Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS DOMAIN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DENGAN DEMENSIA

MELALUI REMINISCENCE THERAPY DI PANTI WERDHA ANUGERAH


TANJUNGPINANG

Nur Meity Sulistia Ayu1, Devy Kurniawaty2


Email: nersmeity@gmail.com
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan HangTuah Tanjungpinang

ABSTRAK

Terapi Reminiscence digunakan untuk lansia yang mengalami dimensia, gangguan kognitif,
kesepian dan pemulihan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi
Reminiscence terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia dengan demensia di wilayah
Puskesmas Tanjungpinang. Penelitian merupakan quasy experiment dengan desain pre test
post test without control design. Variabel independen adalah intervensi berupa Reminiscence
Therapy, sedangkan variabel dependen adalah domain fungsi kognitif lansia. Populasi adalah
seluruh lansia di wilayah Puskesmas Tanjungpinang, sampling menggunakan teknik total
sampling sebanyak 25 responden. Hasil uji analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas
lansia adalah perempuan berjumlah 19 orang (76%) dan berumur 45-47 tahun berjumlah 15
orang (60%) serta tingkat pendidikan sekolah dasar yaitu 15 orang (60%). Sebelum terapi
Reminiscence tingkat kognitif sebagian besar responden mengalami gangguan kognitif ringan
sebanyak 16 orang (64%), namun setelah diberikan terapi Reminiscence mengalami
peningkatan menjadi fungsi kognitif normal sebanyak 20 orang (80%). Analisis uji pengaruh
menggunakan uji wilcoxon menunjukkan bahwa p value = 0,002 < α = 0,05) yang berarti
adanya pengaruh yang sangat signifikan terapi Reminiscence terhadap peningkatan fungsi
kognitif lansia dengan demensia.

Kata Kunci : Lansia, Reminiscence Therapy, Fungsi Kognitif Lansia, Panti Werdha

ABSTRACT

Reminiscence therapy is used for the elderly who experience dementia, cognitive impairment,
loneliness, and psychological recovery. This study aims to determine the effect of reminiscence
therapy on cognitive function improvement in elderly with dementia in the Tanjungpinang
Health Center area. The research is a quasi-experiment with the design of the pre-test post-
test without control design. The independent variable is an intervention in the form of
Reminiscence Therapy, while the dependent variable is the domain of an elderly cognitive
function. The population was all elderly in the Tanjungpinang Community Health Center area,
sampling using a total sampling technique of 25 respondents. The results of the univariate
analysis showed that the majority of the elderly were 19 people (76%) and 45-47 years old
were 15 people (60%) and the primary education level was 15 people (60%). Before cognitive
level Reminiscence therapy most respondents experienced mild cognitive impairment as many
as 16 people (64%), but after being given Reminiscence therapy increased to normal cognitive
function as many as 20 people (80%). Analysis of the effect test using the Wilcoxon test showed
that p-value = 0.002 <α = 0.05) which means that there is a very significant effect of
Reminiscence therapy on improving cognitive function in the elderly with dementia.

Keywords: Elderly, Reminiscence Therapy, Elderly Cognitive Function, Elderly Home

