5146 12342 1 PB
5146 12342 1 PB
Abstrak
Keberlangsungan fungsi bangunan tidak saja hanya berkaitan dengan aspek pemeliharaan,
namun juga perlu diperhatikan ancaman bahaya yang mungkin timbul akibat bahaya
kebakaran. Selain mengakibatkan kerugian harta benda dan bahkan nyawa, bahaya
kebakaran dapat berakibat terhentinya fungsi bangunan baik secara temporer maupun secara
permanen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor resiko utama terkait bahaya
kebakaran pada bangunan tinggi dan langkah pengelolaannya, dalam upaya untuk
mempertahankan keberlangsungan fungsi bangunan tersebut. Metoda yang digunakan adalah
observasi langsung di lapangan dengan menerapkan system penilaian sesuai dengan
ketentuan Dinas Kebakaran DKI Jakarta. Obyek penelitian adalah sebuah Gedung apartemen
berlantai 36 yang berlokasi di Jakarta. Gedung ini dipilih karena fungsinya sebagai hunian
vertical, yang dihuni secara permanen hampir selama 24 jam terus menerus. Berbeda dengan
Gedung kantor atau Gedung komersial lainnya seperti mall, yang hanya dimanfaatkan
secara masal pada selang waktu tertentu, misalnya hanya selama jam kerja saja. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara menyeluruh, gedung apartment ini termasuk dalam
kategori andal dengan angka penilaian 85,14, lebih besar dari 80. Namun faktor resiko utama
terkait dengan bahaya kebakaran adalah aspek jalan masuk atau akses untuk pemadam
kebakaran. Manfaat penelitian ini adalah sebagai pembelajaran bagi pengambil keputusan,
perencana arsitek dan pengelola gedung serta pemilik gedung untuk menyadari pentingnya
tata letak bangunan sebagai upaya perlindungan terhadap bahaya kebakaran.
Abstract
The sustainability of building functions is not only related to maintenance aspects, but also
needs to be considered the danger that might arise due to fire hazards. In addition to causing
loss of property and even lives, fire hazards can stop the building functions temporarily or
permanently. The purpose of this study is to examine the main risk factors related to fire
hazards in high buildings and their management steps, in an effort to maintain the
sustainability of the functions of the building. The object of the research is a 36-storey
apartment building located in Jakarta. This building was chosen because of its function as a
vertical dwelling, which is permanently inhabited almost 24 hours continuously. It is
different from office buildings or other commercial buildings such as malls, which are only
inhabited in bulk at certain intervals, for example only during working hours. The results of
the study show that overall, the apartment building is in the decent category. However, the
main risk factors associated with fire hazards are aspects of the access road or access to
firefighters. The benefits of this study are as learning for decision makers, planners of
architects and building managers and building owners to realize the importance of building
layout as an effort to protect against fire hazards.
1 Kelengkapan Tapak 15
2 Sarana Jalan Keluar 25
3 Sistem Proteksi Pasif 15
4 Sistem Proteksi Aktif 30
5 Managemen Keselamatan Kebakaran Gedung 15
Selanjutnya, untuk sub faktor resiko, kepentingan dari masing masing kriteria dan sub
perhitungan pembobotannya dilakukan dengan kriteria. Dengan menerapkan metoda AHP untuk
menggunakan analiasa hierarchy proses (AHP). melakukan evaluasi kinerja dapat diketahui
Analisis hirarki proses biasa digunakan untuk besarnya bobot dari criteria dan sub criteria
mengetahui bagaimana hubungan antara criteria dimaksud. Kriteria dan sub kriteria seringkali
dan sub kriteria berdasarkan struktur hirarkhinya tersusun dalam suatu tingkatan seperti tergambar
dan sekaligus juga untuk mengetahui tingkat dibawah ini.
