Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
ANITA YUSTIKA
NIM.24.20.1463
PENDAHULUAN
A. Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya
kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Dengan
beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernafasan dan sirkulasi tubuh akan
berfungsi dengan baik dan metabolisme tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas
seseorang tidak terlepas dari ketidakadekuatan sistem pernafasan dan muskuloskeletal.
Aktivitas fisik yang kurang memadai daat menyebabkan berbagai gangguan pada system
muskuloskeletal seperti atrofi oto, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan
ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya (Aziz, 2014).
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau
lebih ekstremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Menurut North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) gangguan mobilitas fisik atau
immobilisasi merupakan suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau berisiko
mengalami keterbatasan gerakan fisik (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010).
Mobilisasi adalah kondisi dimana dapat melakukan kegiatan dengan bebas (Kozier,
1989). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang mengacu pada
ketidakmampuan seorang untuk bergerak dengan bebas (Potter & Perry dalam Handayani,
2017).
B. Klasifikasi
1. Jenis Mobilitas
a. Mobilitas penuh.
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari- hari.
Mobilitas penuh ini merupakan saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian.
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan
tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan saraf sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus
cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat
mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol
motorik dan sensorik.
c. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau
kehilangan seseorang yang dicintai.
d. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang
sering terjadi akibat penyakit.
c. Etiologi
1. Penyebab
Penyebab utama immobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis.
a. Kelainan postur
b. Gangguan perkembangan otot
c. Kerusakan system saraf pusat
d. Trauma langsung pada system musculoskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan otot
Faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik yaitu:
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas
seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya;
seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau
seorang pemabuk.
Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas
misalnya seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berbeda
mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya.
Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita
madura dan sebagainya.
c. Tingkat energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit
akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan
seorang pelari.
E. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,
skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan
tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai
sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi
isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik
menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau
gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep.
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun
kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi
meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan
pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini
menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru
kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang
dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan
pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan
tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang
bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan
mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan
tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari
empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan
kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah (Potter dan Perry, 2012).
F. Pathway
G. Komplikasi
Menurut Garrison (dalam Bakara D.M & Warsito S, 2016) gangguan mobilitas fisik
dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abnormalitas tonus, orthostatic hypotension, deep
vein thrombosis, serta kontraktur. Selain itu, komplikasi yang dapat terjadi adalah
pembekuan darah yang mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan
penimbunan cairan daan pembengkaan. Kemudian, juga menyebabkan embolisme paru
yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalir ke paru. Selanjutnya
yaitu dekubitus. Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki
dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat akan menjadi infeksi. Atrofi dan kekakuan sendi
juga menjadi salah satu komplikasi dari gangguan mobilitas fisik. Hal itu disebabkan
karena kurang gerak dan mobilisasi. Komplikasi lainnya, seperti disritmia, peningkatan
tekanan intra cranial, kontraktur, gagal nafas, dan kematian (Andra, Wijaya, Putri , 2013).
H. Penatalaksanaan
1. Membantu pasien duduk di tempat tidur
Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas
pasien.
Tujuan :
a. Mempertahankan kenyamanan
b. Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas
c. Mempertahankan kenyamanan
2. Mengatur posisi pasien di tempat tidur
a. Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk
Tujuan :
1) Mempertahankan kenyamanan
2) Menfasilitasi fungsi pernafasan
b. Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri
Tujuan :
1) Melancarkan peredaran darah ke otak
2) Memberikan kenyamanan
3) Melakukan huknah
4) Memberikan obat peranus (inposutoria)
5) Melakukan pemeriksaan daerah anus
c. Posisi trelendang adalah menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah dari bagian kaki
Tujuan : untuk melancarkan peredaran darah
d. Posisi genu pectorat adalah posisi nungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian atas tempat tidur.
3. Memindahkan pasien ke tempat tdiur/ ke kursi roda Tujuan :
a. Melakukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur
b. Mempertahankan kenyamanan pasien
c. Mempertahankan kontrol diri pasien
d. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
4. Membantu pasien berjalan Tujuan :
a. Toleransi aktifitas
b. Mencegah terjadinya kontraktur sendi
I. Proses Keperawatan
1) Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik
1) Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat
tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan
pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
2) Mengkaji tulang belakang
o Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
o Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
o Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
3) Mengkaji sistem persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya
benjolan, adanya kekakuan sendi
4) Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-
masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri
otot.
5) Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebihpendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis
- stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara
berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
6) Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yan yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji
denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
7) Mengkaji fungsional klien
Kategori tingkat kemampuan aktivitas
Rentang gerak (range of motion-ROM)
Bahu
Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping 180
tubuh ke depan ke posisi di atas kepala
Lengan bawah
Supinasi : memutar lengan bawa dan telapak tangan 70-90
seingga telapak tangan menghadap ke atas
Pergelangan tangan
Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi dalam 80-90
lengan bawah
Ibu jari
Fleksi : menggerakkan ibu jari menyilang 90
permukaan telapak tangan
Lutut
Fleksi : menggerakkan tumit ke arah belakang paha 120-
130
Ekstensi : mengembalikan tungkai ke lantai 120-
130
Mata kaki
Dorsofleksi : menggerakkan sehingga jari-jari kaki 20-30
menekuk ke atas
2) Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan mobiitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas ditandai dengan
keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar dan keterbatasan
rentang gerak sendi
b. Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan neuromuskular ditandai
dengan ketidakmampuan untuk meakukan pembersihan tubuh.
c. Risiko kerusakan integritas kulit dengan faktor risiko tonjolan tulang ditandai dengan
imobilisasi fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz. A.H, Uliyah. M. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang Selatan : Binarupa
aksara.
Nanda. 2015. Nursing Diagnosis Defenitin and Classification 2015-2017. Nanda International.
EGC.
Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek. Edisi 4
Volume 1. Jakarta : EGC.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN
MOBILITAS PADA An.J DENGAN THALASEMIA
DI RUANG : AMARILIS RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. J
Jenis |Kelamin : Laki-laki
Umur : 16 Tahun
Pendidikan : SMP Kelas VII
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pelajar
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Gandung Sari
B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan mudah lelah setiap selesai beraktivitas ringan
2. Quantity/quality :
Sering kelelahan ketika melakukan aktivitas ringan
3. Region :
Pasien mengatakan lelah seluruh tubuh
4. Severrity :
Pasien mengatakan ketika kelelahan pasien tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Time :
Pasien mengatakan selalu mengalami kelelahan dan rutin melakukan tranfusi setiap
bulan
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien mengatakan rutin setiap bulan masuk rumah sakit untuk mendapatkan transfusi
darah.
3. Riwayat Operasi :
Pasien mengatakan pernah menjalani operasi pengangkatan limfa saat berumur 3 tahun.
4. Alergi :
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi.
5. Imunisasi:
Pasien mengatakan sudah lupa imunisasinya.
F. RIWAYAT OBSTETRIK
G: - P: - A: - HPHT: - TTP: -
No Umur Riwayat Kondisi Penolong
Kehamilan Persalinan Nifas Anak
ADL 0 1 2 3 4 Keterangan
Makan/Minum √ 0 : mandiri
Toileting √ 1 : dengan alat bantu
Berpakaian √ 2 : dibantu orang lain
Mobilisasi dari tempat tidur √ 3 : dibantu orang lain dengan alat
Berpindah √ 4 : tergantung total
Ambulasi √
Keterangan : Pasien mengatakan ketika sakit tetap melakukan ADL secara mandiri.
Kebutuhan Istirahat :
Pasien mengatakan setiap mengalami kelelahan selalu beristirahat di tempat tidur,
untuk malam hari biasanya pasien tidur pukul 23.00 dan bangun pada pukul 06.00.
Kebutuhan Tidur :
Pasien mengatakan tidurnya cukup, biasanya lama tidurnya 5-6 jam.
4. Eliminasi
BAB :
Pola BAB : Pasien mengatakan BAB 1 kali dalam satu hari
Riwayat Perdarahan : Pasien mengatakan tidak ada darah yang keluar saat BAB
BAK :
Pola BAK :
Pasien mengatakan dalam sehari biasanya 2-5 kali BAK.
Karakter Urine :
Pasien mengatakan warna urinnya kadang puth dan kadang kuning jernih.
Nyeri/Kesulitan :
Pasien mengatakan tidak mengalami nyeri atau kesakitan saat BAK.
Penggunaan Diuretik :
Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi diuretik.
Kebersihan kuku :
Kuku tampak panjang dan terdapat kotoran hitam pada kuku kaki dan tangan. Pasien
mengatakan terakhir potong kuku sekitar 1 bulan yang lalu.
H. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Persepsi dan Pemeliharaan kesehatan
Pandangan terhadap kesehatan :
Pasien mengatkan sehat adalah ketika dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara
normal tanpa terganggu.
Ideal diri :
Pasien mengatakan ideal dirinya adalah ketika dia mampu melakukan kegiatan sehari-
hari.
