2EP13211
2EP13211
LANDASAN TEORI
Bagian ini membahas beberapa teori yang akan menjadi karangka acuan
atau dasar analisis skripsi ini. Pembahasan teori dilakukan agar dapat memahami
secara mendalam pengusaan teori yang diperlukan dalam memecahkan
permasalahan yang ada.
Fokus utama dalam mempelajari ekonomi industri adalah perilaku
perusahaan dalam industri. Ekonomi industri mempelajari kebijakan perusahaan
dalam menghadapi persaingan dan konsumen (termasuk dalam menentukan harga,
iklan, serta penelitian dan pengembangan produk). Jumlah dan ukuran distribusi
penjualan dapat mempengaruhi harga yang diukur dengan kekuatan pasar (market
power). Market power adalah kemampuan perusahaan untuk mempengaruhi harga
pasar dan atau mengalahkan pesaing (Douglas F. Greer, Industrial Organizattion
and Public Policy, 1992, hal 92). Jumlah penjualan mempengaruhi bentuk pasar
yaitu: pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistik, oligopoli, atau
monopoli. Hal ini akan mempengaruhi ukuran distribusi penjualan yang
direfleksikan dengan jumlah yang ada di pasar. Dan jumlah penjual dapat
mempengaruhi perilaku, karena jumlah penjual mempengaruhi ekspektasi
perusahaan akan perilaku pesaingnya.
Pangsa pasar merupakan indikator dalam menentukan tingkat kekuatan
pasar suatu perusahaan . pangsa pasar merupakan perbandingan antara penjualan
suatu perusahaan dengan total penjualan dalam suatu industri. Pangsa pasar dapat
diukur melalui rasio besar asset terhadap total asset dalam perusahaan. Semakin
tinggi pangsa pasar suatu perusahaan maka semakin tinggi kekuatan pasar yang
dimilikinya. Hal tersebut meninbulkan pengaruh pada perilaku perusahaan dan
perilaku perusahaan pesaing.
12
Jumlah penjualan diukur dengan rasio konsentrasi (concentration ratio
atau CR) dan Herfindahl Hirschman Index (HHI). Rasio konsentrasi menghitung
persentase penjualan di pasar dari jumlah absolut beberapa perusahaan besar yang
ada di pasar. Konsentrasi pasar menunjukan pangsa pasar yang dikuasai oleh
beberapa perusahaan terbesar. Konsentrasi pasar menunjukan seberapa besar
pengaruh beberapa perusahaan tersebut terhadap total penjualan dalam pasar
secara keseluruhan. Konsentrasi pasar merupakan indicator dari struktur pasar
yang menentukan perilaku, kinerja, dan tingkat persaingan dalam pasar. Semakin
tinggi tingkat konsentrasi pasar, maka semakin besar kekuatan pasarnya yang
akan berimbas kepada bentuk pasar persaingan tidak sempurna.
Terdapat beberapa alat pengukuran konsentrasi yang umum dipergunakan
untuk menggambarkan distribusi dari pangsa pasar di antara perusahaan-
perusahaan yang ada dalam industri, yaitu: Rasio Konsentrasi dan Herfindahl
Hirschman Index (HHI).
Ukuran yang paling umum dari kekuatan pasar adalah concentration ratio
(rasio konsentrasi) untuk suatu industri. Rasio Konsentrasi (concentration ratio,
CR) secara luas dipergunakan untuk mengukur pangsa pasar dari output, turnover,
jumlah pegawai atau nilai asset dari total industri. Rasio konsentrasi dapat
13
digunakan untuk mengukur struktural power karena melibatkan jumlah absolute
perusahaan dan ukuran distribusi. CR yang di definisikan sebagai presentase dari
keseluruhan output industri yang dihasilkan oleh perusahaan terbesar. Biasanya
jumlah perusahaan N yang dihitung proporsi pangsa pasarnya adalah 4, sehingga
dikenal sebagai CR4. Jika Pi mewakili pangsa pasar, dan jika proporsi dari output,
turnover, jumlah pegawai atau nilai asset dari total industri yang diwakili oleh
perusahaan i = 1,2, …, dengan P1 >= P2 >= P3 >= …, maka Concentration Ratio,
CRN, untuk N perusahaan dihitung sebagai:
CRN = P1 + P2 + P3 + … + PN
Xi
CRn
T
Dimana :
Rasio konsentrasi berkisar antara nol hingga satu dan biasanya dinyatakan
dalam persentase. Nilai konsentrasi yang mendekati angka nol mengindikasikan
bahwa sejumlah n perusahaan memiliki pangsa pasar yang relatif kecil.