847
PENDAHULUAN

Sehat dan panjang umur merupakan tujuan harapan hidup. Data WHO menunjukan pada
semua orang. Kemajuan di bidang tahun 2009 usia harapan hiup orang didunia
kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi adalah 66 tahun, pada tahun 2010 naik
dan peningkatan pengetahuan masyarakat menjadi 70 tahun dan pada tahun 2011
yang bermuara pada peningkatan menjadi 71 tahun. Jumlah proporsi lansia di
kesejahteraan akan meningkatkan usia Indonesia juga bertambah setiap tahunnya.
harapan hidup. Peningkatan usia harapan Data WHO pada tahun 2012 menunjukan
hidup ini mengindikasikan bahwa jumlah lansia berjumlah 7,49% dari total populasi,
penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke tahun 2013 menjadi 7,69% dan pada tahun
tahun akan semakin meningkat. 2014 didapatkan proporsi lansia sebesar
8,1% dari total populasi.
Gejala penurunan kognitif ringan dapat
berupa melambatnya proses pikir, kurang Hasil sensus penduduk di Indonesia tahun
menggunakan strategi memori yang tepat, 2012 terdapat 8,42% lansia (18,7 juta jiwa),
kesulitan memusatkan perhatian, mudah tahun 2013 terdapat 8,5% lansia (18,7 juta
beralih, dan memerlukan waktu yang lebih jiwa), pada tahun 2014 terdapat 89,77%
lama untuk belajar sesuatu yang baru. Gejala lansia (23,9 juta jiwa), dan diperkirakan pada
tersebut wajar dialami oleh lansia yang dapat tahun 2015 terdapat 11,43% (28,8 juta jiwa),
mengakibatkan demensia. Demensia dapat serta tahun 2050 diperkirakan akan menjadi
diartikan sebagai gangguan kognitif yang dua kali lipat jumlah lansia di Indonesia.
bersifat kronis dimana ada banyak gangguan Adanya peningkatan jumlah penduduk lansia
fungsi seperti berpikir, memori, belajar, telah menjadikan Indonesia termasuk Negara
orientasi, pemahaman, perhitungan, era penduduk berstruktur lanjut usia (aging
kemampuan, bahasa, dan penilaian structured population). Jika dilihat dari
kesadaran (Durand, 2006). jumlah persentase penduduk lansia yang
menduduki tingkat paling tinggi berada di
Demensia banyak menyerang mereka yang Provinsi DI Yogyakarta (12,48 persen %)
telah memasuki usia lanjut. Usia lanjut dan jumlah penyandang demensia hampir
merupakan istilah tahap akhir proses satu juta orang dengan angka kejadian pada
penuaan dan perkembangan pada kehidupan usia diatas 60 tahun (Badan Pusat Statistik,
manusia yang telah mencapai usia lebih dari 2015).
60 tahun. Pada umumnya lansia akan
mengalami penurunan fungsi kognitif Menurut data Dinas Kependudukan provinsi
dengan masalah demensia, demensia Kepulauan Riau pada tahun 2015 terdapat
bukanlah sekedar penyakit biasa melainkan 19.489 jiwa. Data di Kota Tanjungpinang
kumpulan gejala yang disebabkan beberapa jumlah penduduk lansia sebanyak 3435 jiwa.
penyakit atau kondisi tertentu sehingga Prevalensi tersebut akan semakin meningkat
terjadi perubahan kepribadian dan tingkah sejalan bertambahnya usia. Berdasarkan
laku (Grayso, 2004). studi awal yang dilakukan peneliti di
puskesmas Kota Tanjungpinang peneliti
World Health Organization (2015), Menurut melakukan penelitian dengan menggunakan
WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok terapi Reminiscence terhadap peningkatan
penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. fungsi kognitif pada lansia dengan dimensia.
Secara global pada tahun 2015 proporsi dari Data di Puskesmas Tanjungpinang (Jalan
populasi penduduk berusia lebih dari 60 Pancur) pada usia eaderly menunjukkan
tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia jumlah lansia sebanyak 3435 lansia. Data di
dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus Puskesmas Seijang menunjukkan jumlah
meningkat seiring dengan peningkatan usia lansia sebanyak 2885 lansia. Data di

848
Puskesmas Kota Piring menunjukkan jumlah Berdasarkan latar belakang di atas yang
lansia sebanyak 1590, data di Puskesmas menjadi permasalahan dalam penelitian ini
Batu 10 menunjukkan jumlah lansia adalah “Apakah ada pengaruh terapi
sebanyak 2380, Data di puskemas Mekar Reminiscence terhadap peningkatan fungsi
Baru menunjukkan jumlah lansia sebanyak kognitif pada lansia dengan Demensia di
1125, Data Puskesmas Tanjungunggat Wilayah Puskesmas Tanjungpinang?
Menunjukkan jumlah lansia sebanyak 736 Melihat fenomena yang ada penulis tertarik
lansia. melakukan penelitian dengan menggunakan
Reminiscence Therapy yang bertujuan untuk
Terapi Reminiscence digunakan untuk lansia menganalisis domain fungsi kognitif pada
yang mengalami dimensia, gangguan lansia dengan demensia melalui metode
kognitif, kesepian dan pemulihan psikologis. terapi Aktifitas Kelompok (TAK) di Wilayah
Pelaksanaan Terapi Reminiscence dapat Puskesmas Tanjungpinang”.
diberikan pada lansia secara individu,
keluarga maupun kelompok. Kegiatan terapi BAHAN DAN METODE PENELITIAN
secara kelompok memberikan kesempatan
pada lansia untuk membagi pengalamannya Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pada anggota kelompok meningkatkan pengaruh terapi Reminiscence terhadap
pengetahuan komunikasi, dan sosialisasi peningkatan fungsi kognitif pada lansia
dalam kelompok serta efesiensi biaya dengan demensia di Wilayah Puskesmas
maupun efektifitas waktu (Ebersole, 2010). Tanjungpinang Populasi penelitian ini yaitu
pada lansia dengan demensia terhadap
Hasil studi pendahuluan jumlah lansia di peningkatan fungsi kognitif yang berjumlah
Kota Tanjungpinang berada di Puskesmas sebanyak 25 orang. Pengambilan sampel
Tanjungpinang yaitu sebanyak 3435 lansia menggunakan metode total sampling. Waktu
dan data dari studi awal yang peneliti lakukan penelitian ini dilakukan pada Februari s/d
terdapat lansia dengan gangguan kognitif Agustus 2017. Dalam penelitian ini alat ukur
dengan kelompok umur 60-74 tahun yang digunakan untuk pengumpulan data
(elderly) sebanyak 21 sampel yang aktif berupa instrumen MMSE (Mini Mental State
dalam kegiatan kesehatan Posyandu Lansia Exam).
di Panti Anugerah Tanjungpinang. Hal ini
harus diantisipasi mengingat jumlah lansia HASIL PENELITIAN
dari tahun ketahun akan terus meningkat dan
akan mengalami penurunan fungsi kognitif. Analisis univariat berupa distribusi frekuensi
Dalam mengatasi masalah penurunan fungsi responden yang dilihat berdasarkan jenis
kognitif yang berdampak buruk pada lansia, kelamin, usia, dan pendidikan sebelum dan
perawat sebagai tenaga kesehatan dapat sesudah perlakuan atau pre post dan pretest
menggunakan metode terapi dalam yang akan disajikan dalam bentuk tabel 1.
meningkatkan fungsi kognitif pada lansia Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas
dengan dimensia, salah satu metode terapi lansia merupakan perempuan yang
yang dapat digunakan yaitu dengan terapi berjumlah 19 orang (76%) dan berumur 45-
(Reminiscence). Reminiscence adalah suatu 47 tahun yaitu berjumlah 15 orang (60%)
teknik yang digunakan untuk mengingat dan serta tingkat pendidikan sebagian besar
membicarakan tentang kehidupan seseorang responden berpendidikan SD yaitu 15 orang
(Stinson, 2006). (60%).

Tabel 1

849
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, dan tingkat pendidikan
pada lansia dengan demensia di wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2017

