan Gedung apartment
Tabel 2. Sub Faktor Resiko 36 lantai yang berlokasi di Jakarta. Bangunan
apartment dipilih sebagai obyek penelitian,
karena sifat dan fungsinya sebagai sarana
hunian. Dengan demikian maka sifat
penggunaanya adalah terus menerus selama 24
jam. Hal ini berbeda dengan bangunan Gedung
kantor ataupun Gedung komersial lainnya
seperti Mall yang hanya di manfaatkan secara
massal pada selang waktu terbatas atau pada
selang waktu teretntu saja, katakanlah hanya
pada jam kerja atau pada jam buka toko/Mall.
Langkah pengumpulan data dilakukan dengan
urutan sesuai bagan alir yang tergambar pada
gambar 2 berikut ini.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 5


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
TS-009 p - ISSN : 2407 – 1846
e - ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Gambar 3. Bagan alir pengumpulan data

Analisa Resiko melalui Penilaian Dan


Penentuan Tingkat Keandalan
Penentuan tingkat keandalan bangunan Gedung
Penilaian hasil pemeriksaan proteksi bangunan terhadap bahaya kebakaran sesuai dengan table
gedung menggunakan skoring, diisi dengan nilai dibawah ini.
0 - 3 sesuai dengan kondisi proteksi terpasang,
seperti pada table berikut.
Tabel 4. Nilai keandalan
Tabel 3. Nilai dan Kriteria
Nilai
Nilai Kriteria Kriteria
Total
Apabila item yang
0 disyaratkan tidak ada/tidak 80 – 100 Andal
terpasang 60 – 80 Kurang Andal
Apabila item yang
Kurang
disyaratkan ada tetapi tidak Tidak Andal
1 dari 60
memenuhi ketentuan
dan/atau tidak berfungsi
1). Komponen pencegahan dan
Apabila item yang
penanggulangan kebakaran dikatakan
disyaratkan ada dan
2 “ANDAL”, jika nilai total tidak kurang
berfungsi tetapi kurang
dari 80 sampai dengan 100;
memenuhi ketentuan
2). Komponen pencegahan dan
Apabila item yang penanggulangan kebakaran dikatakan “
3
disyaratkan sesuai dengan KURANG ANDAL”, jika nilai total
ketentuan dan berfungsi tidak kurang dari 60 sampai dengan 80;
dengan baik 3). Komponen pencegahan dan

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 6


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
TS-009 p - ISSN : 2407 – 1846
e - ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek
penanggulangan kebakaran dikatakan “ Tingkat keandalan komponen pencegahan dan
TIDAK ANDAL”, jika angka nya penanggulangan kebakaran serta
kurang dari 60. rekomendasinya adalah seperti pada table
berikut.
Tabel 5. Rekomendasi hasil penilaian
Kondisi Kondisi Fisik Komponen Keselamatan
Rekomendasi
keandalan Kebakaran

Semua komponen sistem proteksi kebakaran


A (sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif,
Andal saran penyelamatan, tapak) berfungsi
sempurna, sehingga gedung dapat digunakan
80 < (1), (2), (3)
secara optimum, dimana para pemakai gedung
100 % dapat melakukan kegiatannya dengan
mendapat perlindungan dari kebakaran yang
baik.

Semua komponen sistem proteksi kebakaran


(sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif,
sarana penyelamatan, tapak) masih berfungsi
KA
baik, tetapi ada sub komponen utilitas yang
Kurang Andal berfungsi kurang sempurna, kadang-kadang (4), (5)
menimbulkan gangguan atau kapasitasnya
60 < 80
kurang dari yang ditetapkan dalam desain/
spesifikasi, sehingga kenyamanan dan fungsi
ruang dan/atau gedung menjadi terganggu.

Semua komponen sistem proteksi kebakaran


(sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif,
sarana penyelamatan, tapak) ada yang
TA
rusak/tidak berfungsi, kapasitasnya jauh
Tidak Andal dibawah dari nilai yang ditetapkan dalam (6), (7)
desain/spesifikasi, sehingga kenyaman-an dan
< 60
fungsi ruang dan/atau gedung menjadi sangat
terganggu atau tidak dapat digunakan secara
total.

Respon resiko dengan rekomendasi pilihan (A). Adapun untuk kondisi komponen
pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Tahapan ini adalah untuk memberikan suatu dikaitkan dengan rekomendasinya, adalah
respon terhadap hasil penilaian faktor resiko sebagai berikut.
dengan memberikan rekomendasi terhadap hasil (1). Pemeriksaan berkala
evaluasi/penilaian komponen pencegahan dan (2). Perawatan / Pemeliharaan berkala
penanggulangan kebakaran yang telah (3). Perawatan dan perbaikan berkala
dilakukan. Rekomendasi ini bertujuan untuk (4). Penyetelan
mengembalikan kondisi Kurang Andal (KA) dan (5). Perbaikan
atau Tidak Andal (TA) pada kondisi yang Andal (6). Perombakan / Pembongkaran

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 7


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
TS-009 p - ISSN : 2407 – 1846
e - ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek
penanggulangan bencana dan kebakaran provinsi
daerah khusus ibukota Jakarta. Observasi yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan, baik secara visual maupun melalui
Observasi lapangan dengan mengacu kepada pengujian teknis di lapangan, dilanjutkan dengan
peraturan yang berlaku, dilakukan oleh tenaga penilian sesuai dengan pedoman penilian yang
terlatih dan professional, dalam hal ini dua diatur dalam peraturan yang berlaku. Hasil
diantara anggota peneliti merupakan auditor penilaian terhadap semua faktor resiko tersebut
system proteksi kebakaran pada bangunan kemudian dibuatkan tabel dan dihitung totalnya
Gedung yang bekerja pada Dinas seperti terlihat pada table berikut ini.