Sebaliknya, angka rasio konsentrasi yang mendekati satu mengindikasikan tingkat
konsentrasi yang relatif tinggi. CRN sangatlah tergantung pada jumlah
keseluruhan perusahaan yang ada dalam industri. CRN akan menurun jika jumlah
14
perusahaan dalam industri meningkat. CRN dapat memberikan gambaran tentang
peran n perusahaan yang ada dalam industri, namun demikian CRN tidak cukup
dapat memberikan informasi mengenai keterkaitan antar perusahaan di dalam
industri. Sebagaimana dikemukakan di atas, CR4 yang mewakili empat
perusahaan. Beberapa kategori pasar dapat didefinisikan dengan menggunakan
CR4 untuk menggambarkan tingkat kompetisi sebagaimana ditampilkan dalam
gambar di bawah.
Gambar 2.1
Struktur pasar
Jumlah perusahaan
Cr4
Antar perusahaan
15
2.1.2 Herfindahl Hirschman Index (HHI).
Nilai H akan berkisar dari nol hingga satu. Nilai H akan sama dengan 1/n
jika terdapat n perusahaan yang mempunyai ukuran yang sama. Jika H mendekati
nol, maka akan berarti terdapat sejumlah besar perusahaan dengan ukuran usaha
yang hampir sama dalam industri, dan konsentrasi pasar adalah rendah.
Sebaliknya, industri bersifat monopoli jika H sama dengan satu. Semakin tinggi
H, semakin tinggi disribusi ukuran dari perusahaan. The Federal Trade and
Commission in the US menetapkan bahwa pasar terkategori highly concentrated
jika nilai H lebih besar dari 0.18 (Chiang 2001). Hirschman-Herfindhal Index
dirumuskan sebagai :
HHI Si
Dimana :
16
pasar tertentu dalam suatu industri. Sebagai indikator untuk menentukan tingkat
persaingan dilakukan dengan mengelompokan berdasarkan peringkat penjualan
tertinggi untuk dikatagorikan bentuk struktur dan perilakunya. Hasil yang
ditunjukan oleh HHI memiliki pola identik dengan pendekatan analisis rasio
konsentrasi.
2.2.1 Konsentrasi.
17
ini disebabkan semakin banyak perusahaan yang masuk, sedangkan konsentrasi
meningkat karena terjadi exit dan penggabungan (Hasibuan,1992-120). Tingkat
konsentrasi dapat diukur dengan menggunakan variabel asset, jumlah tenaga
kerja, nilai tambah, nilai penjualan, dan total output.
18
2.4 Bentuk Struktur Pasar.
2.4.1 Pasar Persaingan Sempurna
19
2.4.2 Pasar Monopoli
Pasar monopili dapat diartikan sebagai suatu keadaan didalam pasar yang
hanya terdapat satu penjual atau produsen sehingga tidak ada pesaing. Hal ini
mengartikan bahwa perusahaan dalam pasar monopoli dapat mengatur harga dan
kuantitas produk yang dijual di pasar. Menurut Koch, monopoli ada jika suatu
perusahaan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga dan kuantitas
produksi dipasar. Ada tiga asumsi yang harus dipenuhi pada monopoli murni yang
dikemukanan Koch, yaitu hanya ada satu penjual di pasar, produk yang dijual
tidak mempunyai subtitusi, dan ada hambatan masuk bagi perusahaan atau
pesaing baru yang ingin masuk kedalam pasar tersebut. Ketiga asumsi ini berlaku
bagi perusahaan yang ingin mempertahankan posisinya dalam pasar.
20
5. Perusahaan memaksimalkan keuntungan, sedangkan konsumen
memaksimalkan kepuasan.
6. Tidak adanya biaya atau manfaat eksternal.
Berikut ini tipe-tipe ologopoli menurut Joe S. Bain (Sutarta, Edi Ag, 1995,
“Analisa Tingkat Konsentrasi Industri Bank Devisa di Indonesia”, 1992, Skripsi,
Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta).
. Oligopoli dengan konsentrasi tinggi dibagi menjadi tiga tipe IA, IB dan
tipe II. Tipe IA dan IB merupakan oligopoli penuh. Adapun cirri-cirinya sebagai
berikut:
1. Sejumlah kecil dari perusahaan yang ada dalam industri saling bersaing.
2. Konsentrasi 4 perusahaan terbesar menguasai 90 persen pangsa pasar.
3. Konsentrasi 8 perusahaan terbesar menguasai 95 persen pangsa pasar.
4. Konsentrasi 20 perusahaan terbesar menguasai lebih dari 99 persen pangsa
pasar.