Variabel Frekuensi Persentase


(F) (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 6 24
Perempuan 19 76
Total 25 100
Umur
45-47 tahun 15 60
48-50 tahun 4 16
51-53 tahun 2 8
54-56 tahun 0 0
57-59 tahun 4 16
Total 25 100
Pendidikan
Tidak Sekolah 2 0,8
SD 15 60
SMP 5 2
SMA 2 0,8
Perguruan Tinggi 1 0.4
Total 25 100

univariat juga menganalisis distribusi sebanyak 16 orang (64%) mengalami


frekuensi tingkat kognitif lansia sebelum dan peningkatan fungsi kognitif normal sebanyak
sesudah diberikan terapi Reminiscence . 20 orang (80%). Hasil penelitian
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa pada menunjukkan bahwa sebagian besar
penelitian ini, distribusi frekuensi tingkat responden mengalami peningkatan fungsi
kognitif sebelum diberikan terapi kognitif setelah diberikan terapi terapi
Reminiscence sebagian besar responden Reminiscence.
mengalami gangguan kognitif ringan
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Peningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Dengan Demensia Sebelum
dan Sesudah Diberikan Terapi Reminiscence di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang
Tahun 2017, N = (25)
No Sebelum Sesudah
Persentas Frekuens Persentas
Tingkat Kognitif Frekuensi
e i e
(f)
(%) (f) (%)
1. Normal 0 0 20 80
2. Gangguan Kognitif
16 64 3 12
Ringan
3. Gangguan Kognitif
9 36 2 8
Sedang
4. Gangguan Kognitif Berat 0 0 0 0
Jumlah 25 100 25 100

850
Analisis Bivariat pengaruh variabel bebas (independen) yakni
berupa perlakuan terapi Reminiscence dan
Analisis bivariat dalam penelitian ini variabel terikat (dependen) yang fungsi
menggunakan uji Wilcoxon. Dimana uji kognitif lansia dengan demensia.
tersebut digunakan untuk mengetahui adanya

Tabel 3
Pengaruh Terapi Reminiscence Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia dengan
Demensia Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2017, N = (25)
No Sebelum Sesudah
Persentas Frekuens Persentas p value
Tingkat Kognitif Frekuensi
e i e
(f)
(%) (f) (%)
1. Normal 0 0 20 80
2. Gangguan Kognitif 0,002
16 64 3 12
Ringan
3. Gangguan Kognitif
9 36 2 8
Sedang
4. Gangguan Kognitif Berat 0 0 0 0
Jumlah 25 100 25 100
α = 0,05
Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil analisis cenderung untuk menjadi pelupa. Hal ini
diperoleh p value = 0,002 < α = 0,05) yang disebabkan karena pengaruh hormonal, stres
berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan yang menyebabkan ingatan berkurang,
adanya pengaruh yang sangat signifikan akhirnya mudah lupa. Reseptor estrogen
terapi Reminiscence terhadap peningkatan pada perempuan yang ditemukan dalam area
fungsi kognitif lansia dengan demensia di otak yang berperan dalam fungsi belajar dan
wilayah kerja puskesmas Tanjungpinang memori, seperti hipokampus. Rendahnya
tahun 2017. level estradiol dalam tubuh telah dikaitkan
dengan penurunan fungsi kognitif umum dan
PEMBAHASAN memori verbal (Susanto, 2009).

Frekuensi Lansia Berdasarkan Jenis Hasil penelitian menunjukkan bahwa


Kelamin, Umur, dan tingkat pendidikan sebagian besar lansia berada pada tahap
lansia awal yakni 15 lansia (60%). Hal ini
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 sejalan karena menurut WHO (2014) batasan
diketahui bahwa sebagian besar responden lansia dengan usia pertengahan (middle age)
yang mengalami gangguan tingkat kognitif yaitu antara usia 45-59 tahun. Professor
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak Dominic Abrams yang menyurvei 40.000
19 lansia (76%). Seperti yang dikatakan oleh orang di seluruh Eropa untuk kategori usia
Haris (2014) bahwa resiko paling besar paruh baya antara 45-59 tahun, mengatakan
lansia mengalami gangguan kognitif adalah pengelompokkan usia tersebut sangat
wanita, dimana wanita mempunyai resiko penting untuk memperlakukan seseorang
tiga kali lebih besar dibandingkan laki-laki. dengan lebih jelas dalam proses menua yang
Hal ini disebabkan karena refleksi yang dapat menurunkan kemampuan kognitif dan
terjadi dari usia harapan hidup seorang kepikunan. Salah satu faktor yang
wanita lebih lama dibandingkan oleh laki- mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia
laki. Perempuan diduga lebih banyak dan yaitu usia, dimana usia 45-59 sudah dapat