Tabel 6. Hasil penilaian

Hasil nilai total meunjukkan angka di atas 80, kebakaran dalam Gedung yang kurang baik
yang berarti bahwa Gedung tersebut termasuk tentu perlu mendapatkan perhatian kedepannya,
dalam kategori layak terhadap proteksi bahaya khususnya bagi perancang desain tata letak
kebakaran. Namun dilihat setiap faktor resiko bangunan. Sedangkan jalan lingkungan
yang lebih mendalam, maka terlihat setidaknya merupakan faktor eksternal. Akan tetapi ini
terdapat tiga faktor resiko utama yang dapat menjadi catatan tersendiri bagi pemilik
mengakibatkan terjadinya bahaya kebakaran bangunan kedepannya, untuk dapat mencari
pada Gedung. Ketiga faktor tersebut berturut- lokasi Gedung yang representative bila akan
turut memiliki nilai yang paling rendah. Ketiga membangun yang baru. Siamesse connection
faktor tersebut adalah : Akses petugas membukakan mata kita, bahwa perhatian
kebakaran dalam bangunan; jalan lingkungan; terhadap hal ini ternyata masih lemah. Dengan
dan siamesse connection. Akses petugas kata lain, upaya pemadaman peristiwa

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 8


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
TS-009 p - ISSN : 2407 – 1846
e - ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek
kebakaran terlalu mengandalkan mobil dan lebih seksama lagi akan adanya faktor
pemadam. Padahal siamesse connection sangat resiko dominan yang berpengaruh terhadap
menbantu dalam uapaya pemadaman internal kemungkinan terjadinya kebakaran.
melalui supply air dari eksternal, bukan dari bak Selanjutnya, manajemen resiko perlu dilakukan
penyimpan air internal ataupun mesin pompa dengan memperhatikan tingkat resiko yang
internal. Lebih dari itu semua, timbulnya tiga ditimbulkannya. Pengelolaan resiko dapat
factor resiko utama ini memberikan dilakukan dengan langkah mitigasi, pengalihan
pembelajaran kepada semua pihak, baik atau bahkan penerimaan terhadap resiko itu
regulator, pemilik Gedung, pengelola Gedung, sendiri. Namun kembali berpulang kepada
maupun perencana Gedung. Hal ini mengingat kesiapan dan kemampuan kita untuk
bahwa pembangunan Gedung tinggi di Jakarta menanggung resiko dan tingkat intensitas dari
senantiasa meningkat dari tahun ke tahun seperti resiko itu sendiri.
terlihat pada table berikut ini, baik
pembangunan untuk Gedung hunian, SARAN
perkantoran maupun hotel.
Minimnya lahan di perkotaan memaksa seorang
desainer untuk dapat berpikir kreatif dan
inovativ dalam membuat desain bangunan
hunian vertical yang memenuhi aspek
keselamatan dari bahaya kebakaran. Hal penting
yang perlu diperhatikan adalah aspek
asessibilitas petugas kebakaran sehingga dapat
melaksanakan tugasnya di dalam gedung,
manakala terjadi bahaya kebakaran.

DAFTAR PUSTAKA
D. Nurmayadi, MS. Huseiny., 2018.
Peningkatan Kualitas Keandalan Sarana
dan Pra sarana Sistem Proteksi
Kebakaran, Jurnal Arsitektur Arcade, pp.
163-169.
Gambar 4. Pembangunan Gedung tinggi di Muhammad H. Zulfiar, Akhid Gunawan., 2018.
Jakarta Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran pada
Bangunan Hotel UNY 5 Lantai Di
Untuk mencegah resiko terjadinya bahaya Yogyakarta. Jurnal Semesta Teknika Vol.
kebakaran pada Gedung tinggi yang 21, No. 1, Mei 2018: pp. 65-71,
pembangunannya senantiasa meningkat dari
National Fire Protection Agency (NFPA), 2015
tahun ke tahun, maka semua pihak harus peduli
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota
dan ikut bertanggung jawab dalam Jakarta Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
pengelolaannya. Pengelolaan Gedung dimulai Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
dari tahap pengelolaan perencanaannya, Kebakaran.
konstruksi pembangunannya hingga tahap Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu
pengelolaan pemanfaatannya. Kota Jakarta Nomor 200 Tahun 2015 Tentang
Persyaratan Teknis Akses Pemadam Kebakaran.
SIMPULAN Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu
Kota Jakarta Nomor 250 Tahun 2015 Tentang
Meskipun hasil audit atau hasil investigasi Persyaratan Teknis Dan Tata Cara Pemasangan
terhadap keselamatan Gedung menunjukkan Sistem Deteksi Dan Alarm Kebakaran.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO
bahwa Gedung termasuk dalam kategori layak
20/PRT/2009 Pedoman Teknis Manajemen
terhadap aspek proteksi bahaya kebakaran, Proteksi Kebakaran di Perkotaan.
namun masih perlu dilihat dengan lebih detail

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 9


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
TS-009 p - ISSN : 2407 – 1846
e - ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO Indonesia. 13(1): 2018 ISSN 1693-3443: pp 18
26/PRT/2008 Tentang Peryaratan Teknis Sistem – 25
Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung SNI 03 – 1736 – 2000 Tata cara perencanaan sistem
Dan Lingkungan. proteksi pasif untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
Ramli, S., 2010, Pedoman Praktis Manajemen SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan,
Risiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan
Management.Jakarta : Dian Agung. alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung.
Sika W. Mustika, Ratih S. Wardani, Diki B. Prasetio.,
Undang Undang no 28 th 2002 tentang Bangunan
2018. Penilaian Risiko Kebakaran Gedung
Gedung.
Bertingkat. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 10


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai