II. PEMBAHASAN :
Ada tiga hal penting yang menandai suatu transformasi sosial yang menghasilkan
peradaban besar, termasuk peradaban besar kapitalis global saat ini. Pertama, lahirnya
penafsiran baru tentang presep-presep dasar yang ada dalam masyarakat. Kedua, adanya
sejumlah Martyr yakni orang yang rela berjuang dan menjadi tumbal dalam menjalankan
dan menjalani kehidupan berdasarkan presepsi baru tersebut dalam masyarakat. Ketiga,
adanya system transformasi yang memungkinkan presep-presep dasar kehidupan yang
baru itu disampaikan kepada masyarakat luas (Suharsono, 1992:1).
Persepsi atau pemikiran menentukan sikap dan tindakan. Presepsi dasar tentang
apa, siapa dan dari mana asalnya, serta hendak ke mana manusia, akan menentukan sikap
dan tindakan seseorang terhadap manusia, termasuk terhadap diri sendiri. Manusia dapat
berlaku adil (proporsional) pada sesamanya, bahkan pada diri sendiri jika mereka dengan
tepat dan benar mengenal atau memiliki persepsi yang benar tentang dirinya sebagai
manusia.
Dalam sejarah peradaban manusia di bumi, upaya mengenal tentang: “siapa“,
“dari mana”, dan “hendak ke mana”, persoalan yang menyangkut harga diri (prestise)
dirinya dihadapan makhluk lainnya ini, telah menjadi obyek pemikiran yang tidak
mendapatkan jawaban yang memuaskan akal manusia. Telah bagitu banyak jawaban dalam
bentuk presepsi dasar, diantarannya ; jawaban bersumber ; ‘aql dan naql. ‘Aql (akal) dari
manusia dan naql dari Tuhan. Jawaban aql dibagi dua, pertama berdasarkan akal primitif;
39
berupa mitos dan dongeng, dan kedua, berdasarkan pengetahuan ilmu (science) modern
abad 16 – 20 M; berupa teori-teori. Jawaban naql juga dibagi dua, pertama: yang dianggap
dan diyakini dari Tuhan; agama-agama budaya, dan yang kedua: yang sungguh-sungguh
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa; agama wahyu.
Dan yang terakhir, jawaban dari filsafat, yang terbagi dua pula, pertama, yang
berdasarkan pengetahuan akal semata-mata; filsafat umum. kedua, yang berdasarkan
pengetahuan naql (wahyu); filsafat agama.
Kedua, jawaban atau presepsi dasar yang bersumber dari dari agama yang benar-
benar dari Tuhan; Al-Islam, sebab merupakan acuan ilmiah yang mampu memberi
pencerahan kembali dari kesesatan presepsi dasar yang dibangun oleh peradaban Barat
(kapitalis global) yang kini makin menyesatkan manusia.
Jawaban ilmiah ini telah dipengaruhi atau digalakkan oleh filsafat akal semata-mata;
filsafat Yunani dan Romawi kuno dan filsafat-filsafat lainnya, yang paganis (keberhalaan).
Sebab sejak terjadi tranformasi ilmu dari Islam (abad 7 –15 M) ke dunia Barat (abad 16 –20
M), ilmu pengetahuan telah “berbalik arah kiblat” dari aqidah Islam ke filsafat dan
40
percayaan nenek moyang Barat, yakni Romawi dan Yunani. Dari ilmu yang berjiwa
ketuhanan (tauhid) kepada berjiwa materialisme, rasionalisme, dan sekularisme. Dari
pandangan hakekat alam dan kehidupan yang bertumpu pada ajaran Islam dengan
kebenaran mutlak, kepada pandangan filsafat akal yang memandang alam dengan
kebenaran spekulatif (ramalan).
Inti dari pandangan filsafat Barat ialah :
ialah bahwa : “Yang ada” hanyalah materi semata-mata.
Pertama, persepsi
Alam terjadi dengan sendirinya, dan senantiasa berubah
materialisme
(pantarei) hingga terbentuklah secara kebetulan berbagai
bentuk dan keteraturan
. Jadi tidak perlu adanya Tuhan (yang dipelopori
oleh Thales, Aristoteles, dll.)
Yang memandang alam semesta dan segala yang ujud ini
Kedua, presepsi
Ideaslisme- sebagai suatu yang maya, semu, tidak riil, dan ia
agnotisme diragukan kebenarannya (yang dipelopori oleh Plato).