851
menyebabkan kualitas hidup menurun, Kerja tersebut wajar dialami oleh lansia yang dapat
otak kurang aktif, sehingga sel-sel yang mengakibatkan demensia. Demensia dapat
jarang dirangsang tersebut akan mengalami diartikan sebagai gangguan kognitif yang
kemunduran dan menyebabkan mudah lupa bersifat kronis dimana ada banyak gangguan
(Santoso & Rohmah, 2011). fungsi seperti berpikir, memori, belajar,
orientasi, pemahaman, perhitungan,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan, bahasa, dan penilaian
sebagian besar lansia memiliki pendidikan kesadaran.
rendah yakni SD yakni 15 lansia (60%).
Kurangnya pendidikan merupakan faktor Stanley (2014) juga menyatakan bahwa
predisposisi terjadinya demensia. Pendidikan demensia adalah istilah umum yang
mampu mengkompensasi semua tipe digunakan untuk menggambarkan kerusakan
neurodegenerative dan gangguan vaskular, fungsi kognitif global yang biasanya bersifat
dan juga mempengaruhi berat otak. Orang progresif dan mempengaruhi aktifitas social
yang berpendidikan lebih lanjut, memiliki dan okupasi yang normal juga aktivitas
berat otak yang lebih dan mampu kehidupan sehari-hari, sedikitnya setengah
menghadapi perbaikan kognitif serta dari seluruh penghuni panti jompo menderita
neurodegenerative dibandingkan orang yang demensia. Diperkirakan bahwa 4 juta
berpendidikan rendah (Setiawan, 2013). penduduk Amerika menderita penyakit
Alzheimer dan pada tahun 2050 akan ada 14
Gambaran Peningkatan Fungsi Kognitif juta orang di Amerika Serikat yang
Pada Lansia Dengan Demensia Sebelum menderita penyakit tersebut. Hal ini
dan Sesudah Diberikan Terapi berkaitan dengan penelitian yang dilakukan
Reminiscence pada 25 lansia dengan demensia yang
sebaian besar mengalami gangguan kognitif
Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan ringan. Banyak perilaku yang berhubungan
bahwa responden yang mengalami gangguan dengan demensia yang sebenarnya dilakukan
fungsi kognitif ringan yaitu sebanyak 16 oleh lansia yang menderita gangguan
responden (64%) sedangkan yang kognitif. Gangguan kognitif merupakan
mengalami gangguan kognitif sedang 9 aktivitas mental secara sadar seperti berpikir,
responden (46%). Hal ini sejalan dengan mengingat, belajar dan menggunakan
Grayso (2009) demensia banyak menyerang bahasa. Fungsi kognitif juga merupakan
mereka yang telah memasuki usia lanjut. kemampuan atensi, memori, pertimbangan,
Usia lanjut merupakan istilah tahap akhir pemecahan masalah, serta kemampuan
proses penuaan dan perkembangan pada eksekutif seperti merencanakan, menilai,
kehidupan manusia. Pada umumnya lansia mengawasi dan melakukan evaluasi (Strub
akan mengalami penurunan fungsi kognitif dkk. 2010)
dengan masalah demensia, demensia
bukanlah sekedar penyakit biasa melainkan Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan
kumpulan gejala yang disebabkan beberapa bahwa responden yang mengalami gangguan
penyakit atau kondisi tertentu sehingga kognitif ringan dan sedang menurun secara
terjadi perubahan kepribadian dan tingkah signifikan sehingga menjadi fungsi kognitif
laku. Hal ini juga sesuai dengan teori Duran normal 20 lansia (80%). Hal ini sejalan
(2011) yang mengatakan bahwa gejala dengan Mackin dan Arean Cit Wheller,
penurunan kognitif ringan dapat berupa (dalam Lestari, 2015) pengelolaan untuk
melambatnya proses pikir, kurang meningkatkan fungsi kognitif pada lansia
menggunakan strategi memori yang tepat, dengan demensia secara non farmakologi
kesulitan memusatkan perhatian, mudah yang dapat dilakukan salah satunya adalah
beralih, dan memerlukan waktu yang lebih dengan terapi Reminiscence. Terapi
lama untuk belajar sesuatu yang baru. Gejala Reminiscence adalah suatu terapi yang