Peran diri :
Pasien mengatakan tidak kehilangan perannya sebagai seorang anak maupun pelajar.
Gambaran diri :
Pasien mengatakan gambaran diri dalam kondisi yang baik dngan mrasa anggota tubuh
yang lengkap hanya merasa tidak nyaman ketika sakit kepalanya kambuh.
Identitas diri :
Pasien mengatakan identitasnya sebagai seorang anak dan pelajar masih dalam keadaan
baik.
Frekuensi beribadah :
Pasien mengatakan beribadah setiap minggu
Cara beribadah :
Secara virtual dan terhubung dengan gereja
I. PEMERIKSAAN FISIK
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
3. Terapi Medik
Tanggal No Nama Obat Dosis Cara Indikasi
Pemberian
30 1 Tranfusi 3 kantong Intravena - Meningkatkan kadar
Maret Darah Hb
2021 - Mengganti darah
yang hilang
- Mengganti
kehilangan plasma
darah
- Mencegah
danmengatasi
kekurangan/kelainan
darah
Do :
- Wajah tampak pucat, lesu
dan berkeringat
- Ekstremitas atas :
Terpasang tranfusi darah
di tangan sebelah kiri
- Hemoglobulin : 9,2
- Trombosit : 478.000
- HCT/HMT : 26
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Prioritas
1 30 Maret Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara 1
2021 suplai dan kebutuhan oksigen d.d Ds dan Do.
2 13.30 Defisit perawatan diri : Perawatan Diri Kebersihan (0305) Bantuan Perawatan Diri :
mandi b.d kelemahan Mandi/Kebersihan (1801)
d.d Ds dan Do. Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor kebersihan kuku pasien
2x8 jam diharapkan masalah dapat teratasi - Menyediakan dan menunjukkan letak
dengan kriteria hasil : kamar mandi pasien
- 030504 : Membersihkan telinga (3-5)
- 030506 : Mempertahankan kebersihan - Menganjurkan membawa peralatan
Mulut (2-4) mandi termasuk odol dan sikat gigi
- 030508 : Mengeramas rambut (3-4) - Melakukan edukasi personal hygine
- 030512 : Memperhatikan kuku jari - Berkolaborasi dengan keluarga untuk
Tangan (2-4) mengingatkan jadwal mandi serta
- 030516 : Memperhatikan kuku kaki (2-4) melakukan kebersihan gigi sebelum
tidur dan setelah makan
Keterangan :
1 = Sangat terganggu
2 = Banyak terganggu
3 = Cukup terganggu
4 = Sedikit terganggu
5 = Tidak terganggu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROSES
No Diagnosa Tgl/jam Implementasi Evaluasi
P : Lanjutkan intervensi
- Transfusi darah
- Pemberian Vit.E
- Memonitor waktu istirahat/tidur
pasien
2 Defisit perawatan 15.30 - Memonitor kebersihan kuku pasien Jam : 18.30
diri : mandi b.d - Menyediakan dan menunjukkan letak kamar S : Pasien mengatakan sudah mengetahui letak
kelemahan d.d Ds mandi pasien kamar mandi dan mampu menyebutkan
dan Do. - Menganjurkan membawa peralatan mandi kembali kebutuhan untuk mandi adalah 2x
termasuk odol dan sikat gigi sehari, sikat gigi 2x sehari, keramas 2x dalam
- Melakukan edukasi personal hygine 1 pekan dan berjanji akan memotong dan
- Berkolaborasi dengan keluarga untuk membersihkan kuku kaki dan tangannya saat
mengingatkan jadwal mandi serta melakukan pulang ke rumah
kebersihan gigi sebelum tidur dan setelah makan
O : Kuku pasien masih tampak panjang dan
masih terdapat beberapa kotoran hitam, telinga
tampak sudah bersih, rambut masih teraba
kering dan agak berbau.
P : Lanjutkan intervensi
- Menekankan edukasi pentingnya hair
hygine
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Diagnosa Tgl/jam Implementasi Evaluasi jam
2 Defisit perawatan 08.30 - Menekankan edukasi pentingnya hair hygine Jam : 14.30
diri : mandi b.d S : Pasien mengatakan sudah memahami
kelemahan d.d Ds terkait pentingnya hair hygine
dan Do.
O : Pasien tampak paham dan dapat
menjelaskan kembali pentingnya hair hygine
A : Masalah teratasi :
- Mengeramas rambut (4) : Sedikit
terganggu/Ringan
P : Hentikan intervensi
EVALUASI HASIL
O = Pasien tampak sudah tidak pucat lesu dan sudah lebih bersih dari sebelumnya.
P = Discharge Planning