Menurut Lamarck jenis tumbuhan dan hewan yang ada sekarang tidak lahir
menurut wujudnya seperti sekarang ini. Dan manusia berasal dari bangsa yang lebih rendah,
CHARLES DARWIN-lah (1809 –1882), ahli ilmu hayat Inggris, yang menjadikannya
ilmiah dengan memberikan dasar data-data ilmiah. Dalam bukunya “The Origin of
Species” Darwin berkesimpulan bahwa spesies di bumi bukan diciptakan oleh Allah tapi
muncul dan dikendalikan secara penuh oleh peristiwa proses secara kebetulan. Teori
Darwin menyatakan bahwa seluruh spesies berasal dari moyang yang sama, mengalami
perubahan akumulatif sedikit demi sedikit dalam waktu yang lama. Jenis yang paling
rendah ialah amoeba (bersel satu). Hewan tingkat yang paling tinggi ialah manusia. Dengan
demikian, menurut ilmu (science) merupakan hasil evolusi organik, hasil perkembangan
organisme dari yang paling sederhana sampai hewan tingkat tinggi (bangsa anthropoide)
dan akhirnya jenis manusia. Gagasan Darwin memberikan dukungan besar bagi filsafat
materialisme yang menolak keberadaan Tuhan. Pendiri materialisme dialektika Karl Marx
mempersembahkan bukunya “Das Capital” kepada Darwin. Dan menuliskan pada
Dengan Teori empirisme, merumuskan bahwa segala
JOHN LOCK
(1632- 1704 sesuatu pengetahuan harus didasarkan kepada merespon
EMPIRISME 41 (sence perception) semata. dan diperkuat
kesan-kesan material
oleh DAVID HUME (1711- 1776), yang
sampulnya kalimat ; “Kepada Charles Darwin, dari pengagumnya yang setia”.
(Yahya, Harun, 2003)
mengatakan bahwa seseorang tidak berhak mengatakan sesuatu hal, jika hal tersebut tidak
dapat dibuktikan dengan panca indera. Jadi tentang Tuhan, malaikat, surga, neraka, ruh,
wahyu, dan lain-lain dalam doktrin agama adalah bukan pengetahuan yang dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Teori ini nantinya diteruskan oleh tokoh-tokoh atheis anti tuhan/anti agama yang
termasyhur di Barat yakni : Hegel, Karl Marx, Stalin, dll. Dalam bidang sosial Hobbes juga
terkenal dengan teorinya yakni : Homo homini lupus (manusia merupakan serigala bagi
manusia yang lainnya) atau “ bellum omnium contra omnes” ( the war of all againt all =
perang semua lawan semua). Oleh karena itu, menurut Hobbes, dibutuhkan adanya negara
untuk mengendalikan individu satu dengan individu lainnya.
Pahamnya yang terkenal dengan prinsip LA LOI DES TROIS ETATS ( bahwa cara
berfikir manusia berkembang secara evolusi dari masa primitif hingga modern melalui tiga
tahap/tingkatan berdasarkan kemampuan akalnya, yakni :
1. Pertama, tingkatan Teologis; karena masih lemah akal dalam mengatasi ancaman alam,
maka senantiasa berlindung pada sesuatu yang dianggap kuat, agung, dsb yang
sebenarnya tidak ada.
2. Kedua, tahap metafisis dengan perkembangan akalnya, mulai memiliki keberanian
untuk mempengaruhi dan menghadapi kekuatan ghaib, hasil pantasinya, dengan cara
memberi sesaji.
3. Ketiga, tingkatan positif : manusia telah memiliki pengetahuan yang cukup untuk
menguasai alam. Jadi tidak lagi butuh agama, atau tidak lagi takut pada apa yang
42
dipersepsikan sebagai Tuhan. Padahal hanyalah merupakan bayangan yang dibuat
sendiri oleh manusia sewaktu manusia masih primitif. Jadi, menurut teori ini, semakin
maju pikiran atau ilmu pengetahuan manusia makin tidak memerlukan agama. Dan
dengan teori ini, di Negara-negara Barat pada abad 19 M mengalami krisis kepercayaan
kepada agama Kristen khususnya, dan agama-agama lainnya pada umumnya. Kondisi
ini dipertajam oleh sepak terjang kepemimpinan spiritual gereja di Barat yang otoriter
dan cenderung membelenggu ilmu pengetahuan. Apalagi dengan pengaruh filsafat Karl
Marx mengenai “Historical Materialism”, Teori Darwin, Spencer, Huxley dll, yang
tersebar dalam bentuk buku-buku tebal dan berjilid-jilid.