852
ditujukan untuk meningkatkan fungsi lansia yang mengalami dimensia, gangguan
kognitif pada lansia dengan demensia, kognitif, kesepian dan pemulihan psikologis.
dengan adanya terapi ini dapat membantu Pelaksanaan Terapi Reminiscence dapat
lansia untuk mengingat kembali aspek-aspek diberikan pada lansia secara individu,
positif dan hal-hal yang berarti bagi lansia keluarga maupun kelompok. Kegiatan terapi
yang telah dialami pada masa lalunya, secara kelompok memberikan kesempatan
melalui refleksi ini individu untuk pada lansia untuk membagi pengalamannya
menyelesaikan konflik, mengatasi pada anggota kelompok meningkatkan
pengalaman masa lalu yang menyakitkan pengetahuan komunikasi, dan sosialisasi
sehingga individu tersebut mampu dalam kelompok serta efesiensi biaya
menyelesaikan masalah yang dihadapi saat maupun efektifitas waktu (Ebersole, 2010).
ini (Syarniah,2010).
Terapi Reminiscence adalah suatu terapi
Hal ini juga didukung Putra et al (2010) yang ditujukan untuk meningkatkan fungsi
terapi Reminiscence memberikan kognitif pada lansia dengan demensia,
kesempatan kepada lansia untuk membuat dengan adanya terapi ini dapat membantu
hubungan baru dalam kelompok yang lansia untuk mengingat kembali aspek-aspek
berdampak positif dan berlangsung dalam positif dan hal-hal yang berarti bagi lansia
suasana yang santai. Melibatkan diri dalam yang telah di alami pada masa lalunya,
diskusi tentang saat-saat menyenangkan di melalui refleksi ini individu untuk
masa lalu sehingga dapat memberikan efek menyelesaikan konflik, mengatasi
relaksasi pada anggota kelompok dan pengalaman masa lalu yang menyakitkan
hubungan. Seperti halnya Stinson (2006) sehingga individu tersebut mampu
menyatakan bahwa dalam mengatasi menyelesaikan masalah yang dihadapi saat
masalah penurunan fungsi kognitif yang ini (Syarniah,2010).
berdampak buruk pada lansia, perawat
sebagai tenaga kesehatan dapat Sesuai dengan teori Ramdian (2012) terapi
menggunakan metode terapi dalam Reminiscence pada dasarnya menekankan
mengurangi gangguan fungsi kognitif pada individu untuk merefleksikan kehidupan
lansia. Salah satu metode terapi yaitu dengan mereka kembali atau mengulangi kembali
terapi Reminiscence. Terapi Reminiscence memori masa lalu. Melalui refleksi ini
adalah teknik yang digunakan untuk individu untuk menyelesaikan konflik,
mengingat dan membicarakan tentng mengatasi pengalaman masa lalu yang
kehidupan seseorang sehingga mampu menyakitkan sehingga individu tersebut
meningkatkan daya ingat sekaligus membuat mampu menyelesaikan masalah yang
efek relaksasi. dihadapi saat ini. Reminiscence sangat
membantu untuk pribadi individu dan
Pengaruh Terapi Reminiscence Terhadap keterampilan interpersonal bagi penderita
Peningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Alzheimer’s. Reminiscence melibatkan
dengan Demensia pertukaran memori antara orang tua dengan
orang muda, teman dengan keluarga,
Tabel 3 menunjukkan bahwa p value = 0,002 caregivers dengan professional, melalui
< α = 0,05) yang berarti Ho ditolak. Hal ini informasi, kebijaksanaan dan keterampilan.
menunjukkan adanya pengaruh yang sangat
signifikan terapi Reminiscence terhadap Beberapa penelitian dengan Reminiscence
peningkatan fungsi kognitif lansia dengan sudah banyak dilakukan untuk berbagai
demensia di wilayah kerja puskesmas macam masalah dan latar belakang klien
Tanjungpinang tahun 2017. Hal ini yang juga berbeda-beda. Penelitian
membuktikan bahwa terapi Reminiscence selanjutnya oleh Hsieh, dkk (dalam
memberikan pengaruh signifikan untuk Adicondro, 2010) mengatakan bahwa

