Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

PROSEDUR PEMERIKSAAN PENGKAJIAN DAN PEMERIKSAAN

FISIK PADA SISTEM ENDOKRIN

Disusun oleh :

Hifni Irsendi (201902030104)

C/Semester 4

Sarjana Keperawatan

FAKUTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


1. DEFINISI
System endokrin adalah system control kelenjar tanpa saluran
(ductless) yang menghasilkan hormon yang tersikulasi ditubuh melalui aliran
darah untuk memngaruhi organ-organ lain. Pemeriksaan fisik adalah tindaan
keperaatan untuk mengkaji bagian tubuh pasien baik secara local maupun atau
(head to toe) guna memperoleh informasi atau data dari keadaan pasien secara
komprehensif untuk menegakkan suatu diagnose keperawatan atupun
kedokteran.
Pemeriksaan fisik pada system endokrin mungkin dapat dilakukan
hanya adapat teratasi sendiri oleh klien dengan pengetahuan dan kecurigaan
terhadap masalah fungsi endokrin. Persiapan satu satunya organ endokrin
yang dapat dipalpasi adalah kelenjar tiroid. Bagaimana pun pengkajian
lainnya dapat memperlihatkan informasi masalah endokrin termasuk inspeksi
pada kulit. Rambut dan kuku, raut muka, reflex dan system muskulokeletal.
Pengukuran tinggi dan berat badan sangat penting seperti tanda tanda vital
yang memperlihatkan petunjuk terhadap ketidakmampuan sitem endokrin.
2. TUJUAN
a. Untuk mencari masalah keperawatan
b. Untuk menegakkan atau merumuskan diagnose keperawatan atau dokter
c. Untuk membantu proses rencana keperawatan dan pengobatan
d. Mendapatkan data yang akurat tentang kondisi klien yang mengalami stem
endokrin.
3. INDIKASI
a. Diabetes mellitus
b. Gangguan tiroid
c. Prolaktinemia
d. Masalah kesuburan
4. KONTRAINDIKASI
a. Hypokalemia yang refaktur
b. Hyponatremia
5. PROSEDUR
1. Persiapan alat
a. Stetoskop
b. Bath scale ( timbangan )
c. Meteran
d. Sarung tangan
2. Persiapan lingkungan
a. Mengatur lingkungan klien, memasang sampiran. Pastikan ruang
periksa hangat dan cukup penerangan .
b. Dekatkan alat alat pengkajian
c. Lakukan cuci tangan rutin sebelum dan sesudah
d. Berikan informasi umum pada pasien atau keluargaya tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan, tujuan, cara melakukan manfaat
pemeriksaan tiroid untuk klien.
e. Berikan jaminan pada pasien tentang kerahasiaan smua informasi yang
didapatkan dari pemeriksaan
f. Menanya kesediyaan pasien
3. Pengkajian awal
a. Persilahkan klien dusuk atau berdiri, menghadap sumber cahaya
sehingga sumber cahaya cukup menerangi bagian leher yang diperiksa.
b. Aturah posisi kien sedemikian rupa sehingga saat mengamati kelenjar
tiroid, posisi mata pemeriksa harus sejajar ( horizontal ) dengan leher
yang diperiksa. Mintalah klien untuk menunjukkan ibu jarinya sebagai
acuan ukuran kelenar tiroid.
4. Inspeksi
a. Lakukanah pengamatan pada bagian leher klien pada posisi normal,
terutama pada kelenjar tiroidnya.
b. Amatilah adanya pembesaran kelenjar tiroidnya yag tampak nyata.
c. Jika kelenjar tiroid tidak tampak, mintah klien untuk menelan dengan
posisi leher normal.
d. Jika kelenjar tiroid tampak tidak jelas pada posisi menelan, dikatakan
adanya pembesaran kelenjar tiroid tingkat
5. Palpasi
a. Berdirilah dibelakang klien, lalu letakkanlah kedua jari telunjuk dan
jari tengah pada masing-masing lobus kelenjar tiroid yang letaknya
beberapa cm dibawah jakun.
b. Rabalah (palpasi) daerah kelenjar tiroid. Perabaaan jangan dilakukan
dengan tekanan keras atau terlalu lemah. Tekanan terlalu keras akan
mengakibatkan kelenjar masuk atau pindah kebelakang leher.
Sehingga pembesaran pembesaran tidak teraba. Perabaan terlalu lemah
akan mengurangi kepekaan perabaan.
c. Jika klenjar tiroid dapat teraba, walaupun ukurannya tidak mmbesar,
dikatakan ada pembesaran kelenjar tiroid tingkat 1.
6. Auskultasi
a. Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dapat
menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh.
b. Auskultasi pada leher, diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasikan
“bruit” . bruit adalah bunyi yang dihasilkan karena turbulensi pada
pembuuh darah tiroida.
c. Dalam keadaan normal bunyi ini tidak terdengar, dapat diindentifikasi
bila terjadi peningkatan sirkulasi darah kekelenjar tirod, sebagai dapat
peningkatan aktifitas kelenjar tiroid .
d. Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan
pada pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate
jantung yang dapat gangguan keseimbangan cairan, perangsangan
katekolomin dan perubahan metabolism tubuh.
7. Menetukan tingkat pembesaran kelenjar tiroid
a. Normal : jika klenjar tiroid tidak terlihat dan tidak teraba
b. Pembesaran tingkat 1 ; jika kelenjar tiroid teraba tetapi tidak terlihat
pada posisi leher normal ( walauoun ukurannya normal.)
c. Pembesaran tingkat 2 : jika pembesaran kelenjar tiroid terlihat dengan
nyata pada gerakan posisi leher normal.
8. Tahap terminasi
a. Mengevaluasi kembali
b. Merapikan alat
c. Mengakhiri percakapan
d. Memberi salam
e. Cuci tangan
f. Dokumentasi
6. REFERENSI
Candra, Aditya., Anatomi & Fisiologi, Banda Aceh; Diktat. 2011
Syaifuddin, Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta. Salemba, 2011
Ganong, William F, Fisiologi Kedokteran.Jakarta. EGC, 2008

Anda mungkin juga menyukai