. Ilmu Pengetahuan Modern telah menjadi “agama baru” yang dengan dalih
obyektivitas, yang melahirkan doktrin-doktrin (ajaran) baru yang sangat dipercaya, yakni :
1. Bahwa ilmu pengetahuan telah menempatkan manusia dalam alam binatang, baik akal
budinya, kesadaran moralnya, maupun agamanya yang merupakan hasil evolusioner.
(lihat teori sosial Thomas Hobbes, Lamrck, dan Darwin ). Kebudayaan dunia saat ini,
dengan standard Barat; budaya permisif (serba boleh), free sex, sistem hukum rimba,
adalah cermin dari penerapan kebenaran ilmiah yang obyektif.
2. Ilmu percaya penuh akan nihilnya Tuhan, dan percaya penuh akan eksistensi materi
sebagai satu-satunya realitas yang ada. (lihat teori empiricism, mecanistic materialism,
historical materialism dll). Doktrin inilah yang memberi tempat dengan leluasa bagi
berkembangnya atheisme di belahan dunia. Manusia dengan demikian hanya dihargai
secara materi.
3. Ilmu Pengetahuan harus dipisahkan dengan agama secara tegas (sekularisme). Prinsip
ini kini telah dibakukan dalam bentuk sistem-sistem sekular; ekonomi, negara
demokrasi, Pendidikan nasional, sistem sosial, hukum dsb.
Dengan doktri-doktrin ilmiah ini jelas sekali, bahwa di balik manfaat dari kemajuan
ilmu pengetahuan modern yang memberikan kemudahan dan kesejateraan materi, namun
ilmu pengetahuan telah menjadi TANTANGAN TERBESAR bagi tegaknya dinul Islam
dalam kehidupan. Sebab Islam menentang dengan tegas budaya kebinatangan,
meterialisme (ateisme), dan sekularisme.
43
1. Asal kejadian manusia
Jawaban Islam tentang asal kejadian manusia selalu berdasar pada al-Qur’an,
sebagai pengetahuan yang benar-benar berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Manusia,
dalam al-Qur’an disebut dengan; insan (QS,76:1), Al-Basyar ( al-Hijr 28, Bani Adam
(Qs. 17:70)
Manusia sebagaimana juga alam, adalah ada karena diciptakan oleh Allah SWT,
dari tiada menjadi ada (QS.Yasin 36:82). Manusia diciptakan oleh Allah dengan
bertahap atau berproses (S.Nuh, 14). Kemudian al-Qur’an menguraikan proses
penciptaan manusia ini dalam dua tahap; tahap pertama, yakni penciptaan Adam , dan
tahap kedua, yakni dalam penciptaan pasca Adam (keturunan Adam).
يَا اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّتِى خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا
} 1 {... ًرِجًَاال كَثِيْرًا وَنِسَاء
”Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya allah
Sesudah itu baru diciptakan pasangannya dari bahan yang sama (4:1) Dari
sepasang manusia itu berkembang manusia yang banyak, ini sampai hari kiyamat.
Jadi kakek dan nenek manusia adalah Adam dan Hawa.
- Sesudah itu Allah menyatakan, bahwa yang mula-mula diciptakan-Nya dari
manusia itu ialah jasadnya dari tanah (Q.S. As-Sajdah : 7).
- Selanjutnya Allah menyatakan, bahwa setelah penciptaan jasad sempurna barulah
ditiupkan-nya ke dalam jasad tersebut ruh dari pada-Nya atau ciptaan-Nya. Ash-
Shad : 72).
Proses penciptaan manusia pasca Adam dan Hawa, adalah proses kejadian
dalam rahim kaum hawa, secara garis besar dijelaskan oleh Allah sebagai berikut:
- Kemudian Ia jadikan keturunannya dari air mani dari air yang lemah
(Q.S. As-Sajdah : 8),
44
- Menjadi ‘alaqah, muthghah, tulang dan daging, bayi yang sempurna (23:14).