21
Tipe II Oligopoli penuh:
22
2.4.4 Monopolistik
1. Produk dari setiap penjual agak berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu
pembeli biasa saja lebih menyukai suatu produk dari pada produk yang lain.
2. Ada informasi yang sempurna tentang harga dan kuantitas.
3. Ada banyak pembeli dan penjual dari suatu produk. Kepuasan seorang penjual
tidak mempengaruhi perusahaan lain.
4. Mudah bagi suatu perusahaan untuk keluar masuk kedalam pasar.
5. Perusahaan memaksimumkan keuntungan, sedangkan konsumen
memaksimalkan kepuasan.
6. Tidak ada biaya atau manfaat eksternal.
23
sumbernya adalah data primer dan data sekunder. Dalam riset ini data primer
dikumpulkan dari penyebaran kuesioner dan hasil wawancara dengan beberapa
pihak yang telah dipilih menjadi sampel atau responden. Data ini dibutuhkan
untuk mendukung analisis persaingan dalam industri sepeda motor. Dalam riset
ini data sekunder diperoleh dari CIC Indocommercial, Asosiasi Industri Speda
Motor (AISI), dan sumber lainnya untuk periode 1998-2005. Data sekunder ini
diperlukan untuk menentukan struktur pasar dan juga analisis persaingan. Dalam
riset ini perhitungan untuk mencari struktur pasar dengan menggunakan Rasio
Konsentrasi atau concentration ratio.Pada riset ini diketahui bahwa struktur pasar
sepeda motor di Indonesia pada tahun 1998-2005 berdasarkan perhitungan
konsentrasi rasio (CR3 dan CR4) termasuk ke dalam struktur pasar oligopoli
ketat/pekat (tight oligopoly). Dari sisi persaingan terjadi persaingan yang ketat
baik aspek harga maupun aspek bukan harga. Persaingan yang cukup ketat terjadi
untuk jenis bebek dengan tipe 100-110CC.
Ariani dan Sri Susilo (“Kajian Industri Mobil : Pendekatan Struktur dan
Perilaku” jurnal MODUS Vol 15 (2) hal 89-104 ). Melakukan studi mengenai
struktur pasar dan perilaku dalam industri mobil di Indonesia. Riset ini
berdasarkan data tahun 1999 dengan sumber data dari CIC Indocommercial. Alat
analisis yang di gunakan CR4 dan analisis strategi bersaing serta “lima kekuatan
persaingan” dari Porter (1980). Hasil penelitian itu menunjukan bahwa untuk
struktur pasar terdapat bentuk perusahaan oligopoli ketat yang berdasarkan pada
data kapasitas produksi, data kapasitas produksi tiap agen tunggal, data penjualan
jenis kendaraan niaga, dan data penjualan jenis kendaraan sedan. Sedangkan
strategi yang diterapkan pada industri mobil tersebut lebih dominan pada strategi
bersaing bukan harga, baik berupa promosi dan iklan, pelayanan purna jual, dan
pengembangan produk.
24
output untuk mengamati struktur industri di Indonesia. Alat analisa yang
dipergunakan adalah metode CR4. Struktur industri berdasarkan rasio konsentrasi
diketahui bahwa rata tingkat konsentrasi untuk sector manufaktur sebesar 47
persen, lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi industri di Negara
berkembang lainnya. Berdasarkan standar internasional, suatu industri berstruktur
oligopoli bila empat perusaan terbesar dalam industri yang sama mempunyai
konsentrasi di atas 40 persen. Padahal mayoritas 7 dari 9 subsektor industri
manufaktur memiliki rasio di atas 40 persen. Berdasarkan asumsi tersebut,
struktur pasar industri manufaktur Indonesia bersifat oligopolis. Struktur semacam
ini menyebabkan tiadanya tekanan pesaing untuk melakukan minimisasi biaya.
Studi ini juga menunjukan adanya korelasi negatif antara kinerja (orientasi
ekspor) dengan konsentrasi industri. Subsektor yang konsentrasinya tinggi
cenderung tidak mau banyak terlibat dalam aktivitas ekspor. Subsektor industri
yang konsentrasinya tinggi tetapi namun rendah orientasi ekspornya meliputi
industri bukan logam, barang dari logam, kimia, kertas, makanan, dan logam
dasar. Sementara itu, subsektor industri yang orientasi ekspornya tinggi sekaligus
tingkat konsentrasinya rendah, meliputi barang dari kayu dan industri
tekstil/sepatu. Bukti-bukti tersebut menunjukan bahwa deregulasi telah
menurunkan konsentrasi industri secara umum, melalui kenaikan pangsa pasar
subsektor industri yang beroritas ekspor.
25