853
Reminiscence dapat menurunkan gejala diwilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang
depresi dan apatis di nursing home resident 2017.
dengan level demensia yang ringan sampai
sedang. Reminiscence adalah sebuah Peneliti menyarankan Setelah mendapatkan
intervensi non-farmasi yang penting yang informasi tentang terapi Reminiscence
terkait dengan peningkatan pada afek dan terhadap peningkatan fungsi kognitif
dapat membantu secara cepat dalam diharapkan pada lansia dengan demensia
menurunkan emosi dan perilaku yang agar terapi Reminiscence dapat diterapkan
berkaitan dengan depresi dan gejala apatis. sebagai salah satu metode penanganan
Hal ini juga terbukti dari penelitian yang gangguan kognitif sehingga mampu
dilakukan oleh Putra (2010) melakukan meningkatkan fungsi kognitif atau
penelitian terhadap 14 responden yang kemampuan daya ingat pada lansia.
mengalami gangguan fungsi kognitif
diberikan terapi Reminiscence sehingga Diharapkan bagi pihak Puskesmas agar dapat
terjadi peningkatan fungsi kognitif dengan membuat penanganan yang lebih maksimal
nilai P= 0.000 dengan taraf signifikasi 0,05 dalam meningkatkan gangguan fungsi kognif
sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi pada lansia dengan demensia dan sebagai
Reminiscence dapat meningkatkan fungsi masukan bagi pihak Puskesmas agar
kognitif pada lansia dengan demensia. memasukkan jadwal terapi Reminiscence
pada kegiatan Posyandu lansia, karena telah
Penelitian terbukti bahwa terapi Reminiscence dapat
meningkatkan fungsi kognitif dan membantu
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian lansia untuk mengingat kembali aspek-aspek
kuasi eksperimen yang hanya bertujuan positif yang dialami pada masa lalunya.
untuk melihat pengaruh terapi Reminiscence
terhadap fungsi kognitif lansia. Oleh karena Setelah mendapat informasi tentang terapi
itu, peneliti tidak dapat melihat lebih lanjut Reminiscence diharapkan penelitian ini dapat
bagaimana terapi Reminiscence jika diterapkan pada perkembangan ilmu
dibandingkan dengan terapi kognitif lainnya keperawatan Gerontik terutama mengenai
sehingga perlu dilakukan penelitian lebih gangguan kognitif pada lansia dengan
lanjut. demensia dalam upaya peningkatan fungsi
kognitif dalam upaya meningkatkan daya
PENUTUP ingat.

Dari hasil penelitian maka peneliti dapat Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menarik kesimpulan bahwa Peningkatan dimanfaatkan sebagai acuan untuk penelitian
fungsi kognitif sebelum diberikan terapi selanjutnya dengan memperhatikan atau
Reminiscence pada lansia dengan demensia menambahkan variabel-variabel lain seperti
di wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang menurunkan tingkat depresi, meningkatkan
termasuk kedalam gangguan kognitif ringan harga diri, dan penurunan tingkat stress.
yaitu sebanyak 64%. Peningkatan fungsi
kognitif sesudah diberikan terapi DAFTAR PUSTAKA
Reminiscence pada lansia dengan demensia
di wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang A Zulsista. (2011). Lampiran Mini mental
sebagian besar responden mengalami State Exam. Universitas Sumatra
peningkatan fungsi kognitif normal yaitu Utara, Hal: 9-10
sebanyak 80%. Hasil uji statistik Beare. (2008). Buku Ajar
menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi Keperawatan Gerontik. Jakarta:
Reminiscence terhadap peningkatan fungsi Buku Kedokteran EGC, Hal: 46
kognitif pada lansia dengan demensia