Dengan demikian maka jati diri manusia yang hakiki adalah :
a. Adam adalah manusia yang
diciptakan dengan tangan-Nya sendiri dengan cara kun-fayakun. Bukan ada
secara kebetulan. Bukan hasil evolusi, dan tidak ada hubungan keturunan sama
sekali dengan jenis binatang.
b. Bahwa Adam adalah
manusia yang disuruh tinggal di syurga dan kemudian disuruh-Nya pindah ke
bumi ini lalu menebarkan manusia yang banyak di bumi.
c. Manusia adalah makhluk
yang paling mulia dan sebaik-baik bentuk; jasmani, rohani dan sosial serta
budayanya.
Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan seseorang atau Wawasan yang
menjadi sumber arahan bagi seseorang dan digunakan untuk memandu rumusan misi
hidupnya. Visi hidup manusia tercermin secara jelas pada doa yang diajarkan oleh al-
Qur'an sebagai berikut:
Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"[127]. (Al-Baqarah (2) : 201)
[127] inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim.
a. Dalam eksistensinya
sebagai hamba (tanggung jawab pribadi)
Misi adalah tindakan untuk mewujudkan visi. Jalan menuju kebahagiaan dunia dan
kebahagiaan akhirat telah digariskan oleh Allah yakni berupa kewajiban ibadah
kepada Allah SWT secara total.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Adz-
Dzariyat (51):56).
Pengabdian itu harus dilakukan secara total sejak niat, cara hingga tujuannya
hanya untuk mendapatkan penghargaan atau keridlaan Allah SWT. Prinsip ini
disebut ikhlash (mukhlish = orang yang berbuat ikhlas).
45
”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”1.(Al-Bayyinah
(98):5)
Dengan demikian, jelaslah bahwa kata ibadah dalam Islam memiliki makna yang
luas yang mencakup segala aspek dan hubungan; ritual dan sosial, dunia akhirat,
lahir dan batin.
b. Dalam eksistensinya
sebagai makhluk sosial (tanggung jawab sosial).
Untuk mewujudkan visi dan menjalankan misi hidupnya manusia, Allah yang
Maha Kasih dan Sayang, membekali manusia dengan beberapa hal sebagai berikut:
a. Alam semesta,
Alam semesta diciptakan Allah disediakan untuk manusia (Al-Baqarah (2):29). Agar
dapat dimanfaatkan dan ditundukkan manusia maka alam dilengkapi dengan
sunnatullah yang memiliki karakteristik exact (pasti), Immuntble (tetap) dan
obyektif/universal.
b. Hidayah/petunjuk/cahaya dari Allah.
Memakmurkan dan membahagiakan kehidupan dan penghidupan manusia
bukanlah kewajiban yang ringan dan mudah, tetapi sangat sulit lagi berat, sebab:
1
Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
2
Khalifah = pemimpin atau wakil
46
1. Manusia diciptakan dalam keadaan yang lemah (An-Nisa'
(4):28)
2. Manusia dilahirkan tidak tahu apa-apa (an-Nahl:78)
3. Manusia punya dua musuh pokok; yakni:
a) Nafsu yang senantiasa menyeret ke kepada kejahatan (S.
Yusuf:53) dan kekesatan (As-Shad:26).
b) Syetan (2:168, 208) dan ingin menghias manusia dengan
kejahatan dan menyesatkan dari jalan Allah (Al-Hijr :39).
Dengan tiga kelemahan tersebut maka Allah membekali manusia dengan
kekuatan HIDAYAH (petunjuk). Tanpa hidayah maka manua pasti akan tersesat
dari jalan yang benar dalam menjawab kebutuhan dan permasalahan hidupnya.
Secara hierarkhis hidayah terdiri dari 6 tingkat yang berbanding lurus dengan tingkat
kebutuhan manusia, yakni:
TAUFIQ
1) Hidayah instink
IMAN
2) Hidayah Indera
3) DINUL ISLAM
Hidayah akal
4) HidahAKAL
Agama
5) INDERA
Hidayah ImanHIDAYTUDDIN 1.AVI
6) INSTINKHidayah TaufiqHIDAYATUDDIN 2.AVI
c. Potensi Positif
Manusia diciptakan Allah dibekali dengan potensi positif baik fisik maupun non
fisik (ahsani taqwim). Secara fisik dibekali dengan bentuk terbaik diantara semua
makhluk. Secara non fisik manusia dibekali potensi kecerdasan, fitrah tauhid yang
hanif, berjamaah, free will (kemerdekaan) memilih dalam kehendak untuk iman
atau kafir, ya dan tidak dst.