Level 1 X1 X2 X5
Kriteria Induk
Alternative B1 B2 B3 B50
yang ditinjau
Respon resiko dengan rekomendasi pilihan (A). Adapun untuk kondisi komponen
pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Tahapan ini adalah untuk memberikan suatu dikaitkan dengan rekomendasinya, adalah
respon terhadap hasil penilaian faktor resiko sebagai berikut.
dengan memberikan rekomendasi terhadap hasil (1). Pemeriksaan berkala
evaluasi/penilaian komponen pencegahan dan (2). Perawatan / Pemeliharaan berkala
penanggulangan kebakaran yang telah (3). Perawatan dan perbaikan berkala
dilakukan. Rekomendasi ini bertujuan untuk (4). Penyetelan
mengembalikan kondisi Kurang Andal (KA) dan (5). Perbaikan
atau Tidak Andal (TA) pada kondisi yang Andal (6). Perombakan / Pembongkaran
Hasil nilai total meunjukkan angka di atas 80, kebakaran dalam Gedung yang kurang baik
yang berarti bahwa Gedung tersebut termasuk tentu perlu mendapatkan perhatian kedepannya,
dalam kategori layak terhadap proteksi bahaya khususnya bagi perancang desain tata letak
kebakaran. Namun dilihat setiap faktor resiko bangunan. Sedangkan jalan lingkungan
yang lebih mendalam, maka terlihat setidaknya merupakan faktor eksternal. Akan tetapi ini
terdapat tiga faktor resiko utama yang dapat menjadi catatan tersendiri bagi pemilik
mengakibatkan terjadinya bahaya kebakaran bangunan kedepannya, untuk dapat mencari
pada Gedung. Ketiga faktor tersebut berturut- lokasi Gedung yang representative bila akan
turut memiliki nilai yang paling rendah. Ketiga membangun yang baru. Siamesse connection
faktor tersebut adalah : Akses petugas membukakan mata kita, bahwa perhatian
kebakaran dalam bangunan; jalan lingkungan; terhadap hal ini ternyata masih lemah. Dengan
dan siamesse connection. Akses petugas kata lain, upaya pemadaman peristiwa
DAFTAR PUSTAKA
D. Nurmayadi, MS. Huseiny., 2018.
Peningkatan Kualitas Keandalan Sarana
dan Pra sarana Sistem Proteksi
Kebakaran, Jurnal Arsitektur Arcade, pp.
163-169.
Gambar 4. Pembangunan Gedung tinggi di Muhammad H. Zulfiar, Akhid Gunawan., 2018.
Jakarta Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran pada
Bangunan Hotel UNY 5 Lantai Di
Untuk mencegah resiko terjadinya bahaya Yogyakarta. Jurnal Semesta Teknika Vol.
kebakaran pada Gedung tinggi yang 21, No. 1, Mei 2018: pp. 65-71,
pembangunannya senantiasa meningkat dari
National Fire Protection Agency (NFPA), 2015
tahun ke tahun, maka semua pihak harus peduli
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota
dan ikut bertanggung jawab dalam Jakarta Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
pengelolaannya. Pengelolaan Gedung dimulai Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
dari tahap pengelolaan perencanaannya, Kebakaran.
konstruksi pembangunannya hingga tahap Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu
pengelolaan pemanfaatannya. Kota Jakarta Nomor 200 Tahun 2015 Tentang
Persyaratan Teknis Akses Pemadam Kebakaran.
SIMPULAN Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu
Kota Jakarta Nomor 250 Tahun 2015 Tentang
Meskipun hasil audit atau hasil investigasi Persyaratan Teknis Dan Tata Cara Pemasangan
terhadap keselamatan Gedung menunjukkan Sistem Deteksi Dan Alarm Kebakaran.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO
bahwa Gedung termasuk dalam kategori layak
20/PRT/2009 Pedoman Teknis Manajemen
terhadap aspek proteksi bahaya kebakaran, Proteksi Kebakaran di Perkotaan.
namun masih perlu dilihat dengan lebih detail