854
Chiang, Kai-Jo; Chu, Hsin; Chang, Hsiu-Ju;
Chung, Min-Huey; Chen, Jahanbin, I., Mohammadnejad, S., &
Chung-Hua; Chiou, Hung-Yi; Sharif, F. (2014). The Effect of
Chou, Kuei-Ru. (2010). The Group Reminiscence on the
effect of reminiscence therapy on Cognitive Status of Elderly
psychological well-being, People Supported by Ilam
depression, and loneliness Welfare Organisation in 2013; A
among the institutionalized aged. Randomized Controlled Clinical
Geriatric Psychiatry Journal, 25, Trial. IJCBNM Vol.2 No.4 , 231-
380-388. 239.

Collins, C. J. (2006). Life Review And Kementerian Sosial Republik Indonesia.


Reminiscence Group Therapy (2010). Government targeted
Among Senior Adults. Texas: 2020 elderly welfare. Diperoleh
Texas Tech University. dari http://www.kemsos.go.id.
Corey, G. (2009). Teori dan
Praktek Konseling & Nugroho. (2009). Komunikasi Dalam
Psikoterapi. Penerjemah : Keperawatan Gerontik. Jakarta:
E.Koswara. Bandung: PT Refika Buku Kedokteran EGC, Hal: 96
Aditama.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Dahlan. (2009). Statistik Untuk Kedokteran Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Dan Kesehatan. Jakarta: PT. Rinekav Cipta
Salemba medika, Hal: 76 Priatna,dkk. (2016) Buku
Panduan Penulisan Skripsi.
Elizabeth. (2011). Psikologi Perkembangan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Suatu Pendekatan Sepanjang Hang Tuah Tanjungpinang.
Rentang Kehidupan. Erlangga,
Hal: 213 Putra, Indarwati, Mar’ah Has. (2014).
Reminiscence Therapy Dengan
Hartini. (2014). Pengaruh Terapi Life Metode Terapi Aktivitas
Review Terhadap Tingkat Stres Kelompok Meningkatkan Fungsi
pada Lansia di Panti Jompo Kognitif Pada Lansia.
Bahagia Kawal Kabupaten Universitas Airlangga, Hal: 127
Bintan. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Sekolah Tinggi Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi
Ilmu KesehatanHang Tuah Penelitian Kesehatan.
Tanjungpinang, Hal: 2-3 Yogyakarta: Nuha Medika

Harold. (2010) Sinopsis Psikiatri Ilmu Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N.
Pengetahuan Prilaku Psikiatri (2011). Psikologi Eksperimen.
Klinis. Jakarta: Binarupa Jakarta: Indeks.
Aksara, Hal: 544
Idris. (2001). Pedoman Pembinaan Schaeffer. (2007). Buku Saku Asuhan
Kesehatan Jiwa Usia Lanjut Keperawatan Geriatrik. Jakarta:
Bagi Petugas Kesehatan. Buku Kedokteran EGC, Hal:89
Departemen Kesehatan dan
kesejahteraan Sosial RI Winston, A., Rosenthal, R., & Pinsker, H.
Direktorat Jendral Kesehatan (2004). Introduction to Supportive
Masyarakat, Hal: 30

855
Psychoterapi. Washington DC:
American Psychiatric Publishing.
1
Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns, M.
Kep, CWT: Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
2
Devy Kurniawaty, S. Kep, Ns : Dosen
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

856

Anda mungkin juga menyukai