47
keluh kesah lagi kikir, tergesa-gesa, tidak suka bersyukur, hoby maksiyat, latah
(asal ikut-ikutan), ingat Allah jika sudah terjepit (butuh), penyakitan hatinya.
2. PERBANYAK DZIKRULLAH;
dzikir (ingat Allah) dalam ucapan, dalam perasaan (hati), dan dalam perbuatan
ketaaatan. Diikuti dengan mengurangi banyak tertawa karena akan membuat
kerasnya hati. Dzikrullah akan menentramkan hati.
3. TAZQIYATUN NAFS;
membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati (riya', ujub, takabbur, hasad, kikir,
bakhil, sum'ah, tamak, ghibah, namimah, dst. dengan bermuhasabah,
4. PERTEBAL IMAN ; meperdalam
pemahaman Islam utamanya pokok-pokok ajaran Islam (Tauhid, ibadah mahdhah
(ritual) dan ibadah ghairu mahdhah (muamalah) dengan datang ke majlis-majlis
ilmu dan dzikir, memperbanyak membaca al-Qur'an, shalat lail, puasa sunnah,
1. Pergantian (transformasi) peradaban dari Islam ke Barat modern ditandai
dengan perubahan besarbershadaqah.
dan mendasar dalam mempersepsikan tentang alam
dan manusia dari5.persepsi yang bertumpu pada tauhid kepada rasionalisme BANGUN SISTEM
Platonianisme dan materialisme aristotelenisme (Romawi-Yunani kuno).
ISLAMI/RABBANI;
Persepsi ini digerakkan melibatkan
oleh stereotip pemikiran diri dalam
tokoh-tokoh gerakan
barat sepertidakwah untuk membangun
Lamarck, Thomas Hobbes, Rene Descartes,
sistem Islami. Langkah 1,August
2, 3 &Comte
4 akandsb.
terjaga dan terpelihara jika diback-up
2. Dengan tanpa disadari dan diwaspadai, jiwa materialisme dan
dengan sistem diri
rasionalisme itu menyempurnakan sosial;
danhukum perdata
menguasai dan publik
pemikiran, (negara, pidana, dan dunia) yang
kesadaran
dan tindakan kaum ilmuwan dan kaum
sesuai al-Qur'an intelektual
dan Assunnah.diDengan
seluruh kata
dunialain
melalui
ditegakkannya syari'at Islam
system pendidikan yang ada. Dilemma terjadi, satu sisi science modern
memberikan kemajuan secara
dan kaffah.
kemudahan pada saat yang sama melahirkan
dehumanisasi dan demoralisasi. Manusia jatuh dalam derajat kebinatangan dan
kebendaan.
3. II. RINGKASAN/intisari
Ilmu pengetahuan telah menjadi "agama" terbesar dengan mendoktrinkan;
Pertama, bahwa manusia adalah hasil proses evolusi material sehingga
ditempatkan dalam alam binatang, Kedua, bahwa tuhan adalah nihil karena ala
mini ada dengan sendirinya (termasuk manusia), ketiga, agama dan ilmu
pengetahuan adala dua sisi yang dikhotomis yang tidak boleh saling
overlapping.
4. Islam berbicara tentang alam dan manusia mendasarkan diri pada Sang
Pencipta alam dan manusia itu sendiri. Persepsi Islam tersebut sekaligus
sebagai bantahan terhadap persepsi Barat.
5. Untuk menemukan kembali jati diri manusia yang telah 48hilang, maka
diperlukan pengenalan dan pengkajian secara mendalam tentang hakekat alam
dan manusia; asal-usul kejadian, visi dan misi hidup, bekal hidup, ujian hidup
dst.
IV. evaluasi
REFERENSI
1. Al-Qur’an
49
2. Al-Badits (kutubusssittah)
3. Sahminan Zaini, 1986, "Isi Pokok Ajaran Al-Qur'an", Kalam Mulia, Surabaya.
4. AM Rasyidi, Bible, Qur’an dan Sain
5. Saleh, Khairul, 2005, Menunu Kedewasaan Berislam, Penerbit: BP Polines,
50